SC Dengan Peb
SC Dengan Peb
Caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding perut dan dinding rahim (Manuaba, 2007). Ada beberapa penyebab yang
sering terjadi dan harus dilakukan caesar yaitu partus lama, partus tak maju,
panggul sempit dan janin terlalu besar, sehingga jalan satu satunya adalah caesar.
Jika tidak dilakukan caesar akan membahayakan nyawa ibu dan nyawa janin
(Wiknjosastro, 2007). Jumlah persalinan caesarea di rumah sakit Pemerintah
adalah sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit Swasta
jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30- 80% dari total persalinan (Himapid,
2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada Ibu Nifas Terhadap Ny
H P1A0 Dengan Sectio Cecarea dengan Indikasi Pre Eklamsi Berat RSIA
Restu Bunda
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ibu Nifas Terhadap Ny
H P1A0 Dengan Sectio Cecarea dengan Indikasi Pre Eklamsi Berat
RSIA Restu Bunda
2. Dapat melakukan pengkajian data objektif pada Ibu Nifas Terhadap
Ny H P1A0 Dengan Sectio Cecarea dengan Indikasi Pre Eklamsi
Berat RSIA Restu Bunda
3. Dapat melakukan analisa data pada Ibu Nifas Terhadap Ny H P1A0
Dengan Sectio Cecarea dengan Indikasi Pre Eklamsi Berat RSIA
Restu Bunda
4. Dapat melakukan penatalaksanaan pada Ibu Nifas Terhadap Ny H
P1A0 Dengan Sectio Cecarea dengan Indikasi Pre Eklamsi Berat
RSIA Restu Bunda
1.3 Manfaat
1.3.1. Bagi penulis
Mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post section
cecaria dengan indikasi pre eklamsi berat
1.3.2. Bagi profesi
Sebagai tambahan informasi kepada bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
ibu nifas dengan post section cecaria dengan indikasi pre eklamsi berat
1.3.3. Bagi instansi dan institusi
1. Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan program pelayanan
kebidanan khususnya tentang pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
post section cecaria dengan indikasi pre eklamsi berat
2. Pendidikan
Dapat menjadi referensi dan bahan bacaan di perpustakaan khususnya tentang
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post section cecaria dengan indikasi pre
eklamsi berat
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Tinjauan Umum Tentang Sectio caesaria
2.1.1 Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2002).
Sectio caesare adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen (laparotomi)
dan dinding uterus (histerektomi) (Garry, 2005).
b) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kirakira 10 cm.
Kelebihan:
1. Penjahitan luka lebih mudah.
2. Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
3. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran
isi uterus ke rongga peritoneum.
2.1.3 Indikasi
Menurut Winkjosastro (2006), Operasi Sectio caesarea dilakukan jika kelahiran
pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin,
dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal.
1) Fetal distress.
2) His lemah/melemah.
2.1.4 Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2006), Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi
ini antara lain:
Pada ibu :
a) Infeksi puerperal (Nifas) :
1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
3. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
b) Perdarahan:
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2. Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila
peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya karena jika
pernah mengalami pembedahan pada dinding rahim insisi yang dibuat
menciptakan garis kelemahan yang sangat beresikountuk rupture pada
persalinan berikutnya.
Pada bayi : hipoksia, depresi pernafasan, sindrom gawat pernafasan dan trauma
persalinan
a) Pemeriksaan Diagnostik (Wiknjosastro, 2006)
1. Elektroensefalogram ( EEG ) :
2. Dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
3. Pemindaian CT :
4. Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
5. Magneti resonance imaging ( MRI ) :
2.2.3. Etiologi
Rukiyah dan Yulianti (2010), menyatakan penyebab pre eklampsia saat ini tak
bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap
penyakit ini sudah sedemikian maju.Semuanya baru didasarkan pada teori yang
dihubung-hubungkan dengan kejadian, itulah sebab pre eklampsia disebut juga
“Disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun
teori-teori tersebut antara lain :
2.2.4. Patofisiologi
Pada kehamilan yang sehat yang tidak dipersulit Pre Eklampsia, sel-sel trofoblas
menginvasi arteri uterine maternal pada tingkat desidua dan miometrium sehingga
mengakibatkan erosi lapisan otot serta pembesaran lumen.Selain itu, terjadi
peningkatan sintesis prostasiklin, nitrogen monoksida, dan tromboksan A, yang
mengakibatkan perubahan keseimbangan homeostatis dan kecenderungan
vasodilatasi arteri uterine.Perubahan fungsi ini mengakibatkan penurunan
resistansi didalam arteri, ketiadaan kendali vasomotor maternal, dan peningkatan
suplai darah massif ke plasenta untuk memenuhi kebutuhan janin yang sedang
berkembang.Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan tekanan darah ibu
sementara yang terlihat pada awal kehamilan, yang kemudian dikompensasikan
dengan hemodilusi fisiologis. Probabilitas gen tunggal dominan diperkirakan
sebagai factor penyebab pre-eklampsia dan hal ini dipertimbangkan
mempengaruhi tingkat invasi trofoblas pada arteri spiralis plasenta. Sebagai akibat
terhentinya invasi trofoblas, suplai saraf adrenargis ke arteri spiralis uterus tidak
terganggu, resistansi pembuluh darah sistemik masih tinggi, dan perfusi plasenta
buruk.Efek yang timbul adalah hipoksia jaringan, yang dipercaya dapat
mengakibatkan pelepasan substansi yang toksis terhadap sel-sel endotel, terjadi
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pelepasan endotelin, satu vasokonstriktor
kuat.Peningkatan kontraksi pembuluh darah yang rusak memudahkan agregasi
trombosit pada area cidera.Produksi radikal bebas oksigen, kegagalan hemodilusi,
penurunan filtrasi glomerulus, dan reabsorbsi ginjal yang buruk, seluruhnya
menyatu dan memberikan tampilan yang terlihat pada pre eklampsia dan
digunakan oleh bidan dalam praktik klinis sebagai tanda diagnostic pertama yang
mungkin (Boyle, 2008).
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi Pre Eklampsia menurut Prawirohardjo (2013), meliputi :
1) Pada Ibu
a) Gagal ginjal akut
b) Perdarahan intrakranial
c) Depresi
d) Kematian
2) Pada Janin
a) Intrauterine fetal growth restriction (IUGR)
b) Solusio plasenta
c) Prematur
d) Sindroma distress napas
2) MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan Pre Eklampsia Berat
(PEB) (sebagai pencegahan kejang). Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat
diberikan seluruhnya, berikan dosis awal. Ambil 4gr larutan MgSO4 (10ml larutan
MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 ml akuades, berikan larutan tersebut secara
perlahan IV selama 20 menit, jika akses IV sulit berikan masing-masing 5gr MgSO4
(12,5ml larutan MgSO4 40%) IM dibokong kiri dan kanan. Cara pemberian dosis
rumatan yaitu ambil 6gr MgSO4 (15ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam
500ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat lalu berikan secara IV dengan kecepatan
28 tetes/menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eklampsi).
3) Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, reflek patella, dan jumlah urine.
4) Bila frekuensi pernapasan <16x/menit atau terdapat oliguria (produksi urine
<0,5ml) segera hentikan pemberian MgSO4.
5) Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1gr IV (10ml larutan 10%)
bolus dalam 10 menit.
6) Pemberian anti hipertensi
Nifedipin dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit maksimum 120
mg dalam 24 jam.
2.2.6. Komplikasi
Komplikasi Pre Eklampsia Beratbagi janin dapat menyebabkan intrauterine fetal
growth recstriction (IUGR), solusio plasenta, prematuritas, sindroma distress
napas, dan kematian janin intrauterine, kemudian komplikasi bagi ibu adalah
perdarahan intrakranial, gagal ginjal akut, dan edema paru,trombositopenia
(Prawirohardjo, 2013).
1.3 Tinjuan Teori Asuhan Kebidanan
2.4.1. Pengertian
Manajemen Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah. Penemuan–penemuan, keterampilan dalam rangka tahapan logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Saminem, 2010).
A. Subjektif
1. Identitas
Nama istri : Ny. H
Umur : 20 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Rangai Tri Tunggal
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan kepalanya pusing dan nyeri luka jahitan operasi
B. Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV
TD : 160/100 mmHg
R : 21x/menit
N : 112x/menit
S : 36,40C
2. Pemeriksaan fisik
a. Wajah : pucat
b. Mata
Kelopak mata : tidak odema
Konjungtiva : merah muda
Sclera : putih
c. Hidung : bersih
d. Gigi dan mulut
Lidah : bersih
Gigi & geraham : bersih
e. Dada
Bentuk : Simetris
Auskultasi jantung : lup dup teratur
Auskultasi paru-paru : tidak ada bunyi wheezing dan tidak ada
bunyi ronchi
f. Mammae : tidak ada benjolan
Pembesaran : simetris
Putting susu : menonjol
Pengeluaran : kolostrum
Rasa nyeri : ada
g. Abdomen
Konsistensi : keras
Benjolan : tidak ada
Kandung kemih : kosong
h. Punggung dan pinggang
Posisi : normal
Pinggang : tidak ada nyeri
i. Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas bagian atas
Odema :-
Kekakuan otot : -
Dan sendi
Ketegangan :-
Kemerahan :-
Reflek patella : kanan (+) kiri (+)
3. Pemeriksaan kebidanan
a. Uterus : TFU 2 jari bawah pusat
b. Kontraksi uterus : keras
c. Anogetalia : pengeluaran cairan darah berwarna
merah segar
d. Pengeluaran pervaginam : lochea rubra
e. Perineum : utuh dan bersih
4. Pemeriksaan lboratorium
Tanggal : 15 mei 2019
HB : 12,5 gr
C. Assessment
Ny. H 20 tahun P1 A0 Post Sectio Caesare dengan Preeklamsi Berat
D. Planning of action
Tanggal : 2 juli 2019
1. Menjalin komunikasi dengan ibu dan keluarga untuk meningkatkan
kesembuhan atas masalah yang dihadapi.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
TD : 160/100 mmHg
N : 112x/menit
R :21x/menit
S : 36,40C
- ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan mengenai masalah yang dialami ibu
Pusing dan nyeri luka operasi yang dirasakan adalah hal yang wajar dan
membutuhkan untuk proses penyembuhan
- Ibu mengerti atas masalah yang dialaminya
4. Membantu ibu untuk mobilisasi secara bertahap mulai miring kanan dan
kiri,duduk, berdiri dan jalan secara perlahan-lahan. Dengan mobilisasi
secara bertahap lochea akan keluar dengan lancar dan mencegah
terjdinya pendarahan serta mempercepat proses involusi uterus dan
mempercepa penyembuhan luka.
- Ibu bersedia untk melakukan mobilisasi
5. menganjurkan ibu untuk pemenuhan kebutuhan hidrasi dan nutrisi seperti
minum sedikit-dikit dan makan bertahap yaitu makanan yang lunak atau
halus. Bila kebutuhan ibu terpenuhi maka ibu tetap mempunyai tenaga
dan untuk proses laktasi.
- Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
- Infuse dextrose 5 %
Untuk memenuhi kebutuhan cairan
- MgSO4 40% sebanyak 4 gr di drip
Untuk menurunkan hipertensi
- Ceftriaxone 1 gr secara iv
Untuk antibiotic yaitu mencegah berbagai macam infeksi
- Oral cefodraxil 2x500 mg
- Asam mefemanat 500 mg
- Nifedipine 3x 10 mg
- B complex
- Obat telah diberikan dan ibu bersedia
7. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
- Ibu bersedia melakukannya
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine(kebersihan diri)
payudara dan luka jaitan operasi dengan di kompres
- Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri
9. Menjelaskan kepada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian,
yaitu pada tanggal 9 juli 2019
-Ibu bersedia untuk kunjungan ulang
04-07- -Ibu mengatakan Ku : baik Ny. H umur P1A0 Menganjurkan ibu tetap
2019 pusingnya sudah Kes : Post Sectio minum obat oral sesuai
berkurang composmentis Cesarea hari ke 2 petunjuk
- masih merasa TD : 120/80mmHg dengan -cefadraxil 3x500 gr
nyeri pada luka N : 90x/menit Preeklamsi Berat -asam mefemanat
post op S : 36,00C 3x500gr
R : 20x/menit -nifedipine
TFU : 2 jari atas 3x10mg
sympisis
Lochea : Rubra
Kontraksi : keras
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan antara kasus yang diiteliti
dengan tinjauan teori yang ada. Teori yang disajikan dapat mendukung atau
bertentangan dengan kasus di lahan. Sehingga dari temuan tersebut, penulis dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan yang terjadi menggunakan
langkah-langkah manajemen kebidanan.
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan asuhan kebidanan
yang terdiri dari SOAP untuk menguraikan kesenjangan antara tiori dengan
temuan kasus.
2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
3. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
b) Perdarahan:
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2. Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila
peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya karena jika
pernah mengalami pembedahan pada dinding rahim insisi yang dibuat
menciptakan garis kelemahan yang sangat beresikountuk rupture pada
persalinan berikutnya.
Berdasarkan pengkajian data subjektif diketahui ibu baru saja melakukan operasi
cecar untuk kelahiran bayinya dengan masalah PEB, dan keluhan yang dialami
saat pengkajian adalah ibu mengatakan kepalanya pusing dan nyeri luka jahitan
operasi.
c) Perawatan luka
Perawatan luka pada ibu nifas post Sectio caesarea adalah merawat luka
dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama
dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman
pada pasien.
d) Pemberian cairan
e) Penanganan nyeri
f) Kateter/eliminasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involasi uterus dan menyebabkan pendarahan oleh
karena itu dianjurkan pemasangan kateter seperti dower cateter/balon kateter
yang terpasang selama 24 sampai 48 jam, kecuali penderita dapat kencing
sendiri. Kateter dibuka 12 – 24 jam pasca pembedahan.Bila terdapat
hematuria maka pengangkatan dapat ditunda.
g) Berikan obat antibiotik dan analgetik (Wiknjosastro, 2006)
5.1. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.H post op section
cecaria dengan Pre Eklampsia Berat (PEB) dengan menerapkan asuhan kebidanan
SOAP dapat diambil kesimpulan :
1. Berdasarkan asuhan kebidanan dilihat dari data subjektifnya diberikan
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dimana keluhan ibu tidak
terdapat dalam teori yang diungkapkan oleh Wiknjosastro (2006),yang
mengungkapkan kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi pada
ibu.
2. Berdasarkan asuhan kebidanan dilihat dari objektif terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik
3. Berdasarkan asuhan kebidanan dilihat dari anemnessa tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik
4. Berdasarkan asuhan kebidanan dilihat dari penatalaksanaannya terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik
;
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Edisi 1 : Jakarta. Departemen Kesehatan RI.