Anda di halaman 1dari 20

A.

Judul
Judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Penerapan Metode Jisaw dalam Muatan
Lokal pada Karawitan Gamelan Degung terhadap Peningkatan Keterampilan Memainkan Gamelan Degung
Siswa SMP Yayasan Amal Keluarga”

B. Latar Belakang
Kesenian dalam perkembangannya sudah menjadi bagian dari sendi kehidupan yang tak terpisahkan
dalam masyarakat baik di dunia umumnya ataupun di negeri kita pada khususnya. Ditanah air kita Indonesia,
kesenian telah menempati tempat tersendiri sebagai salah satu bidang yang di akui dalam masyarakat, baik
itu kesenian tradisional(Karawitan) maupun kesenian modern atau kontemporer(yaitu kesenian yang kita
adopsi dari budaya luar).

Daerah jawa barat dikenal sangat kaya dengan ragam jenis kesenian tradisional. Kesenian tradisional
itu merupakan kesenian daerah yang hidup tersebar hampir di seluruh jawa barat. Kehadirannya sebagai sarana
hiburan, masih diminati dan digemari oleh masyarakat pendukungnya, oleh karena itu tidak heran jika alat-alat
kesenian yang dipergunakan dalam seni pertujukan jawa barat, sangat beragam dan banyak jenisnya.

Degung adalah salah satu genre musik yang berkembang di daerah Sunda (Jawa Barat) dan konon
katanya seni Degung ini berasal dari kaum elit atau priyayi (bangsawan Sunda). Terlepas dari hal itu, saya
ingin lebih menyoroti persoalan ini pada persoalan perkembangan yang dipandang dari aspek musikal, dengan
alasan bahwa tulisan-tulisan mengenai degung yang dilihat dari sudut historis dan lain-lain sudah terlalu
banyak, namun yang membahas perkembangan secara musikal masih langka, dampaknya aspek kesadaran
mengapresiasi serta mengkritisi musik degung baik oleh senimannya sendiri maupun masyarakat luas belum
begitu memadai. Menurut saya kesenian ini mengalami “kemandegan,” artinya sedikit sekali para seniman
melahirkan karya-karya baru yang berakar dari musik degung kecuali arah perkembangannya menuju pada
komoditi budaya pop.
Tujuan pendidikan musik degung di sekolah-sekolah umum (non kesenian) bukan dimaksudkan untuk
mencetak peserta didik menjadi pelaku seni/seniman yang memiliki virtuositas tinggi sebagai musisi dan
bukan pula diarahkan untuk menjadi pengkaji, peneliti, analis karya-karya musik degung, serta
komponis. Akan tetapi peserta didik lebih diarahkan untuk mengenali, menghargai, melatih kepekaan,
merangsang kreativitas, berkemampuan untuk menikmati estetik musikalnya, serta dalam batas-batas tertentu
mampu mengalaminya. Cara memahami berbagai pengetahuan dasar musik degung serta mengenali unsur-
unsur musikal musik degung kiranya tidaklah cukup hanya dilakukan lewat membaca buku-buku saja. Peserta
didik perlu diajak untuk mengenali sejumlah fenomena musikal dengan cara mendengarkan contoh-contoh
kongkrit, agar terbangun sensitivitas musikalnya. Tentunya buku-buku itu harus tersaji dengan bahasa yang
mudah dicerna, lugas, dan disertai contoh-contoh audio/audio visual yang dapat membantu untuk memahami
persoalan-persoalan musikal musik degung.
Dengan cara yang demikian itu pendidikan musik memiliki kekuatan meningkatkan kemampuan untuk
mengapresiasi musik dalam konteks kehidupan masyarakat. Pendidikan musik semacam ini merupakan upaya
nyata untuk memberikan pemahaman, keterampilan, merangsang kreativitas, serta peningkatan anak dalam
mengapresiasi musik yang hidup di lingkungannya maupun yang hidup di komunitas yang berbeda.
Harapannya lewat apresiasi, anak mampu merubah persepsi mereka terhadap berbagai jenis musik ke arah
yang lebih positif. Lagi-lagi masalah ini memerlukan pendekatan yang mampu merangsang anak agar tertarik
dan serius dalam mengikuti pendidikan musik.
Selama ini pendidikan musik di sekolah umum berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran
musik di sejumlah sekolah dasar dan menengah antara guru dan murid lebih cenderung berjalan secara searah,
yakni hubungannya lebih bersifat vertikal. Pendekatan semacam ini, mengakibatkan proses komunikasi hanya
berjalan secara searah, yakni dari guru mengalir ke murid. Tentunya proses pembelajaran semacam ini
kreativitas dan kemandirian anak tidak dapat tumbuh secara wajar.
Menurut pandangan Iwan (Lukman, 2012) sebaiknya dalam pembelajaran musik, harus mencakup tiga
hal, yakni melatih kepekaan auditif, memberi pengalaman praktik, dan merangsang kreativitasnya. Dengan
bekal tiga hal itu siswa akan berani mengemukakan pendapatnya setelah mereka menghayati atau mengapre-
siasi sajian musik. Dengan cara ini mereka terpupuk kemampuannya dalam menikmati dan menghayati setiap
musik yang mereka dengarkan. Perpaduan antara kepekaan terhadap unsur-unsur musikal dan pengalaman
praktik akan mampu mendorong siswa ke arah lebih kreatif terhadap ritme, dinamika, melodi, dan
sebagainya. Jika ini terjadi bukan tidak mungkin berdampak kuat terhadap lahirnya kekaryaan musik degung
yang lebih berkualitas, karena telah terdapat apresiator yang terlatih atau dengan kata lain siswa memiliki
keterampilan Memainkan Gamelan degung.
Kesulitan timbul pada saat siswa memainkan tangga nada degung dengan menggunakan kedua tangan
kanan dan kiri secara bersamaan yang memiliki gerakan berbeda pada setiap tangga nada yang
dimainkan.Ketika tangan tidak lancar pada saat memainkan degung maka dapat mengurangi kecepatan atau
tempo yang di harapkan. Sisi lain yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa yang perlu
mendapat perhatian adalah perbedaan individu. Perbedaan individu antara lain tingi rendahnya intelegensi,
minat, motivasi, jenis kelamin, gaya berpikir, dan perbedaan gaya belajar. Gaya belajar setiap individu di
bedakan atas tiga yaitu gaya belajar visual (penglihatan), auditif (suara), dan kinestik (gerak). Salah stau gaya
belajar yang mempengaruhi kemampuan seorang Memainkan Gamelan musik adalah gaya belajar auditif (
kepekaan pendengaran). Jamalus ( 1988 : 43 ) mengemukakan bahwa semua segi pendidikan musik
memerlukan keterampilan pendengaran untuk bernyanyi, Memainkan Gamelan musik, bergerak mengikuti
musik atau menciptakan iringan lagu. Oleh karena itu dalam bermain musik harus bisa mendengarkan serta
dengan pengamatan yang baik. Maksudanya mengamati dengan cara memperhatikan bunyi yang terdengar
dalam matra (dimensi) waktu sambil mengikuti jejak bunyi yang langsung lewat atau hilang saat berbunyinya
itu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka seorang guru dituntut harus dapat memilih dan mengunakan model,
strategi, atau metode pembelajaran dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga memudahkan siswa belajar
degung dan dapat menggiring siswa gemar belajar sesuai dengan perbedaan kepekaan auditif musik yang
dimiliki siswa.
Menyadari akan pentingnya apresiasi keterampilan memainkan gamelan degung, dirasakan
perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
ataupun metode pembelajaran yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih
ketererampilan memainkan gamelan degung. Salah satu cara yaitu dengan menerapkan suatu model
pembelajaran yang di dalamnya mencakup Keterampilan memainkan gamelan degung. Metode pembelajaran
yang diharapkan meningkatkan keterampilan memainkan gamelan degung tersebut adalah Metode Jigsaw.
Metode Jigsaw dimana dalam pembelajarannya guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya , guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif,
yang terdiri atas empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap
komponen atau subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap kelompok yang
bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga
orang. Siswa-siswi ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
a. Belajar dan menjadi ahli subtopik bagiannya.
b. Merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
Setelah itu siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya
dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli siswa bertanggung jawab
untuk menunjukan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap
siswa dalam kelompokm harus menguasai topik secara keseluruhan ( Hamdani, 2010:92 )
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, perlu adaya suatu upaya dalam pembelajaran seni musik
khususnya seni Memainkan Gamelan degung untuk meningkatan keterampilan memainkan gamelan
degung siswa. Salah satunya yaitu dengan metode Jigsaw.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penerapan
Metode Jisaw dalam Muatan Lokal pada Karawitan Gamelan Degung terhadap Peningkatan Keterampilan
Memainkan Gamelan Degung Siswa SMP”

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan keterampilan memainkan gamelan degung siswa yang mendapatkan metode jigsaw lebih
baik daripada siswa yang mendapatkan metode pembelajaran secara konvensional?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode jigsaw?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan memainkan gamelan degung siswa yang mendapatkan
metode jigsawa dibandingkan siswa yang mendapatkan metode pembelajaran secara konvensional.
2. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran seni, budaya, dan keterampilan dengan menggunakan
metode jigsaw.

E. Manfaat Penelitian
Jika penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan, maka hasil dari penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi langsung sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu
pembelajaran seni, budaya, dan keterampilan antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Meningkatkan keterampilan memainkan gamelan degung siswa dan memberikan motivasi agar memunculkan
minat dalam belajar seni , budaya dan keterampilan serta meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru
Memberikan informasi tentang metode jigsaw serta penggunaan metode jigsaw dapat dijadikan alternatif untuk
meningkatkan keterampilan memainkan gamelan degung siswa.

3. Bagi Peneliti Lain


Menjadi pertimbangan untuk mengkaji lebih dalam berkenaan dengan penerapan pembelajaran seni, budaya,
dan keterampilan, serta dapat dijadikan rujukan untuk memilih dan mengembangkan alternatif
metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan memainkan gamelan degung siswa.

F. Definisi Operasional
1. Metode Jigsaw
Jigsaw merupakan sebuah teknik dipakai secara luas yang memiliki
kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok”
(Group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting setiap
peserta didik mengajarkan sesuatu ini adalah alternatif menarik, ketika
ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau “dipotong” dan disaat
tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap
peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi
yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan
pengetahuan yang bertalian atau keahlian. Silberman dalam (Budiningrati, 1998:76).
2. Keterampilan Memainkan Gamelan Degung
Keterampilan Memainkan Gamelan Degung merupakan kemampuan seseorang mengkoordinasikan gerakan
tubuh dan perasaan secara bersamaan untuk dapat memainkan salah satu alat degung secara maksimal sesuai
dengan interpretasi yang tepat dan bagus. (Gunawan, 2012).
3. Metode pembelajaran secara konvesional
Metode pembelajaran secara konvesional atau tradisional adalah metode pembelajaran yang biasa digunakan di
sekolah, guru pada umumnya mendominasi kelas, siswa pada umumnya pasif dan hanya menerima materi
pelajaran (Ruseffendi, 2006:350-351).

G. Studi Literatur
1. Keterampilan Memainkan Gamelan degung
keterampilan merupakan kemampuan seseorang melakukan suatu kegiatan yang berupa gerakan.
Cronbach (1963) menyatakan bahwa keterampilan dapat diuraikan otomatik, cepat, dan akurat. Menurut
Gagme (1977) keterampilan adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang mampu diperlihatkan seseoranng
sebagai tanda bahwa orang tersebut memilikinya. Singer (1880) menggambarkan keterampilan sebagi fungsi
dariperkalian antara kecepatan atau (speed), ketepatan atau (accuracy), bentuk atau (form) dan kesesuaian
(adaptability). Keterampilan yang digambarkan disini mengacu pada gerakan-gerakan yang berhubungan
dengan tubuh.
Hamalik (2002) memberikan tiga tahapan dalma mepelajari keterampilan yaitu kognitif, viksasi, dan
autonamous. Tahap kognitif yaitu siswa berusaha meninteleksasikan keterampilan yang akan
dilakukan. Dalam tahap viksasi, pola-pola tingkah laku yang betul dilatih sampai tidak terjadi lagi kekeliruan.
Tahap terakhir yaitu tahap autonomous ditandai oleh peningkatan kecepatan prilaku dalam keterampilan-
keterampilan yang benar maknanya untuk memperbaiki kecermatan. Ini berarti belajar keterampilan adalah
belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yang berhubungan dengan urat syaraf otot dengan
tujuan untuk memperoleh dan mnguasai keterampilan jasmani tertentu, misalnya menari, olahraga, Memainkan
Gamelan musik, melukis dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa istilah keterampilan merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan gerakan terkodinasi untuk memperoleh hasil gerakan yang maksimal secara cepat dan
akurat. Ini berarti bahwa keterampilan Memainkan Gamelan degung merupakan kemampuan seseorang
mngkordinasikan gerakan tubuh dan perasaan secara bersamaan untuk dapat memainkan salh satu alat degung
secara maksimal sesuai dengan interprestasi yang tepat dan bagus.
Romizowski dalam sitompil dkk (1992) menyatakan bahwa hasil belajar keterampilan menunjuk pada
aksi atau perbuatan yang nyata sebagai hasil adanya pemahaman yang benar akan informasi pengetahuan
informasi yang diperoleh sebelumnya. Schmidt (1991) mengemukakan bahwa belajar keterampilan motorik
merupakan proses berkaitan dengan latihan atau pengalaman dan menimbulkan perubahan yang relatif
permanen dalam kemampuan untuk berbuat sesuatu. Ini berarti proses pembelajaran keterampilan dapat terjadi
melalui latihan yang dilakukan secara berulang-ulang. Oleh karena itu dalam belajar keterampilan psikomotor
seperti Memainkan Gamelan piano, latihan merupakan kunci utama agar dapat memainkan tangganada di
degung dengan lancar. Untuk memperoleh latihan Memainkan Gamelan tabggabada di degubg yabg benar,
maka perlu untuk mengetahui cara kerja bermai alat-alat degung..
2. Tahapan-tahapan Pembelajaran dengan Metode Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Metode Jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajarn yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Berikut disajikan langkah-langkah
Pembelajaran kooperatif tipe Metode jigsaw.
Langkah langkah pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
a. Review, apersepsi, motivasi
b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.
c. Pembentukan kelompok
d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen.
2. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok2) Tahap Penguasaan
a. Siswa dengan materi /soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha manguasai materi sesuai
dengan soal yang diterima
b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
3. Tahap penularan
a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
b. Setiap siswa dalam kelompok saling dan menerima materi dari siswa lain.
c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban sola.
4. Penutup
a. Guru bersama siswa membahas soal
b. Kuis/Evaluasi
c. Evaluasi ini menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mngkritik, mendeskripsikan,
mebedakan, menerangkan, membantu (suharismi arikunto, 2002:138).

H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan studi literatur dan rumusan masalah yang dipaparkan, hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
“Peningkatan keterampilan Memainkan Gamelan degung siswa dengan menggunakan
metode jigsaw lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode pembelajaran secara konvensional.”
I. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, sebab dalam penelitian ini
diberikan suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang
akan diukur. Menurut Ruseffendi (2005:35), ‘Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research)
adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita lakukan
terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel terikat’.
Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah penerapan metode Jigsaw, sedangkan aspek yang
diukurnya adalah keterampilan Memainkan Gamelan degung siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel
bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode Jigsaw dan variabel terikatnya adalah keterampiran
Memainkan Gamelan degung siswa.
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretes-postes
(pretest-posttest control group design). Dasar pertimbangan dalam memilih desain ini adalah karena penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan Memainkan Gamelan siswa
yang menggunakan metode jigsaw dengan metode pembelajaran konvensional. Adapun desain penelitiannya
(Ruseffendi, 2005:50) sebagai berikut:
A O1 X O2
A O1 O2
di mana: A : pengambilan sampel secara acak
O1 : pretes
O2 : postes
X : perlakuan berupa pembelajaran metode jigsaw

J. Populasi dan Sampel


Berdasarkan observasi melalui wawancara dengan pihak sekolah yang bersangkutan maka populasi yang
akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP YAAK Parongpong. Dari populasi
tersebut dan berdasarkan desain penelitian yang akan digunakan serta berdasarkan pada kemampuan rata-rata
siswa yang hampir sama di setiap kelasnya, maka dipilih secara random dua kelas sebagai sampel dalam
penelitian ini. Salah satu kelas dari sampel tersebut akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas
yang satu lagi sebagai kelas kontrol.
Kelas eksperimen diberi perlakuan khusus, yaitu pembelajaran permainan degung menggunakan
metode Jigsaw, sedangkan kelas kontrol memperoleh perlakuan dengan menggunakan
metode pembelajaran secara konvensional.

K. Bahan Ajar
Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat per pertemuan pembelajaran. RPP ini memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran yang disusun berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw.

L. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui perubahan keterampilan Memainkan Gamelan siswa
terhadap materi yang diajarkan. Tes ini berupa tes kemajuan belajar atau tes perolehan, yaitu tes yang
meninjau kondisi (keadaan) tes sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dan kondisi akhir sesudah
kegiatan itu dilaksanakan (Suherman dan Kusumah, 1990:87). Oleh karena itu, pada penelitian ini tes yang
digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:
a. Pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan.
b. Postes yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan.
Keduanya disebut tes perolehan atau tes kemajuan belajar.
Tipe tes yang akan diberikan berupa tes subyektif (praktek) dengan menggunakan Lembar Tes pantauan
yang di pegang oleh guru yang mengarah pada indikator keterampilan memainkan gamelan degung. Dalam tes,
siswa dituntut untuk memahami konsep notasi alat musik dengan keselarasan gerak memainkan alat musik
degung yang akan diteskan sehingga dengan tes ini dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuan siswa
dalam penguasaan keterampilan memainkan gamelan degung tersebut.
2. Non Tes
a. Observasi kelas
Observasi kelas dilakukan setiap pembelajaran dilakukan. Observasi bertujuan untuk mengetahui
aktivitas, kinerja, partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai
dengan pedoman model pembelajaran yang digunakan atau belum.
b. Jurnal harian
Jurnal harian diberikan pada setiap akhir pertemuan yang bertujuan untuk melihat respons dan kesan
siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan metode Jigsaw. Selain itu, jurnal juga
digunakan sebagai informasi untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
c. Angket
Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran
dilakukan (pertemuan terakhir) hanya kepada seluruh siswa kelompok eksperimen. Angket bertujuan untuk
mengetahui sikap siswa terhadap kesulitan atau kemudahan dalam mengikuti pembelajaran matematika yang
telah dilakukan dengan menerapkan metode Jigsaw.
Skala yang digunakan dalam angket adalah skala Likert. Ada dua jenis pernyataan dalam skala Likert
yaitu pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Jawaban pernyataan positif dan
negatif dalam skala Likert dikategorikan dalam skala Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (ST), Setuju
(S), dan Sangat Setuju (SS).

M. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut:
a. Mengajukan judul penelitian yang akan dilaksanakan.
b. Membuat proposal.
c. Konsultasi dengan pembimbing selama pembuatan proposal.
d. Melakukan seminar proposal.
e. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan
digunakan.
f. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.
g. Membuat instrumen penelitian.
h. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya. Uji coba instrumen ini
diberikan terhadap subyek lain di luar subyek penelitian.
i. Analisis kualitas/kriteria instrumen, yang terdiri dari:
1) Uji validitas
Dalam penelitian ini, untuk menghitung koefisien validitas tes menggunakan rumus korelasi produk
momen memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 2003:120-121), yaitu:

Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
= banyak subjek (testi)
= skor yang diperoleh dari tes
= rata-rata nilai harian
Untuk mengetahui tingkat (derajat) validitas digunakan kriteria (Suherman, 2003: 113) berikut ini:

Tabel 1
Interpretasi Nilai Validitas
Nilai Validitas
sangat tinggi (sangat baik)

tinggi (baik)

sedang (cukup)

rendah (kurang)

sangat rendah

Tidak valid

2) Uji reliabilitas
Koefisien realiabilitas menyatakan derajat keterandalan alat evaluasi, dinotasikan dengan . Rumus
yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman,
2003:154), yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
= banyak butir soal
= jumlah varians skor setiap soal
= varians skor total

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi yang digunakan dibuat oleh Guilford
(Suherman, 2003:139) adalah sebagai berikut:

Tabel 2
Interpretasi Derajat Reliabilitas
Nilai Derajat Reliabilitas
sangat rendah
rendah
sedang
tinggi
sangat tinggi

3) Uji daya pembeda


Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Suherman, 2003:160):

Keterangan:
DP = Daya Pembeda
= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok atas
= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok
bawah
= Jumlah siswa kelompok atas
= Jumlah siswa kelompok bawah
Klasifikasi interpretasi daya pembeda yang digunakan (Suherman, 2003: 161) dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 3
Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Keterangan
sangat jelek
jelek
cukup
baik
sangat baik

4) Uji indeks kesukaran


Rumus untuk mencari indeks kesukaran tiap soal (Suherman, 2003:170), yaitu:

Keterangan:
IK = Indeks Kesukaran
= jawaban benar kelompok atas
= jawaban benar untuk kelompok bawah
= Jumlah siswa kelompok atas
= Jumlah siswa kelompok bawah

Klasifikasi IK yang paling banyak digunakan (Suherman, 2003:170) adalah:


Tabel 4
Interpretasi Indeks Kesukaran
Nilai Keterangan
Soal terlalu sukar
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
Soal terlalu mudah

j. Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan).


k. Melakukan ujicoba instrumen penelitian hasil revisi (jika diperlukan).
l. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan.
m. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk mengkonsultasikan waktu dan teknis pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut:
a. Memberikan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan metode Jigsaw. Sedangkan di kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan metode pembelajaran secara konvensional.
c. Memberikan postes pada kedua kelas tersebut.
d. Melakukan observasi kelas pada setiap pembelajaran.
e. Memberikan jurnal harian pada setiap akhir pertemuan dan angket pada pertemuan terakhir kepada siswa
untuk mengetahui kesan dan respon siswa di kelas eksperimen terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Tahap Refleksi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan pengkajian dan analisis terhadap penemuan-penemuan penelitian serta melihat
pengaruh metode Jigsaw terhadap peningkatan berpikir kreatif siswa yang ingin diukur. Selanjutnya, dibuat
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyusun laporan penelitian.

N. Teknik Pengolahan Data


Setelah data diperoleh, maka selanjutnya dilakukan seleksi data yang kemudian diolah dan dianalisis.
Data yang diperoleh, dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis
untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan SPSS 18.0 for
Windows untuk mengolah data yang diperoleh. Hal yang dilakukan untuk menguji data kuantitatif, di
antaranya adalah sebagai berikut.
a. Menghitung Deskripsi Data
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes dan postes, dilakuan terlebih dahulu perhitungan
terhadap deskripsi data yang meliputi mean, standar deviasi, median, skewness, kurtosis. Hal ini diperluan
sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
pada penelitian ini akan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5 %.
Bila data berdistribusi normal maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui
jenis statistik yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata. Bila data tidak berdistribusi normal maka tidak
perlu dilakukan uji homogenitas varians, tapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan
menggunakan uji statistik non-parametrik (Mann-Whitney).
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen
atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s test.
d. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang signifikan antara
pemahaman kelompok eksperimen dan kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen maka pengujiannya menggunakan uji t (independent sample test). Jika data berdistribusi normal dan
tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji t' (independent sample test).
e. Analisis Data Peningkatan Keterampilan Memainkan Gamelan Degung
Apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan kemampuan yang sama maka data
yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan Memainkan Gamelan degung adalah data
postes, akan tetapi apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kontrol menunjukan kemampuan yang berbeda
maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan Memainkan Gamelan degung
adalah dengan perhitungan Indeks Gain. Perhitungan ini diperoleh dari pretes kelas eksperimen dan kontrol
serta postes kelas eksperimen dan kontrol. Analisis data peningkatan keterampilan Memainkan Gamelan
degung siswa diperoleh dengan menggunakan rumus Normalize Gain (Gain ternormalisasi) (Meltzer&Hake,
dalam Sriwiani, 2005:47) sebagai berikut.

Keterangan:
SMI : Skor Maksimal Ideal
Adapun kriteria Indeks Gain menurut Hake (Sriwiani, 2005:64) yang disajikan pada tabel berikut
ini:
Tabel 5
Interpretasi Indeks Gain
Indeks Gain Interpretasi

tinggi

sedang

rendah
2. Data Kualitatif
a. Jurnal harian
Data yang terkumpul, dipisahkan mana yang termasuk ke dalam respons positif dan mana yang termasuk
respon negatif, sehingga diketahui respons siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan
metode jigsaw setelah pembelajaran.
b. Observasi kelas
Data yang terkumpul ditulis dan dikumpulkan dalam tabel berdasarkan permasalahan yang kemudian
dianalisis secara deskriptif.
c. Angket
Instrumen angket pada penelitian ini berupa angket tetutup karena responden hanya tinggal memilih
dengan menchecklist salah satu dari alternatif jawaban yang disediakan. Angket ini juga terdiri dari dua buah
kelompok pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan pernyataan negatif. Setiap pertanyaan angket ini memiliki
empat alternatif jawaban yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) atau bisa pula disusun sebaliknya. Angket jenis ini adalah angket yang
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran memainkan gamelan degung
dengan metode jigsaw angket ini hanya ditujukan pada kelompok eksperimen. Setelah data terkumpul,
kemudian dilakukan pemilihan data yang representatif dan dapat menjawab permasalahan penelitian.
Pembobotan setiap alternatif jawaban angket dengan menggunakan skala Likert disajikan
pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Kategori Jawaban Angket
Alternatif Jawaban
Bobot Penilaian
SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Skor siswa (Suherman, 2003:189) dihitung dengan menjumlahkan bobot skor setiap pertanyaan dari
alternatif jawaban yang dipilih. Untuk melihat persentase sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan,
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P : persentase jawaban
f : frekuensi jawaban
n : banyak responden
Klasifikasi interpretasi perhitungan persentase tiap kategori ditafsirkan dengan menggunakan persentase
berdasarkan Hendro (Waluyo, 2008) sebagai berikut:

Tabel 7
Interpretasi Persentase Angket
Besar Persentase Tafsiran

tidak ada

sebagian kecil

hampir setengahnya

setengahnya

sebagian besar

pada umumnya

seluruhnya

O. Jadwal Kegiatan Penelitian


Bulan
Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan proposal

Seminar proposal

Pembuatan instrumen

Pembuatan bahan ajar


Mengurus perizinan

Percobaan Dan Revisi


Insrtumen

Melaksanakan
Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Bimbingan penulisan

Penulisan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi


Revisi, Cet. ke-12, November. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bintang, C. (2009). Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif. [Online].


Tersedia: http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.html. [11
Februari 2011]

Budiningrati, Hermin. 1998. Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pengajaran
Fisika di SMU.

Eyre, H. L. (2007). Keller’s Personalized System of Instruction: Was it a Fleeting Fancy or is there a Revival on the
Horizon?. [Online]. Tersedia: http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?hid=107&sid=973e3919-
daf2-4155-b9ec-a75e8ec01187%40sessionmgr113&vid=7. [6 Februari 2011]
Gagne, R.M. 1985. The Conditioning of Learning and Theory of Instruction. New York: Holt, Rinehalt and
Winston.
Gunawan, I (2012). Eksistensi Musik Degung di Masyarakat Sunda. [Online].
Tersedia: http://onesgamelan.wordpress.com/2009/01/26/musik-gamelan-sebuah-catatan-tentang-pendidikan-
kehidupan-dan-kekaryaan/. [20Agustus 2013]

Haetami, Aceng dan Supriadi. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Laporan PTK. Kendari:
Universitas Haluoleo.

Hamalik,U. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Siswa. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Hasanah, Yuli Purwanti. 2007. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif


Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Pokok Klasifikasi Mahluk Hidup di
MTs NU Ungaran. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Jamalus. 1988. Pelajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Pendidikan Tinggi.

Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Romizowsky, Aj. 1981. Design Instructional System. New York: Nichole Publishing Company.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran
Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rohmawati, Farida Tri. 2011. Perbedaan Prestasi Belajar Ekonomi Melalui


Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD dengan Memperhatikan
Motivasi Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 5 Metro. Tesis. Bandar
Lampung: FKIP Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai