Anda di halaman 1dari 10

RESUME

BIMBINGAN KONSELING
KEGIATAN PENDUKUNG BK

Oleh :
Nanda Laras Saskia (17023024)
Dosen Pembimbing :
Dr.Alizamar,M.Pd,Kons

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
IMPLEMENTASI BK DALAM KURIKULUM 2013

1. BK dalam Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Kurikulum 2013
diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 yang merupakan pengembangan dan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum KTSP. Dalam bidang
kerja guru BK, kurikulum 2013 memiliki karakteristik tersendiri. Dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, kurikulum 2013 ini memiliki
perbedaan yang khas dengan kurikulum sebelumnya, yang menjadi karakteristik
kurikulum 2013 dalam sudut pandang BK. Dalam perubahan kurikulum 2013 dapat
menimbulkan permasalahan bagi siswa jika tidak mampu menetapkan pilihan
peminatannya. Salah satu karakteristik kurikulum 2013 dalam sudut pandang BK
adalah adanya pembagian tiga arah peminatan, yaitu peminatan kelompok mata
pelajaran, lintas minat, dan pendalaman minat (Kemendikbud, 2013). Untuk
itulah perlu adanya pelayanan peminatan akademik yang diberikan guru BK kepada
siswa dalam memilih dan menetukan kelompok peminatan yang akan dijalaninya di
sekolah. Karakteristik kurikulum 2013 ialah dirancang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa belajar berdasarkan minat mereka.
Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia, perlu diketahui
bahwa bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam
implementasi kurikulum 2013, karena bimbingan dan konseling berperan dan
berfungsi, secara kolaboratif, dalam hal-hal berikut:
1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) UU No.
20 tahun 2003 secara utuh, kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013
sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan suasana dan proses
pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik.
Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses
mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam
implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran
untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi
peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya:
(1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan
konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3)
melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4)
mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik.
Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui
kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.

2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas


Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya
layanan peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi,
aksesibilitas, dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan
pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik.
Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata
pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk:
(1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik
(2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan
kebutuhan peserta didik
(3) membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach


Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan,
sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan
pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung
prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup menyelenggarakan
fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi
pada penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar.
Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru
mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara
lain:
(1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga,
(2) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan,
(3) “intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu
perkembangan peserta didik.
Paradigma Baru Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan tuntutan kurikulum 2013 dan kesadaran penuh bahwa kiprah


bimbingan dan konseling selama ini belum optimal, maka perlu dipikirkan orientasi
baru atas peran dan fungsi bimbingan dan konseling dalam konteks kurikulum 2013.

Proses membantu perkembangan peserta didik secara utuh dan optimal


sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru mata
pelajaran dan guru bimbingan dan konseling, dan tenaga pendidik lainnya sebagai
mitra kerja, namun masing-masing pihak tetap memiliki wilayah tugas atau pelayanan
spesifik dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian perkembangan peserta didik
secara optimal (Faiver, Eisengart, &Colonna, 2004). Dalam praktik sejak pendidikan
prajabatan (seperti kita saat ini), persoalan kolaborasi antar pendidik menjadi pekerjaan
yang selalu terhambat. Sementara kebutuhan akan kolaborasi tim kerja menjadi
bagaian yang tidak bisa ditinggalkan.

Peminatan pada dasarnya merupakan misi yang harus diemban bersama oleh
seluruh jajaran pendidik dan tenaga kependidikan di tiap satuan pendidikan. Proses
penelusuran, penyemaian, dan pemeliharaan peminatan peserta didik menjadi tugas
guru sebagai pendidik profesional sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat (1) UU
nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa tugas utama
guru adalah “… mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik …” itu mengkomunikasikan bahwa guru, termasuk guru
BK, memiliki tanggung jawab dalam peminatan siswa secara terpadu di dalam proses
pembelajaran dan bimbingannya.

2. Pelaksanaan Layanan Peminatan di Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA


A. Pelaksanaan Layanan Peminatan
1. Guru Kelas, karena di SD/MI/SDLB pada umumnya belum ditugaskan
Guru BK atau Konselor secara khusus, maka pelayanan BK di SD/MI/SDLB pada
umumnya dilaksanakan oleh Guru Kelas..
Dalam hal ini guru kelas SD/MI/SDLB dan khususnya Guru Kelas
VI SD/MI/SDLB adalah pelaksana pelayanan arah peminatan
tingkat pertama bagi siswa-siswa SD/MI/SDLB, yang akan tamat
SD/MI/SDLB (terutama kelas VI) dan melanjutkan pelajarannya ke
SMP/MTs/SMPLB. Guru kelas VI SD/MI/SDLB dapat bekerja sama
dengan Guru BK atau Konselor SMP/MTs/SMPLB atau
SMA/MA/SMALB atau SMK yang terdekat dalam pelayanan alih tangan
kasus.

2. Guru BK atau Konselor di SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/ SMALB


adalah pelaksana pelayanan arah peminatan tingkat kedua di
SMP/MTs/SMPLB, tingkat ketiga umum SMA/MA/SMALB, tingkat
ketiga kejuruan SMK. Dalam menjalankan tugasnya guru BK atau
konselor dapat bekerjasama dengan petugas yang berwewenang
menyelenggarakan tes intelegensi dan tes bakat, dengan Guru
Mata Pelajaran, Wali Kelas, dan orang tua, serta kepala satuan
pendidikan. Guru BK atau Konselor melaksanakan dan
mengkoordinasikan upaya pelayanan arah peminatan (sebagaimana diuraikan
pada Bab III) secara menyeluruh. Bagi satu atau sekelompok SD/MI/SDLB yang
mampu dapat mem- pekerjakan/mengangkat Konselor untuk bertugas di satu
atau sekelompok SD/MI/SDLB yang dimaksud.

3. Guru Mata Pelajaran, baik untuk mata pelajaran umum maupun mata
pelajaran praktik/kejuruan yang bersifat wajib ataupun pilihan.
Guru Mata Pelajaran secara khusus menyediakan nilai-nilai
prestasi belajar sisw dan informasi pendidikan/pekerjaan yang memerlukan
informasi dari mata pelajaran yang dimaksudkan.
Guru Mata Pelajaran Praktik/Kejuruan di SMK khususnya
menyediakan nilai-nilai prstasi belajar siswa dan informasi
pendidikan/pekerjaan/karir yang memerlukan penge-tahuan/keterampilan kejuruan
yang dimaksudkan itu.

4. Orang Tua siswa yang bersangkutan, mendorong anaknya untuk


memilih mata pelajaran atau studi lanjutan yang sesuai dengan bakat, minat,
dan kecenderungan siswa, dan menyediakan fasilitas bagi kelanjutan pendidikan
anaknya.
5. Kepala Sekolah, khususnya memperlancar pelaksanaan upaya
pelayanan arah peminatan di sekolah/madrasah dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi Guru Kelas, Guru BK
atau Konselor, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas untuk
menjalankan peranannya secara tepat dalam rangka pelayanan arah peminatan
siswa.

B. Tujuan Pelayanan Arah Peminatan


a. Di SD/MI/SDLB siswa diarahkan untuk memahami bahwa
pendidikan di SD/MI/SDLB merupakan pendidikan wajib yang
harus dikuti oleh seluruh warga negara Indonesia dan
setamatnya dari SD/MI/SDLB harus dilanjutkan ke studi di
SMP/MTs/SMPLB, dan oleh karenanya siswa perlu belajar dengan
sungguh-sungguh.

b. Di SMP/MTs/SMPLB siswa diarahkan untuk memahami dan


mempersiapkan diri bahwa :
(1) Semua warga negara Indonesia wajib mengikuti pelajaran di sekolah
sampai dengan jenjang SMP/MTs/SMPLB dalam rangka Wajib Belajar 9 Tahun.
(2) Siswa SMP/MTs/SMPLB perlu memahami berbagai jenis
pekerjaan/ karir dan mulai mengarahkan diri untuk pekerjaan/karir tertentu
(3) Setamat dari SMP/MI/SMPLB siswa dapatkan melanjutkan pelajaran ke
SMA/MA/SMALB atau SMK, untuk selanjutnya kalau sudah tamat
nanti dapat bekerja atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi.

C. Tingkat Arah Peminatan


1. Arah peminatan pertama perlu dikembangkan pada siswa
SD/MI/SDLB yang akan melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs/SMPLB.
Mereka dibantu untuk memperoleh informasi untuk memilih SMP/MTs/SMPLB.

2. Arah peminatan kedua perlu dibangun pada siswa SMP/MTs/SMPLB yang akan
melajutkan ke SMA/MA/ SMALB dan SMK. Mereka dibantu
untuk memperoleh informasi yang cukup lengkap tentang jenis dan
penyelenggaraan masing-masing SMA/MA/SMALB dan SMK, pilihan
mata pelajaran dan arah karir yang ada, dan kemungkinan studi
lanjutannya.
3. Arah peminatan ketiga umum perlu dikembangkan pada siswa
SMA/MA/SMALB dan SMK untuk mengambil pilihan dan pendalaman,
serta keterkaitan lintas mata pelajaran tertentu, pilihan arah
pengembangan karir (lihat no. 3b pada gambar).
4. Arah peminatan ketiga kejuruan perlu dikembangkan pada siswa SMK
untuk memilih dan mendalami dan mengakses keterkaitan lintas
mata pelajaran praktik/kejuruan yag ada di SMK
5. Arah peminatan keempat perlu dikembangkan pada siswa di
SMA/MA/SMALB dan SMK yang akan melanjutkan studi ke perguruan
tinggi, mereka dibantu untuk memilih salah satu fakultas dengan
program studinya yang ada di perguruan tinggi, sesuai dengan bakat
dan minat, serta pilihan/pendalaman mata pelajaran di SMA/MA/SMALB
atau SMK
Masing-masing tingkat arah peminatan itu memerlukan penanganan yang
akurat sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa
yang bersangkutan, serta karaketristik satuan pendidikan di mana siswa
belajar.
Soal dan Jawaban :
1.Pada penelitian tindakan bimbingan dan konseling diperoleh sejumlah data kualitatif
mengenai kemampuan siswa dalam self regulated learning, maka prosedur yang
dilakukan dalam proses pengolahan dan analisis data adalah….
a. Deskripsi, analisis, interpretasi data, simpulan
b. Deskripsi data, validasi data, analisis dan interpretasi data, simpulan
c. Kategorisasi data, validasi data, deskripsi data, analisis dan interpretasi data, dan
simpulan.
d. Deskripsi data, kategorisasi data, validasi data, analisis dan interpretasi data,
dan simpulan.

2. Pada layanan bimbingan dan konseling, peran media grafis menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dengan prinsip-prinsip layanan bimbingan dan konseling, hal ini
disebabkan….
a. Kecakapan guru bimbingan dan konseling dalam penguasaan media grafis menjadi
hard skill
b. Media grafis sebagai syarat utama dalam pengembangan media layanan bimbingan
dan konseling
c. Tampilan media lebih menarik jika ditambah dengan desain grafis, tanpa
mengurangi substansi isi layanan bimbingan dan konseling
d. Pada era teknologi informasi, penguasaan keterampilan desain grafis menjadi
komptensi utama.

3. Soal nomor 19. Seorang guru telah menyelenggarakan kegiatan bimbingan cesara
kelompok. Secara manajemen setelah kegiatan selesai maka yang dilakukan guru BK
adalah….
a. Mendokumentasi kegiatan layanan bimbingan kelompok dan hanya sebagai bahan
informasi untuk guru BK
b. Merencanakan layanan bimbingan berikutnya sesuai dengan kebutuhan guru BK
c. Mendokumentasi dan melaporkan hasilnya pada pihak-pihak yang
memerlukan
d. Melakukan follow up dan merencnakan konseling individual
4. Dalam konteks program bimbingan dan konseling saat ini sebagai komponen
pendidikan yang berbasis konstruksi, maka perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program bimbingan dan konseling diprioritaskan untuk…
a. Mengadakan penyesuaian dengan tuntutan zaman
b. Membantu siswa-siswa menyelesaikan masalahnya
c. Menentukan pilihan pendidikan dan karir yang rasional
d. Memenuhi kebutuhan dan mengembangkan potensi siswa

5. Hasil analisis berikut ini cenderung membutuhkan pelayanan bimbingan


pribadi-sosial…
a. prestasi belajar 25% siswa underachiever
b. 80% siswa cemas menghadapi ujian nasional
c. Kebanyakan siswa tidak tahu akan kemana setelah lulus
d. Hampir semua siswa mengeluh akan sikap seorang gurunya

6. beberapa hipotesis bimbingan dan konseling yaitu ?


Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antar budaya yang pada diri
klien dan konselornya, maka dimungkinkan konseling itu akan berhasil. Makin besar
kesamaan pemahaman tentang ketergantungan komuikasi terbuka, dan berbagai aspek
hubungan konseling lainnya pada diri klien dan konselornya.Makin besar
kemungkinan penyederhanaan harapan yang ingin dicapai oleh klien menjadi
tujuan-tujuan oprasional yang bersifat tingkah laku, makin efektiflah konseling
dengan klien tersebut.

7. Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang
psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang ?
1). motif dan motifasi
2). pembawaan dan lingkungan
3). perkembangan individu
4). belajar, balikan, dan penguatan
5). keperibadian

8. Pengembangan materi tugas-tugas perkembangan menjadi tanggung jawab guru BK


dalam bentuk … Buku paket, modul, brosur, booklet, poster
IMPLEMENTASI BK DALAM KURIKULUM 2013

Peminatan peserta didik yang difasilitasi oleh bimbingan dan


konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan
keputusan bidang keahlian yang dipilih peserta didik,
melainkan harus diikuti layanan pembelajaran yang mendidik,
aksesibilitas perkembangan yang luas, dan penyiapan
lingkungan perkembangan belajar yang mendukung.

1. Arah peminatan pertama perlu dikembangkan pada siswa


SD/MI/SDLB yang akan melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTs/SMPLB. Mereka dibantu untuk memperoleh informasi
memilih SMP/MTs/SMPLB

2. Arah peminatan kedua perlu dikembangkan pada siswa


SMP/MTs/SMPLB yang akan melanjutkan studi ke
SMA/MA/SMALB atau SMK/MAK. Mereka dibantu untuk
memperoleh informasi yang cukup lengkap tentang jenis dan program
penyelenggaraan masing-masing SMA/MA/SMALB atau
SMK/MAK, pilihan peminatan mata pelajaran dan arah karir yang
ada, serta kemungkinan studi lanjutan.

3. Arah peminatan ketiga umum perlu dikembangkan pada siswa


SMA/MA/SMALB untuk memilih peminatan akademik, pilihan dan
pendalaman mata pelajaran lintas peminatan, serta pilihan arah
pengembangan karir.

4. Arah peminatan ketiga kejuruan perlu dikembangkan pada siswa


SMK/MAK untuk memilih peminatan vokasional, pilihan mata
pelajaran lintas peminatan dan mata pelajaran praktik/kejuruan yang
ada di SMK/MAK

5. Arah peminatan keempat perlu dikembangkan pada siswa di


SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK yang akan melanjutkan studi ke
perguruan tinggi, mereka dibantu untuk memilih salah satu fakultas
dengan program studinya yang ada di perguruan tinggi, sesuai dengan
bakal dan minat, serta pilihan peminatan/pendalaman mata pelajaran
yang bersifat akademik atau vokasional di SMA/MA/SMALB atau
SMK/MAK

Anda mungkin juga menyukai