Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan
sub-sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI)Padangpanjang.
Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
Afrizal Harun
Tim Penyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Adi Krishna
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Novia Murni
Redaktur
Saaduddin
Liza Asriana
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti
______________________________________________.________________________________
_
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan
Padangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;
red.ekspresiseni@gmail.com
ii
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November2015,hlm.165-323
DAFTAR ISI
Husni Mubarat Aksara Incung Kerinci Sebagai Sumber Ide 165 - 179
Penciptaan Seni Kriya
Connie Lim Keh Nie Lagu Pop Bidayuh Bukar Sadong di Serian, 283–304
Sarawak, Malaysia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan fenomena yang berkaitan dengan
Eksistensi Tari Payung sebagai Tari Melayu Minangkabau. Sebagai suatu kajian
budaya yang kritis dan emansipatoris dirumuskan masalah penelitian yaitu
bagaimanakah eksistensi tari Payung sebagai tari Melayu Minangkabau,
bagaimana bentuk tari Payung Syofiany sebagai tari Melayu Minangkabau di
Sumatera Barat, serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tari Payung
sebagai tari Melayu Minangkabau. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
dengan metode pengumpulan data di lapangan seperti observasi, wawancara dan
dokumentasi serta dianalisis secara interaktif dan berlangsung secara terus pada
tahap penelitian sehingga sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data dilakukan
dengan reduksi data, penyajian data, dari penarikan kesimpulan.Berdasarkan
analisis data dapat di formulasikan hasil penelitian yakni pertama eksistensi tari
Payung sebagai tari Melayu Minangkabau hadir wadah di tengah lingkungan
masyarakat terpelajar baik di lingkungan masyarakat kota dan masyarakat nagari
Kata kunci : Tari Payung, Eksistensi, Masyarakat terpelajar
ABSTRACT
This study aims to to express phenomenon pertaining to the existence of dance an
umbrella as dance Malay Minangkabau. As an assessment culture who is critical
and emansipatoris formulated problems research that is how existence dance an
umbrella as dance Malay Minangkabau, what was the dance an umbrella as
dance Malay Minangkabau, and what factors cause dance an umbrella as dance
Malay Minangkabau. This research is research qualitative with data collection
method in the field as observation, interviews and documentation and analyzed
interactive and place in a to hold at a research phase so until completed.Activity
in the analysis data was undertaken by reduction data, presentation of data, from
a with drawal conclusion. Based on analysis of the data can be in formulasikan
the results of the study the first existence dance an umbrella as dance Malay
Minangkabau present a container in the middle of the community erudite good in
the community city and the community nagari..
Key words : Dance an umbrella, the existence of; the community erudite
180
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
181
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
182
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
183
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
pertunjukan yang datang dari daerah historis yang rumit dan banyak
yang lain. melibatkan penyebaran serta
Khusus dalam seni tari di pengambil alihan perangai serta
wilayah rantau terutama rantau kompleks perangai dari budaya lain
perkotaan dominan diwarnai oleh tari sekitarnya. (2002:97)
Melayu yang sifat karakteristiknya Pada tahun 1920-an kelompok
seperti dijelaskan pada tulisan seniman dari Semenanjung Malaya
sebelumnya. Tarian Melayu yang melakukan pertunjukan keseniaan
berkembang di lingkungan perkotaan dimana orang-orang Melayu berada.
Minangkabau secara sengaja atau tidak Selain melakukan di Malaysia,
sengaja akan diwarnai oleh seni Singapura dan sebagainya kelompok
budaya Minangkabau, karena pelaku tersebut juga melakukan pertunjukan
dari kesenian tersebut adalah kesenian ke Nusantara Indonesia
masyarakat Minangkabau yang berasal seperti ke Pulau Jawa, Sumatera, dan
dari berbagai nagari yang ada. Kalimantan. Dampak dari pertunjukan
Kesenian jenis inilah yang dipahami orang-orang Semenanjung Malaya
sebagai kesenian atau seni tari Melayu yang mempunyai paket pertunjukan
Minangkabau. utama komedi bangsawan yaitu jenis
teater Melayu lahirlah bentuk teater di
Latar Belakang Tari Payung
Indonesia yaitu Ketoprak di Jawa,
Berbicara latar belakang
Lenong di Betawi, Mak Yong di Riau,
kehadiran tari Payung berarti
Randai di Sumatera Barat, Abdul
mengupas asal-usul kehadiran tari
Muluk di Jambi dan Mamanda di
Payung dan tidak terlepas dari
Kalimantan. Pengaruh komedi
masyarakat pendukungnya yaitu
bangsawan Melayu di Sumatera Barat
masyarakat Minangkabau Sumatera
bukan hanya melahirkan kesenian
Barat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Randai tetapi juga melahirkan seni
Goerge W. Stocking, Jr yang
drama yang pada zaman penjajahan
diterjemah oleh Landung Simatupang
Belanda lebih dikenal dengan toonel.
mengatakan bahwa, unsur-unsur
Menurut Novi Andri (2007:
budaya merupakan produk proses
159-162) bahwa sekitar tanggal 1
184
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
185
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
186
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
187
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
Sariamin memiliki tema yang sama, tari. Sejalan dengan itu, sekitar tahun
medium gerak sama, alat (payung , 1960 Djermias menyusun sebuah
selendang dan model busana) sama, naskah tari Payung untuk dijadikan
musiknya juga sama, perbedaannya tarian yang sifatnya nasional yang
hanya terletak pada penggarapan. berkembang secara merakyat di luar
Selain murid-murid dari Minangkabau namun tidak mendapat
Noormalschool Bukittinggi ikut andil sambutan dari Kepala Jawatan
mencipta tari Payung, perkembangan Kebudayaan Departemen P P dan K di
kehadiran tari Payung diciptakan juga, Jakarta dan Kepala Urusan Kesenian
dari murid-murid Ins Kayutanam Jawatan Kebudayaan di Yogyakarta
diantaranya Sjofjan Naan (1915-1966) (Mulyadi,1994:338-339)
dan Djarmias Sutan Bagindo (1915- Selanjutnya tari Payung
1991). mengalami perkembangan dinamika
Sjofjan Naan (1915-1966) lahir horizontal Sjofian Naan memiliki
di Padangpanjang tamatan Ins murid diantaranya Hoerijah Adam
Kayutanam sebagai tokoh tari (1936-1971) lahir di Padangpanjang,
Minangkabau yang bertolak dari kaba Sjofyani Yusaf (1935) lahir di
atau cerita rakyat, dan Djermias Bukittinggi, dan Gusmiati Suid (1944)
bergelar Sutan Bagindo lahir di Matur lahir di Padangpanjang yang ikut
sama-sama memiliki gubahan namun andil mencipta tari Payung dengan
tetap mengikuti pola penyajian gubahan atau kreasi masing-masing
sebelumnya. Sjofjan Naan mencipta namun tetap berpijak kepada unsur
tari Payung memberi gubahan warna dalam tari Payung sebelumnya dengan
yang berangkat dari kaba atau cerita gaya khas ciptaan masing-masing.
rakyat. Sehingga gubahan tari yang Zuraida Zainoeddin banyak mengenal
dilakukan oleh Sjofjan Naan Sitti Agam, bahwa Sitti Agam
menekankan simbol-simbol identitas mengatakan “Tari Payung dalam
ke – Minangkau-an, walaupun terbatas perkembangannya sudah ratusan
dimensi isi dan busana. Sedangkan jumlahnya. Siapa saja memang dapat
Djermias berlandaskan dalam dimensi menata Tari Payung, baik orang
tekstual atau aspek internal sebuah Minangkabau sendiri, maupun orang
188
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
189
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
Seniman Semenanjung
Malaya
Diagram 1.
Latar belakang perkembangan kehadiran tari Payung
Pada awal tahun 1920-an hingga abad 20
Keterangan :
: Memperkenalkan
: Cikal bakal terbentuknya
: Sejalan berkembangnya
: Hadir
: Berperan serta
: Diajarkan
: Perkembangan ke seniman selanjutnya secara
vertikal
: Murid berperan mencipta tari Payung
190
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
191
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
a. Penari
Tari Payung Syofiany bisa
disajikan apabila didukung oleh penari
yang mampu memberi bentuk terhadap
tarian tersebut. Berdasarkan
perkembangan pertama muncul tari Gambar 1.
(Foto: Repro, Diah, 2015)
Payung dalam pertunjukan toonel atau
lebih dikenal basandiwara, dimainkan Selanjutnya Perkembangan
oleh kaum perempuan seluruhnya dari berikutnya pada abad ke-20, tari
penari adegan penari perempuan dan Payung Syofiany ditarikan oleh penari
penari laki-laki, dan pemusik laki-laki dan penari perempuan secara
diperankan oleh perempuan. Karena berpasangan. Mempopulerkan
tari Payung tersebut adalah kesenian pertunjukan tari Payung Syofiany ke
perkotaan, sehingga pada masa lalu tingkat nasional dan internasional
perempuan diperbolehkan melakukan hingga sekarang adalah Syofiany
berkesenian. Apalagi ketika itu Yusaf. Tari Payung Syofiany ditarikan
masyarakat nagari sangat kental secara berpasangan dengan jumlah
dengan aturan-aturan tidak genap yang terdiri dari tiga orang
diperbolehkan perempuan menari di berpasangan. Sehubungan dengan
Minangkabau. Kemudian muncullah jumlah penari ini, Soedarsono
pelopor pertama yang menari di atas (1976:17) mengatakan bahwa ada lima
pentas adalah Sitti Agam, namun bentuk desain kelompok yaitu unison
masih tetap menjunjung nilai-nilai (serempak),balanced (berimbang),
etika masih menggunakan pemain broken (terpecah), alternate (selang-
perempuan seluruhnya terlibat dalam seling), dan canon (bergantian).1
tataan tari Payung Syofiany yang Dalam hal ini tari Payung Syofiany
diciptakannya. termasuk kepada kelompok tari
unison, karena dalam tari Payung
Syofiany biasanya berjumlah genap
yaitu enam orang. Sehingga
192
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
193
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
Tabel 1.
struktur tari Payung Syofiany
Penari Putri:
2. Bagian tengah atau isi tari 1. Maliriak salendang
2. Jalan
3. Lingkaran 4 bapasangan
4. Mangirai salendang-puta
5. Ayun salendang kiri kanan-puta kiri
6. Ayun salendang kiri kanan-puta kanan
7. Ayun salendang sampiang
8. Jalan kiri kanan
9. Jalan kamuko maju mundur
194
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
195
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
dari jarak waktu cepat dan lambat. Dalam kaitan konsep di atas,
Sementara aspek durasi dianalisis musik tari Payung Syofiany unsur
sebagai jangka waktu berapa lama sangat penting bagi tari Payung
gerakan itu berlangsung, hal ini bisa Syofiany sebagai pendukung suasana
dihitung dalam hitungan detik atau tergambar pergaulan muda-mudi dari
menit. Dalam kaitan konsep di atas, syair lagu babendi-bendi yang
aspek tempo tari Payung Syofiany dinyanyikan. Musik tari Payung
menggunakan gerak dari kelambatan Syofiany menggunakan musik
menuju kecepatan. Sedangkan aspek eksternal karena diiringi oleh alat
ritme menggunakan dari jarak waktu musik yang dimainkan oleh pemain
lambat ke cepat adanya hubungan pola musik. Adapun alat-alat musik yang
timbal balik. Selanjutnya untuk aspek dipakai untuk mengiringi tari Payung
durasi menggunakan + 7- 8 menit dari Syofiany adalah musik dengan tangga
keseluruhan tari tersebut tampil. nada diatonik yaitu mempunyai jarak
Dalam menganalisis struktur nada 1 dan ½ nada.Sedangkan alat
musik dalam sebuah tarian, biasanya musik diatonik adalah dipakai alat
cendrung untuk mengkaitkan musik seperti Talempong, Accordion,
hubungan tari dengan musik Violin, Gitar, dengan irama musik
iringannya. Dalam pertunjukan tari, Melayu disebut musik Langgam
musik sebagai pengiring yaitu Melayu. Sedangkan Lagu yang
mengiringi tari. Musik sebagai iringan dinyanyikan dalam tari Payung
merupakan unsur sangat penting dalam Syofiany adalah lagu Babendi-bendi.
sebuah tari. Musik dalam tari sangat Syairnya sebagai berikut:
penting karena musik merupakan Babendi..bendi
Ka sungai tanang
pendukung suasana yang membangun
Aduhai sayang (2x)
pertunjukan sebuah tarian. Ketika Singgahlah mamatiak..singgahlah
mamatiak
sebuah tari tidak diiringi musik,
Bunga lembayung (2x)
suasana tari belum dapat dirasakan Hati siapo..indak ka sanang aduhai
sayang..(2x)
sepenuhnya. Musik dalam tari dapat
Maliek rang mudo..mailek rang mudo
berbentuk musik ekternal dan musik manari payung..(2x)
Hati siapo..hati siapo..indak kasanang
internal.
aduhai sayang..(2x)
196
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
197
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
198
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
199
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
200
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
201
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
202
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015
203
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2015
Vol. 13-17, No. 1 Juni dan No. 2 November
204
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November 2015
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan
diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
206
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.