Anda di halaman 1dari 92

Jantra Vol. II, No.

4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Jantra dapat diartikan sebagai roda berputar, yang bersifat dinamis, seperti halnya kehidupan
manusia yang selalu bergerak menuju ke arah kemajuan. Jurnal Jantra merupakan wadah
penyebarluasan tentang dinamika kehidupan manusia dari aspek sejarah dan budaya. Artikel
dalam Jurnal Jantra bisa berupa hasil penelitian, tanggapan, opini, maupun ide atau
pemikiran penulis. Artikel dalam Jantra maksimal 20 halaman kuarto, dengan huruf Times
New Romans, font 12, spasi 2, disertai catatan kaki dan menggunakan bahasa populer namun
tidak mengabaikan segi keilmiahan. Dewan Redaksi Jantra berhak mengubah kalimat dan
format penulisan, tanpa mengurangi maksud dan isi artikel. Tulisan artikel disampaikan
dalam bentuk file Microsoft Word (disket, CD), dialamatkan kepada: Dewan Redaksi Jantra,
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Jalan Brigjen Katamso 139,
Yogyakarta 55152, Telp. (0274) 373241 Fax. (0274) 381555 E-mail: jantra@bksnt-jogja.com

Pelindung Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film


Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Penanggung Jawab Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai


Tradisional Yogyakarta

Penyunting Ahli Prof. Dr. Djoko Suryo


Prof. Dr. Soegijanto Padmo, M.Sc.
Prof. Dr. Irwan Abdullah
Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, MA.

Pemimpin Redaksi Dra. Christriyati Ariani, M.Hum.

Sekretaris Redaksi Dra. Sri Retna Astuti

Dewan Redaksi Drs. Salamun


Suhatno, BA.
Samrotul Ilmi Albiladiyah, S.S.
Dra. Endah Susilantini

Distribusi Drs. Sumardi

Dokumentasi/Perwajahan Wahjudi Pantja Sunjata

Alamat Redaksi :
BALAI PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL YOGYAKARTA
Jalan Brigjen Katamso 139, Yogyakarta 55152
Telp. (0274) 373241 Fax. (0274) 381555
E-mail : jantra@bksnt-jogja.com
Website : www.bksnt-jogja.com
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya Jantra,
Volume II, No. 4, Desember 2007 hadir kembali di hadapan para pembaca.
Kiranya tidak dipungkiri lagi bahwa Indonesia sangat kaya dengan produk seni
pertunjukan yang tersebar di setiap daerah. Bahkan berbagai seni pertunjukan yang ada
merupakan sebuah masterpiece yang adiluhung, dari daerah yang memilikinya, sehingga
tidak jarang bahwa seni pertunjukan seringkali menjadi ikon bagi daerah tertentu. Ketika
membicarakan seni pertunjukan reog, pasti akan dikaitkan dengan kota Ponorogo; Wayang
Wong selalu dipertanyakan apakah gaya Yogyakarta atau Surakarta; Sendratari Ramayana
akan selalu teringat kepada Candi Prambanan, Gandrung selalu dikaitkan dengan dara-
dara cantik dari Kota Banyuwangi, dan masih banyak lagi. Tanpa disadari seni pertunjukan
telah memberi identitas tertentu bagi daerah atau tempat yang “melahirkannya”.
Sejalan dengan hal itu, eksistensi seni pertunjukan tiada berarti, tanpa ada dukungan
sektor pariwisata yang berperan “menyuguhkannya” kepada khalayak. Oleh sebab itu, Jantra
kali ini yang bertemakan tentang Seni Pertunjukan dan Pariwisata, menjadi “suguhan”
yang menarik untuk dibaca.
Tulisan Ilmi Albiladiyah, Endah Susilantini, Emiliana Sadilah, Siti Munawaroh, Isyanti,
serta Hisbaron Muryantoro, menampilkan bagaimana pelaku seni mengekspresikan
kepiawaian dalam berolah seni. Walaupun kebanggaan masih terpancar di dirinya, namun
keberadaan seni pertunjukan seringkali mengalami dilematis. Di satu sisi, banyak seni
pertunjukan mengalami kesulitan dalam proses regenerasi, namun di sisi lain ‘menjamurnya’
desa seni akhir-akhir ini, justru akan mendorong kreativitas masyarakat dalam berolah seni.
Tulisan Titi Mumfangati menjelaskan akan hal itu. Semarak dunia pariwisata akhir-akhir
ini, ternyata memberikan dukungan yang cukup positif terhadap keberadaan seni pertunjukan,
terutama dalam hal wisata budaya. Namun, terkadang kita terlena oleh gegap gempita
keberhasilan sektor pariwisata. Akan tetapi, pembangunan kepariwisataan yang tidak
terencana kadangkala justru sering ‘mengeksploitasi’ keberadaan seni pertunjukan. Tulisan
Ernawati Purwaningsih, Mudjijono, Sukari, Taryati berbicara tentang hal itu. Lalu bagaimana
penghargaan yang pantas diberikan kepada seeorang seniman sejati, seperti dalam tulisan
Suhatno? Selamat Membaca.

Redaksi

ii
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

DAFTAR ISI

Halaman

Pengantar Redaksi ii
Daftar Isi iii
Sinden 225
Samrotul Ilmi Albiladiyah
Tayub Sebagai Salah Satu Aset Pariwisata di Kabupaten Blora 232
Hisbaron Muryantoro
Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta 237
Endah Susilantini
Sendratari Ramayana di Kawasan Wisata Candi Prambanan 245
Emiliana Sadilah
Gandrung Seni Pertunjukan di Banyuwangi 253
Siti Munawaroh
Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Sebagai Aset Pariwisata 261
Isyanti
Warangan: Sebuah Dusun Sarat Seni dan Tradisi 266
Titi Mumfangati
Kebo-Keboan, Aset Budaya di Kabupaten Banyuwangi 273
Ernawati Purwaningsih
Potensi Pariwisata di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara 278
Sukari
Strategi Meningkatkan Reproduksi Wisatawan di Yogyakarta 285
Mudjijono
Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan 291
Taryati
Pengabdian Ki Pujo Sumarto Dalam Bidang Seni Pedalangan 298
Suhatno
Biodata Penulis 309

iii
Sinden (Samrotul Ilmi Albiladiyah)

SINDEN

Samrotul Ilmi Albiladiyah

Abstrak

Seni pertunjukan tradisional di Indonesia sangat beragam termasuk di dalamnya


seni Jawa karawitan, yang diisi dengan suara sinden. Pada masa sekarang orang melihat
tampilan sinden atau pesinden di layar televisi yang berkesan glamour. Bahkan kadang-
kadang terlihat mengeluarkan kata-kata agak menyrempet, yang dahulu dianggap tidak
pantas dalam nyanyiannya (sindenannya). Sikap demikian jarang ditemui pada masa
lalu karena seorang sinden harus menaati aturan-aturan yang berlaku.
Sinden atau pesinden banyak dikaitkan dengan tledek atau taledek (Jawa: talèdhèk)
yang biasanya menari sambil menyanyi, terutama dalam tari tayub. Dahulu tayub
bermula dikaitkan dengan ritual terhadap dewi kesuburan bagi masyarakat agraris,
namun dalam perkembangan selanjutnya menjadi pertunjukan bagi orang yang
mempunyai hajat. Bagaimana seni tradisi Jawa terutama karawitan, wayang, tarian,
yang diisi dengan suara sinden, tulisan berikut merupakan uraian singkat sebagai sebuah
pengantar.

Kata kunci: Seni tradisi - Sejarah seni - Norma.

Pengantar orang akan menengok ke daerah Wonogiri,


Sinden yaitu swarawati, penyanyi dalam Wonosari, Blora, Sragen. Kota yang disebut
musik tradisional (karawitan) Jawa. terakhir ini kemudian mencatat sebagai
Keberadaan seorang penyanyi dalam sebuah gudangnya pesinden. Di wilayah DIY,
pergelaran musik akan berarti dibandingkan daerah Wonosari banyak memunculkan
tanpa penyanyi. Instrumen musik dapat adanya pesinden-pesinden yang baik.
berwujud apa saja asal menghasilkan irama, Terlebih ketika munculnya kreasi paduan
suara enak didengar, hasilnya pun dapat antara musik diatonik dan pentatonik
dinikmati menjadi sebuah tontonan menarik. (gamelan) yang menghasilkan campursari
Bahkan ketika wisatawan domestik maupun pada sekitar awal 1990-an, jumlah pesinden
asing berkunjung ke daerah tujuan wisata di bertambah. Pada umumnya yang menjadi
Goa Tabuhan (Pacitan, Jawa Timur), mereka pesinden adalah perempuan, tetapi ada juga
disuguhi ‘gamelan’ alam yang berupa yang laki-laki walau jumlahnya hanya
stalakmit dan stalaktit, dibarengi alunan sedikit. Namun demikian Kraton Kasultanan
merdu tembangan seorang pesinden (dulu Yogyakarta dahulu mempunyai pesinden
sindennya bernama Nyi Kamiyem dari Desa laki-laki di samping perempuan. Suara
Wareng). Bagi yang telah terjun ke seni Jawa tembang laki-laki (wiraswara) dalam
tradisional akan dapat menikmati karawitan karawitan umumnya untuk gerongan.
dengan sindenan seorang pesinden. Dulu jika Adanya musik campursari tadi, kembali
akan mencari sinden atau pesinden daerah Sragen banyak memunculkan para
(swarawati dengan iringan gamelan Jawa) penyanyi / pesinden (swarawati Jawa).

225
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Tempat-tempat asal sinden di daerah Sragen sinden, dalam kesempatan ini akan
antara lain dari kecamatan-kecamatan: dikemukakan bagaimana sinden pada masa
Karangmalang, Gondang, Mondokan, sekitar abad ke-19, terutama di Yogyakarta.
Sidoharjo, dan Ngrampal.1
Sinden dalam bahasa Jawa ditulis Sinden Dari Masa Ke Masa
dengan sindhèn mungkin berasal dari kata Pada masa Mataram kedua (Mataram-
sendhu-ing menjadi sendhon, nyendhu, Islam) seni pertunjukan tradisional Jawa
artinya hanya berbunyi pada saat tertentu. tumbuh dan berkembang dengan baik.5 Di
Sindenan hanya dapat dilakukan pada saat- antara tempat-tempat yang melahirkan karya
saat tertentu yang dapat disindeni dalam seni ini yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Hal
irama gamelan.2 Dalam kamus kata sindhèn ini dapat dimaklumi bahwa keduanya adalah
mempunyai arti: 1). nembang (menyanyi) pewaris Mataram penerus ke-Jawa-an, baik
bersamaan dengan bunyi gamelan, 2). adat-istiadat, budaya termasuk keseniannya.
disindhèni = bunyi gamelan yang dibarengi Dalam kesenian Jawa pernah didengar
/ diisi dengan sindhènan atau tembangan, 3). tentang sinden (bhs.Jawa: sindhèn),
pasindhèn = orang yang pekerjaannya pesinden (Jw.: pesindhèn), tledek (Jw.:
nembang (menyanyi dengan iringan gamelan tlèdhèk) atau waranggana. Keberadaan
Jawa), biasanya berkaitan dengan talèdhèk.3 seniman/wati demikian sudah lama ada
Memang sinden atau pesinden berkaitan erat seperti yang disebutkan dalam prasasti
dengan tledek. Sehubungan dengan itu di sini dengan kata, widu mangidung, biduan
akan disinggung sedikit tentang tledek. menyanyi. Di samping itu juga ada kegiatan
Tledek yang dalam bahasa Jawa ditulis seni tari, dapat dilihat dalam relief-relief
dengan talèdhèk ini atau tlèdhèk diartikan candi di Jawa yang memperlihatkan gerakan
demikian: seorang perempuan yang tari (mangigel), sehingga besar kemung-
pekerjaannya menari juga nyindhèn. 4 kinannya bahwa keberadaan sinden dalam
Seorang tledek, selain menari juga nembang. karawitan Jawa merupakan kelestarian seni
Kadang-kadang gerakan tariannya sangat pertunjukan itu sendiri yang sebelumnya
menggoda (lelédha, anglelédha - Jawa), sudah ada.
genit, sehingga menjadikan para pria ingin Tidak diketahui secara pasti kapan
menjadi pasangannya menari (ngibing). Di sejarah sinden, waranggana, tledek (kadang-
dalam masyarakat ada pengertian bahwa kadang diucapkan dengan ledhek) ini ada,
seorang sinden tugasnya hanya nyinden kemungkinan sudah sangat lama, namun
(menyanyi dengan iringan gamelan Jawa), dengan istilah yang berbeda. Sejarah kuna
sedangkan tledek selain menyanyi juga harus mencatat adanya widu mangidung, yang
menari dengan iringan gamelan. Dalam kemudian dalam bahasa Jawa baru ada kata
menari (tayub) ia bisa berpasangan dengan kidung, kidungan mengandung maksud
penari laki-laki, namun kadang-kadang nyanyian. Dalam bahasa Indonesia ada kata
menari sendiri tidak berpasangan, misalnya biduan, penyanyi. Pada masa lalu tledek
ketika menari gambyong. Berbicara seputar sangat dibutuhkan masyarakat Jawa, baik

1
Wisnu Kisawa, dkk, “Daerah Sragen, Negeri Sinden Beraroma Campursari”, dalam Suara Merdeka, 13
November 2005, hal. 7.
2
A. Sugiyanto, dkk, Tuntunan Sinden Dasar. (Semarang: Proyek Pengembangan Kesenian Jawa Tengah,
2005), hal. 2.
3
W.J.S.Poerwadarminta, dkk, Baoesastra Djawa. (Groningen,Batavia: JB. Wolters Uitgevers Maatchappij,
NV, 1939), hal. 564.
4
Ibid, hal 609.
5
Edi Sedyawati, Pertumbuhan Seni Pertunjukan (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), hal. 1.

226
Sinden (Samrotul Ilmi Albiladiyah)
perorangan maupun masyarakat pedesaan tayub, maka tledek yang dihadirkan tidak
secara umum. Bagi perorangan, ketika akan hanya satu, namun tiga orang.
mengadakan hajatan maka diperlukan Ketiga orang tledek tersebut, salah
seorang tledek yang akan menari tayub satunya dipilihkan orang yang pandai
(dengan pengibing pria pasangannya) atau menguasai tentang tembang dan gending
gambyong (menari sendirian). Demikian walau tidak cantik dan sudah tua usianya.
pula bagi desa yang akan melakukan sesaji Kemudian yang kedua dapat dipilihkan
di tempat-tempat yang dianggap keramat seorang tledek yang masih muda, cantik,
juga memerlukan kehadiran seorang tledek. namun belum dapat nyinden (menyanyi) dan
Di tempat demikian pengibing (pasangan nayub (menari tayub). Ketiga, dapat
menari tayub) pertama yaitu penunggunya dipilihkan seorang tledek dagelan yang lucu.
(sing mbaureksa, dhanyange). Tayub ini Ketiga-tiganya saling melengkapi keku-
diiringi oleh gending Ijo-ijo, Gadungmlathi, rangan masing-masing. Pada dasarnya
dan lain sebagainya. Tari tayub sendiri pada seorang yang menyelenggarakan pertun-
mulanya merupakan tari kesuburan di jukan tledek, maka tledek tersebut untuk
pedesaan yang kebanyakan kehidupannya keperluan 1). menari tayub, 2). menari
sebagai petani. Bagi masyarakat agraris, gambyong, dan 3). nyinden (menyanyi Jawa
Dewi Sri merupakan dewi padi yang dengan iringan gamelan). Untuk keperluan
dianggap memberi kesuburan. menari tayub, seorang penari mendapatkan
Dahulu orang yang berprofesi sebagai upah mahal. Ia menari tayub (nayub)
tledek sangat berarti, karena jumlahnya yang berpasangan dengan pengibing yaitu penari
sedikit, tetapi masyarakat yang membutuh- laki-laki yang menari (ngibing) ketika dipilih
kan banyak, terutama bersamaan dengan tledek (ketiban sondher), dengan memberi-
bulan baik. Artinya pada saat bulan yang kan sampur (selendang tari). Selain itu si
dimaksud, banyak desa yang mengadakan penari masih berhak menerima uang
sesaji umum (merti desa, bersih desa, bersih tambahan (tip) sebagai penari. Tentang uang
tlaga, dsb.) atau musim hajatan, yang tambahan ini, pihak penyelenggara bisa
menggunakan jasa tledek, terutama yang mengadakan perjanjian dengan si penari
dianggap baik. Tledek dianggap mempunyai mengenai pembagiannya. Lain bagi tledek
nilai lebih apabila: dapat menari baik, luwes, penari gambyong tugasnya hanya menari
mempunyai suara merdu, tahu betul tentang sendirian saja. Tledek yang hanya bertugas
irama gending Jawa, ditambah lagi muda menyanyi (nyinden), ia juga disebut sinden
usia dan cantik rupawan. Selain itu, tledek atau pesinden.
yang baik yaitu yang mendukung sebuah Pada masa sebelum tahun 1900-an,
pergelaran yang diselenggarakan, tidak pilih profesi sinden atau pesinden pada umumnya
kasih terhadap orang yang membutuhkannya merangkap sebagai tledek. Baru pada sekitar
(nanggap), tidak mudah marah, ramah, tahun 1900-an, seorang sinden mendapat
rendah hati, halus tutur katanya, penuh tata kesempatan bertugas nembang (nyinden)
krama dan norma-norma kesusilaan. Ia juga saja, tidak menari. Adapun yang mempe-
dapat menghibur tamu, melayani segala lopori hal tersebut yaitu Gusti Pangeran
macam pembicaraan sehingga meghidupkan Harya Suryoputro, putra Sri Sultan
suasana. Akan tetapi tledek yang mem- Hamengku Buwono VI. Pangeran Suryo-
punyai kemampuan demikian sangatlah putro ini mempunyai pesinden yang bukan
jarang. Apabila ada maka jumlahnya hanya tledek, jadi tugasnya hanya sebagai
sedikit dan kebanyakan sudah tua, paling swarawati saja tidak dengan menari, ia
tidak sudah berusia tiga puluhan. bernama Sopimanis. Pesinden Sopimanis
Sehubungan dengan hal itu jika seseorang mempunyai suara merdu walaupun
mengadakan hajatan dengan pertunjukan tari wajahnya kurang cantik. Pada masa

227
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono Bung Karno, jaman pesinden Bu Bei
VIII (1921-1939), beliau mengangkat abdi Mardusari. Jika (pergelaran) wayang purwa
dalem gerong laki-laki dan perempuan. Pada (menggunakan) gamelan (laras) slendro,
masa HB VIII tersebut yang menjadi lurah wayang madya (menggunakan gamelan
gerong laki-laki yaitu K.R.T.Madukusumo, pelog) dan slendro, wayang gedog
sedangkan lurah gerong perempuan yaitu (menggunakan gamelan laras pelog).
Nyai Lurah Larasati atau Karsinah.6 Pada Wayang gedog inilah yang kemudian besar
masa HB VIII seni budaya tradisonal Jawa pengaruhnya terhadap keberadaan sinden-
mengalami perkembangan pesat. Sudah sinden selanjutnya. Ngarsa Dalem HB VII
sejak lama di kraton Yogyakarta mempunyai mempunyai sinden baik: Mbok Ronce,
abdi dalem pesinden atau sinden laki-laki Nyamleng [rumahnya belakang pabrik es],
dan perempuan. Sinden laki-laki, pada masa Bu Bei Wirajawata. Wiraswara [suara
HB VII menyindeni dalam pergelaran gerong laki-laki] itu yang membuat saya …”
wayang gedog (lakon cerita Panji). Berbeda dengan pertunjukan wayang
Almarhum ‘Pak Kanjeng’ sebutan KRT gedog yang sejak HB VII memakai sindenan
Wasitodipuro semasa masih hidup pernah yang dilakukan oleh pesinden laki-laki,
mengatakan demikian: kemudian kapankah wayang kulit purwa
“…Sindhen menika dhasaripun Yogyakarta pertunjukannya menggunakan
swara… Kula mboten setuju kaliyan sindhen sinden. Pertunjukan wayang kulit yang pada
Yoja samenika…, karena umum pendengar masa kini lazim menampilkan sinden,
niteni…Sindhen ki ana wiwit…Ngarsa bahkan dalam jumlah banyak, dahulu di
Dalem ping pitu neng wayang gedhog, sing Yogyakarta tampilan sinden dalam wayang
nyindheni lanang… jaman dhalang kulit baru pada sekitar tahun 1928-an. 8
Jayengtaryana, aku nyekel saron… Wiwit Disebutkan bahwa adanya sinden dalam
janturan dhalang, disindheni, wiwite dhek pewayangan asal mulanya karena keinginan
jaman Bung Karno…jaman Bu Bei kuat para penggemar klenengan (karawitan)
Mardusari…Yen wayang purwa gamelane gamelan, yang ingin menikmatinya. Oleh
slendro, madya gamelane pelog karo karena itu dimasukilah pewayangan dengan
slendro, gedhog pelog. Wayang gedhog sindenan, kemudian muncul teknik-teknik
menika pengaruhipun ageng tumrap penyajian sindenan disesuaikan dengan
sindhen-sindhen. Ngarsa Dalem ping pitu.. pergelaran wayang itu sendiri. Menurut Baju
duwe sindhen-sindhen Mbok Ronce, yang menuturkan di tahun 1954 itu,
Nyamleng, Bu Bei Wirajawata. Wiraswara tampilnya sinden atau pesinden dalam
ki sing gawe aku”7 wayang ada keuntungan dan kerugiannya.
Artinya: Keuntungannya yaitu: 1) Memuaskan
“Sinden itu (modal) dasarnya suara. para penggemar klenengan, 2) Sinden yang
Saya tidak setuju dengan sinden Yogya cakap dapat memeriahkan suasana dan dapat
sekarang, karena pendengar umumnya juga membantu dalang, 3) Dapat membantu
tahu. Awal adanya sinden (di Yogya) saat dalang menemukan nada kembali ketika
Ngarsa Dalem (HB) ke VII di dalam dalang kehilangan ngeng laras gending
pertunjukan wayang gedog. yang nyindeni gamelan saat sedang janturan, cerita, 4)
pria. Pada masa dalang Jayengtaryana saya Memberi waktu bagi dalang yang ingin
yang pegang saron. Janturan dalang ketika istirahat, saat itu diisi oleh suara sinden, 5)
mendalang mulai disindeni itu pada masa Selain pesinden ada penggerong (wiraswara)

6
Pak Mangun, “Tledek lan Waranggana”, dalam Almanak Waspada. (Ngayogyakarta: Pesat, 1958), hal.
239.
7
Wawancara dengan KRT. Wasitodipuro, pada tanggal 18 September 2000, di Yogyakarta
8
Baju, “Pesinden Di Pewayangan”, dalam Pandjangmas, No.1 Th. II. 26 Januari 1954, hal. 18.

228
Sinden (Samrotul Ilmi Albiladiyah)
yang dilakukan para wi(ni)yaga, penabuh penikmat uyon-uyon dengan sindenannya
gamelan dapat memeriahkan suasana, asal berkata bahwa suaranya diibaratkan seperti
tidak melebihi suara dalang dan sinden. gelombang panjang tak terputus sampai
Adapun kerugiannya yaitu: 1) akhir nada (swarane turut ngusuk). Ada yang
Mengurangi perhatian pentas wayang, menggambarkan seperti emas, si suara emas.
karena suatu pentas wayang yang Logam mulia, emas mempunyai kilauan
menggunakan sinden maka perhatian sinar yang bagus (Jawa: kinclong), maka ada
penonton akan tertuju pada sindenan, 2) sinden yang merdu suaranya mendapat
Dalang kehilangan waktu mendalang saat julukan Kinclong. Pada intinya dahulu dalam
sinden menyinden, dapat juga memecah pertunjukan wayang kehadiran seorang
konsentrasi dalang, 3) Bagi dalang yang sinden atau lebih banyak lagi, harus selalu
belum mahir, kehadiran sinden bisa jadi ingat akan maksud tujuan utamanya yaitu :
malah mengecewakannya, 4) Timbul pertunjukan wayang yang membawakan
prenesan (kata-kata menggoda) dalam cerita dengan sungguh-sungguh. Tampilnya
sindenan, jika ditanggapi dalang dan sinden dalam wayang diharapkan dapat
menimbulkan rusaknya pakeliran, membantu tugas dalang dalam mewayang,
mengurangi bobot cerita dan menjemukan, tidak mengganggunya. Artinya suara
5) Bagi dalang yang sudah terbiasa pentas sindenan jangan sampai mendesak-desak
menggunakan sinden, maka jika tidak suara dalang saat melakukan kewajibannya
disertai sinden timbul rasa sepi tidak misalnya ketika suluk, ada-ada, dsb.
semangat, 6) Pesinden yang belum tahu Cakepan (materi, kata-kata) dalam sindenan
tentang liku-liku teknik pentas wayang jika supaya menggunakan kata bernas, tidak
disertakan justru akan merintangi dalang jorok atau pernes (menggoda) yang dapat
saat bertugas. menimbulkan dampak negatif, sehingga
Pada masa sekarang pementasan tampak keseriusan membawa lakon cerita.
wayang kulit bila tidak disertai penampilan Mengenai sinden, di kraton (Yogya-
sinden, terutama yang serba bisa maka akan karta) juga mempunyai abdi dalem pesinden
ditinggalkan penontonnya. Seperti pendapat perempuan, namun tidak seperti pesinden
para dalang masa sekarang, tontonan pada umumnya. Ia mempunyai tugas khusus
wayang mulai berkurang penggemarnya, jika yaitu hanyalah menyanyi atau nyindhèni
tidak menampilkan pesinden yang cantik dan untuk mengiringi Tari Bedhaya dan Srimpi
pandai menyanyi. Dengan demikian dapat di dalam kraton. Di samping itu ia juga
dikatakan bahwa penampilan sinden bertugas merias (maesi) pengantin putri.
merupakan daya tarik tersendiri yang dapat Dahulu yang menjadi abdi dalem sinden
menyedot penonton. Pertunjukan wayang perempuan di kraton ini rata-rata sampai
tidak merugi jika banyak penggemarnya, dan lama menjalankan tugas sampai usianya tua,
kesenian tradisional ini akan berlanjut. sehingga kebanyakan sudah tua. Sinden
Kelestariannya pun tak lepas dari income. kraton yang demikian jika mendapatkan
Bagaimana pun juga antara tontonan dan tugas nyinden, ia akan menjalaninya dengan
penghasilan harus imbang, ibarat sekeping aturan baku menurut tata cara yang ada
mata uang, kedua belah sisinya menyatu. sehingga tidak bisa sembarangan misalnya
Akan tetapi dahulu para pelaku budaya ketawa-ketawa, bersikap sembrono. Mereka,
berpendapat bahwa wayang bukan para sinden ini mempunyai sebutan Nyai
klenengan. Klenengan atau uyon-uyon, Lurah.
gending-gending dalam sebuah karawitan Pada awal abad ke 20 pesinden-tledek
mengedepankan, mendengarkan alunan dianggap seperti abdi dalem layaknya, di
suara sinden yang merdu di dalam irama bawah lurah tledek yang jumlahnya ada dua,
gending, dapat menggetarkan hati (nganyut- mempunyai pangkat lurah penajungan, di
anyut). Begitu merdunya maka bagi bawah Kanayakan (Kawedanan) Gedhong
229
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Kiwa. Anggapan seperti abdi dalem, karena Penutup


ketika kraton mempunyi hajat, atau Dalam cerita pewayangan, kata
mengadakan pisowanan yang meggunakan waranggana mempunyai arti putri yang
gamelan, maka para tledek ini juga cantik rupawan nan anggun, juga untuk
mempunyai tugas nyindeni di karawitan menyebut bidadari, dewi, hapsari, putri
kraton. Para tledek tesebut di bawah dua bertempat tinggal di Karang Widodaren,
lurah. Kedua lurah tledek ini mendapat nama kayangan tempat para dewa. Walaupun putri
dari kraton yaitu Mas Lurah Citralata dan kayangan, namun waranggana tidak
Mas Lurah Prajalata. Ia bertempat-tinggal di mempunyai suami. Waranggana yang
kampung Gendingan, sebelah selatan diartikan sebagai bidadari, menggambil dari
kampung Suryabrantan. Mengenai tledek Kitab Arjunawiwaha bahasa Jawa Kuna
yang bertempat tinggal di dalam kota (syair) karya Mpu Kanwa zaman raja
Yogyakarta tidak diperbolehkan mempunyai Airlangga (941-964 Œaka = 1019-1042 M.),
rumah sendiri atau di perkampungan. kemudian dalam sastra Jawa muncul
Mereka diharuskan tinggal di rumah lurah gubahannya dalam bentuk tembang macapat
tledek, yaitu di tempat Mas Lurah Citralata dan gancaran (Serat Mintaraga, Wiwaha
atau Mas Lurah Prayalata. Oleh sebab itu Jarwa, Arjunawiwaha). Di antara para pakar
maka rumah lurah tledek tersebut dinamakan yang menggubah, menghimpun, mengana-
Tledekan (berasal dari : tempat tledek) atau lisis tentang kitab tersebut yaitu Yasadipura
Pralatan (dari kata : lata, Prajalata dan I, Dr. Purbatjaraka, Dr. Prijohutomo, Dr. I.
Citralata). Para tledek harus mematuhi Kuntara Wirjamartana, SJ.
aturan-aturan yang berlaku, tidak boleh Disebutkan dalam Serat Mintaraga
semaunya sendiri. Mereka, para tledek gancaran bahwa jumlah waranggana di
tersebut dibuatkan rumah-rumah kecil yang kayangan yang menonjol semuanya ada
didirikan di halaman sekitar pendapa, seperti tujuh orang. Mereka berasal dari ratna mutu
rumah Jawa pada umumnya. Bangunan manikam yang dicipta dan dipuja menjadi
rumah lurah tledek ini dari depan ke bidadari rupawan. Sebagai ucapan terima
belakang terdiri dari kuncungan, pendapa, kasih para bidadari ini kemudian memper-
pringgitan dan rumah utama.9 sembahkan tarian (lenggotbawa) sambil
Tempat tinggal para tledek ini dahulu mengelilingi para dewa yang duduk. Supaya
berada di kampung Gendingan, yaitu dapat selalu melihat tarian bidadari tersebut,
perkampungan para abdi dalem wi(ni)yaga ada dewa yang mengeluarkan kesaktiannya,
yang sudah tua di bawah reh Kawedanan sehingga ada dewa yang mukanya berjumlah
(Kanayakan) Gedongkiwa. Para tledek yang menjadi empat, dan lain-lainnya. Disebut-
berada di perkampungan abdi dalem tersebut kan dalam Serat Mintaraga bahwa
kemudian diwajibkan belajar njoged, menari waranggana mempunyi tugas: 1) Menari
Jawa dan belajar nyindeni gamelan di untuk menghibur hati para dewa di waktu
pendapa rumah lurah tledek. Sedang yang senggang, 2) Menggoda orang yang sedang
menjadi guru tarinya yaitu para tledek se- bertapa untuk menguji keteguhan hatinya,
nior yang pandai mengajar tari Jawa. Adapun 3) Sebagai anugerah orang-orang yang lulus
yang menjadi guru sinden gending-gending tapanya, para raja dan kesatria yang
rumit, gending-gending klasik yang hanya mempunyai kesaktian lebih.
dibunyikan di dalam kraton, yaitu para abdi Kisah waranggana diuntai secara
dalem senior (kasepuhan). Sinden memang menarik di dalam Serat Mintaraga.
sering dikaitkan dengan tledek, ada juga Diceritakan bahwa para waranggana
yang menyebut dengan waranggana. tersebut menggoda (anglelédha) merayu

9
Ibid.

230
Sinden (Samrotul Ilmi Albiladiyah)
dengan menyanyi (nyekar, nembang) atau pesinden di dunia hiburan. Bukankah
tarian, njoged, untuk menguji keteguhan hati tampilan tledek, sinden, juga dibuat secantik
Arjuna (Parta) yang sedang bertapa, di antara mungkin agar seperti bidadari ? Sehubungan
bidadari penggoda tersebut yaitu Dewi dengan itu sinden adakalanya juga disebut
Supraba. Setelah Arjuna lulus dan mendapat- dengan waranggana. Masing-masing istilah
kan senjata pusaka dari dewa, maka atas tersebut secara eksplisit mengandung arti
bantuan Supraba, Arjuna dapat mengalahkan hampir sama di dalam seni pertunjukan
Prabu Niwatakawaca. Sebagai hadiah Dewi walaupun jika ditelusuri mempunyai
Supraba dianugerahkan kepada Arjuna. perbedaan. Namun demikian masyarakat
Cerita tentang waranggana, bidadari di jugalah yang akhirnya menafsirkan sesuai
kayangan yang menghibur para dewa ini dengan pendapat masing-masing.
mirip dengan kehidupan tledek, sinden atau

Daftar Pustaka
A. Sugiyanto, dkk., 1975. Tuntunan, Sinden Dasar. Semarang: Proyek Pengembangan
Kesenian Jawa Tengah.
Baju, 1954. “Pasinden Di Pawajangan”, Pandjangmas, No. 1, Th. II, 26 Djanuari 1954.
Mangun, Pak, 1958. “Tledek Lan Waranggana”, Almenak Waspada. Ngajogyakarta:
Pesat.
Poerwadarminta, W.J.S., dkk.1939. Baoesastra Djawa. Groningen, Batavia: J.B.Wolters
Uitgevers Maatschappij N.V.
Wisnu Kisawa, dkk. “Daerah Sragen, Negeri Sinden Beraroma Campursari”, Suara
Merdeka, 13 November 2000.

231
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

TAYUB SEBAGAI SALAH SATU ASET PARIWISATA


DI KABUPATEN BLORA

Hisbaron Muryantoro

Abstrak

Tayub merupakan sebuah seni pertunjukan rakyat yang cukup populer di Kabupaten
Blora. Kesenian rakyat ini hampir menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Blora. Agar
kesenian rakyat ini tetap eksis dan tidak berkonotasi “ negatif “ di masyarakat, maka
pemerintah Kabupaten Blora perlu membuat aturan atau lebih tepatnya tata tertib yang
harus ditaati oleh para penari tayub. Di sisi lain, agar kesenian ini tetap hidup di tengah-
tengah masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas terkait berupaya
mengadakan even tahunan di tempat-tempat wisata atau hiburan.
Diharapkan dengan adanya event tahunan tersebut kesenian rakyat ini akan menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Keberadaan
tayub sebagai kesenian rakyat merupakan salah satu peluang yang cukup potensial
sebagai daya dukung bagi obyek wisata tertentu yang ada di Kabupaten Blora.

Kata kunci: Tayub - Blora - Pariwisata.

Obyek-obyek Pariwisata Di Kabupaten Kabupaten Blora Waduk Tempuran


Blora dijadikan sebagai obyek wisata daerah.
Kabupaten Blora ternyata mempunyai Sebagai sebuah obyek wisata, sebenarnya
banyak obyek wisata. Namun sangat waduk ini sangat potensial untuk terus
disayangkan bahwa beberapa obyek wisata dikembangkan. Namun sangat disayangkan,
yang ada, belum dikembangkan secara op- sarana dan prasarana yang tersedia belum
timal. Obyek-obyek wisata yang ada antara memenuhi persyaratan sebagai tempat
lain Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata wisata, karena belum dikembangkan secara
Ziarah, Wisata Sejarah dan Wisata Buatan.1 maksimal.
Obyek-obyek wisata itu hampir menyebar di Wisata buatan yang ada di Kabupaten
seluruh wilayah Kabupaten Blora. Sebagai Blora, terdapat di tiga tempat yaitu Taman
salah satu contoh adalah wisata alam yang Budaya dan Seni Tirtonadi, obyek Wisata
terdapat di Kecamatan Kota Blora, yaitu Sejarah, dan Loko Tour. Obyek Wisata
Waduk Tempuran. Pada mulanya di masa Sejarah terdapat di Desa Soko, Kecamatan
kolonial Waduk Tempuran, difungsikan Jepon, Kabupaten Blora. Obyek wisata itu
untuk irigasi lahan pertanian dan perikanan, berada di alam perbukitan sehingga udara
di samping sebagai pemenuhan air bagi yang segar menjadi sebuah potensi yang
warga sekitar. Namun dalam perkembangan menarik bagi wisatawan yang berkunjung.
selanjutnya, oleh pihak Pemerintah Daerah Obyek wisata ini mulai mendapat perhatian

1
Taryati dkk, Sejarah dan Budaya Dalam Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blora. (Yogyakarta:
Eja Publisher, 2006 ), hal. 41-96.

232
Tayub Sebagai Salah Satu Aset Pariwisata Di Kabupaten Blora (Hisbaron Muryantoro)
dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten kolam renang. Kemudian di akhir tahun
Blora sejak tahun 1990 yang diwujudkan anggaran dibangun kolam renang anak,
melalui pembangunan kolam renang. warung-warung untuk menjajakan souvenir
Dengan memperhatikan kondisi yang ada dan ruang ganti yang atasnya dilengkapi
Wisata Sejarah yang ditawarkan dengan arena Karaoke. Pekerjaan yang
sesungguhnya memiliki potensi yang perlu terberat adalah membuat talud keliling
dikembangkan lagi, antara lain taman yang luas keseluruhannya mencapai
pembangunan villa, taman anggrek atau hampir 4 (empat) hektar. Dengan demikian
taman bunga. Namun, sangat disayangkan maka program pembangunan itu akan
obyek wisata itu nampak kumuh dan memenuhi slogan pariwisata yaitu Sapta
terbengkalai, sedangkan aset wisata lain Pesona yang berupa Keamanan, Ketertiban,
berupa Loko Tour telah ditangani secara Kebersihan, Kesejukan, Keindahan,
baik dan profesional. Sehingga wisata Loko Keramah-Tamahan dan Kenangan.3
Tour ini telah dikenal oleh wisatawan Sesuai dengan namanya yaitu Wisata
domestik maupun mancanegara. Taman Budaya dan Seni Tirtonadi, maka
Obyek wisata buatan lain adalah Taman Pemerintah Daerah Kabupaten Blora
Budaya dan Seni Tirtonadi, yang sudah berusaha menghidupkan kembali
terkenal sejak tahun 60-an hingga 70-an. keberadaan Taman Budaya dan Seni
Obyek wisata inipun ternyata juga belum Tirtonadi ini dengan cara menampilkan
ditangani secara maksimal. Padahal obyek kesenian rakyat yang berupa tayub. Kesenian
wisata ini menempati areal yang cukup luas rakyat ini cukup populer di kalangan
serta terletak di pusat kota Blora, sehingga masyarakat Blora. Dinas Pariwisata dan
akan lebih mudah menarik wisatawan yang Kebudayaan Kabupaten Blora bekerjasama
berkunjung. Informasi yang ada ternyata dengan “Mustika Kuning” mencoba untuk
Pemerintah Daerah Kabupaten Blora menghidupkan kembali Taman Budaya dan
menaruh perhatian yang cukup besar pada Seni Tirtonadi ini dengan jalan menampilkan
obyek wisata tersebut. Pada tahun 2001, duapuluh orang seniman penari tayub di
Taman Budaya dan Seni Tirtonadi mulai seluruh Blora. 4 Acara kesenian ini akan
dibenahi lagi, baik sarana maupun diadakan setiap tahun, terutama pada hari-
prasarananya. Biaya untuk merehabilitasi hari besar.
obyek wisata ini dianggarkan sekitar 3
milyar rupiah.2 Direncanakan proyek ini Tayub
akan digarap selama tiga tahun anggaran: Pada jaman Kerta sampai jaman
“……Tahap pertama yaitu pembangunan Kartasura, Kerajaan Mataram terbagi-bagi
gerbang utama atau gapura lengkung, atas: daerah kuthanegara, daerah
panggung terbuka, fasilitas rekreasi anak, negaragung dan daerah pesisiran.5 Daerah
penyiapan rekreasi air dan pembangunan kuthanegara adalah pusat wilayah kerajaan.
sebagian warung. Tahap kedua meliputi Di tempat itu tinggal raja beserta
pembangunan gerbang selatan yang menyatu keluarganya dan para pejabat tinggi kerajaan
dengan RSPD, pembangunan rekreasi air mancanegara, suatu daerah yang terletak di
serta pembangunan kandang burung dan luar negaragung. Daerah pesisiran adalah

2
Taryati dkk, ibid, hal. 92.
3
Taryati dkk, ibid.
4
Taryati dkk, ibid, hal. 94.
5
Masyhuri (ed), Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. (Jakarta : Depdikbud, IDDK, 1977), hal. 85-
86.
6
Ibid.

233
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

juga daerah yang berada di luar Pada upacara bedah bumi, pengibing
negaragung.6 Di daerah mancanegara itu atau penjoget yang tampil pertama bersama
lahir sebuah kesenian yang cukup populer ledek tayub adalah tetua desa. Pasangan
yaitu tarian tayub. Dari berbagai catatan, antara tetua desa dan ledek dalam tarian itu
dahulu tarian tayub sangat populer di disebut bedah bumi atau membedah bumi.12
wilayah mancanegara atau daerah-daerah Tarian berpasangan itu juga melambangkan
yang jauh dari kota besar dan kraton, seperti hubungan antara pria dan wanita dengan
Pati, Blora, Jepara, Grobogan, Sragen dan tanah yang dibedah atau dibelah untuk
Tuban.7 ditanami padi.13 Dengan kata lain membelah
Pada mulanya tayub merupakan sebuah rahim wanita yang dimaksudkan sebagai
tarian ritual yang dilangsungkan untuk membelah bumi tadi. 14 Sampai saat ini
upacara kesuburan pertanian.8 Upacara ini ternyata tayub masih sering digunakan untuk
dilangsungkan pada saat mulai panen, upacara-upacara yang bersifat ritual. Namun
dengan harapan pada musim tanam demikian harus diakui bahwa pada
berikutnya hasil panen akan melimpah lagi.9 perkembangan selanjutnya gerak tari tayub
Pendapat itu memang ada benarnya, sebab yang erotis itu kemudian berubah menjadi
di masyarakat terpencil pun di Indonesia, hiburan atau tontonan yang mengasyikkan.
setiap pelaksanaan ritual keagamaan maupun Ketika gerak tari tayub berubah sekedar
ritual adat, selalu menampilkan seni menjadi tontonan, maka tidak berlebihan
pertunjukan. Fungsi ritual adat pun sangat kiranya jika tayub kemudian dimanfaatkan
bervariasi dan beragam, seperti upacara sebagai daya tarik pariwisata.
mensakralkan tanah untuk kesuburan dan
kesejahteraan.10 Selain itu, seni pertunjukan Asal-usul Tayub
juga selalu ada dalam pelaksanaan upacara Beberapa ahli berpendapat bahwa tayub
bersih desa, Upacara Nyadran, ruwatan dan menurut tradisi lisan jika dikiratabasakan
masih banyak lagi. Salah satu seni atau dijarwodosokan menjadi ditata cikben
pertunjukan rakyat yang berfungsi dalam guyub yang berarti “tarinya diatur secara
ritual adalah tayub. Salah seorang penari baik agar menjadi kerukunan orang”. 15
tayub mengatakan : Sedang pendapat lain mengatakan bahwa
“………saya malah pernah disuruh menari kata tayub berarti “Kasukan jejogedan
tayub di luweng (goa) tempat orang mencari nganggo dijogedi tledhek” yang berarti
walet. Mereka meminta saya menari dengan bersuka ria menari bersama penari tledhek.
alasan agar mereka berhasil memanen walet. Secara singkat dapat dikatakan bahwa nayub
Pada bulan Sura saya juga biasa diminta berarti menari-nari dan yang lain
menari di sendang (tempat mata air). mengatakan bahwa nayub berarti menari-
Semuanya demi sebuah ritual kesuburan.11 nari yang ada kaitannya dengan minum-

7
Kompas, Minggu 26 Agustus 2007, hal. 18.
8
Ibid.
9
Ibid.
10
RM. Soedarsono. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukkan Dan Seni Rupa. (Bandung: Masyarakat
Seni Pertunjukkan Indonesia, 1999), hal. 168.
11
Kompas, Minggu 26 Agustus 2007, hal. 18.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Setya Yuwono (ed). Tradisi dari Blora. (Semarang : Citra Almamater, 1996), hal. 92.
16
Ibid.

234
Tayub Sebagai Salah Satu Aset Pariwisata Di Kabupaten Blora (Hisbaron Muryantoro)
minuman keras.16 Dikatakan bahwa tayub itu Sudah barang tentu aturan itu
dianggap kasar, rendah dan sepele. merupakan langkah yang cukup positif dan
Kekasaran yang terdapat di dalam seni tayub dimungkinkan akan melahirkan pencitraan
itu antara lain : baru bagi komunitas seni tayub itu sendiri.
1. Penari laki-laki minum-minuman keras. Dengan demikian, maka keberadaannya
2. Penari lelaki mencium pipi wanita di akan tetap terjaga di tengah-tengah
depan umum tanpa rasa malu. masyarakat pendukungnya, tanpa harus
3. Penari lelaki memasukkan uang ke dalam menimbulkan kontroversi. Selain itu, dapat
kemben penari wanita. dikatakan bahwa keberadaan seni tayub ini
4. Penari lelaki memangku penari wanita, oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Blora
mungkin karena dalam kondisi mabuk akan tetap terus dijaga eksistensinya, antara
atau pura-pura mabuk, ia menciumi lain dengan mengadakan penataran-
penari wanita, tanpa malu-malu. penataran bagi seluruh komponen yang ada
5. Penari wanita yang memberikan dalam grup kesenian tersebut, baik para
kerlingan mata atau tusukan pandang pengrawit, penari, penabuh gamelan dan
yang sangat menggairahkan nafsu seks waranggana. Upaya-upaya itu dilakukan
penari lelaki. tidak lain untuk meningkatkan mutu dari
6. Penari wanita memperlihatkan betisnya grup kesenian tersebut, sehingga akan sangat
sedemikian rupa sehingga memancing bermanfaat bagi kelangsungan grup tersebut.
hawa nafsu seks penari lelaki atau Diskusi, festival maupun seminar mengenai
penonton. seni tayub juga terus diselenggarakan yang
7. Adanya perkelahian antara penari lelaki difasilitasi oleh pihak Pemerintah Daerah
di arena pertunjukan. Kabupaten Blora. Kesemuanya itu merupa-
8. Penari wanita merangkap sebagai wanita kan keseriusan dari pihak Pemda dalam
tuna susila.17 upaya melestarikan seni tayub.
Meski diakui bahwa pendapat di atas Salah satu contoh konkritnya adalah fes-
ada benarnya, namun seni tayub itu sudah tival yang diadakan oleh Dinas Pariwisata
terlanjur mendapat tempat di hati para dan Seni Budaya Kabupaten Blora
penggemar seni tayub itu. Agar tidak bekerjasama dengan paguyuban seni tayub
menumbuhkan kontroversi atau pro-kontra “Mustika Kuning”. Festival itu mampu
di tengah masyarakat, maka Pemerintah menampilkan 21 penari tayub di seluruh
Daerah Kabupaten Blora melalui Dinas Blora. 19 Festival yang disebut sebagai
terkait mengeluarkan berbagai aturan yang Gebyar Tayub Syawalan ini yang pertama
antara lain berisi : kali direncanakan dan akan selalu digelar
1. Membatasi jarak antara penari pria dan setiap tahun. Dengan terselenggaranya acara
wanita. tersebut, diharapkan mampu mengembalikan
2. Membatasi dan menghilangkan ke- kejayaan pariwisata di Kabupaten Blora. Di
biasaan minum-minuman keras. samping itu, penyelenggaan Gebyar Tayub
3. Melakukan penataran-penataran khusus yang diadakan di Taman Budaya dan Seni
pada para pengarih, penari, penabuh Tirtonadi, diharapkan mampu menghidup-
gamelan, waranggana dengan materi kan kembali tempat rekreasi tersebut.
yang mengarah pada peningkatan mutu Berdasarkan pemikiran itu, maka
dan identitas daerah. diharapkan acara festival atau Gebyar Tayub
4. Mendiskusikan tentang seni tayub.18 tidak hanya diselenggarakan di Taman

17
Ibid, hal. 96.
18
Taryati, op. cit, hal. 71.
19
Ibid.

235
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Budaya dan Seni Tirtonadi, tetapi hendaknya ingin menyaksikan kesenian tayub, akhirnya
juga diselenggarakan di obyek wisata yang tanpa sengaja akan tertarik pula untuk
lain. Namun demikian, pembenahan sarana berkeliling di kawasan obyek wisata itu.
dan prasarana yang ada di setiap obyek
wisata pun juga perlu diperhatikan, sehingga Penutup
dengan adanya suguhan wisata berupa Sebagai simpulan, maka dapat
Gebyar Tayub, akan semakin menambah dikatakan bahwa Kabupaten Blora
jumlah wisatawan yang berkunjung. Upaya sesungguhnya mempunyai atau memiliki
ini di satu sisi bertujuan untuk menghidup- seni dan budaya daerah yang sangat
kan obyek wisata yang ada, di sisi lain seni beranekaragam. Seni dan budaya daerah itu
tayub akan semakin disukai oleh masyarakat. antara lain adalah Barongan, Kentrung,
Harus diakui bahwa seni tayub itu mampu Wayang Krucil dan Tayub. Kesemuanya itu
menjadi daya dukung bagi obyek-obyek merupakan aset wisata andalan yang dimiliki
wisata yang ada di Kabupaten Blora. Bahkan oleh Kabupaten Blora. Di antara seni budaya
seni tayub telah menjadi ikon bagi daerah yang ada, seni tayub merupakan seni
Kabupaten Blora, karena para penari tayub budaya daerah yang sangat terkenal dan
dari Kabupaten Blora, telah dikenal hingga populer. Hingga saat ini, seni tayub
di luar daerah Blora. Mereka sering merupakan kesenian yang masih digemari
diundang keluar daerah untuk berbagai oleh masyarakat luas. Selain itu tayub boleh
kepentingan seperti meramaikan pesta-pesta, dikatakan merupakan sebuah seni
baik yang berkaitan dengan ritual atau pertunjukan yang cukup aktual keberadaan-
hiburan semata. nya. Tayub itu tidak hanya disenangi oleh
Guna meramaikan dan menghidupkan kaum muda saja, tetapi para orang tua pun
kembali obyek-obyek wisata yang tersebar juga gemar terhadap kesenian ini. Gerakan
luas di Kabupaten Blora, kemungkinan tarian yang erotis mempunyai daya tarik
dengan menyelenggarakan Gebyar Tayub di tersendiri untuk sebuah tontonan seni. Tayub
setiap obyek wisata, merupakan kiat yang yang bisa dikatakan sebagai sebuah tari
jitu untuk menarik wisatawan. Pelaksanaan- pergaulan, juga melibatkan penonton untuk
nya pun bisa diselenggarakan pada hari-hari bersama-sama ikut menari di atas panggung.
besar tertentu atau hari-hari libur. Dengan Dengan demikian suasana akan semakin
demikian, masyarakat pun akan semakin bertambah ramai dan penonton pun ikut
mengenal obyek yang dikunjunginya, atau semakin senang. Mudah-mudahan dengan
dengan hadirnya Gebyar Tayub di setiap tampilnya seni tayub di sejumlah obyek
obyek wisata, keinginan wisatawan untuk wisata yang ada di Kabupaten Blora, akan
mengunjungi obyek-obyek wisata lain yang dapat menarik minat pengunjung untuk
belum pernah dikunjungi, akan semakin semakin lebih mengenal, obyek wisata yang
tinggi. Semula, pengunjung yang hanya dikunjunginya.

Daftar Pustaka
Masyhuri. (ed), 1977. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: IDKD,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Setya Yuwono, 1996. Tradisi dari Blora. Semarang: Citra Almamater.
Soedarsono, 1999. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa.
Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Taryati, dkk., 2006. Sejarah dan Budaya Dalam Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Blora. Yogyakarta: Eja Publisher.

236
Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta (Endah Susilantini)

EKSISTENSI WAYANG WONG PANGGUNG


PURAWISATA YOGYAKARTA
Endah Susilantini

Abstrak

Seni pertunjukan Wayang Wong Panggung memiliki filosofi dan nilai ajaran yang
sangat penting bagi kehidupan. Melalui beberapa pertunjukan yang ditampilkan,
seringkali Wayang Wong Panggung mengangkat ceritera-ceritera tentang keseharian.
Penghargaan terhadap seni pertunjukan, tidak harus dilakukan dengan pemberian berupa
award atau bentuk-bentuk simbolitas lainnya. Namun, penghargaan yang diharapkan
dari para pelaku seni adalah kepedulian masyarakat, terhadap apresisasi seni yang mereka
perankan dalam pertunjukan itu.

Kata kunci: Eksistensi - Wayang Wong Panggung - Yogyakarta.

Pengantar
Secara geo-historis keberadaan Wayang sepuluh orang penonton saja, bahkan tampil
Wong Panggung telah mengalami perjalanan tanpa seorang penonton pun yang
sejarah yang cukup panjang, sejalan dengan menyaksikannya. Namun demikian, para
dinamika dan perubahan struktur sosial pemain Wayang Wong Panggung Purawisata
masyarakat Jawa. Semula genre ini hanya tetap melakukan pertunjukannya, setiap
berkembang di lingkungan istana, kemudian malam. Menurut Azwar AN, Wayang Wong
berkembang menjadi seni pertunjukan Panggung Ramayana Purawisata merupa-
rakyat. Menurut pandangan seniman kraton, kan satu-satunya Grup Ramayana yang ada
bahwa penari Wayang Wong Panggung di Yogyakarta, tanpa berhenti semalampun2
merupakan penari murahan, yang rela Rupanya, mereka kurang menyadari
menjual seni untuk mendapatkan uang bahwa sesungguhnya telah terjadi perubahan
(tiyang mbarang) yang melanggar nilai-nilai dalam masyarakat, sehingga keberadaan
keramat dan seni klasik kraton (kagungan Wayang Wong Panggung mulai ditinggalkan
adiluhung).1 penontonnya. Sesekali ada penonton yang
Melihat kenyataan yang ada pada datang, tetapi ternyata di antara penonton
Wayang Wong Panggung yang berada di yang hadir adalah para mahasiswa seni
Panggung Ramayana Purawisata Yogya- pertunjukan yang sedang belajar, serta
karta, sangat memprihatinkan keberadaan- beberapa seniman senior sedang melakukan
nya. Sebab, dengan kondisi saat ini, baik studi evaluasi tentang seni pertunjukan.
pada hari libur maupun tidak, Wayang Wong Betapapun minimnya pendidikan serta
Panggung hanya ditonton oleh sekitar penghasilan mereka, namun sedikitnya

1
Hersapandi. “Dialektika Wayang Wong Panggung Menghadapi Tata Nilai Global Abad Ke-21”, dalam
Jurnal Seni ISI Yogyakarta. Th 1999, No. VI/04, Mei , hal. 328.
2
Penjelasan Azwar AN (melalui Bambang Nursinggih) pada saat Ulang Tahun Sendratari Ramayana
Purawisata yang Ke-18, di Panggung Terbuka Purawisata, tanggal 10 Agustus 1993, pukul. 23.00.WIB

237
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

mereka telah memberikan kontribusi yang 3. Secara reguler mengadakan kunjungan ke


besar terhadap dunia seni pertunjukan. luar negeri (biaya ditanggung sponsor)
Kondisi seperti itu, ternyata tidak yang bertujuan memperkenalkan budaya
mengurangi motivasi para pemain, untuk Nusantara, menjalin kerjasama, serta
terus berekspresi dan berolah seni. Predikat membei informasi kepada konsumen.3
sebagai pemain Wayang Wong Panggung Pada mulanya, aset wisata Wayang
tetap ditekuninya, bahkan mereka pernah Wong Pangung Purawisata tersebut banyak
mendapatkan penghargaan dari Museum pengunjungnya. Akan tetapi sejalan dengan
Rekor Indonesia (MURI), karena keseriusan- perubahan sosial budaya yang terjadi di
nya dalam menggelar seni pertunjukan masyarakat, lambat laun mulai ditinggalkan
setiap malam, meskipun tanpa penonton. para penggemarnya, sehingga kondisinya
saat ini sangat merana.
Profil Seniman Wayang Wong Panggung Para pemain pertunjukan Wayang Wong
Purawisata Panggung Ramayana Purawisata sebagian
Wayang Wong Panggung Purawisata besar berasal dari golongan masyarakat
diprakarsai oleh Bapak Dahanan dan kawan- miskin. Pemeran Anoman yang bernama
kawan pada tanggal 10 Agustus 1976, untuk Onny, saat ini berprofesi sebagai tukang
menunjang aset pariwisata yang difasilitasi tambal ban yang membuka bengkel di depan
oleh PT. Ganesha Dwipaya Bakti, yang Purawisata. Pemeran Gareng, salah satu
diketuai oleh dr. Hj. Ulla Nurachwati, dan yang berperan sebagai punakawan adalah
Bapak Azwar AN, sebagai salah satu dewan tukang becak yang sering mencari
pendiri Pagelaran Seni Yogyakarta Indone- penumpang di Jalan Ireda (sekitar Pura-
sia (PSYI), Grup Sendratari Ramayana wisata), kemudian pemeran Sembadra,
Purawisata. Bapak Taufik berperan sebagai adalah seorang bujangan waria, yang
Manajer Taman Hiburan Rakyat Purawisata, bernama Subagya berasal dari Wonosari,
Jalan Brigjen Katamso Yogyakarta. Wayang serta belum memilki pekerjaan tetap. Mas
Wong Panggung diwajibkan untuk mengisi Bagya, demikian panggilan orang tersebut,
acara di panggung Sendratari Ramayana ternyata indekost di Kampung Loba-
setiap hari, atau saat hari-hari booking ningratan (Pasar Sawo, sebelah utara
(pertunjukan pesanan), baik dari pihak ho- Purawisata). Pemain terlama adalah Bapak
tel, dinas pariwisata, maupun pihak event Tukiran, sepasang suami-istri yang tinggal
organizer (penyelenggara pertunjukan). di Desa Jotawang, Kalurahan Tamanan,
Pertunjukan dimulai pada pukul 20.00 - Kecamatan Banguntapan, Kabupaten
21.30 WIB. Bantul. Ia berperan sebagai Rahwana,
Di samping bagian pemasaran PT. Indrajit dan Sugriwa, sedangkan sang istri
Ganesha Dwipaya Bhakti, dalam organisasi yang bernama Ibu Meme (Sri Lestari,
Wayang Wong Panggung mempunyai seksi seorang WNI keturunan, sebagai pecinta seni
atau departemen yang tugasnya juga tari Jawa) berperan sebagai tokoh Dewi Sinta
mempromosikan Sendratari Ramayana, yang dan Tri Jata. Pengurus inti Wayang Wong
dalam hal ini ditangani oleh bagian humas. yang bernama Yoyok, adalah seorang
Adapun tugas humas adalah: seniman berperan sebagai tokoh Kumba-
1. Menangani surat-menyurat dengan karna atau Rahwana. Drs. Murwadi, seorang
beberapa biro perjalanan baik yang PNS yang juga berkiprah di seni pertunjukan
berada di Eropa maupun Amerika. ini selalu memerankan tokoh Rama atau
2. Mengirim data, foto-foto serta pita Lesmana. Seorang waria yang bernama asli
rekaman (bila ada pesanan) Bambang, bertempat tinggal di Kampung

3
Nursinggih, B. Sendratari Ramayana Purawisata. Skripsi S1. (Yogyakarta: ISI Yogyakarta, 1997), hal.
115.

238
Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta (Endah Susilantini)
Prawirodirjan (utara Puwawisata), kini melakukan pertunjukan, namun panggung
berganti nama menjadi Mbak Chandra, yang pementasan pindah di Gedung Kesenian,
biasa memerankan tokoh Sinta. Profil yang berada di lingkungan tempat yang
beberapa pengrawit (niaga) diantaranya sama. Dalam suatu wawancara dengan para
yang Bapak Sukardi, tinggal di Prabang- pemain banyak keluhan yang dilontarkan
kara, Kampung Prawiradirjan (utara antara lain saat pertunjukan yang disajikan
Purawisata) adalah seorang tuna netra yang kepada wisatawan mancanegara, ternyata
sangat handal dalam memainkan kendang, pihak event organizer menetapkan harga
ditemani Bapak Sumardi dan Bapak Genjur tiket yang sangat mahal, akan tetapi pemain
yang membantu memainkan perkusi kecil. tetap mendapatkan honor yang rendah.
Menyimak profil pendukung Wayang Wong
Panggung ini dapat disimpulkan, bahwa Pengaruh Perubahan Sosial-Budaya.
mereka adalah orang-orang hebat, yang Dalam teori ilmu sosial budaya, dua
mempunyai dedikasi tinggi, sebab tanpa faktor penting yang berpengaruh dalam
dukungan finansial, mereka tetap eksis proses perubahan kebudayaan yaitu: faktor
sampai sekarang. pertama adalah kekuatan dari dalam
Dari informasi yang didapatkan bahwa masyarakat itu sendiri (internal forces), dan
honorarium pengrawit senior semalam faktor kedua merupakan kekuatan yang
berkisar Rp. 7.500,-, honor pengrawit teren- muncul dari luar (external forces). Masing-
dah sebesar Rp.5.500,-, dan honorarium masing faktor saling berpengaruh terhadap
penari semalam minimal Rp. 10.000,-. terjadinya proses perubahan kebudayaan,
Mereka menganggap pertunjukan Wayang meskipun tidak selalu sama tingkat
Wong ini sebagai wahana latihan, serta dominasinya. Hal itu sangat tergantung
penyaluran bakat seninya. Pihak manajemen adanya tekanan yang mendesak, terhadap
ingin menerapkan sistem penggajian sesuai pergeseran kebudayaan, baik tekanan yang
dengan UMR, akan tetapi terkendala oleh datang dari dalam maupun tekanan yang
profesi, yakni di dalam sistem penggajian berasal luar.5
dikategorikan penggolongan para seniman Pengaruh perubahan sosial secara in-
terdisi atas: pemain senior Rp. 4.500,- ternal, ditandai dengan turunnya minat dan
ditambah tunjangan penari; penari: imbalan apresiasi masyarakat terhadap pertunjukan
+ tunjangan; penari yunior: imbalan wayang, dengan alasan:
proposional + tunjangan; calon penari: 1. Pada masa sekarang, masyarakat banyak
imbalan menurut kebijaksanaan pengelola; memilki alternatif hiburan yang mudah
penari figuran: honorarium saja; penari tamu didapat, tidak perlu mengeluarkan biaya,
hanya imbalan standar + transportasi; honor praktis, serta aktual. Berkembangnya
pengrawit sama dengan penari. Honor teknologi informasi yang terjadi sejalan
imbalan staf merangkap penari adalah dengan perkembangan pembangunan di
imbalan sesuai golongan, sedangkan bidang infrastruktur, teknologi
sutradara sama dengan imbalan penari komunikasi dan kemajuan sistem
ditambah Rp. 130.000,-, dan koordinator pendidikan, menyebabkan masyarakat
satu setengah kali honor sutradara.4 memiliki perubahan pola pikir,
Mengingat pementasan sendratari intelektualitas, serta selera seninya.
Wayang Wong Panggung di tempat yang 2. Generasi muda yang mulai
terbuka, maka bila hujan mereka tetap mengembangkan diri pada dunia

4
ibid., hal. 121 - 122.
5
Slamet Subiantoro. “Perubahan Fungsi Seni Tradisi”, dalam Jurnal Seni ISI, Yogyakarta, 1999, No. VI/
04-Mei, hal. 343.

239
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

informasi, didukung oleh perubahan pikir masyarakat. Bentuk nyata dari hasil
kurikulum yang mengacu kepada ilmu- pembangunan mental spiritual membentuk
ilmu terapan, secara tidak disengaja telah masyarakat menjadi lebih religius dibanding
merubah selera seni. Hal tersebut masa sebelumnya.
merupakan salah satu alasan mengapa Seperti tokoh-tokoh Dewa, Satria dan
akhirnya Wayang Wong Panggung mulai Pendhita dalam pewayangan yang dijadikan
ditinggalkan penontonnya. sumber inspirasi dalam penyampaian ajaran
3. Sistem pendidikan orang tua kepada moral dan religi, kini telah tergeser oleh
anak-anak yang telah mengalami adanya suatu keyakinan kepada Tuhan yang
perubahan, termasuk perubahan sistem begitu tinggi. Minat masyarakat terhadap
komunikasi di dalam keluarga, yang ceritera dan tokoh dalam pewayangan, yang
cenderung lebih sering menggunakan dilandasi oleh rasa ingin tahu terhadap
bahasa Indonesia, ternyata juga ikut serta ajaran-ajaran yang terkandung dalam
merubah selera bahasa anak. Semula, pertunjukan wayang, telah tergantikan oleh
seorang anak menggunakan bahasa ibu ajaran agama.
dalam berkomunikasi, berubah menjadi Pada masa antara tahun 1960-an,
berbahasa Indonesia. Dengan alasan generasi muda dan anak-anak, sangat
edukatif dan mengikuti perkembangan antusias bermain-main dengan memerankan
teknologi dan informasi, generasi muda tokoh wayang seperti tokoh punakawan,
kini telah menjadi generasi yang secara ksatria, dan dari golongan raksasapun
tidak sengaja terputus secara sistematis, terkadang mereka perankan dengan
dengan kesenian tradisional yang ekspresif, seperti cakil dan raksasa (buta).
menggunakan Bahasa Jawa. Terputusnya Generasi yang terlahir pada tahun 1950-an
masyarakat secara kultural terhadap ke bawah, banyak memiliki nama yang
kesenian yang menggunakan Bahasa meniru nama tokoh pewayangan, seperti
Jawa merupakan fenomena tersendiri Bima, Abimanyu, Kunti dan tokoh
dan sangat mendasar, sehingga apabila punakawan seperti Gareng, Bagong, Petruk,
Wayang Wong masih ingin tetap eksis di adalah suatu bukti antusiasme masyarakat
dunia pertunjukan, maka harus berani terhadap seni pewayangan masih sangat
melakukan perubahan-perubahan dalam kental.
hal bahasa pengantar, yaitu dengan Perkembangan religi masyarakat telah
bahasa Indonesia. Meskipun hal itu akan menuju kepada arah yang jelas, peran tokoh
mengurangi rasa bahasa dalam seni Semar yang dulu dipakai sebagai wakil
pewayangan. Wayang Wong dengan Dewa yang menjelma manusia serta
pengantar Bahasa Indonesia dan Bahasa memiliki peran sebagai tokoh bijak, kini
Inggris pernah diuji coba oleh Prof. Dr. telah tergeser oleh keyakinan dan religi yang
RM. Wisnu Wardhana, akan tetapi belum telah benar-benar diyakini. Sehingga faktor
menunjukkan hasil yang signifikan. inilah yang lambat laun mengurangi
antusiasme masyarakat untuk mendapatkan
Pengaruh Perkembangan Religi ajaran moral dan religi dari dunia
Pada dekade tahun 1970-an, masyarakat pewayangan.
melalui pembangunan lima tahun yang di Secara lahiriah Semar berparas jelek,
programkan pemerintah, selain melakukan dengan peran seolah-olah sebagai pelayan,
pembangunan fisik juga melakukan tetapi sesungguhnya Semar adalah
pembangunan mental spiritual, sesuai dalam pemimpin atau penasehat raja, karena
UUD 1945 pasal 32, GBHN dan P4. sebenarnya ia adalah Sang Hyang Ismaya
Pembangunan infrastruktur, mental spiritual yang menyamar sebagai manusia biasa. Ia
secara perlahan-lahan, telah merubah pola berkewajiban menjadi pamong, pembina,

240
Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta (Endah Susilantini)
penasehat, penyelamat para kesatria yang telah kehilangan jati diri. Budaya Jawa mulai
berbudi pekerti luhur, supaya dunia ini bebas kehilangan “roh”nya, sehingga anak-anak
dari segala kesulitan dan bencana 6 . (Jawa) sekarang mencari pahlawan baru
Ungkapan tersebut membuktikan adanya yang berasal dari dunia barat, seperti
makna religi peran Semar sebagai penye- Batman, Superman yang menggantikan
lamat dunia. peran Gatutkaca, Werkudara serta tokoh
Menurut konsep ajaran agama Islam, punakawan telah digantikan oleh film,
mempercayai hal tersebut tidak tayangan televisi maupun video, yang bisa
diperkenankan, mengingat di dalam tersaji setiap saat.
keyakinan Islam telah dikenal Nabi sebagai Masih hangat dalam ingatan, ketika
pemimpin umat manusia adalah utusan penulis masih duduk di bangku Sekolah
Tuhan, dan Tuhan adalah sebagai pencipta Rakyat, banyak dijumpai makanan berupa
alam semesta, sehingga yang dapat sempe, yang lebih dikenal dengan sebutan
menyelamatkan manusia menurut konsep sempe lotre. Makanan tersebut di dalamnya
Islam adalah ibadah dan perbuatan baik di diberi hadiah berupa tokoh wayang yang
dunia. Begitu pula konsepsi menurut agama terbuat dari plastik. Wayang-wayang
yang lain telah memiliki peran-peran tersebut digunakan untuk bermain-main, ada
pemimpin umatnya sendiri, sehingga sifat kalanya di antara anak-anak saling
dan ketokohan dalam wayang telah menukarkan wayang yang belum ia miliki
ditinggalkan sejalan dengan perkembangan kepada teman yang lain untuk dijadikan
religi masyarakat. koleksi. Kemudian gambar templek yang
digunakan untuk bermain Tek Po juga
Pengaruh Perubahan Pada Dunia sebagian digambar dengan lukisan tokoh
Anak-anak wayang. Namun, generasi sekarang, nama-
Agar kebudayaan suatu bangsa dapat nama tersebut sudah tidak ada dalam ilustrasi
bertahan dalam kurun waktu tertentu, serta dan imajinasi anak-anak, sebab mereka telah
tidak terpengaruh oleh budaya luar, maka mempunyai tokoh-tokoh idola baru, yang
bangsa tersebut harus dapat melakukan berasal dari barat.
regenerasi dengan baik. Upaya tersebut Anak-anak yang kini tumbuh dewasa,
dapat dilakukan misalnya melalui dunia sudah tidak dapat lagi mengenali tradisi dan
anak, dengan mempertahankan permainan kesenian tradisional wayang, beserta tokoh
rakyat, mendongeng atau melestarikan yang ada di dalamnya, sebab kini generasi
kesenian tradisional. Apabila usaha muda telah terputus mata rantai kebudayaan
mempertahankan regenerasi itu mendapat dan tradisinya dengan generasi orang tuanya.
dukungan, niscaya eksistensi kesenian
tradisional semacam Wayang Wong Seni Pertunjukan Dalam Usaha
Panggung, dapat bertahan. Sebagai contoh, Pelestarian dan Pengembangan
perkembangan budaya Jepang, di mana Pemerintah melalui Undang Undang
proses regenerasi yang berlangsung Dasar 1945 telah berusaha melestarikan
dikendalikan oleh Undang-undang, serta budaya bangsa, dengan ditetapkannya
dilaksanakan secara ketat oleh masyarakat pelestarian budaya bangsa melalui pasal 32
Jepang, walaupun Jepang merupakan negara Undang Undang Dasar 1945. Pernyataan
Industri terbesar di dunia. dalam batang tubuh UUD 1945 tersebut
Anak-anak Indonesia khususnya di memandang, kebudayaan nasional harus
kalangan masyarakat Jawa, saat ini rupanya senantiasa diarahkan pada kemajuan.

6
Chairul Anwar. “Tamsil Di Balik Lakon Semar Gugat”, dalam Jurnal ISI Yogyakarta, Tahun 1999, No.
VI/4-Mei, hal. 278.

241
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Artinya kesenian tradisional yang Wayang Wong Panggung ini ditonton oleh
merupakan bagian dari kebudayaan nasional 100 wisatawan mancanegara, maka
harus mendapatkan tempat yang semestinya, penghasilan kotor yang diperoleh pengelola
sebagai kekayaan budaya bangsa. sebesar 1.200 x Rp. 10.000,- (kurs dollar US)
Dengan telah disediakannya fasilitas = Rp. 12.000.000,-. Inilah yang dimaksud
panggung Sendratari Ramayana dan bahwa komersialisasi wayang wong yang
konsistensi para pemain, kiranya telah dipertontonkan kepada wisatawan
melengkapi apa yang telah tersirat di dalam mancanegara, ternyata belum menyentuh
pasal 32, Undang Undang Dasar 1945, kepada kepedulian masyarakat pemilik
dengan harapan masyarakat memberikan kesenian, sesuai bunyi pasal 32 Undang
dukungan dengan menonton seni Undang Dasar 1945, sebab wayang wong
pertunjukan wayang wong. Selain tidak ditonton oleh masyarakat pendu-
mendapatkan hiburan, penonton diharapkan kungnya.
juga memberikan apresiasi dan penghargaan
kepada para pemain. Dengan demikian Tuntutan Pembangunan Terhadap Dunia
keberadaan wayang wong akan tetap lestari. Seni
Upaya beberapa event organizer yang Keberhasilan Indonesia dalam bidang
berada di luar sistem pendukung kesenian pembangunan pada era tahun 1970-an
tradisional, merupakan bentuk perilaku merupakan tonggak awal terjadinya
sebagian kecil masyarakat, yang perubahan sosial masyarakat, dimana
mengadaptasikan seni secara ekonomis. pembangunan di segala bidang sangat gencar
Seni pertunjukan Wayang Wong Panggung dilaksanakan. Munculnya budaya materialis-
Ramayana di Purawisata, Yogyakarta me di masyarakat, memungkinkan terjadinya
diinterpretasikan dalam bentuk komersiali- penggalian ide-ide baru termasuk di
sasi seni, yang dijual kepada para wisatawan antaranya terjadinya komersialisasi pada
mancanegara. Usaha-usaha pelestarian ini bidang seni pertunjukan, termasuk
bukan merupakan bentuk dukungan yang pertunjukan wayang wong. Berpijak pada
dimaksudkan dalam pasal 32, Undang filosofi seni dan nilai-nilai lama yang
Undang Dasar 1945. Namun demikian, mendasari sifat seni masyarakat Jawa,
bentuk apa pun yang dilakukan, merupakan komersialisasi pertunjukan kesenian
salah satu upaya guna melestarikan budaya tradisional lambat laun akan merubah
bangsa. kandungan nilai dan filosofi yang terdapat
Saat ini, hasil pertunjukan yang di dalam pertunjukan wayang wong, seperti
disuguhkan kepada wisatawan mancanegara, pernyataan berikut, bahwa:
setiap liburan musim dingin Eropa dan “Masyarakat sekarang, khususnya penonton
Amerika (biasanya akhir tahun), pihak event wayang, sulit untuk mencerna hal-hal yang
organizer selalu menentukan harga tiket bersifat mendalam, maunya yang dapat
masuk sebesar 12 dollar US per-orang, menghibur, lebih gampang dicerna dan
termasuk makan malam. Suatu harga yang dipahami, bila perlu dengan cara yang sangat
sangat mahal bila dibanding dari sekian mlaha, ceplas-ceplos dan sejenisnya”7
banyak seni pertunjukan yang ada di Komersialisasi seni pada wayang wong
Yogyakarta. Akan tetapi ternyata harga yang secara otomatis akan memunculkan ide-ide
mahal tidak dapat dinikmati oleh para bertujuan memberikan daya tarik kepada
seniman wayang maupun para penonton, sehingga lebih banyak lagi
pengrawitnya. Misalkan, jika setiap malam penonton yang bisa memberikan kontribusi

7
Anom Suroto (dalam Bambang Murtiyoso), dalam Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni.
(Yogyakarta: BP-ISI, 2000), hal. 258.

242
Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta (Endah Susilantini)
langsung secara finansial kepada Penutup
penyelenggara pertunjukan. Untuk Pada intinya eksistensi Wayang Wong
menciptakan ide-ide yang bersifat Panggung Purawisata saat ini berada di
pemasaran tersebut, sudah selayaknya persimpangan jalan. Eksistensinya
kesenian wayang wong berusaha mengubah disesuaikan dengan perubahan zaman,
kaidah-kaidah yang berlaku seperti durasi namun konsekuensinya adalah:
gara-gara yang diperpanjang sehingga 1. Wayang Wong Panggung Purawisata
menghilangkan makna dan tema yang tetap eksis dengan mendapatkan hono-
sedang berlangsung dalam pertunjukan itu. rarium yang tidak sesuai dengan harapan
Adanya penyimpangan kaidah, etika dan mereka, walaupun kenyataannya Wayang
estetika dialog dalam gara-gara yang sudah Wong Panggung Purawisata tetap
mulai disusupi pesan sponsor, pesan politik dipertontonkan kepada wisatawan
dan pesan pembangunan, sehingga dengan mancanegara yang telah memberikan
terpaksa Semar, Gareng, Petruk dan Bagong kontribusi mahal melalui paket-paket
mulai meninggalkan kaidah yang lama wisata. Selain itu Wayang Wong
berjalan yang kini digantikan dengan goro- Panggung Purawisata juga harus
goro dengan dialog tanpa makna. kehilangan makna seninya, mengingat
Latar belakang adanya tuntutan durasi pertunjukannya dipersingkat, jauh
komersialisasi pertunjukan wayang kulit lebih singkat dari ceritera aslinya
yang dipersepsikan sama gejalanya dengan (pethilan). Namun, kebanggaan masih
seni pertunjukan wayang wong, demikian : tercermin dalam diri setiap pemain
“....kebanyakan dalang mulai menyadari Wayang Wong Panggung Purawisata..
lebih pentingnya aspek komunikasi daripada 2. Dirasakan bahwa eksistensi sebagai
pertimbangan mempertahankan sastra pemain wayang telah dieksploitasi oleh
pedalangan dengan bahasa Kawi yang para event organizer sebagai aset wisata,
membayangkan ke-adiluhung-an. Cukuplah yang secara finansial para pemain belum
menjadi petunjuk, bahwa dalam menyadari bisa menikmatinya, sesuai dengan nafas
keberadaannya di tengah penonton yang seni yang digelutinya sejak lama.
secara batin harus turut terlibat aktif dengan 3. Pekerjaan pemain di luar panggung,
apa yang terjadi di jagad kelir. Sebagai sebagai tukang becak, tukang tambal ban,
konsekuensi logis dari pandangan ini, dalang tukang parkir dan pegawai rendahan, saat
harus menyadari dari apa yang disajikan ini justru masih menjadi penopang
harus selalu aktual. Jagad pakeliran kehidupan mereka sebagai pemain
diharapkan menjadi bayang-bayang dari apa wayang wong, sejalan dengan
yang sekurang-kurangnya dipikirkan oleh perkembangan usia mereka. Secara
khalayak penonton. Di samping itu nampak ekonomi, mereka tidak mendapatkan
jelas bahwa, popularitas menjadi salah satu penghasilan yang selayaknya, tetapi
orientasi dalang dewasa ini yang mungkin peran mereka sangat dibutuhkan oleh
dianggap penting. Kepekaan dalang para event organizer yang setiap saat
terhadap keadaan sosial yang aktual menjadi memeras keringatnya, untuk bermain
salah satu syarat yang harus dipenuhi, di setiap malam. Meskipun honorarium
samping berbagai macam ketrampilan yang yang diperoleh tidak mencukupi
harus dimiliki oleh seorang dalang”.8 kebutuhan hidup sehari-hari, namun para

8
Bakdi Sumanto, (dalam Bambang Murtiyoso). Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni. (Yogyakarta:
BP-ISI, 2000), hal. 259.

243
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

pemain masih tetap memiliki obsesi perkembangan filosofi, sehingga wayang


untuk tetap menghidupkan kesenian ini. tidak lagi dijadikan sebagai sarana
4. Mereka tetap merasa bangga dengan pendidikan religi. Saat ini, agama telah
Award Rekor MURI yang didapatkan, memberikan peranan penting dalam
walaupun pertunjukan wayang yang kehidupan masyarakat luas.
dipentaskan tanpa penonton. Saat ini, 5. Eksistensi Wayang Wong Panggung
sebagian masyarakat kurang mendukung Ramayana Purawisata tergantung pada
keberadaan peran seni panggung tekad dan semangat para pemain
sendratari. Anak-anak sekarang telah pendukungnya. Saat ini, proses rege-
menemukan “idola” pahlawan-pahlawan nerasi penerus pemain Wayang Wong
pengganti yang dibanggakan di luar seni Panggung, belum dipersiapkan. Mencari
pewayangan, yang didapatkan dari film pemain yang sesuai dengan minat,
maupun televisi. Atau bisa jadi keeng- loyalitas, semangat, warna, serta nafas
ganan masyarakat untuk mendukung seni yang sesuai, masih mengalami
kesenian wayang wong karena adanya kesulitan.

Daftar Pustaka
Anwar, C. “Tamsil Di Balik Lakon Semar Gugat”, dalam Jurnal Seni ISI, Th 1999,
Nomor: VI/4-Mei
Hersapandi. “Dialektika Wayang Wong Panggung Menghadapi Tata Nilai Global Abad
Ke-21”, dalam Jurnal ISI Nomor :VI/04, Mei 1999.
Murtiyoso, B. “Komersialisasi Seni Pedalangan Jawa”, dalam Jurnal Seni ISI Nomor
VII/03-Januari 2000.
Nursinggih, B.R., 1997. Sendratari Ramayana Purawisata, Suatu Kajian Manajemen
Seni Pertunjukan. (Skripsi S1) ISI-Yogyakarta.
Subiantoro, S. “Perubahan Fungsi Seni Tradisi”, dalam Jurnal Seni ISI, Nomor: VI/04-
Mei 1999.

244
Sendratari Ramayana di Kawasan Wisata Candi Prambanan (Emiliana Sadilah)

SENDRATARI RAMAYANA
DI KAWASAN WISATA CANDI PRAMBANAN

Emiliana Sadilah

Abstrak

Sendratari Ramayana merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional dan telah
diangkat sebagai seni pertunjukan di arena wisata Candi Prambanan. Sendratari
Ramayana ini mengisahkan perjalanan hidup Rama dan Shinta dengan sumber ceritanya
diambil dari cerita epos Ramayana. Sinopsis ceritanya terdapat pada dinding Candi
Prambanan dalam bentuk relief, khususnya yang ada pada Candi Siwa dan Brahma.
Pada awalnya pementasan sendratari Ramayana ini dilakukan pada bulan purnama
saat musim kemarau bertempat di panggung terbuka, sebelah barat kompleks candi.
Kini acara tersebut sudah mengalami perkembangan, pementasannya disesuaikan dengan
program yang dijadwalkan untuk satu tahun dan dikaitkan dengan event tertentu.
Pertunjukan Sendratari Ramayana ini tidak hanya diminati oleh wisatawan dalam
negeri saja tetapi juga wisatawan asing, bahkan telah kondang hampir di seluruh dunia.
Kepopuleran Sendratari Ramayana di Prambanan tidak lepas dari keberadaan Candi
Prambanan yang letaknya strategis, dan memiliki nilai kesejarahan, seni kriya,
arsitektural maupun simbolis.
Seni pertunjukan Sendratari Ramayana kini telah dipaketkan menjadi satu dengan
objek wisata Candi Prambanan. Pada umumnya para wisatawan khususnya wisatawan
asing yang berkunjung ke Candi Prambanan dan sekitarnya, menyempatkan diri untuk
menyaksikan Sendratari Ramayana. Para wisatawan yang datang dan menginap di
Yogyakarta tidak hanya berkunjung ke kraton tetapi juga ke objek-objek wisata lainnya,
termasuk di Kompleks Candi Prambanan dan sekaligus menyaksikan atraksi Sendratari
Ramayana.
Jumlah wisatawan dalam setiap tahunnya selalu meningkat, terlebih di hari libur.
Sehubungan dengan hal itu, keberadaannya menjadi salah satu aset pariwisata yang
memiliki omset cukup baik. Maka hal ini perlu dilestarikan karena di samping sebagai
salah satu suguhan wisatawan yang mampu memberikan sumbangan pada devisa negara,
juga merupakan salah satu bukti karya seni budaya bangsa.

Kata kunci: Sendratari Ramayana - Aset Pariwisata.

Pendahuluan budaya sendiri-sendiri, yang di antaranya


Indonesia dikenal sebagai negara yang dapat dilihat dari hasil budaya yang berupa
multietnik dan multikultural. Sebagai negara karya seni .Di Daerah Istimewa Yogyakarta
yang memiliki anekaragam etnik dan budaya terdapat salah satu hasil karya seni
ini dapat dilihat dari adanya berbagai pertunjukan yang sangat populer, terletak di
sukubangsa dan budaya yang tersebar Kawasan Candi Prambanan, yaitu Sendratari
diseluruh kepulauan Nusantara. Masing- Ramayana yang tampil sangat memukau.
masing sukubangsa ini memiliki identitas

245
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Dalam panggung pementasannya penari sehingga benar-benar larut dalam


Sendratari Ramayana ini mampu ceritanya. Dalam pementasan seni
menyatukan ragam kesenian Jawa yang pertunjukan tanpa dialog ini seperti
berupa tari, drama, dan musik gamelan Jawa. menyaksikan pentas wayang orang,
Dalam satu panggung dan satu momentum sedangkan alunan suara tembang sinden,
untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos menuturkan pada kita tentang jalannya cerita
legendaris gubahan Walmiki (India) yang ini lewat syair lagu-lagu dalam gending
kitabnya ditulis dalam bahasa Sanskerta. Jawa. Sendratari merupakan akronim dari
Kitab Ramayana Walmiki digubah pada kata, seni drama dan tari yang menyajikan
sekitar permulaan tarikh Masehi, terdiri dari cerita Epos Ramayana bertema kepah-
7 jilid (kanda) dan digubah dalam bentuk lawanan dengan romantikanya untuk
syair sebanyak 24.000 sloka. Ketujuh jilid memuaskan para penonton.
(kanda) tersebut adalah: 1) Bala-kanda, 2). Sendratari Ramayana ini dipentaskan
Ayodya-kanda, 3). Aranya-kanda, 4). di Panggung Terbuka Ramayana yang
Kiskinda-kanda, 5). Sundara-kanda, 6). pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1961
Yuddha-kanda, dan 7). Uttara-kanda.1 bersamaan dengan peringatan Dwi Windu
Jalan cerita Ramayana sangat panjang Kemerdekaan RI.4 Mengingat pergelaran
penuh liku-liku, namun dalam pementasan seni pertunjukan Ramayana ini disajikan
cerita tersebut dirangkum menjadi satu. untuk konsumsi wisatawan mancanegara,
Dalam sendratari, penyajiannya dibagi maka pementasan dan waktunya disesuaikan
dalam beberapa babak, antara lain Shinta dengan kebutuhan wisatawan. Sehubungan
Ilang, Anoman Duta, Kumbakarna Gugur dengan itu dibuat lagi sebuah panggung
atau Lena, dan Shinta Obong. Ceria tentang tertutup yang bernama Panggung Trimurti,
Rama-Shinta ini disajikan secara utuh (full letaknya tidak jauh dari Panggung Terbuka
story) dalam sekali pertunjukan pada malam Ramayana, kompleks Candi Prambanan.
terang bulan. Mengenai cerita tentang Rama Pementasan di Panggung Trimurti ini
ini juga pernah menjadi hasil karya sastra, sebagai antisipasi jika Panggung Ramayana
terutama Jawa Kuna. Ramayana dalam Terbuka tidak dapat dimanfaatkan karena
bentuk kekawin (puisi) terdiri dari 26 pupuh hujan.
pernah dikupas oleh H.Kern pada tahun Pementasan yang dilakukan di
1900.2 Ia juga menterjemahkan Ramayana panggung terbuka, di bawah sinar rembulan
ke dalam Bahasa Belanda dan diselesaikan dengan latar belakang Candi Roro
sesudah wafatnya oleh H. Juynboll (1922- Jonggrang. Lokasi panggungnya berada di
1936).3 sebelah barat Candi Roro Jonggrang. Untuk
Pertunjukan sendratari Ramayana panggung tertutup berada di Panggung
pertama kali dipergelarkan dalam bentuk Trimurti. Pementasan sendratari Ramayana
fragmen Ramayana dengan garapan baru ini disusun sesuai jadwal pada event-event
yang tampilannya seperti balet tanpa dialog. tertentu, dan disesuaikan dengan permintaan
Ceriteranya diwujudkan dalam rangkaian para pengunjung
gerak tari yang dibawakan oleh para penari Untuk waktu pementasan disesuaikan
diiringi oleh musik gamelan. Penonton dengan kondisi dan situasi, maksudnya jika
diajak untuk mencermati setiap gerakan para banyak pengunjung yang berminat dan

1
R. Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, jilid 2. (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hal.106.
2
P.J. Zoetmulder. Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. (Jakarta: Djambatan, 1985), hal.
277.
3
Ibid.
4
Aris Munandar. “Panggung Blak-blakan Ing Prambanan”, Mekar Sari, No. 7, Tahun ke V, tgl. 1 Djuni
1961, hal. 14-15.

246
Sendratari Ramayana di Kawasan Wisata Candi Prambanan (Emiliana Sadilah)
situasinya terang bulan; waktu pementasan Ramayana.5 Deretan relief menceriterakan
dilakukan malam hari di Panggung tentang Rama yang merupakan penjelmaan
Ramayana dengan durasi waktu sekitar 2 Wisnu bersama isterinya Shinta dan
jam. Pergelarannya dapat dilakukan hanya Laksmana, adik Rama. Deretan relief
semalam, tetapi bisa juga 4 atau bahkan 6 berakhir dengan adegan tentara kera sedang
malam secara berturut-turut, sesuai dengan membuat jembatan untuk menyeberang ke
peminatnya. Pertunjukan yang dilaksanakan Pantai Langka. Ceritanya bersambung pada
di Panggung Terbuka Ramayana dilakukan Candi Brahma dengan relief yang
setiap musim kemarau saat terang bulan, menggambarkan pertempuran antara tentara
pada bulan Juni sampai dengan September kera sedang melawan para raksasa, juga
pukul 19.30 sampai dengan 21.30 WIB. pengalaman-pengalaman Rama dan Shinta.
Pertunjukan sendratari di Panggung Trimurti Kisah Rama-Shinta ini kemudian
dipentaskan sesuai jadwal yang telah diaktualisasikan dalam bentuk seni
diprogramkan, sesuai permintaan. Waktu pertunjukan Sendratari Ramayana. Sinopsis
pementasan dilakukan pada setiap hari cerita Ramayana, seperti yang telah
Selasa, Rabu, dan Kamis yang dibawakan diuraikan terdahulu bahwa cerita dalam
oleh para penari profesional. pergelarannya disajikan secara utuh (full
Dari dua tempat pementasan ini, terlihat story).
wisatawan lebih menyukai pementasan yang Sesuai dengan perkembangan pasar
ada di panggung terbuka, yaitu di Panggung pariwisata yang menginginkan serba praktis
Terbuka Ramayana. Alasan mereka, namun mencukupi kebutuhan, maka oleh
pementasan tersebut terlihat asri, alami, penyaji juga disediakan kemasan tontonan
menyatu dengan alam terbuka dengan sinar yang menarik sehingga dapat memuaskan
cahaya rembulan yang sangat indah serta harapan penonton. Masih berdasarkan cerita
dengan dilatarbelakangi candi yang sangat yang sama, pada masa kini pergelaran
megah sehingga kelihatan sangat sendratari Ramayana dapat disaksikan di
menakjubkan. Namun demikian di saat tidak panggung terbuka pada malam bulan
musim hujan para wisatawan masih bisa purnama di musim kemarau maupun di
menikmati tarian sendratari Ramayana di panggung tertutup (Trimurti) pada musim
panggung tertutup, yaitu Panggung Trimurti. hujan. Biasanya kalau tidak ada perubahan
pementasan Ramayana di panggung terbuka
Sendratari Ramayana di Candi dilaksanakan pada musim kemarau, bulan
Prambanan Juni sampai dengan September setiap bulan
Sendratari Ramayana di Kompleks purnama. Adapun pada bulan-bulan Oktober
Candi Prambanan menampilkan cerita sampai dengan Mei sendratari Ramayana
Ramayana yang ceritanya mengacu pada dilaksanakan di panggung tertutup Trimurti.
relief Candi Prambanan khususnya yang Pementasannya memakan waktu selama dua
terdapat pada relief Candi Siwa dan Candi jam, dimulai pada pukul 19.30 berakhir pada
Brahma. Candi Siwa ini merupakan salah pukul 21.30, dengan jeda waktu istirahat
satu candi dari tiga candi yang terdapat di selama 15 menit. Adapun pengisi acara
Kompleks Candi Prambanan. Candi Siwa ini kedua panggung tersebut sampai saat ini
memiliki denah bujur sangkar dengan jumlahnya ada 10 kelompok kesenian, 3
penampil-penampil yang luas menjorok ke kelompok mengisi di panggung terbuka,
luar. Pada langkan sisi dalamnya terpahat sedangkan 7 kelompok lainnya mengisi
deretan relief yang melukiskan Wiracarita panggung tertutup Trimurti. Pelaksanaan

5
A.J.Bernet Kempers dan Soekmono. Candi-candi Di Sekitar Prambanan. (Bandung-Jakarta: Ganaco
NV, 1974), hal. 27.

247
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

sendratari melibatkan banyak orang terdiri dari adegan:


termasuk di dalamnya seniman tari sekitar 1). Kidang Kencana.
30 orang di panggung terbuka, sedangkan Di dalam pembuangannya, Rama, Shinta
di panggung tertutup jumlahnya sekitar 20 dan Laksmana menjalani hidup di Hutan
orang. Adapun pengrawit ( penabuh Dandaka. Rawana yang selalu mengejar
gamelan), yang mengiringinya berjumlah Shinta, menyuruh pengikutnya bernama
sekitar 20 orang. Kala Marica untuk menculik Shinta. Ia
Pada dasarnya episode-episode dalam menyamar menjadi kijang manis
sendratari Ramayana yang dilaksanakan di bernama Kidang Kencana. Shinta minta
panggung terbuka maupun tertutup sama, Kidang Kencana pada Rama. Rama
yaitu : menyanggupi dan pergi mencarinya.
A. Menthang Langkap terdiri dari Sepeninggal Rama, Shinta dijaga
adegan: Laksmana adik Rama. Rama mengejar
1). Sayembara menthang langkap atau Kidang Kencana yang ternyata raksasa
gandewa, diikuti oleh raja 1000 negara. Kala Marica dan mati kena panah Rama.
Prabu Janaka di Kerajaan Mantili 2). Sumpah Wadat.
mempunyai anak yang terkenal Shinta menyuruh Laksmana untuk
kecantikannya bernama Dewi Shinta. menyusul Rama, karena lama tak
Untuk mencari jodoh anaknya itu, Sang kembali. Laksmana berat meninggalkan
Prabu mengadakan sayembara Shinta karena merasa berkewajiban
membentangkan (menthang) gandewa menjaganya. Shinta mencurigai
(langkap) yang kemudian diikuti oleh Laksmana, dikira menaruh hati pada
raja-raja dari 1000 negara. Pemenang Shinta. Untuk membuktikan bahwa
sayembara tersebut yaitu Ramawijaya Laksmana tulus menjalankan kewajiban
putra mahkota Raja Dasarata dari menjaga keselamatan Shinta dari
Kerajaan Ayodya, maka ia berhak gangguan Rawana, ia bersumpah bahwa
memperisteri Dewi Shinta. selama hidupnya tidak akan menikah
2). Rama memadu kasih dengan Shinta. (wadat). Ia akan mencari Rama, namun
Setelah kemenangannya, Dewi Shinta sebelumnya dengan kesaktiannya
menjadi istri Rama dan keduanya saling Laksmana membuat garis yang
menyayangi. Dalam adegan ini melingkari Shinta sebagai benteng.
ditampilkan kedua sejoli, Rama-Shinta Laksmana berpesan bahwa selama ia
sedang memadu kasih. Di istana, Dewi pergi menyusul Rama, Shinta diminta
Keikayi isteri kedua Prabu Dasarata supaya tidak keluar dari garis sakti yang
menghadap menagih janji bahwa tahta dibuatnya.
kerajaan harus diberikan Bharata 3). Shinta Ilang / Jatayu.
anaknya. Adapun Rama harus dibuang ke Oleh karena upaya Rawana lewat Kala
hutan selama 14 tahun. Dasarata kalah Marica gagal menculik Shinta, maka
janji, dan Rama dibuang ke Hutan Rawana menggunakan kesempatan selagi
Dandaka diikuti oleh Shinta dan Shinta sendirian tidak dijaga. Ia
Laksmana adik Rama. Di sisi lain seorang menyamar sebagai orang tua yang lemah.
raja Kerajaan Alengka bernama Rawana Lupa akan pesan Laksmana, melihat or-
(sering ditulis dengan Rahwana) juga ang tua yang tampak lemah itu hati Shinta
menginginkan Shinta menjadi isterinya. iba dan ingin menolongnya, tanpa
Oleh karena itu ia berupaya keras dengan sengaja keluar dari lingkaran. Dengan
berbagai cara untuk memilikinya. kecurangan Rawana itulah akhirnya
Shinta dapat dibawa terbang ke Alengka.
B. Dandaka, tempat yang disebut Hutan Di perjalanan direbut oleh burung Jatayu,
Dandaka dengan peristiwa-peristiwanya, terjadilah perang antara keduanya. Jatayu
248
Sendratari Ramayana di Kawasan Wisata Candi Prambanan
kalah, sebelum meninggal ia mencerita- bersama wadyabala kera menyerbu ke
kan kepada Rama dan Laksmana bahwa Alengka. Perlu diketahui bahwa setelah
Shinta dibawa Rawana. adegan ini, pertunjukan dihentikan untuk
istirahat. Setelah 15 menit istirahat
C. Sugriwa-Subali. kemudian pertunjukan dilanjutkan lagi.
1). Perang tanding Sugriwa-Subali.
Dalam cerita ada dua orang kakak beradik E. Alengkadiraja, di kerajaan terjadi
yaitu Sugriwa dan Subali yang berselisih peristiwa-peristiwa, adegannya yaitu:
berebut Dewi Tara hingga terjadi perang 1). Kumbakarna Tapa.
tanding. Kejadian itu dilihat oleh Rama, Untuk mencari Shinta, istrinya, Rama,
ia melepaskan panah ke arah Subali Laksmana ke Alengka dibantu oleh
sehingga gugur. Sebagai balasannya, wadyabala kera. Terjadilah perang antara
Sugriwa mengabdi pada Rama membantu kedua belah pihak, banyak yang gugur
mencari Shinta, juga membantu termasuk Indrajit. Di sisi lain
perjuangannya melawan Rawana Raja Kumbakarna sedang bertapa dengan cara
Alengka. Demikian pula Anoman, tidur.
kemenakan Sugriwa juga mengabdi pada 2). Kumbakarna Gugah.
Ramawijaya. Saat bertapa tidur, Kumbakarna
2). Anoman Duta. dibangunkan oleh Indrajit. Oleh karena
Anoman menjadi utusan Rama supaya membangunkannya sulit, maka ia
pergi menjumpai Shinta di Alengka untuk mencabut bulu ibu jari kakinya (wulu
memberikan cincin dari Rama. cumbu). Kumbakarna terkejut bangun
menghajar Indrajit, bahkan akan dibunuh.
D. Taman Soka, keadaan di taman Indrajit menghiba-hiba, mengingatkan
kerajaan, di Alengka, yaitu adegan: bahwa dirinya masih kemenakannya. Ia
1). Rawana kasmaran terhadap Shinta dan juga mengatakan bahwa Alengka
merayunya, namun ditolak. Oleh karena kedatangan musuh maka pamannya
Shinta menolaknya, maka ia akan diharapkan dapat maju ke medan perang.
dibunuh Rawana tetapi dicegah Trijatha. 3). Kumbakarna Gugur.
Ia berjanji akan menangani Shinta. Kumbakarna maju ke medan perang
2). Anoman yang diutus Rama sampai di untuk membela tanah airnya. Dalam
Alengka memasuki taman kerajaan. Ia peperangan itu ia berhadapan dengan
melantunkan tembang indah, kemudian Rama, Laksmana, Sugriwa dan Anoman.
menghadap Shinta menceritakan Akhirnya Kumbakarna terkena senjata
kedatangannya sebagai duta Rama. panah Rama dan gugur di medan perang.
Sebagai buktinya ia memberikan cincin Rawana mengambil alih komando untuk
dari Ramawijaya. Anoman juga mengatur menghadapi lawannya, terjadilah perang
siasat akan merusak Alengka. brubuh Alengka. Rawana mati di tangan
3). Anoman Obong, masuknya Anoman ke Anoman, jasadnya ditempatkan di bawah
taman ketahuan Indrajit, putra Rawana, Gunung Sumawana.
kemudian dihajar dan akan dibunuh.
Akan tetapi dicegah oleh Kumbakarna F. Rama Panggih-Shinta Obong.
karena hanya seorang duta. Anoman Setelah perang usai, Rama bertemu
kemudian dibakar (diobong), ia lari dan Shinta. Rakyat menyangsikan kesucian
api di tubuhnya membakar bangunan- Shinta yang lama tinggal di Alengka. Rama
bangunan di Alengka. Sekembalinya dari bimbang, Shinta ingin membuktikan
Alengka, ia melaporkan kejadian tersebut kesetiaannya, kemudian menceburkan diri ke
kepada Ramawijaya. Selanjutnya Rama dalam api suci. Peristiwa tersebut sangat

249
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

menakjubkan karena Shinta selamat dan Pada tahun 1733 sudah ada orang Eropa
keluar dari api. Akhirnya Shinta diterima yang berkunjung ke kompleks Candi
kembali sebagai isterinya. Prambanan. Pada saat Indonesia masih
dalam penjajahan Belanda, banyak orang-
Sendratari Ramayana Sebagai Aset orang Belanda yang menyempatkan diri
Pariwisata mengunjungi Candi Prambanan dan
Sendratari Ramayana yang dipentaskan sekitarnya.6 Pengunjung waktu itu, seperti
di Kompleks Candi Prambanan dapat Raffles dan pembantu-pembantunya
dikatakan sebagai salah satu seni tradisional berpendapat bahwa Candi Prambanan dan
yang mampu menarik banyak wisatawan sekitarnya merupakan bukti peninggalan
baik dari dalam maupun luar negeri. sejarah pada masa lampau.7
Pementasannya yang sangat indah, menarik Berdasarkan data yang termuat di
dengan gerak tarian yang menawan, para Kedaulatan Rakyat, selama sebulan tercatat
penari sangat menghayati watak yang ada 5.473 pengunjung yang terdiri atas
dibawakan, diiringi gending-gending Jawa pengunjung umum sebanyak 3.966 orang ,
menghanyutkan siapa saja yang melihat, dispensasi sebanyak 629 orang, anak- anak
membuat keberadaan seni Sendratari Rama- 85 orang, wisatawan asing 355 orang, dan
yana tersebut masih diminati wisatawan dan wisatawan sekitar DIY 438 orang. Data ini
masih bisa tetap bertahan hingga sekarang. ada pada bulan Juni, sedang di bulan Juli
Sendratari Ramayana ini telah menjadi ternyata mengalami pertambahan yang
aset pariwisata karena disuguhkan untuk cukup mencolok, yaitu ada sekitar 8.874 or-
para wisatawan dan sudah menjadi satu ang wisatawan.8 Pertambahan yang cukup
paket dengan objek wisata Candi Pram- baik ini berpengaruh terhadap pemasukan
banan. Kalau dilihat dari cerita-cerita yang devisa negara. Lonjakan jumlah pengunjung
dipentaskan dalam setiap pertunjukan-nya ini bertepatan dengan masa liburan dan hari-
dapat dikatakan bahwa sendratari ini hari cerah di musim kemarau.
mengacu pada cerita di relief yang menem- Saat ini Candi Prambanan dan
pel pada dinding candi di Prambanan. Candi sekitarnya masih dalam rangka renovasi
ini memiliki daya tarik tersendiri karena karena terpaan gempa bumi Mei 2006,
memiliki kandungan nilai historis, seni, namun demikian tetap terbuka untuk
arsitektural, dan nilai-nilai simbolis. wisatawan yang datang. Sehubungan dengan
Dalam setiap tahunnya jumlah wisa- adanya gempa hebat yang mengakibatkan
tawan yang menyempatkan diri untuk rusaknya bangunan-bangunan termasuk
menyaksikan sendratari ini selalu ber- candi, maka banyak para wisatawan yang
tambah. Biasanya para wisatawan yang tergugah untuk melihat dari dekat. Pada
menyaksikan sendratari tersebut adalah umumnya para wisatawan ini juga
wisatawan-wisatawan yang mendatangi menyempatkan diri menyaksikan Sendratari
Candi Prambanan dan sekitarnya. Para Ramayana yang telah menyatu dalam satu
wisatawan tersebut merasa kurang lengkap paket kunjungan candi.
kalau belum melihat Sendratari Ramayana. Kalau diperhatikan, pementasan
Sebab Sendratari Ramayana ini merupakan Sendratari Ramayana ini berlatar belakang
aktualisasi dari cerita-cerita yang ada pada Candi Roro Jonggrang yang letaknya di
relief Candi Prambanan ini. sebelah timur Panggung Terbuka Ramayana.

6
A.J.Bernet Kempers dan Soekmono, ibid., hal. 4.
7
Ibid.
8
Warisman, dkk. “Pulihnya Wisata Di Yogyakarta Pascabencana Dirusak Gempa Candi Prambanan Tetap
Menarik”, Kedaulatan Rakyat, tanggal 16 Juli 2006, hal. 14.

250
Sendratari Ramayana di Kawasan Wisata Candi Prambanan
Penataan lampu dan tempat yang sangat Keberadaannya membuat Kompleks Candi
bagus membuat suasananya sangat alami. Prambanan semakin diminati oleh banyak
Para penonton dapat menikmati sajian pengunjung karena lakon-lakon yang
kesenian tersebut secara jelas karena tempat dipentaskan mengacu pada cerita relief
duduknya dibuat setrata. Panggung Candi Prambanan khususnya relief yang ada
pementasan seni dibuat terbuka, kelihatan pada dinding Candi Siwa dan Brahma.
sangat luas dan dapat menghirup udara bebas Bagi para wisatawan asing khususnya
sambil menikmati indahnya bulan purnama. yang ingin memperoleh pengetahuan lebih
Ini semua membuat banyak para wisatawan dalam, merasa akan lebih lengkap jika
yang datang ke tempat itu untuk kunjungannya ke objek wisata Prambanan
menyaksikan langsung pertunjukan Sendra- ini telah melihat langsung sendratari
tari Ramayana. Ramayana. Sebab semua cerita yang
Daya tarik Candi Prambanan dan tergambar pada relief dinding candi
sekitarnya serta penampilan seni diaktualisasikan lewat pertunjukan
pertunjukan sendratari Ramayana berdam- Sendratari Ramayana. Bagi wisatawan yang
pak pada peningkatan ekonomi baik pada menggemari seni, mereka merasa sangat
pendapatan daerah maupun masyarakat antusias dan terhibur melihat pementasan
sekitarnya. Selain itu, Candi Prambanan juga Sendratari Ramayana yang begitu indah
merupakan sumber sejarah, ilmu penge- dengan rangkaian gerak tari yang khas Jawa
tahuan dan kebudayaan serta dapat serta diiringi musik gamelan yang suaranya
dimanfaatkan baik oleh bangsa kita sendiri pun mempunyai ciri tersendiri.
maupun bangsa asing. Sehingga sudah Keberadaan seni pertunjukan Rama-
selayaknya kalau keberadaan Candi yana ini perlu dilestarikan karena di samping
Prambanan ini perlu dilestarikan sebagai merupakan budaya bangsa kita yang bernilai
benda Cagar Budaya yang tercantum pada tinggi, juga merupakan salah satu aset
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1992. pariwisata yang mampu meningkat-kan
Sehubungan dengan itu maka Sendratari devisa negara. Perlu mendapatkan perhatian
Ramayana yang merupakan pendukung dari pemerintah terkait agar pertunjukan
kelengkapan obyek wisata Candi Prambanan Sendratari Ramayana di Kawasan Kompleks
juga perlu dilestarikan, karena merupakan Candi Prambanan, tetap eksis dan menjadi
hasil karya seni tari budaya bangsa yang daya tarik wisatawan yang sangat indah.
diselenggarakan di kawasan peninggalan Campur tangan pemerintah yang sudah
sejarah, Candi Prambanan. Keberadaannya tampak jelas adalah di samping merenovasi
yang menyatu dengan Candi Prambanan ini Candi Prambanan karena terkena gempa,
menambah daya tarik para wisatawan, juga sudah dibangun panggung indoor untuk
merupakan salah satu aset pariwisata yang pementasan sendratari ini. Hal ini dilakukan
perlu mendapatkan perhatian dan untuk mengantisipasi para wisatawan yang
pemeliharaan sehingga keberadaannya akan datang ke Candi Prambanan dan ingin
tetap eksis. menyaksikan Sendratari Ramayana. Gedung
pertunjukan Sendratari Ramayana yang
Penutup semula hanya satu panggung berkembang
Sendratari Ramayana merupakan salah menjadi dua, yaitu Panggung Terbuka
satu seni pertunjukan yang populer di Ramayana dan Panggung Trimurti. Bagi
kalangan para wisatawan, baik dari dalam wisatawan yang berkunjung tidak pada bulan
maupun luar negeri. Khususnya Sendratari purnama dapat menyaksikan sendratari
Ramayana yang berada di Kawasan tersebut di Panggung Trimurti, sedang
Kompleks Candi Prambanan sudah cukup wisatawan yang berkunjung pada malam
lama dipentaskan dan telah dijadikan dalam bulan purnama dapat menyaksikan di
satu paket wisata dengan Candi Prambanan. Panggung Terbuka Ramayana. Semua ini
251
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

dilakukan agar tidak mengecewakan wisa- Ramayana di saat berwisata di Kompleks


tawan yang ingin menyaksikan Sendratari Candi Prambanan.

Daftar Pustaka

Aris Munandar. “Panggung Blak-blakan Ing Prambanan”, Majalah Mekar Sari, No. 7
Tahun ke V, tgl 1 Djuni 1961.
Atmosudiro, Sumijati, dkk., 2001. Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya,
Diterbitkan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jawa Tengah
bekerjasma dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Bernet Kempers, A.J. dan Soekmono, 1974. Candi-Candi Di Sekitar Prambanan,
Bandung: Ganaco N.V.
“Liflet Candi Prambanan Warisan Budaya Dunia”.
Soekmono,R., 1987. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, jilid 2, cetakan ke empat.
Yogyakarta: Kanisius.
Warisman, dkk. “Pulihnya Wisata Di Yogyakarta Pascabencana. Dirusak Gempa Candi
Prambanan Tetap Menarik”, Kedaulatan Rakyat, 16 Juli 2006.
Zoetmulder P.J., 1985. Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, Cetakan ke
dua. Jakarta: Djambatan.

252
Gandrung Seni Pertunjukan di Banyuwangi (Siti Munawaroh)

GANDRUNG SENI PERTUNJUKAN


DI BANYUWANGI

Siti Munawaroh

Abstrak

Tari Gandrung merupakan salah satu seni tari tradisional yang berada di Kabupaten
Banyuwangi sehingga disebut dengan Gandrung Banyuwangi. Tari Gandrung erat
kaitannya dengan tari Seblang. Hal ini karena Gandrung merupakan perkembangan
dari tari Seblang. Ini terlihat dari gerak tarian maupun unsur tari lainnya, hanya
perbedaan terlihat bahwa Seblang merupakan tarian yang bersifat sakral sedangkan
tari Gandrung merupakan tarian hiburan atau pergaulan. Tari Gandrung dalam
pertunjukannya didukung oleh berbagai unsur yakni penari, musik, alat musik, nyanyian,
gerak tari dan arena atau panggung. Dalam pementasannya didukung oleh pemaju atau
pengibing bersama si penari Gandrung. Tari Gandrung Banyuwangi dalam pementasan
ada tiga adegan yaitu jejer, ngrepen dan Seblang Subuh, dan bisa dipentaskan di berbagai
kesempatan antara lain, pesta hajatan, hari besar nasional, even pariwisata, dalam rangka
memperingati hari jadi kota kabupaten, dan dijadikan muatan lokal untuk tingkat sekolah
dasar.

Kata Kunci: Seni Pertunjukan - Gandrung.

Pendahuluan manusia yang merefleksikan pandangan


Koentjaraningrat menjelaskan bahwa hidup, cita-cita, realitas kedalam karya yang
yang dimaksud kesenian adalah salah satu berkat bentuk dan isinya berdaya
unsur kebudayaan yang bersifat universal. membangkitkan pengalaman tertentu pada
Kesenian merupakan unsur kebudayaan penghayatnya. 3. Lebih lanjut dikatakan
yang keberadaannya sangat diperlukan bahwa seni pertunjukan merupakan ekspresi
manusia dalam pemenuhan kebutuhan dari perseorangan atau komunitas dalam
hidupnya.1 Kesenian merupakan suatu yang mempertunjukan dirinya secara visual dalam
hidup senafas dengan mekarnya rasa berbagai ruang, baik ruang ekonomi, sosial,
keindahan yang tumbuh dalam sanubari maupun politik yang kemudian dikemas
manusia dari masa ke masa dan hanya dapat dalam suatu bingkai yang digabung dalam
dinilai dengan ukuran rasa.2 suatu perilaku, dan ditentukan oleh perilaku
Seni dalam kehidupan budaya dan perseorangan maupun publik. Seni pertun-
masyarakatnya memiliki beberapa dimensi jukan lahir dari masyarakat dan ditonton
dan fungsi. Sebagai produk kesenian, tari oleh masyarakat dalam artian ia lahir dan
Gandrung merupakan ekspresi estetik berkembang untuk masyarakat. Dengan

1
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 204.
2
Sujarno, dkk. Seni Pertunjukan Nilai Fungsi dan Tantangannya. (Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan
Nilai Tradisional Yogyakarta, 2003), hal. 23.
3
Ibid.

253
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

demikian seni pertunjukan yang tumbuh dan orang kita sendiri, maupun kepada orang
berkembang pasti dipengaruhi oleh sistem- asing. Memang, seni pertunjukan tradisional
sistem yang ada seperti sistem kekuasaan, yang masih berfungsi sebagai seni komunitas
kepercayaan, sosial, dan lain sebagainya.4 (community art) yang lazimnya untuk
Berdasarkan data arkeologis seni kepentingan ritual, pasti tidak akan
pertunjukan tradisional meliputi seni musik kehilangan kesempatan untuk hidup. Secara
(gamelan), seni tari dan nyanyi, lawak, tari umum seni pertunjukan sampai sebelum
topeng, tari taledek, ronggeng, seni suara jaman kemerdekaan berfungsi ritual.
(tembang) dan wayang. Secara sistematis Meskipun sering terjadi perubahan namun,
menurut Timbul Haryono seni pertunjukan fungsi ritualnya selalu masih melekat,
tradisional dapat dibagi menjadi empat walaupun kadarnya sering menyusut,
macam atau kelompok, yaitu: 1) tari rakyat; tergantung kepada kebutuhan masyarakat
2) musik rakyat; 3) drama rakyat; dan 4) seni setempat. Seni pertunjukan tradisional tidak
resitasi wiracerita rakyat. Walaupun bisa berfungsi ritual lagi, seperti wayang
demikian dengan kenyataan bahwa seni wong, ketoprak maupun seni Gandrung di
rakyat yang ada pada umumnya merupakan Banyuwangi yaitu fungsinya sebagai
seni pertunjukan yang memiliki beberapa tontonan atau hiburan.7
aspek dan barangkali musik dianggap lebih
berfungsi sebagai pengiring pertunjukan, Pembahasan
dan tidak berdiri sendiri sebagai pengiring Penduduk asli Banyuwangi sebagian
sebuah bentuk seni pertunjukan.5 besar suku Jawa dan Madura. Disamping itu
Seni pertunjukan Gadrung yang ada di terdapat juga suku Bali dan warga Negara
Kabupaten Banyuwangi misalnya terdapat Indonesia keturunan Cina sebagai penduduk
beberapa aspek di antaranya pemain, tempat minoritas. Suku Jawa di daerah Banyuwangi
penyajian atau panggung, busana (kostum), dapat di bagi dua, yaitu suku Jawa yang
tata rias, tarian serta iringan atau instrumen, berbahasa Jawa dan suku Jawa yang
begitu juga seni pertunjukan wayang wong, berbahasa Using (dialek Banyuwangi).
tayub dan yang lainnya. Seni pertunjukan Penduduk suku Jawa yang berbahasa Jawa
tradisional yang masih bisa disaksikan pada umumnya kaum pendatang yang
sekarang ini sebenarnya menyerupai bentuk berasal dari daerah luar Banyuwangi seperti
pertunjukan ritual dari masa prasejarah. Malang, Kediri, Madiun, Yogyakarta,
Pertunjukan-pertunjukan tersebut bercirikan Surakarta, dan Banyumas. Mereka pada
animistik, dan ada pula yang merupakan umumnya menempati daerah Banyuwangi
bentuk pertunjukan untuk penyembahan roh- sebelah barat dan selatan. Sementara suku
roh nenek moyang.6 Jawa yang berbahasa Jawa Using adalah
Sebenarnya produk-produk seni penduduk asli Banyuwangi keturunan rakyat
pertunjukan tradisional bisa “dijual”, baik Kerajaan Blambangan pada zaman Kerajaan
kepada para peminat yang terdiri dari orang- Majapahit.8

4
Umar Kayam. Pertunjukan Rakyat Tradisional Jawa dan Perubahan Ketika Orang Jawa Nyeni. Ed.
Syafri Sairin dan Heddy Shri Ahimsa Putra. (Yogyakarta: Galang Press, 2000).
5
Timbul Haryono. “Sekilas Tentang Seni Pertunjukan Masa Jawa Kuno Refleksi Dari Sumber-sumber
Arkeologis”, dalam Jawa Majalah Ilmiah Kebudayaan Sendratari Ramayana Di Kawasan Wisata Candi
Prambana Vol. 1. (Yogyakarta: Yayasan Study Jawa, 1999), hal. 92 - 110.
6
Sujarno. loc.cit.
7
Soedarsono. “Dampak Modernisasi Terhadap Seni Pertunjukan Jawa di Pedesaan”, dalam Seminar
Kebudayaan Jawa 23 – 26 Januari 1986. (Yogyakarta: Proyek Javanologi, 1986), hal. 2.
8
Sudjadi. “Asal-Usul dan Keadaan Kesenian Gandrung Banyuwangi Dewasa Ini”, dalam Seminar
Kebudayaan Jawa 23 – 26 Januari 1986. (Yogyakarta: Proyek Javanologi, 1986), hal. 1.

254
Gandrung Seni Pertunjukan di Banyuwangi (Siti Munawaroh)
Kondisi wilayah Banyuwangi dari data Seblang pada masa lampau dipentaskan
Banyuwangi Dalam Angka 2007, untuk upacara selamatan sehabis musim
merupakan daratan yang miring ke arah laut, panen padi atau selamatan bersih desa.
yaitu arah timur dan selatan. Daerah Selamatan dimaksudkan untuk menyampai-
Banyuwangi sebelah timur merupakan kan rasa terima kasih para petani kepada
dataran rendah yang subur yang dipakai Dewi Sri yang telah memberi kesuburan
sebagai tanah pertanian. Hampir 66,54% tanah pertaniannya, sehingga hasil tanaman
penduduknya hidup bercocok tanam sebagai padi bisa melimpah. Seperti halnya tari
petani. Lahan sawahnya dapat ditanami padi Tayub di berbagai tempat di Jawa, Lengger
terus menerus atau tiga kali panen dalam di Banyumas, dan Ronggeng di Jawa Barat,
setahun tanpa mengenal musim kemarau. sebelum menjadi kesenian yang dibarang-
Hal ini karena pengairan atau keadaan air kan adalah tarian untuk upacara ritus
cukup baik. Boleh dibilang sebagai kesuburan. Begitu juga dalam perkem-
penghasil beras yang cukup besar. Sedang- bangannya Tari Seblang atau Gandrung di
kan wilayah Banyuwangi yang berada di Banyuwangi tidak lagi menjadi upacara ritus
daerah pantai timur yakni laut Muncar dan kesuburan akan tetapi menjadi kesenian
Pancer sebagai penghasil ikan laut. hiburan atau pergaulan.10
Sementara keadaan budaya khususnya Seni tari Gandrung adalah kesenian
kesenian tradisional masyarakat Banyu- rakyat yang sudah kuno, dan merupakan
wangi cukup banyak seperti kesenian salah satu tarian lirik yang utuh serta
barong, jangger, bardah, angklung, mempunyai ciri universal, yaitu bersifat
kuntulan, dan kesenian gandrung. Untuk erotis baik gerak tariannya dan yang cepat
kesenian yang terakhir ini yakni gandrung ritmenya. Selain itu, mengungkapkan
sudah tidak asing lagi di Banyuwangi. estetika yang tinggi nilainya, serta sesuai
Banyaknya penduduk yang bermata dengan makna kata gandrung yang
pencaharian sebagai petani, sekitar tahun mengandung pengertian cinta kasih. Sifat
1801 muncul suatu upacara ritus kesuburan erotis tari Gandrung yakni bertolak dari
yaitu upacara yang ditujukan pada Dewi tarian erotis sakti dalam kepercayaan Indo-
Padi. Menurut dongeng klasik bahwa padi nesia Hindu. Menurut Kamus Jawa Kuno,
memang dianggap sebagai penjelmaan Dewi kata gandrung bermakna pandanglah dia,
Sri (istri Dewa Wisnu) yang diturunkan ke cinta, atau dapat juga berarti terpesona
bumi. Tradisi upacara ritus kesuburan maupun terharu. Dengan demikian dari
ditengah-tengah masyarakat petani ini pengertian tersebut istilah gandrung bisa
dengan mementaskan tarian yang dinamakan dimaknai tergila-gila karena dicintai dan
Seblang. Tari Seblang dianggap tarian tarian asmara juga disebut gandrung.11
keramat karena merupakan pemujaan Gandrung merupakan seni pertunjukan
terhadap Dewi Sri, “Ratu Padi”. Sedangkan tradisional masyarakat Banyuwangi yang
dewasa ini sebutan Seblang sudah hampir kini berkembang sangat subur di wilayah
tidak terdengar lagi, orang menyebutnya Banyuwangi bahkan sampai di luar
dengan Gandrung Banyuwangi. Dengan Banyuwangi yang terkenal dengan sebutan
demikian Gandrung erat kaitannya dengan gandrung Banyuwangi. Seni pertujukan
Tari Seblang.9 yang menitikberatkan pada pencerminan

9
Soepono. Mengenal Kesenian Tradisional Daerah Jawa Timur. (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hal. 55.
10
Sumarno. “Peran Tari Gandrung Banyuwangi Pada Masa Kini”, dalam Patra-Widya Vol. 3 No. 4
Desember. (Yogyakarta: BKSNT, 2002), hal. 10.
11
Soelarto dan Ilmi. Kesenian Rakyat Gandrung Dari Banyuwangi. (Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan, Depdikbud, 1975), hal. 24.

255
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

estetik seni tari ini kian berkembang dan menyanyi lagi, karena ia menari bukan atas
sudah menemukan bentuk yang mantap dan dasar kemahirannya sendiri, tetapi karena
berbobot, yaitu menjadi bentuk tarian lirik kerasukan roh halus.
dengan gaya khas, yakni perpaduan estetis Tahap berikutnya pada tahun 1806, tari
dari unsur tari dari berbagai daerah seperti Gandrung-Seblang mengalami perkem-
tari Jawa, Bali, dan tari Madura. Begitu juga bangan. Penari yang semula seorang laki-laki
unsur musik, tata rias, tata busana, dan seni lanjut usia, kemudian diganti dengan seorang
sastra yang berupa pantun-pantun melayu perempuan yang juga lanjut usia.
dijadikan lagu-lagu pengiring tarian Perlengkapan untuk pakaian, perempuan
Gandrung. Kekhasan tersebut dapat ada tambahan yaitu penutup dada atau
dipahami bila kita mengingat dari latar kemben. Kemudian pada tahun 1816
belakang sejarah dan letak geografis Gandrung-Seblang berubah atau
Blambangan yang sangat strategis. Selain itu berkembang menjadi Gandrung, yang
juga memiliki kesadaran tinggi sebagai selanjutnya disebut Gandrung Banyuwangi
pendukung-pendukung budaya. hingga sekarang. Sedangkan tari Seblang
masih tetap hidup seperti sediakala dengan
Sejarah Tari Gandrung Banyuwangi menunjukkan ciri-cirinya sendiri, yaitu
Di depan telah diuraikan Tari Gandrung sebagai upacara yang bersifat mistis religius.
awalnya dari tarian Seblang, dalam Pertunjukannya bersifat syamanistis atau
perkembangannya Seblang menjadi mempergunakan kekuatan magis sehingga
Gandrung melalui proses yang cukup lama penarinya dalam keadaan trance.13
yakni melalui beberapa tahap. Pada tahun Selanjutnya pada tahun 1816 penari
1801 disebut Gandrung-Seblang, pada Gandrung perannya diganti lagi dengan
waktu itu pelakunya adalah seorang laki-laki seorang laki-laki. Pengibingnya atau bahasa
yang sudah lanjut usia. Orang ini sebenarnya setempat pemaju tentu saja juga seorang
tidak ahli menari karena adanya unsur magic laki-laki. Perlengkapan tarinya masih seperti
atau kerasukan roh halus maka orang tari Seblang, namun perlengkapan pakaian
tersebut bisa melakukan gerakan-gerakan tarinya sudah bertambah. Kalau pada tahap
tari. Kemudian mengenai perlengkapan sebelumnya penari laki-laki bertelanjang
pakaian tarianya pun masih sangat sederhana dada, maka pada tahap ini sudah memakai
yakni teridiri dari mahkota atau kuluk yang baju lengan panjang yang mirip baju surjan.
dibuat dari daun pisang muda yang disobek. Kesenian Gandrung Banyuwangi pada tahap
Penari memakai pakaian panjang semacam ini fungsinya sudah tidak lagi untuk upacara
bebet tanpa baju atau telanjang dada. atau selamatan, akan tetapi sebagai hiburan
Selanjutnya penerangan atau sekarang tata umum yang ditanggap orang. Penari
lampu yang digunakan dari lampu ublik atau Gandrung itu sendiri biasanya sebagai
oncor yang terbuat dari bambu. Sedangkan penari bayaran.
alat musik atau gamelan yang dipakai adalah Tahap berikutnya kurang lebih tahun
seruling, gendang, dan gong.12 1826 sampai dengan sekarang penari
Gandrung-Seblang dipentaskan satu Gandrung laki-laki sudah tidak berperan
tahun sekali pada waktu diadakan upacara hingga tahun 1950-an, kemudian diganti
selamatan bersih desa setelah panen padi. dengan seorang anak gadis atau remaja yang
Dalam pelaksanaan pentas, penari hanya belum kawin antara umur 14-16 tahun.
seorang laki-laki tanpa pengibing, sebagai Orang pertama yang menjadi penari
tarian tunggal. Selain itu, penari tidak Gandrung putri adalah Semi. Ia pula yang

12
Sudjadi. op.cit., hal. 11-12.
13
Ibid., hal. 11 - 23.

256
Gandrung Seni Pertunjukan di Banyuwangi (Siti Munawaroh)
merintis berkembangnya kesenian Untuk penari yang profesional disamping
Gandrung Banyuwangi.14 Pada tahun 1969 mendapatkan bayaran ketika pentas, penari
penari gandrung perempuan berada di sendiri sebelum menjalankan tugasnya
puncak kejayaan dan pertengahan tahun terlebih dahulu melakukan tirakat, dengan
1992 Amerika Serikat mencatat penjualan berpuasa. Selain itu penari, tidak boleh
CD rekaman lagu tarian Gandrung dan dalam keadaan datang bulan atau haid.
terjual sebanyak 284.999 copi dalam 24 Sementara penari Gandrung amatir biasanya
jam.15 terdiri para siswa sekolah bukan profesi dan
Kesenian Gandrung sekarang umumnya dipentaskan untuk menyambut tamu
dipentaskan untuk keperluan pesta pemerintah atau pejabat kabupaten, pentas
perkawinan, penyambutan tamu seorang pada event pariwisata dan sejenisnya.
pejabat pemerintah atau negara tetangga, Kemudian penari Gandrung adalah seorang
peringatan hari-hari besar nasional, upacara perempuan yang belum kawin, berusia
selamatan bersih desa panen padi, upacara antara umur 14-16 tahun.
selamatan pada waktu para nelayan akan b. Instrumen/alat musik dan Lagu
mengadakan petik laut, pada event Alat musik yang digunakan untuk
pariwisata, hari jadi kota kabupaten. Bahkan mengiringi tari gandrung antara lain yaitu:
pernah diselenggarakan festival, dan kendhang lanang dan kendhang wadon,
dijadikan sebagai muatan lokal untuk tingkat kethuk, biola, dan kluncing. Perangkat alat
sekolah dasar (SD). Oleh karena sering musik tersebut dimainkan oleh delapan or-
tampil di event pariwisata maka sudah tentu ang pemusik yang disebut panjak. Selain itu,
penari Gandrung memiliki wajah cantik, ada pemain yang memainkan kluncing. Di
bentuk tubuh yang indah dan “sexy”, samping memainkan alat musik juga sebagai
memiliki bakat menyanyi dan menari serta pelawak untuk mengisi adegan selingan yang
harus murah senyum agar disukai pengibing bersifat humor agar pertujukan menjadi
baik tua maupun muda.16 hidup dan segar. Pemain kluncing harus bisa
menari dan bernyanyi sehingga mampu
Pementasan dan Pertunjukan Gandrung membuat penonton menjadi tertawa.
1. Arena Pertunjukan Iringan musik pertunjukan Gandrung
Arena panggung pertunjukan tari Banyuwangi sesungguhnya merupakan
Gandrung umumnya dibawah tarub, yaitu penyajian tari dan vokal, sedangkan bunyi
sebuah bangunan tambahan di depan atau di biola cukup berperan membantu menuntun
samping rumah sebagai penambah keluasan melodi. Pemain biola disebut ranginan atau
untuk menjamu para tamu. Arena yang larasan. Biola juga menjadi penentu vokal
dipakai, diberi alas tikar atau anyaman bagi penari gandrung dalam membawakan
bambu yang halus dan adakalanya arena nyanyian, karena harus mengetahui nada
untuk menari Gandrung dibuat lebih tinggi yang diminta oleh seorang penari Gandrung.
atau dibuatkan panggung agar memper- Adapun lagu-lagu yang dinyanyikan
mudah bagi para tamu atau pengunjung dan setiap adegan berbeda-beda. Adegan jejer
penonton untuk melihatnya. lagu wajibnya padha nonton dan pudhak
sempal yang harus dinyayikan oleh penari
2. Elemen-elemen Tari gandrung. Sedangkan pada adegan ngrepen
a. Penari lagu sesuai permintaan tamu dan dinyanyi-
Penari Gandrung dibedakan menjadi kan oleh penari dibantu pesinden. Sementara
dua, yaitu penari profesional dan amatir. adegan Seblang Subuh lagunya bang-bang
14
Ibid., hal. 10.
15
Harian Kompas, Jumat 26 Oktober 2007, hal. 16.
16
Sudjadi. op.cit., hal. 13.

257
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

wetan yang dinyanyikan oleh penari dan kipas. Kelat bahu dipakai pada kedua
gandrung itu sendiri. pangkal lengan bahan yang digunakan
c. Tata Busana terbuat dari kulit yang diukir atau memakai
Busana penari gandrung cukup indah bahan dari kain beludru. Gelang yang
bila dibandingkan dengan tari Seblang, dipakai pada tangan terbuat dari kain beludru
karena sifat tarian itu sendiri merupakan tari tetapi ada juga yang memakai dari imitasi.
pergaulan atau hiburan. Pakaian tari Oncer dipakai di pinggang, bahan terbuat
gandrung dapat dibedakan menjadi tiga, dari kain berwarna merah, putih, dan hijau.
yaitu bagian atas atau kepala, badan, dan Cara mengenakannya ditempatkan pada
bagian kaki. Selain itu, juga menggunakan bagian-bagian yang kosong pada pinggang.
pelengkap lainnya seperti kipas, kelat bahu, Sembong terbuat dari kain beludru yang
gelang, oncer, dan omprok yang dipakai di dipakai di,pinggang sampai pinggul, sedang-
kepala. kan kipas digunakan penari ketika adegan
Omprok, dulu dibuat dari pelepah daun jejer.
pisang muda yang dilengkapi dengan bunga-
bunga segar. Sekarang omprok terbuat dari 3. Urutan Pertunjukan Tari Gandrung
kulit sapi atau kerbau yang diukir dan Pertujukan tari Gandrung Banyuwangi
disungging dengan warna yang menarik dan dilaksanakan pukul 20.00 WIB atau setelah
mencolok serta dihiasi dengan permata- tamu datang sampai pagi. Pertunjukan tari
permata imitasi. Kemudian bagian badan Gandrung ada beberapa tahapan yang
memakai kain batik yang pada umumnya disebut dengan adegan, yaitu jejer, ngrepen,
bermotif gajah oling latar putih. Cara dan adegan seblang subuh.
memakai menutupi bagian perut sampai kaki a. Adegan jejer
sebatas betis, yang dipakai secara ketat Adegan jejer merupakan adegan
terutama dibagian pinggul. pembuka. Penari gandrung tampil ke arena
Kemudian pinggang diikat dengan pertunjukan dengan pakaian gemerlap,
sabuk dari logam warna keemasan atau putih anggun serta warna-warna keemasan sangat
yang disebut pendhing. Di bagian dada menonjol dalam pakaiannya, sehingga
ditutup dengan uthuk warna hitam, bentuk sangat mendukung gerak tari si penari.
uthuk ini menyerupai kutang. Bahan kain Adegan jejer diiringi gendhing jejer.
yang digunakan beludru yang bersulam Kemudian penari menari mengikuti irama
manik-manik. Adapun bentuk kutang ini musik yang dimainkan oleh punjak. Agar
adalah segitiga yang pada ujungnya terletak menarik perhatian penonton, si penari harus
dipangkal leher, sedang leher ditutup dengan banyak melemparkan senyum sebagai
kain beludru hitam bersulam manik-manik gambaran keceriaan serta gerakan lincah dan
yang disebut dengan ilat-ilat atau lamak. erotis. Setelah irama rancak selesai
Selain itu, penari juga memakai selendang kemudian beralih ke irama lembut, penari
yang menutup kedua bahunya, menjuntai ke kemudian mengambil kipas. Dengan
bawah hampir sampai pada telapak atau mata gerakan yang lemah lembut penari
kaki. Motif selendang tidak mengikat, tetapi Gandrung kemudian menyanyikan lagu
diberi kebebasan. Selanjutnya di bagian kaki padha nonton dan pudhak sempal. Selesai
penari gandrung, memakai kaos kaki warna menyanyikan lagu tersebut irama musik
putih sebagai penutup telapak kaki sampai beralih ke irama rancak kembali dan gerakan
sebatas lutut. penaripun ikut lincah dan erotis sambil
Selain dari beberapa perlengkapan menggerakkan pinggul. Lagu yang dinya-
penari Gandrung seperti tersebut di atas, nyikan adalah jaran dhawuk. Setelah selesai
juga dilengkapi dengan pakaian-pakaian maka adegan jejer selesai dan gandrung
seperti kelat bahu, gelang, oncer, sembong, beristirahat.

258
Gandrung Seni Pertunjukan di Banyuwangi (Siti Munawaroh)
b. Adegan Ngrepen nari Gandrung segera menyanyikan lagu
Adegan ini dimulai setelah penari penutup yakni adegan tarian Seblang Subuh.
gandrung menyanyikan beberapa lagu antara Lagu yang dinyanyikan sakral yakni bang-
lain, ukir kawin, sandel sate, cengkir gading bang wetan dan dinyanyikan oleh penari itu
dan sekar puthel. Pada mulanya tukang sendiri. Lagu ini memberi isyarat bahwa
gedhog (orang yang mengatur jalannya fajar telah tiba, menandakan sudah saatnya
menari dengan Gandrung) menari bersama pertunjukan Gandrung selesai. Pada umum-
penari Gandrung, kemudian dengan nya di akhir bait diselipkan ungkapan-
nyanyian pendek (ranginan), seorang ungkapan yang mengandung makna agar pe-
gedhog mengajak penari gandrung dan nonton selalu teringat kepada penari cantik.
mengajak salah seorang tamu. Pada saat
mengajak tamu penari gandrung membawa Penutup
talam yang berisi 4 selendang atau sampur. Seni pertunjukan Gandrung merupakan
Kemudian tamu yang didatangi memper- tari hiburan atau pergaulan yang telah
silahkan penari untuk duduk di sampingnya dimiliki masyarakat Banyuwangi. Oleh
dan menyanyikan lagu sesuai permintaan- karena itu hampir setiap ada kesempatan tari
nya. Tamu dijadikan pemaju (pengibing) Gandrung selalu dipentaskan baik dalam
kemudian meletakkan amplop yang berisi upacara hajatan perorangan maupun
uang yang disebut buwuh ke dalam talam kolektif. Dalam pertunjukan tari Gandrung
serta mengambil sampur untuk membagikan dibagi menjadi tiga adegan yaitu jejer,
pada tamu-tamu lain, selanjutnya ditawarkan ngrepen, dan Seblang Subuh. Seluruh
pada teman-teman dekatnya untuk menari pertunjukan didukung oleh berbagai unsur
bersama Gandrung. yaitu penari, musik, nyanyian, gerak tari dan
Setiap tamu (pengibing) boleh meminta panggung. Penari Gandrung dulu diperan-
lagu atau gendhing yang diinginkan. Setiap kan seorang laki-laki sekarang diperankan
memesan lagu harus memberi uang. Adegan perempuan berumur antara 14-16 tahun yang
ngrepen ini merupakan acara inti dalam belum menikah.
tarian Gandrung, sehingga waktu yang Dalam pertunjukan selalu didukung
dibutuhkan cukup panjang. Untuk upacara adanya pemaju (pengibing) yaitu penonton
hajatan dilakukan sekitar pukul 21.00 WIB yang menari bersama penari Gandrung.
sampai menjelang subuh, sedangkan dalam Pemaju harus memberi tip sesuai lagu yang
acara pariwisata dan acara menyambut tamu diminta. Adapun usaha untuk melestarikan
dari pihak penyelenggara pertunjukan hanya tari Gandrung Banyuwangi ini kepada
mementaskan kurang lebih 2 jam saja. generasi muda, pemerintah dalam hal ini
c. Adegan Seblang Subuh Departemen Pendidikan Nasional memberi-
Setelah adegan ngrepen selesai maka kan kesempatan memasukkan seni tari
para penari istirahat sebentar untuk makan Gandrung untuk pelajaran mulok (muatan
dan minum. Selesai makan dan minum pe- lokal) ekstrakulikuler di sekolah-sekolah.

Daftar Pustaka
Koentjaraningrat, 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kompas. “Tarian Kehidupan Gandrung Temu”, Kompas, 26 Oktober 2007.
Soedarsono, 1986. Dampak Pariwisata Terhadap Perkembangan Seni Pertunjukan Jawa
Tradisional. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan
Nusantara, Javanologi, Depdikbud.

259
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Soelarto dan Ilmi, 1975. Kesenian-Rakyat Gandrung Dari Banyuwangi. Jakarta: Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan, Depdikbud.
Soepono, 1983. Mengenal Kesenian Tradisional daerah Jawa Timur. Surabaya: Bina
Ilmu.
Sudjadi, 1986. “Asal-usul dan Keadaan Kesenian Gandrung Banyuwagi Dewasa Ini”.
Makalah Seminar Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Javanologi, Depdikbud.
Sujarno, dkk, 2003. Seni Pertunjukan Tradisional Nilai Fungsi dan Tantangannya.
Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Sumarno, 2002. “Peran Tari Gandrung Banyuwangi Pada Masa Kini”, dalam Patra-
Wdya, Vol.3 No.4, Desember, Seri Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional.
Umar, K, 2000. “Pertunjukan Rakyat Tradisional Jawa dan Perubahan”, dalam Ketika
Orang Jawa Nyeni, ed, Sjafri Sairin dan Heddy Shri Ahimsa-Putra. Yogyakarta:
Galang Press.
Timbul Haryono, 1999. “Sekilas Tentang Seni Pertunjukan Jawa Kuno: Refleksi dari
Sumber-sumber Arkeologis”, dalam Jawa: Majalah Ilmiah Kebudayaan, vol.1.
Yogyakarta: Yayasan Studi Jawa.

260
Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Sebagai Aset Pariwisata (Isyanti)

SENI PERTUNJUKAN REOG PONOROGO


SEBAGAI ASET PARIWISATA

Isyanti

Abstrak

Seni pertunjukan Reog Ponorogo merupakan salah satu seni tradisi yang masih
hidup di masyarakat. Selain sebagai arena untuk berolah seni, kegiatan seni pertunjukan
ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga masyarakat Ponorogo.
Terlebih lagi keberadaan Reog Ponorogo ini pun sekaligus juga sebagai aset budaya
yang bisa diperkenalkan kepada dunia luar, terutama guna menarik wisatawan yang
ingin berkunjung ke Ponorogo. Memang, reog, merupakan ciri khas kota Ponorogo,
sejak dahulu.

Kata kunci: Reog - Ponorogo - Pariwisata.

Pendahuluan dengan apa yang telah digariskan dalam


Berdasarkan Undang-undang Nomor 9 GBHN.2
tahun 1990 tentang kepariwisataan, pasal 30 Dalam rangka pengembangan
menegaskan bahwa masyarakat memiliki pariwisata di Indonesia, telah dituangkan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya dalam GBHN, yang antara lain disebutkan :
untuk berperan serta dalam penyelenggaraan 1). Peningkatan pariwisata menjadi sektor
kepariwisataan. Upaya mendorong parti- andalan yang mampu menggalakkan
sipasi masyarakat sebagaimana yang kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor
diamanatkan Undang-Undang tersebut, lain yang terkait, sehingga pendapatan
sudah tentu perlu didukung dengan masyarakat dan negara serta penerimaan
peningkatan pemahaman dan pengetahuan devisa meningkat; 2). Kepariwisataan
masyarakat.1 mampu memperluas dan meratakan
Berdasarkan kenyataan tersebut tidak kesempatan berusaha dan langan kerja,
mengherankan apabila pada dasawarsa mendorong pembangunan daerah serta
terakhir ini pembangunan di bidang meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3).
pariwisata terus digalakkan pemerintah, Makin meningkatnya pendidikan dan
dalam rangka menambah devisa non migas. pelatihan disertai penyediaan prasarana dan
Berbagai upaya telah dijalankan mulai dari sarana yang semakin baik; 4). Makin
penyempurnaan dan pembinaan lokasi- meningkatnya kesadaran dan peran aktif
lokasi wisata yang sudah ada sampai pada masyarakat dalam kegiatan pariwisata
perubahan lokasi-lokasi baru. Hal ini sesuai melalui penyuluhan dan pembinaan

1
Kusumonegoro. Panduan Sadar Wisata, Dinas Pariwisata Prop. DIY. (Yogyakarta: Dinas Pariwisata
Propinsi DIY, 1994), hal. 1
2
Sigit dkk. Pengembangan Jaringan Ekonomi di Kawasan Wisata NTB. (Jakarta: Depdikbud Ditjen
Kebudayaan, th. 1997/1998), hal 1.

261
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

kelompok seni budaya, industri kerajinan, gapura berhias iring-iringan pertunjukan


serta upaya-upaya lain untuk meningkatkan reog yang indah, yang membelah jalan raya
kualitas kebudayaan dan daya tarik perbatasan Ponorogo-Madiun, bahkan
kepariwisataan di Indonesia.3 sampai di pelosok-pelosok desa. Gapura-
Kesenian merupakan bagian dari gapura tersebut memang dibangun secara
kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai swadaya oleh masyarakat sebagai
salah satu aset pariwisata. Salah satu seni perwujudan rasa bangga terhadap identitas
pertunjukan yang dapat dijadikan aset daerah.
pariwisata yaitu seni pertunjukan reog, yang Pemerintah Daerah Propinsi Jawa
berasal dari Ponorogo. Timur juga telah menjadikan seni reog
Ponorogo sebagai salah satu andalan dalam
Pembahasan menarik kunjungan wisatawan. Kesenian
Reog Ponorogo merupakan kesenian tradisional ini tak hanya ditampilkan pada
tradisional yang menggambarkan kekuatan acara-acara yang bersifat nasional, namun
dan keperkasaan sosok Warok. Dalam pernah juga tampil di acara yang bersifat
kesenian reog ditonjolkan tokoh yang internasional. Pernah beberapa kali kesenian
menggunakan topeng yang dihiasi dengan ini mewakili Jawa Timur dalam pameran
bulu burung merak. Topeng sangat besar dan kebudayaan di berbagai negara. Misalnya,
berat, sehingga membutuhkan tenaga yang ketika berlangsung KIAS (Kerjasama
luar biasa untuk memainkan (biasanya Kebudayaan Indonesia-Amerika Serikat) di
diselimuti aroma mistis). Tokoh dengan California tahun 1991, pameran kebudayaan
topeng berbulu merak ini diiringi oleh di Sevilla Spanyol th 1992. Ternyata seni
beberapa tokoh lain yang menggunakan pertunjukan reog mendapat perhatian yang
atribut sebagai anak buah Warok. Sementara besar dari pengunjung.
Warok sendiri menjadi tokoh sentral dalam Tulisan ini akan memaparkan
pertunjukan reog.4 Walaupun seni reog ini bagaimana seluk beluk seni pertunjukan reog
berasal dari Ponorogo, namun kini telah Ponorogo. Bagaimana asal mulanya,
banyak berdiri perkumpulan seni reog di walaupun ada beberapa versi yang sebagian
berbagai kota di seluruh Indonesia, antara besar bersumber dari cerita legenda. Ada dua
lain di Yogyakarta, Pacitan, dan lain versi yang menjelaskan asal muasal reog
sebagainya. yang didasarkan kepada sumber cerita rakyat
Kemashuran seni reog Ponorogo maupun legenda.6 Versi pertama menyebut-
memang telah mengantarkan Kabupaten kan bahwa seni reog timbul sejak zaman
Ponorogo menjadi kota yang diperhitungkan Kerajaan Kediri, sekitar abad XI.
dalam peta kesenian tradisional di Indone- Diceritakan di wilayah Ponorogo waktu itu
sia. Tak heran jika kota ini kemudian bernama Wengker; berdirilah kerajaan yang
mendapat sebutan sebagai kota reog. bernama Bantarangin (konon terletak di
Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo wilayah Kecamatan Somoroto sekarang).
telah menetapkan seni reog sebagai identitas Kerajaan Bantarangin diperintah oleh
daerahnya.5 seorang raja yang adil bijaksana dan masih
Apabila berkunjung ke Ponorogo, muda; bernama Prabu Klana Sewandono.
pertama kali akan disambut kemegahan Raja Bantarangin mempunyai seorang patih

3
Sudarmo Ali. Potensi Sumber Daya Manusia Dan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Waduk Sermo,
dalam Patra-Widya Vol. 2 No. 4 Desember 2001. Yogyakarta: Balai Kajian Jarahnitra, Depbudpar), hal. 162.
4
Jero Wajik. Festival Seni dan Budaya Tahun 2005-2006. (Jakarta: Depbudpar), hal. 97.
5
Gatot Soemantri. Mengenal Potensi dan Dinamika Ponorogo. (Ponorogo: Pemda Tk. II Ponorogo th
1994), hal. 19-25.
6
Ibid, hal. 22-23.

262
Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Sebagai Aset Pariwisata (Isyanti)
yang cerdik dan sakti bernama Pujangga mendirikan kerajaan Islam pertama di P.
Anom (dalam pertunjukan reog disebut Jawa, yaitu Kasultanan Demak. Sedangkan
dengan Bujangganang) wilayah Wengker pada waktu itu memang
Suatu hari Prabu Klana Sewandono jajahan Majapahit.
bermimpi seolah-olah berjumpa dengan Secara umum, masyarakat Ponorogo
seorang putri yang cantik jelita dari kerajaan lebih meyakini kebenaran cerita reog
Kediri; bernama Putri Songgolangit. berdasarkan cerita versi pertama, yakni reog
Seketika sang Prabu jatuh cinta. Ia kemudian Ponorogo lebih menggambarkan iring-
mengutus Patih Pujangga Anom untuk iringan Prabu Klana Sewandono ketika
melamar Putri Songggolangit. Putri melamar Dewi Songgolangit. Demikian juga
Kerajaan Kediri itu bersedia menerima tokoh-tokoh yang disebut dalam legenda
lamaran Prabu Klana Sewandono asalkan reog ternyata masih diselimuti misteri
Sang Prabu mampu mempersembahkan hingga kini. Beberapa budayawan maupun
tontonan yang belum pernah ada di dunia peneliti sejarah Ponorogo mempunyai
ini. Patih Pujangga Anom yang cerdik pendapat yang berbeda. Ada yang
akhirnya menemukan ide tontonan yang berpendapat bahwa Prabu Klana
diminta sang dewi itu. Yaitu dengan Sewandono tak lain adalah Prabu Wijaya
memanfaatkan Raja Singa Barong yang atau disebut juga Prabu Jaka Bagus yang
dikalahkan oleh Prabu Klana Sewandono. memerintah kerajaan Wengker pada abad ke
Menurut cerita, Raja Singa Barong konon X. Sedangkan Dewi Songgolangit tidak lain
berkepala harimau dan diatasnya bertengger adalah Dewi Sangranawijaya, putri Maha
burung merak. Dengan ditambah bunyi- Prabu Turangga dari Kerajaan Kediri.
bunyian, maka jadilah iring-iringan Prabu Selanjutnya Bujanganom adalah nama lain
Klana Sewandono dan Prabu Singo Barong dari Mpu Bajang Arung, patih Kerajaan
itu menjadi tontonan seperti yang Wengker yang sakti mandraguna. Dalam
dikehendaki oleh Dewi Songgolangit. Iring- sejarah disebutkan bahwa Kerajaan Wengker
iringan itulah yang kemudian disebut akhirnya ditaklukkan oleh Prabu Airlangga
kesenian reog seperti yang kita saksikan pada tahun 1035 M.
sekarang. Versi lain menyebutkan bahwa Prabu
Versi kedua menyebutkan bahwa Klana Sewandono adalah penggambaran
kesenian reog sebenarnya merupakan dari R. Bethoro Katong. Dalam usahanya
sindiran kepada Raja Majapahit yang menyebarkan agama Islam di wilayah
mengawini seorang putri dari Cina. Wengker, beliau menggunakan cara seperti
Kekuasaan Raja Majapahit yang besar yang dilakukan oleh para Wali Sanga, yakni
ternyata terkalahkan oleh kecantikan Putri menggunakan kesenian daerah setempat
Cina tersebut. Itulah sebabnya Dhadhak sebagai sarana dakwah. Itulah sebabnya
Merak digambarkan sebagai ksatria Prabu Klana Sewandono digambarkan
berkepala harimau dengan burung merak menghunus pusaka pecut Samandiman. Hal
bertengger di atasnya. ini merupakan lambang bahwa Raden
Menurut versi tersebut ksatria berkepala Bethoro Katong memecut kesadaran seluruh
singa adalah gambaran Prabu Majapahit, rakyat Wengker untuk masuk Islam. Jadi
sedangkan burung merak merupakan tokoh Prabu Klana Sewandono menurut
perumpamaan putri Cina tersebut. Raja versi ini merupakan tokoh tambahan yang
Majapahit yang dimaksud dalam cerita ini baru timbul sejak R. Bethoro Katong masuk
adalah Prabu Brawijaya V mengawini di wilayah Wengker. Sebelumnya kesenian
seorang putri dari Kerajaan Cempa dan reog memang sudah ada, kemudian
membuahkan anak bernama R. Kasan atau digunakan oleh R. Bethoro Katong sebagai
R. Patah, yang dikemudian hari menakluk- sarana untuk menyebarkan agama Islam.
kan Kerajaan Majapahit, selanjutnya
263
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Terlepas dari versi mana yang benar, iringan reog. Ternyata kesenian Gajah-
yang jelas kesenian reog memang sudah gajahan ini mendapat sambutan yang baik
mendarah daging bagi seluruh rakyat dari masyarakat Ponorogo. Kesenian Gajah-
Ponorogo. Bahwa seni reog memperoleh gajahan akhirnya mengilhami timbulnya
dukungan yang amat besar dari seluruh kesenian reog Ponorogo. Pihak PNI (Partai
masyarakat Ponorogo, serta masyarakat Nasional Indonesia) kemudian mendirikan
Jawa Timur. Ini tentu merupakan modal yang grup reog yang dinamakan Barisan Reog
amat besar bagi usaha pelestarian dan Nasional (BRN). Kemudian para ulama yang
pengembangan kesenian tradisional. menaruh perhatian besar pada seni reog juga
Selanjutnya mengenai perkembangan mendirikan grup reog yang dinamakan
seni reog7 mengalami pasang surut. Pada CAKRA (Cabang Kesenian Reog Agama).
sekitar tahun 1965 reog mengalami masa Lambat laun anggota masyarakat yang
kejayaan dan sekaligus mengalami masa menilai bahwa seni reog merupakan milik
surut, bahkan hampir saja reog ini hilang dari PKI, menjadi surut. Kesenian ini
peredarannya. Hal itu disebabkan PKI memperoleh kepercayaan kembali. Makin
(Partai Komunis Indonesia) menggunakan banyak grup reog yang bermunculan lagi,
seni reog sebagai sarana kampanye dan pro- bahkan dari tahun ketahun perkembangan
paganda. Mereka membentuk semacam seni reog semakin pesat.
lembaga yang menampung grup reog untuk Kini dapat dikatakan seni reog Pono-
kepentingan PKI, dengan nama Barisan rogo mengalami zaman keemasan. Hampir
Reog Ponorogo (BRP). Ketika peristiwa G setiap desa di Kabupaten Ponorogo memiliki
30 S PKI tahun 1965, partai terlarang itu satu atau lebih perkumpulan seni reog.
diberantas pemerintah, maka organisasi reog Bahkan yang amat membanggakan adalah
BRP pun, ikut dibubarkan. Walaupun PKI ikut sertanya para generasi muda dalam
dan BRP sudah dibubarkan, namun melestarikan dan mengembangkan kesenian
masyarakat Ponorogo dan sekitarnya sudah khas daerahnya. Karena sebagian besar
terlanjur mempunyai kesan yang buruk anggota grup reog Ponorogo terdiri dari
terhadap seni reog. Banyak di antara kaum muda, hal ini tentu menjadi modal
masyarakat menganggap seni reog yang amat besar bagi usaha pelestarian dan
merupakan kesenian milik PKI. Akibatnya pengembangan selanjutnya.
banyak group reog berguguran, sebab tak ada Menurut Mawar Kusumo, nilai kearifan
yang berani menampilkannya. Mereka lokal yang ada di dalam seni tradisi harus
khawatir jika dituduh sebagai antek PKI. diolah, diperbaharui dan disesuaikan dengan
Pada masa ini disebut sebagai masa situasi zaman terutama untuk seni pertunju-
kehancuran seni reog. kan rakyat.8 Dengan demikian dapat dikata-
Beruntunglah pada tahun 1968 pihak kan bahwa seni pertunjukan rakyat termasuk
NU membuat kesenian baru yang dinamakan seni Reog Ponorogo perlu melakukan
Gajah-gajahan. Kesenian ini hanya dimain- penyesuaian terhadap kondisi saat ini,
kan oleh para santri. Cara memainkannya, meskipun tidak meninggalkan kaidah-kaidah
seorang santri naik di atas punggung gajah atau pedoman yang telah dibakukan..
buatan, santri tersebut berbusana layaknya
seorang Kalifah Arab. Kemudian dengan Penutup
syair puji-pujian sholawat Nabi dan diringi Seni pertunjukan Reog Ponorogo seperti
musik hadrah, mereka berjalan beriringan halnya seni tradisional yang lain merupakan
di sepanjang jalan seperti halnya iring- salah satu bentuk seni peninggalan yang

7
Ibid, hal. 24-25.
8
Mawar Kusumo. “Kearifan Tradisional Perlu Dilestarikan”, Kompas, Tahun 2007, hal. A-1.

264
Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Sebagai Aset Pariwisata (Isyanti)
sudah lama ada, sehingga seni pertunjukan melainkan campur tangan pihak pemerintah
reog mempunyai peran yang besar dalam setempat merupakan dukungan yang sangat
pembentukan kebudayaan masa kini penting. Bagaimanapun juga keberadaan
maupun masa yang akan datang. Tidak seni reog harus ditunjang dengan berbagai
diragukan lagi, bahwa seni reog Ponorogo sarana dan prasarana, agar seni tradisi ini
telah dikenal hingga seluruh Indonesia, tetap bisa dinikmati oleh masyarakat luas.
Kondisi ini tentunya sangat penting untuk Kreativitas para pemain tentu saja menjadi
dipertahankan, mengingat banyak seni andalan utama, agar seni tradisi reog tetap
tradisi yang mulai hilang karena ditinggalkan disukai masyarakat, sehingga akhirnya seni
para pendukungnya. tradisi ini bisa ’disuguhkan’ kepada wisa-
Upaya pelestarian seni reog tentu saja tawan sebagai aset budaya yang perlu
tidak dilakukan oleh para senimannya saja, diperhitungkan.

Daftar Pustaka
Gatot Soemantri, 1994. Mengenal Potensi dan Dinamika Ponorogo. Ponorogo: Pemda
Tk. II Ponorogo.
Jero Wajik. Festival Seni dan Budaya Tahun 2005 - 2006. Jakarta: Depbudpar.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kusumonegoro, 1994. Panduan Sadar Wisata. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mawar Kusumo. “Kearifan Tradisional Perlu Dilestarikan”, dalam Harian Kompas,
Tahun 2007.
Sigit dkk., 1997/1998. Pengembangan Jaringan Ekonomi di Kawasan Wisata NTB.
Jakarta: Ditjen Kebudayaan, Depdikbud.
Sudarno Ali. “Potensi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Pariwisata di Kawasan
Waduk Sermo”, Patra-Widya Vol. 2 No. 4 Des. 2001. Yogyakarta: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional.

265
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

WARANGAN: SEBUAH DUSUN SARAT


SENI DAN TRADISI
Titi Mumfangati

Abstrak

Warangan adalah sebuah dusun yang berada di lereng Gunung Merbabu yang
berhawa sejuk dengan pemandangan yang indah. Keindahan Dusun Warangan ditambah
dengan meriahnya hiasan dan bersihnya lingkungan pemukiman karena sering diadakan
pentas kesenian dalam rangkaian upacara adat setempat. Kesenian yang ada di Dusun
Warangan ini meliputi seni tari, yaitu warokan, sorengan, topeng ireng, wayang orang,
wayang kulit, dan seni musik pengiring yang disebut musik trunthung. Berbagai upacara
adat yang hidup di sana selalu disertai dengan pementasan seni pertunjukan yang sangat
potensial sebagai aset pariwisata. Daerahnya subur, indah dan mudah dijangkau dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal ini menjadi faktor pendukung bagi
berkembangnya seni budaya sebagai aset pariwisata yang pada gilirannya akan
membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.

Kata kunci: Seni tradisi - Pariwisata.

Pendahuluan kampung, tegalan dan sawah juga banyak


Dusun Warangan adalah satu dari enam ditanami cengkeh. Kondisi daerah yang
dusun yang termasuk Desa Muneng berbukit-bukit dan udara yang sejuk
Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten memungkinkan berbagai tanaman tumbuh
Magelang, Jawa Tengah. Dusun ini subur dan memberikan hasil yang bagus.
merupakan daerah berbukit-bukit di lereng Apalagi sistem pengairan yang cukup baik
Gunung Merbabu. Dusun Warangan menambah subur tanaman-tanaman tersebut.
mempunyai ketinggian rata-rata 950 m di Jarak Desa Muneng Warangan ke
atas permukaan laut. Desa ini merupakan ibukota kecamatan 8 km, jarak ke ibukota
penghasil tanaman pertanian dan kabupaten 30 km dan jarak ke ibukota
perkebunan, meliputi padi, jagung, ketela, propinsi 105 km. Batas administratif Desa
kentang, sayur-sayuran seperti kobis, tomat, Muneng Warangan, sebelah utara berbatasan
buncis, terong, bayam, kacang panjang dan dengan Desa Muneng dan Desa
bunga-bungaan seperti: mawar, menur, Jambewangi, sebelah barat berbatasan
kenanga, dan melati. Tanaman hias lainnya dengan Desa Kajangkoso, sebelah timur
tumbuh subur di halaman setiap rumah berbatasan dengan Desa Gondangsari, dan
penduduk sehingga suasananya indah dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa
menyejukkan. Gumelem. Sarana dan prasarana transportasi
Tanaman perkebunan yang juga cukup baik sehingga Dusun Warangan dapat
merupakan andalan desa ini adalah cengkeh. ditempuh dengan kendaraan umum maupun
Setiap pekarangan ditanami puluhan pohon kendaraan pribadi baik roda empat maupun
cengkeh. Demikian pula tepi-tepi jalan roda dua.

266
Warangan: Sebuah Dusun Sarat Seni dan Tradisi (Titi Mumfangati)
Kondisi daerah yang berbukit-bukit dan semangat dan kesadaran tanpa paksaan
berlereng-lereng menyebabkan banyaknya memberikan iuran untuk setiap kegiatan adat
sungai-sungai yang mengalir melewati bersama. Bahkan apabila upacara adat itu
daerah-daerah sekitarnya. Air dari mata air harus mempergelarkan pertunjukan wayang,
dialirkan melalui pipa-pipa, digunakan untuk maka dalang hanya dibayar dengan bahan
keperluan sehari-hari seperti memasak, mentah seperti beras, sayur mayur dan
mandi dan mencuci, sedangkan sisa sebagainya. Memang adat istiadat di sana
alirannya dialirkan ke sawah-sawah untuk sudah sangat mendarah daging sehingga
pengairan lahan pertanian. hasil material tidak terlalu menjadi tujuan
Di Dusun Warangan untuk keperluan utama. Masyarakat lebih mementingkan
masak sehari-hari menggunakan air dari kehidupan budaya yang setiap saat mewarnai
mata air Puyam yang berada di Dusun kehidupan mereka.
Jamusan, Desa Gumelem, kurang lebih 3 km
dari Dusun Warangan. Hal ini dikarenakan Berbagai Seni Tradisi Yang Hidup
letak Dusun Warangan berada lebih rendah di Warangan
dari mata air Puyam yang mengalir menjadi Kesenian pada dasarnya merupakan
sungai Puyam. Di tempat air muncul men- suatu sarana untuk menghaluskan perasaan
jadi mata air, tepatnya di lereng perbukitan dan menanamkan kepekaan hati nurani. Hal
Dusun Jamusan, dibuat bak penampungan ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
air yang tertutup rapat sehingga terjaga dari kehidupan manusia. Dalam hal
kebersihannya. Air dari mata air langsung kehidupan budaya masyarakat Dusun
dialirkan melalui pipa-pipa ke Dusun Warangan sangat menjunjung tinggi seni
Warangan. budaya yang mereka miliki. Kesenian yang
Dusun Warangan sebagai daerah hidup dalam masyarakat Dusun Warangan
agraris, kehidupan mereka kental dengan pada mulanya adalah kesenian Tari Soreng,
ritual yang berkaitan dengan alam dan namun sekarang sudah berkembang
lingkungannya. Sifat gotong royong masih bertambah dengan grup seni dan tarian yang
sangat mewarnai kehidupan masyarakat lain seperti ketoprak, wayang orang, tari
sehari-hari, baik dalam hal pekerjaan, warokan, sorengan cilik, dan yang terkenal
bertani, maupun kegiatan sosial seperti adalah tari Topeng Ireng.
hajatan, kematian, peringatan hari-hari besar, Tampaknya masyarakat Warangan
upacara adat dan sebagainya. Setiap sendiri sudah terbiasa dengan kehidupan seni
diadakan upacara adat desa seperti merti budaya yang selama ini mereka jalani. Dari
dusun, aum1 tandur, aum panen, nyadran anak-anak kecil sampai orang tua-tua
kali, nyadran makam, dan sebagainya semuanya begitu antusias jika diajak
masyarakat selalu bergotongroyong dalam berbicara mengenai kesenian. Banyak tokoh-
menyediakan ubarampe serta biaya. Mereka tokoh seni yang bersemangat menangani dan
dengan penuh kesadaran mengumpulkan mengorganisir para pelaku seni di Warangan.
uang, bahan makanan mentah, maupun Satu dari sekian banyak tokoh seni itu adalah
bersama-sama bekerja bakti membersihkan Bapak Eko Sunyoto. Berkat semangat dan
lingkungannya masing-masing. kerja keras dari Bapak Eko Sunyoto maka
Meskipun kondisi ekonomi mereka kesenian di Dusun Warangan maju pesat dan
sebagai masyarakat petani hanya serba pas- mampu menarik wisatawan baik dalam
pasan, namun mereka dengan penuh maupun luar negeri. Hal ini tidak terlepas

1
Kata aum (auman) dalam Bahasa Jawa mengandung pengertian sawah milik orang banyak. Dalam konteks
ini istilah aum memang sesuai karena tradisi ini ada kaitannya dengan masa-masa menggarap sawah, saat
tanam padi dan saat panen (Poerwadarminta, 1939:17).

267
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

pula dari kesadaran masyarakat sendiri yang atraksi kesenian dalam kegiatan ritual yang
peduli terhadap budaya sendiri yang berupa setiap tahun diselenggarakan.
berbagai jenis kesenian. Seperti beberapa tahun yang lalu
Grup-grup kesenian di bawah tepatnya pertengahan Juni 2002 pernah
bimbingan Pak Eko tergabung dalam diadakan Festival Lima Gunung (Merapi,
Sanggar Warangan, dengan kelompok- Merbabu, Sumbing, Andong, dan Menoreh).
kelompok kesenian dengan nama masing- Festival ini menyuguhkan berbagai kesenian
masing, yaitu grup kesenian tari Topeng tradisional musik dan tari seperti lengger,
Ireng bernama Mawar Budaya, grup warokan, trunthung, dan sejenisnya dari
kesenian tari warokan bernama Kridha Desa Tutup Ngisor (lereng Merapi),
Manggala, grup kesenian tari Sorengan Warangan (lereng Merbabu), Krandegan
bernama Kridha Budaya, grup kesenian (lereng Sumbing), Mantran (lereng Andong),
wayang orang bernama Lestari Budaya. dan Bojong (lereng Menoreh). Area
Tidak kalah menarik adalah kesenian musik pementasannya tidak di pendapa atau
Trunthung yang merupakan ciri khas yang gedung tertutup, melainkan di kebun mawar
mengiringi seluruh sajian kesenian atau atau kebun cengkeh yang merupakan
tarian. sebagian besar hasil pertanian dan
Musik Trunthung merupakan jenis perkebunan masyarakat. Pada waktu itu
musik pengiring yang mempergunakan alat Dusun Warangan berhias berbagai hiasan
musik terdiri dari gong besar dan kecil, dan gapura aneka warna sangat meriah
kendhang, tambur besar dan kecil, bedhug, sehingga Dusun Warangan seolah-olah
kenong, rebana, kecrek, dan drum. Iringan menjadi desa kesenian.2
musik dengan intensitas cepat, keras, penuh
semangat, menyajikan lagu-lagu yang Upacara Tradisional Sebagai Sarana
sedang digemari masa kini. Pementasan Seni
Anggota Sanggar Warangan berlatih Sebagai daerah agraris, Dusun
secara rutin seminggu sekali namun apabila Warangan sangat istimewa karena dalam
akan pentas mereka berlatih setiap hari satu tahun ada beberapa kali upacara adat
beberapa hari menjelang pementasan. yang berkaitan dengan siklus tanam dan
Sebagai karyawan Bidang Kebudayaan panen. Ada upacara Nyadran Kali, Aum
Kabupaten Magelang, Bapak Eko Sunyoto tandur, Aum Panen, dan merti dusun atau
dapat mempertemukan antara kepentingan bersih dusun. Setiap pelaksanaan kegiatan
adat budaya dengan kepentingan pariwisata, pasti dilengkapi dengan berbagai atraksi
kaitannya dengan pementasan tarian yang kesenian. Atraksi kesenian melibatkan
sering dipentaskan di Borobudur. seluruh warga dusun bahkan ada juga warga
Masyarakat Desa Muneng Warangan dusun lain yang terlibat dalam pentas
khususnya Dusun Warangan sudah terbiasa kesenian itu.
dengan kedatangan tamu wisatawan baik Satu di antara upacara tradisi itu adalah
dari dalam maupun luar negeri yang datang Nyadran Kali. Upacara Nyadran Kali
untuk menyaksikan pentas yang sering diadakan oleh masyarakat Dusun Warangan,
mereka adakan. Oleh karena itu masyarakat dan uniknya hanya diselenggarakan oleh
juga terbiasa bersikap ramah dan terbuka masyarakat Dusun Warangan saja. Hal ini
terhadap tamu yang datang. Hal ini karena berkaitan dengan asal mulanya tersedianya
seringnya Dusun Warangan mengadakan sumber air yang digunakan oleh masyarakat

2
Sunardian Wirodono. “Festival (Seni) Lima Gunung Tanto Mendut dengan intercosmolimagination-
nya”, dalam situs Minggu Pagi Online http://www.minggupagi.com.

268
Warangan: Sebuah Dusun Sarat Seni dan Tradisi (Titi Mumfangati)
Dusun Warangan itu sendiri. Pada masa dulu akan memanfaatkan sumber air itu, namun
masyarakat Dusun Warangan mengalami diurungkan sebab aliran airnya tidak dapat
kesulitan mendapatkan air bersih untuk sampai di Dusun Kragilan.
keperluan sehari-hari. Di Dusun Warangan Karena terdesak sangat membutuhkan
dahulu memang ada mata air yang mereka air dan saat itu musim kemarau panjang,
gunakan untuk keperluan sehari-hari, yaitu pamong Desa Muneng Warangan berupaya
di pekarangan salah satu penduduk yang mencari jalan keluarnya. Mereka menemui
letaknya di bagian barat dusun. Meskipun Mbah Kartomo di Dusun Jetis. Orang pintar
air dari mata air tersebut tidak cukup besar itu mengatakan sumber air yang berada di
namun dapat digunakan untuk mencukupi atas tanah Bapak Citro ada penjaganya yang
kebutuhan air masyarakat di sekitarnya. Pada bernama Kanjeng Sunan Aji. Kalau warga
suatu saat si pemilik tanah bermaksud desa akan memanfaatkan air harus bersedia
mendirikan masjid di lokasi mata air memenuhi beberapa syarat, antara lain
tersebut, maka ditebanglah dua buah pohon mengadakan selamatan setiap bulan Sapar.
beringin dan sebuah pohon bendha3 yang Masyarakat juga harus menyediakan sesaji
berada di sekitar mata air itu. Akibatnya berupa makanan, seperti sesaji untuk
sumber air menjadi kering dan masyarakat nyadran makam. Saat upacara selamatan
sekitar mengalami kesulitan mendapatkan harus disertai hiburan kesenian yang ada di
air bersih. Mereka mengambil air dari mata Desa Muneng Warangan, yang kebetulan di
air Weleri dan Bendungan yang berada di desa itu hanya ada kesenian tari soreng.
dusun sebelah. Air dari mata air itu sebenar- Oleh karena itu, maka setiap bulan
nya tidak layak untuk dikonsumsi karena Sapar masyarakat Dusun Warangan
kotor dan sepanjang alirannya digunakan mengadakan upacara Nyadran Kali sebagai
untuk berbagai keperluan, seperti mengairi tindak lanjut dan melestarikan pesan leluhur
sawah, mencuci peralatan dapur, untuk man- yang telah memberikan kemudahan kepada
di langsung di sungai, dan juga memandikan mereka untuk memanfaatkan mata air
ternak. Puyam.
Mengingat air yang digunakan untuk Adapun penyebutan Nyadran Kali tidak
minum, masak, dan mandi adalah air yang lepas dari sejarah penemuan mata air dan
kurang bersih banyak penduduk yang lokasi ditemukannya mata air tersebut.
terkena penyakit kulit dan gatal-gatal. Maka Penyebutan Nyadran Kali adalah sesuai
masyarakat berusaha mencari sumber air dengan pesan orang pintar yang mengatakan
lain yang dapat digunakan untuk keperluan bahwa masyarakat harus mengadakan
memasak. Pada tahun 1983, setelah melalui upacara nyadran seperti nyadran di makam
pencarian yang cukup lama, akhirnya dengan persyaratan sesaji seperti nyadran
ditemukan sebuah mata air yang lokasinya makam juga. Hal yang tidak boleh
di tanah milik Bapak Citro di tengah hutan ditinggalkan adalah bahwa sesaji yang
Puyam, Dusun Jamusan, Desa Gumelem. disediakan harus selalu ada ingkung ayam
Pamong Desa Muneng Warangan segera utuh. Bagian kepala, cakar serta sayapnya
menemui pemilik tanah, meminta ijin untuk dibawa ke mata air, khusus untuk penunggu
memanfaatkan mata air itu. Bapak Citro yaitu Kanjeng Sunan Aji. Mengapa disebut
tidak keberatan. Dia hanya mengingat-kan Nyadran Kali? Hal ini sesuai dengan lokasi
tidak semua orang dapat mengkonsumsi-nya. ditemukannya mata air, yaitu di tepi Kali
Seperti warga Desa Kragilan yang semula (Sungai) Puyam.

3
Bendha, istilah Bahasa Jawa untuk menyebut nama pohon semacam pohon lamtoro. Jenis tanaman keras,
tingginya bisa mencapai empat atau lima meter, berbuah majemuk, berdaun kecil-kecil. Sebagai tanaman
keras berpotensi sebagai penahan air, menyerap air tanah sehingga dapat menimbulkan mata air.

269
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Semua hal itu tidak lepas dari Setelah doa selesai mereka makan nasi
kepercayaan masyarakat Jawa mengenai dan lauk pauk sambil menyaksikan ritual
tempat-tempat yang dianggap angker atau Tari Soreng, Topeng Ireng, dan Warokan.
wingit. Di daerah-daerah yang mempunyai Tarian ini, khususnya Tari Soreng memang
tempat bersejarah, agak berbau angker, wajib dipentaskan sebagai bagian dari ritual
pantai-pantai, goa-goa, yang punya kisah Nyadran Kali. Para penari menari
tersendiri biasanya mempunyai upacara adat menghadap sumber air sebagai perwujudan
yang disebut nyadran. Tak ubahnya dengan rasa hormat dan ungkapan syukur
makna upacara-upacara adat yang lain, masyarakat atas limpahan kenikmatan
nyadran ini juga mengandung makna berupa sumber air yang jernih dan sehat.
religius. Ada yang dengan jalan memasang Sementara itu beberapa orang tampak
sesaji di tempat itu selama tiga hari berturut- sibuk mencangkul dan menanam bibit
turut, ada yang dengan cara melabuh tanaman di sekitar mata air guna menjaga
makanan yang telah ‘diramu’ dengan kelestarian alam. Setelah selesai mereka
berbagai macam kembang. Ada pula yang bersiap kembali ke Dusun Warangan. Di
mengadakan kenduri dengan makanan- jalan dusun rombongan berhenti sebentar
makanan yang enak, lalu diadakan dan tarian Sorengan Cilik dipentaskan
pertunjukan besar-besaran dan sebagainya.4 selama sekitar 10 menit. Setelah selesai
Tradisi Nyadran Kali yang selalu semuanya kembali ke dusun dan berkumpul
dilaksanakan setiap tahun merupakan sarana di halaman rumah Bapak Bayan lalu
untuk membina hubungan manusia dengan dilanjutkan pentas seni masing-masing grup
alam lingkungannya. Dengan kata lain satu babak, dengan urutan Sorengan Cilik,
tradisi ini sebagai salah satu upaya Warokan, Soreng Tarunakusuma, dan
melestarikan air di desa yang terletak di terakhir Topeng Ireng. Acara selanjutnya
lereng Gunung Merbabu. 5 Pada saat adalah kenduri seluruh warga (bapak-bapak)
Nyadran Kali, di sumber air yang sudah yang dipusatkan di rumah Bapak Bayan.
ditutup dengan bangunan berukuran 3 x 3 Bapak-bapak sudah mulai berdatangan
meter dilakukan prosesi upacara dengan masing-masing membawa makanan berupa
membawa segala perlengkapan sesaji yang nasi dan sayur serta lauk pauk, untuk kenduri
diletakkan di atas hamparan tikar. Sesepuh bersama di rumah Bapak Bayan. Setelah
dusun lalu menghadap sumber air dan pentas selesai dan para bapak yang akan
menyampaikan ujub atau maksud keda- kenduri juga sudah berkumpul maka kenduri
tangan mereka. Setelah ujub disampaikan, segera dimulai, dipimpin Bapak Muhadi.
di atas sumber air dihamparkan daun pisang Setelah kenduri selesai, makanan dibawa
dan di atasnya diletakkan nasi, sayur dan pulang lagi dan dimakan di rumah bersama
lauk pauk serta kepala, cakar dan sayap dari sekeluarga.
ingkung yang dibawa khusus untuk Setelah istirahat sebentar, pada pukul
penunggu sumber air. Sisa sesaji dibagi-bagi 14.00 WIB pentas seni dilanjutkan, dipimpin
dalam pincuk-pincuk 6 daun pisang serta oleh Bapak Eko Sunyoto, salah satu tokoh
piring untuk hadirin. Setelah semuanya siap masyarakat yang peduli terhadap kehidupan
sesepuh lalu mengucapkan doa yang diamini kesenian di Dusun Warangan. Pada waktu
oleh seluruh hadirin. itu juga ada kunjungan dari ISI Yogyakarta

4
Yusan Roes Sudiro. “Makna Religius Upacara Adat di Kalangan Orang Jawa”, Bernas, Sabtu, 25 Januari
1986, hal. 4.
5
Tie. “Lestarikan Air, Warga Gelar Nyadran Kali”, Bernas Senin Legi, 20 Maret 2006, hal. 2.
6
Pincuk adalah daun pisang ditekuk sedemikian rupa dan diberi penahan dengan cara ditusuk dengan
biting (lidi pendek) agar tidak lepas. Pincuk ini biasanya untuk pengganti piring tempat nasi atau makanan
tradisional.

270
Warangan: Sebuah Dusun Sarat Seni dan Tradisi (Titi Mumfangati)
yang melakukan studi lapangan yaitu dari Festival Lima Gunung: Sebuah Pentas
mahasiswa jurusan tari, Institut Seni Seni Pertunjukan dan Ajang Kreativitas
Indonesia, Yogyakarta. Pentas seni Festival Lima Gunung adalah ajang
menampilkan masing-masing grup kesenian refleksi nilai-nilai asli masyarakat pe-
secara berturut-turut dimulai dari Tari sertanya, yaitu masyarakat yang tinggal di
Topeng Ireng, Sorengan Cilik, Warokan, lereng Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing,
Soreng Tarunakusuma, dan diakhiri Tari Andong, dan Menoreh. Festival ini diseleng-
Topeng Ireng lagi. garakan di Dusun Warangan. Sebuah pesta
Dalam upacara adat yang lain yaitu kesenian meliputi musik dan tari seperti
upacara aum tandur maupun aum panen, lengger, warokan, trunthung, dan lain-
dilengkapi dengan pertunjukan wayang kulit lainnya dari masyarakat desa yang tinggal
yang menampilkan cerita tentang Dewi Sri di lereng kelima gunung tersebut. Jumlah ini
(tokoh mitos yang dipercaya sebagai dewi masih ditambah dengan satu komunitas desa
padi). Kegiatan ini tentunya tidak lepas dari di lereng pegunungan Malang, yang ikut
kesadaran masyarakat sendiri dalam men- secara sukarela. Ada banyak pelaku seni di
dukung pembiayaannya. Seluruh masyarakat sana, satu di antaranya adalah Suprapto
dengan kesadaran tinggi ikut bergotong- Suryodarmo, penari alusan dari Solo, yang
royong mendukung kelancaran pelaksanaan ikut serta berkolaborasi dengan seniman-
kegiatan ini. Mereka bergotong royong baik seniman berbagai desa itu.
dalam hal tenaga, pikiran, maupun peng- Seperti sudah djelaskan di atas, Dusun
galangan dana. Warangan yang sejuk berubah menjadi arena
Satu hal yang jarang ditemui pada pertunjukan yang meriah. Di setiap sudut
masyarakat lainnya adalah sikap keter- desa atau jalan-jalan dipajang berbagai
bukaan dan keramahan masyarakat terhadap bentuk hiasan dari jerami kering. Arena
para tamu yang datang berkunjung. Para pementasan bukan di pendapa atau gedung
penduduk pada saat hajatan upacara tertutup melainkan di kebun mawar atau
tradisional selalu membuat masakan tak kebun cengkeh, yang merupakan sebagian
ubahnya mempunyai hajatan sendiri. Se- dari hasil tanaman mereka. Tamu dari luar
hingga para tamu pun mendapat kesempatan kota, disediakan penginapan di rumah-rumah
ikut menikmati suguhan makanan yang penduduk, dan mendapatkan jamuan makan
mereka masak. Tidak ada rasa sungkan yang yang meriah. Semuanya disediakan secara
tampak pada wajah penduduk dalam gratis. Betapa orang-orang desa itu, yang
memberikan hidangan yang mereka masak terdiri dari petani, buruh tani, buruh penggali
hari itu. pasir, sopir, dan kernet angkot, pedagang
Begitu besar potensi masyarakat Dusun tumpah ruah menjadi satu. Bukan hanya
Warangan dalam mengembangkan dan menjadi penonton, melainkan juga terlibat
melestarikan kesenian serta adat tradisional sebagai pelaku kesenian. Peralihan peran itu
yang merupakan warisan nenek moyang membuat antara penonton dan yang ditonton
mereka. Dengan besarnya potensi itu menjadi tidak jelas. Namun demikian situasi
dapatkah upacara tradisional yang ada di ini tidak mengurangi kegembiraan mereka
Warangan dikembangkan menjadi event yang ada di sana saat itu. Mereka dengan
yang menarik kunjungan wisatawan? Dari bebas dan ringan saling berinteraksi
pihak masyarakat sendiri sudah tampak mengeluarkan ekspresi seni mereka. Bahkan
antusiasmenya tinggal bagaimana Pemkab sebagian turis asing yang menonton ikut pula
Magelang mengemasnya, agar menjadi terjun dalam pementasan itu.
pertunjukan yang lebih menarik minat Situasi menjadi meriah dalam
penonton, khususnya penonton dari wilayah kebersamaan, lepas dari himpitan beban
yang lebih jauh lingkupnya. kehidupan, dan menjadi warna yang

271
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

dominan dalam Festival Lima Gunung itu ada kegairahan untuk menerjuninya. Dari
di pertengahan Juni 2002. Dari semuanya itu, segi orientasi, ketika globalisasi sedang
festival kesenian yang berlangsung tanpa menyeruak, banyak orang ingin mencari
kepanitiaan yang berbelit, terasa mampu jatidiri yang sesungguhnya, termasuk jatidiri
menjadi sebuah arena pesta bersama. Semua kebudayaannya.9
ini dapat dilihat dari keterlibatan penuh
masyarakat desa, baik tuan rumah maupun Penutup
tamunya. Tidak ada permasalahan mengenai Dusun Warangan dalam kenyataannya
biaya ataupun beban dana, karena mereka merupakan satu dari sekian daerah yang
sendiri secara ikhlas berswadaya.7 berpotensi besar terhadap pengembangan
Melihat hal seperti di atas maka sudah seni budaya dan pariwisata. Dari para pelaku
sewajarnya apabila ada pihak-pihak yang seni sendiri sudah menunjukkan semangat
terkait untuk memikirkan kelangsungan dan etos kerja yang tinggi dalam
hidup arena kesenian seperti itu. Upaya pe- melestarikan dan mengembangkan seni
lestarian, perlindungan, serta pemanfaatan budaya. Mereka juga mengekspresikan jiwa
warisan budaya dan warisan alam dunia di seni mereka dalam bentuk berbagai seni
Indonesia, memerlukan peran serta semua pertunjukan, baik tari maupun musik.
pihak terkait, yaitu segenap instansi dan Potensi yang sudah ada tentunya akan sangat
masyarakat secara terkoordinasi.8 Sejalan menonjol dan terekspresikan dengan baik
dengan hal itu, maka bagi kebudayaan Jawa, apabila ada dukungan dari pihak lain yang
keadaan saat ini merupakan keadaan yang peduli terhadap kesenian dan kebudayaan
sangat baik bagi pengembangan dan peles- tersebut. Keberlangsungan hidup seni
tariannya. Pemerintah sangat mendukung, budaya di berbagai daerah tidak lepas dari
sementara pada sebagian masyarakat Jawa peran serta dan keaktifan berbagai pihak.

Daftar Pustaka
Ans. “Upaya Pelestarian Warisan Budaya Perlu Peran Serta Semua Pihak”, Kompas,
25 Maret 1999.
Herman St. “Kebudayaan Jawa Ibarat Sumur Yang Airnya Tak Pernah Habis Ditimba,”
Kedaulatan Rakyat Minggu, 23 Maret 1997.
Poerwadarminta, WJS., 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: JB Wolters Uitgegevers
Maatschappij.
Sudiro, Yusan Roes. “Makna Religius Upacara Adat di Kalangan Orang Jawa”, Berna,.
Sabtu, 25 Januari 1986.
Tie. “Lestarikan Air, Warga Gelar Nyadran Kali”, Bernas, Senin Legi, 20 Maret 2006,
hal. 2.
Wirodono, Sunardian, 2002. “Festival (Seni) Lima Gunung Tanto Mendut dengan
intercosmolimagination-nya”, dalam situs Minggu Pagi Online http://
www.minggupagi.com.

7
Sunardian. loc.cit.
8
Ans. “Upaya Pelestarian warisan Budaya Perlu Peran Serta Semua Pihak”, Kompas 25 Maret 1994, hal.
16.
9
Herman St. “Kebudayaan Jawa Ibarat Sumur yang Airnya Tak Pernah Habis Ditimba”, Kedaulatan Rakyat,
Minggu 23 Maret 1997, hal. 10.

272
Kebo-keboan, Asaet Budaya di Kabupaten Banyuwangi ( Ernawati Purwaningsih)

KEBO-KEBOAN, ASET BUDAYA


DI KABUPATEN BANYUWANGI
Ernawati Purwaningsih

Abstrak

Banyuwangi merupakan kabupaten yang terletak di ujung timur dari Pulau Jawa.
Kabupaten Banyuwangi memiliki keragaman pemandangan wisata alam, kekayaan seni
dan budaya serta adat tradisi. Ritual Kebo-keboan merupakan salah satu adat tradisi di
Banyuwangi selain ritual Seblang, Petik Laut, Rebo Pungkasan, Endhog-endhogan,
Barong Ider Bumi. Adat tradisi tersebut menjadi agenda wisata Kabupaten Banyuwangi
yang dikemas dalam Calender of Events. Upacara tradisional Kebo-keboan merupakan
upacara bersih desa yang dilaksanakan di Dusun Krajan Desa Alasmalang Kecamatan
Singojuruh. Upacara ini terkait dengan bidang pertanian yaitu meminta kesuburan tanah,
panen melimpah, terhindar dari malapetaka, baik yang membahayakan bagi manusia
maupun tanaman. Upacara tradisional Kebo-keboan sarat akan makna maupun nilai-
nilai luhur. Oleh karena itu, kebudayaan yang berdasarkan pada budaya lokal yang adi
luhung harus tetap di pelihara dan lestarikan.

Kata kunci : Kebo-keboan - Wisata budaya.

Pendahuluaan Sebagai salah satu suku yang mewarnai


Bangsa Indonesia kaya akan khasanah keanekaragaman budaya bangsa, suku atau
budaya yang tersebar di seluruh bumi masyarakat Using mempunyai berbagai
nusantara ini. Salah satu khasanah budaya macam tradisi yang hingga kini masih tetap
yang dimiliki bangsa Indonesia adalah dilestarikan. Masyarakat Using dikenal kaya
budaya masyarakat Using yang berdiam di akan produk-produk kesenian. Kesenian
wilayah Kabupaten Banyuwangi.Wilayah tradisional masyarakat Using mempunyai
pemukiman masyarakat Using semakin lama relasi dengan nilai religi dan matapen-
semakin sempit dan jumlah desa yang caharian di bidang pertanian. Kesenian
bersikukuh mempertahankan adat-istiadat tradisi masyarakat Using menjadi salah satu
Using juga semakin berkurang. Tercatat ikon penting dalam pariwisata Banyuwangi.
bahwa dari 21 kecamatan (sekarang menjadi Dalam kesempatan ini akan diungkap salah
24 kecamatan) di Kabupaten Banyuwangi, satu tradisi masyarakat Using yaitu Kebo-
tinggal 9 kecamatan saja yang diduga masih keboan.
menjadi kantong kebudayaan Using. Upacara tradisional Kebo-keboan
Kecamatan tersebut adalah Banyuwangi, merupakan salah satu upacara bersih desa
Giri, Glagah, Kabat, Rogojampi, Songgon, yang ada di Desa Alasmalang, Kecamatan
Singojuruh, Cluring, dan Genteng1. Singojuruh. Desa Alasmalang terletak di

1
Ayu Sutarto. “Sekilas Tentang Masyarakat Using”, makalah disampaikan dalam kegiatan Jelajah Budaya
tahun 2006. (Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2006).

273
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

sebelah barat daya Kota Banyuwangi, dimaksudkan sebagai suatu kebiasaan


berjarak 20 km dari ibukota propinsi. Desa selamatan desa. Tujuannya adalah untuk
ini dapat dicapai dengan mudah karena memohon kesuburan tanah, panen melim-
tersedianya prasarana maupun sarana pah, keamanan lingkungan, ketenangan
transportasi. Kondisi prasarana jalan sudah hidup, dan dijauhkan dari malapetaka.
diaspal dan sarana yang ada seperti bis, truk, Upacara tradisional Kebo-keboan dilak-
angkutan desa maupun ojek sangat mudah sanakan antara tanggal 1 sampai dengan 10
ditemukan. Kemudahan dalam menjangkau Sura dan dipilih pada hari Minggu, tanpa
Desa Alasmalang ini sebagai daya dukung melihat hari pasaran. Dipilihnya hari
dalam pengembangan wisata budaya Minggu sebagai hari penyelenggaraan
khususnya di Desa Alasmalang. upacara Kebo-keboan dengan pertimbangan
bahwa warga masyarakat yang setiap hari
Latar Belakang Upacara Kebo-keboan bekerja, Minggu merupakan hari libur, se-
Mengenai latar belakang upacara hingga seluruh warga masyarakat dapat me-
tradisional Kebo-keboan ini, konon pada ngikutinya. Dipilihnya bulan Sura sebagai
masa lampau di Dusun Krajan Desa Alas- bulan pelaksanaan upacara Kebo-keboan
malang, Kecamatan Singojuruh ditimpa dengan pertimbangan bahwa menurut
bencana berupa kekacauan, di seluruh desa kepercayaan orang Jawa, bulan Sura
terjadi pagebluk. Pagebluk adalah berbagai dianggap sebagai bulan keramat. Pelaksanan
macam penyakit yang menyebabkan upacara tradisional Kebo-keboan dipusatkan
kematian, serangan hama penyakit tanaman di Dusun Krajan Desa Alas-malang yaitu di
pertanian, sehingga gagal panen. Untuk me- Watu Lasa, Petaunan, di sepanjang jalan
ngatasi bencana tersebut ada seorang tokoh Dusun Krajan, perempatan Dusun Krajan
masyarakat yang bernama Buyut Karti, dan di persawahan Dusun Krajan.3
mengadakan selamatan. Tujuan diadakannya Dalam pelaksanaan upacara tradisional
selamatan adalah untuk menghalau berbagai Kebo-keboan, diawali dengan persiapan
bencana yang menimpa dusun tersebut2. upacara yaitu satu minggu sebelumnya
Dilakukannya upacara tradisional diadakan kegiatan gotongroyong mem-
Kebo-keboan tidak terlepas dari latar bersihkan lingkungan rumah dan desa.
belakang masyarakat Dusun Krajan yang Selanjutnya, satu hari menjelang dilaksana-
bekerja di bidang pertanian. Dalam upacara kannya ritual Kebo-keboan, para ibu
ini dilakukan dengan meniru perilaku kerbau bersama-sama mempersiapkan sesaji yang
di sawah dengan maksud untuk penolak bala. terdiri atas: tumpeng, peras, dan ingkung.
Ternyata, setelah dilakukan selamatan, Selain itu, dipersiapkan pula berbagai
Dusun Krajan Desa Alasmalang dapat ter- perlengkapan upacara seperti para bungkil,
lepas dari bencana. Akhirnya, kegiatan singkal, pacul, pera, pitung tawar, beras,
selamatan Kebo-keboan ini dijadikan se- pisang, kelapa dan bibit tanaman padi.
bagai tradisi bagi masyarakat Dusun Krajan Malam harinya para pemuda menyiapkan
Desa Alasmalang yang hingga kini masih berbagai macam hasil tanaman palawija
dilaksanakan dan dipelihara kelestariannya. seperti pisang, tebu, ketela pohon, jagung,
pala gumantung, pala kependhem, pala
Upacara Tradisional Kebo-keboan kesimpar.Tanaman tersebut ditanam di
Upacara tradisional Kebo-keboan sepanjang jalan Dusun Krajan, Desa
merupakan upacara tradisi bersih desa yang Alasmalang4.

2
Wahjudi Pantja Sunjata. Fungsi dan Makna Upacara Tradisional Kebo-keboan. (Yogyakarta: Eja
Publisher, 2007), hal. 15.
3
Ibid.
4
Ibid.

274
Kebo-keboan, Asaet Budaya di Kabupaten Banyuwangi ( Ernawati Purwaningsih)
Selain itu dipersiapkan pula bendungan persawahan inilah Kebo-keboan tersebut
air yang digunakan untuk mengairi tanaman memulai perilakunya seperti kerbau yang
palawija. Pagi harinya, di setiap rumah membajak sawah dan berkubang di sawah.
warga sudah disiapkan sesaji berupa golong, Setelah dirasa cukup waktu untuk
kupat lepet, dan aneka jenang. Selain itu berkubang, dilanjutkan dengan pelaksanaan
disiapkan pula sesaji yang dipakai untuk membajak sawah oleh Kebo-keboan. Setelah
selamatan desa. Sesaji tersebut ditempatkan itu kemudian dilanjutkan dengan menanam
di ujung perempatan Desa Krajan. Adapun benih padi. Di area persawahan ini Kebo-
sesajinya berupa tumpeng, peras, air kendhi, keboan biasanya kesurupan dan mengejar
kinang ayu, ayam panggang, aneka jenang siapa saja yang mengganggu dan mengambil
dan kelengkapannya. Kemudian satu jam benih padi yang baru ditanam di sawah.
menjelang puncak acara, masyarakat Sebaliknya, masyarakat saling berebut untuk
menggelar tikar di depan rumah masing- mendapatkan benih padi, karena dipercaya
masing dan sesaji diletakkan di tikar. bisa digunakan sebagai tolak bala dan
Acara dimulai sekitar pukul 08.00 dan mendatangkan keuntungan serta dapat
diawali dengan laporan panitia yang mengu- membawa berkah. Kebo-keboan yang
tarakan maksud dan tujuan diadakannya kesurupan dan mengejar-ngejar masyarakat
upacara tersebut. Selanjutnya dilakukan yang berebut benih padi tersebut kemudian
ikrar dan doa. Ikrar atau ijab qobul dipimpin dibawa ke Petaunan untuk disadarkan
oleh sesepuh desa dan doa dipimpin oleh kembali, yaitu dengan mengusap pitung
modin. Acara selanjutnya yaitu makan tawar kepada Kebo-keboan,oleh pawang dan
bersama dengan menyantap sesaji yang telah para sesepuh desa. Acara selanjutnya yaitu
disediakan. Menurut kepercayaan mereka, digelar pagelaran wayang kulit dengan lakon
dengan ikut menikmati makanan yang Sri Mulih. Lakon Dewi Sri dalam cerita
disajikan dalam upacara tersebut, akan tersebut melambangkan padi. Harapannya
mendapatkan berkah. adalah agar warga Dusun Krajan mendapat-
Selanjutnya diadakan upacara atau kan hasil panen padi yang melimpah sesuai
pawai ider bumi. Pawai ider bumi yaitu dengan yang diharapkan.
arak-arakan mengelilingi Dusun Krajan Pelaksanaan upacara tradisional Kebo-
dengan membawa lambang Dewi Sri beserta keboan ada sedikit perbedaan antara
pengiringnya serta kebo-keboan, pawang, sekarang dengan yang dulu. Dahulu, ider
para petani pembawa sesaji, musik hadrah, bumi dilaksanakan dengan mengelilingi
dan barongan. Pawai ider bumi dimulai di pinggiran dusun menuju ke batu di empat
Petaunan. Pawang membaca mantra dan penjuru. Ider bumi diawali dengan menuju
mengusap pitung tawar dan diusapkan pada arah timur laut yaitu Watu Lasa, kemudian
semua kebo-keboan dan pengiringnya ke arah barat menuju Watu Karang, ke
sebagai tolak bala. Dari Petaunan arak- selatan menuju Watu Gajah, dan ke arah
arakan menuju bendungan air yang berada timur menuju Watu Naga. Akan tetapi entah
di ujung jalan Desa Krajan. Sesampainya di karena apa, setelah tahun 1965 ider bumi
bendungan air, kemudian jagatirta membuka dengan keliling menuju empat penjuru
bendungan sehingga air mengalir ke tersebut tidak dilakukan, ider bumi hanya
sepanjang jalan dusun yang telah ditanami dilakukan di jalan desa.5
pohon. Selanjutnya dilakukan pawai Ider Dalam sejarah perjalanan upacara
bumi mengelilingi dusun yang berakhir di tradisional Kebo-keboan, pernah ketika
persawahan sebelah utara Dusun Krajan. Di tahun 1967-an, lurah masa itu pernah

5
Hasan Basri. “Tokoh Pak Mul”, dalam Majalah Seblang kaping 4, Januari-Pebruari 2007. (Banyuwangi:
Dewan Kesenian Blambangan).

275
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

mencoba untuk menghilangkan atau tidak dan melaksanakan upacara tersebut. Kedua,
mengadakan upacara Kebo-keboan, dan sebagai pengendali sosial yang terwujud
hanya membuat selamatan saja. Ternyata ada dalam bentuk kepatuhan terhadap tatacara
beberapa kejadian, di mana banyak upacara dan pantangan-pantangannya.
penduduk yang kesurupan, banyak rumah Ketiga, sebagai media sosial yaitu sebagai
rusak. Pernah juga dalam tahun berbeda, media berkumpulnya seluruh warga
tradisi Kebo-keboan tidak diadakan dan masyarakat untuk bersama-sama melaksana-
hanya diadakan selamatan saja. Entah kan upacara Kebo-keboan. Keempat, sebagai
percaya atau tidak, namun dalam kenyataan- norma sosial yaitu dalam penyelenggaraan
nya ada kejadian, banyak orang kesurupan upacara terkandung norma-norma baik yang
dan orang gila. Dengan adanya kejadian- menyangkut nilai ekonomi, ritual, moral,
kejadian tersebut, maka masyarakat Desa estetis, dan teknologi.
Alasmalang memilih untuk tetap melaksana-
kan upacara tradisional Kebo-keboan seperti Upacara Tradisional Kebo-keboan
apa yang telah diwariskan leluhurnya.6 Sebagai Wisata Budaya
Dalam pelaksanaan upacara tradisional Telah disebutkan dalam uraian ter-
Kebo-keboan, terdapat pantangan- dahulu bahwa Kabupaten Banyuwangi
pantangan. Pertama, selama berlangsungnya mempunyai kekayaan budaya yang masih
upacara, warga masyarakat tidak boleh terpelihara hingga kini yaitu budaya
mengganggu Kebo-keboan, apalagi ketika masyarakat Using. Masyarakat Using
Kebo-keboan tersebut sedang kesurupan. merupakan masyarakat yang mempunyai
Apabila Kebo-keboan diganggu, maka beragam budaya, baik kesenian, kerajinan
Kebo-keboan akan marah dan mengamuk maupun upacara ritual. Budaya yang dimiliki
yang mengakibatkan kekacauan jalannya masyarakat Using masih terpelihara oleh
upacara. Kedua, jumlah Kebo-keboan harus masyarakat pendukungnya, dan dalam
genap dan minimal 4 orang atau 2 pasang perkembangannya, justru dapat menjadi aset
Kebo-keboan. Ketiga, upacara Kebo-keboan wisata. Seperti halnya upacara tradisional
harus dilaksanakan setiap tahun, sebab bila Kebo-keboan, yang merupakan salah satu
tidak maka dipercayai akan mendatangkan budaya masyarakat Using juga menjadi
petaka bagi warga masyarakat Desa Alas- pendukung pariwisata Kabupaten Banyu-
malang. wangi.
Peran pemerintah terhadap pelestarian
Peran Upacara Tradisional Kebo- budaya lokal terwujud dengan dibuatnya
keboan Bagi Masyarakat kalender wisata daerah. Dalam kalender
Seperti diuraikan di atas bahwa upacara wisata itu terdapat informasi mengenai
Kebo-keboan harus tetap dilaksanakan setiap berbagai macam adat dan tradisi, obyek
tahun agar warga masyarakat terhindar dari wisata alam, wisata keagamaan dan pening-
bencana. Selain daripada itu, sebenarnya galan sejarah, serta kerajinan. Diharapkan
dilaksanakannya upacara Kebo-keboan dengan penyebarluasan informasi melalui
karena mempunyai peran dalam masyarakat. pembuatan kalender wisata tersebut, akan
Adapun peran upacara Kebo-keboan dalam bisa menarik wisatawan untuk berkunjung
masyarakat adalah: pertama, pelaksanaan ke Banyuwangi. Selain itu agar budaya yang
upacara merupakan wujud atau bentuk dimiliki bangsa ini tidak hanya dikenal oleh
kebersamaan yang dilakukan masyarakat masyarakat pendukungnya saja, akan tetapi
Desa Alasmalang. Mereka secara bersama- juga dapat dikenal secara luas baik oleh
sama atau bergotong royong mempersiapkan masyarakat di sekitar Banyuwangi khusus-

6
Ibid.

276
Kebo-keboan, Asaet Budaya di Kabupaten Banyuwangi ( Ernawati Purwaningsih)
nya, dan bangsa Indonesia pada umumnya syarat tidak mengganggu proses ritual
bahkan sampai ke mancanegara. upacara tersebut.
Sebagai salah satu aset wisata di Kabu-
Penutup paten Banyuwangi, upacara tradisional
Sebagai aset wisata budaya, upacara Kebo-keboan pada tahun 2006 mendapat
tradisional Kebo-keboan dimasukkan dalam penghargaan sebagai pemenang Anugerah
kalender wisata Kabupaten Banyuwangi. Wisata Jawa Timur. Dengan adanya penghar-
Meskipun sebenarnya upacara tradisional gaan ini menambah kemantapan baik masya-
Kebo-keboan bukan suatu tontonan, namun rakat pendukung kebudayaan itu maupun
karena untuk pelaksanaan upacara tersebut pemerintah daerah untuk tetap memelihara
juga perlu dukungan biaya dan perlu khasanah budaya yang mereka miliki agar
dikenalkan pada masyarakat luas, maka tetap lestari. Dengan tetap memelihara
dalam pelaksanaannya boleh diikuti oleh budaya lokal, berarti pula memelihara
orang lain (wisatawan, peneliti) dengan khasanah budaya yang dimiliki bangsa ini.

Daftar Pustaka
Ayu Sutarto, 2006. “Sekilas Tentang Masyarakat Using”, Makalah disampaikan dalam
kegiatan Jelajah Budaya tahun 2006. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional Yogyakarta.
Hasan Basri. “Tokoh Pak Mul”, dalam Majalah Seblang kaping 4, Januari-Pebruari
2007. Banyuwangi: Dewan Kesenian Blambangan.
Wahjudi Pantja Sunjata, 2007. Fungsi dan Makna Upacara Tradisional Kebo-keboan.
Yogyakarta: Eja Publisher.

277
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

POTENSI PARIWISATA DI KEPULAUAN


KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA
Sukari

Abstrak

Kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri dari 27


pulau. Dari 27 pulau tersebut 22 pulau diantaranya merupakan kawasan Taman Nasional
Karimunjawa yang terletak di Laut Jawa, dengan luas kawasan 111.625 ha. Secara
administratif kepulauan ini termasuk Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara
Provinsi Jawa Tengah terdiri 3 desa yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan dan Parang
dengan jumlah penduduk lebih dari 8.000 jiwa.
Kepulauan ini merupakan kawasan alam yang dilindungi, karena memiliki
sumberdaya alam yang khas dan unik, baik dalam bentuk flora maupun faunanya.
Kondisi ini menjadikan Kepulauan Karimunjawa memiliki potensi pariwisata, baik
pariwisata alam di darat maupun pariwisata alam di perairan, serta budaya.

Kata kunci : Pariwisata - Kepulauan Karimunjawa.

Pendahuluan kuat. Namun, Amir Hasan cenderung nakal


Konon, nama Karimunjawa berasal dari dan manja, sehingga Sunan Muria dan Nyai
kata kremun-kremun atau samar-samar di Sunan Muria memutuskan untuk menitipkan
tengah Laut Jawa. Istilah ini pertama kali Amir Hasan kepada pamannya, yaitu Sunan
dilontarkan oleh Sunan Nyamplungan, yang Kudus. Keputusan ini diambil dengan
mempunyai nama kecil Amir Hasan 1 . harapan Amir Hasan menjadi anak baik dan
Menurut legenda 2 atau cerita rakyat sholeh, setelah mendapat asuhan darinya.
diceritakan bahwa pada jaman dahulu Selama dalam asuhan Sunan Kudus,
hiduplah seorang ahli agama, putra Sunan Amir Hasan mulai menunjukkan perubahan-
Muria yang bernama Amir Hasan. perubahan. Ia menjadi pemuda yang baik
Kehidupan Amir Hasan sejak kanak-kanak dan sangat taat melaksanakan ajaran perintah
hingga dewasa selalu dimanjakan oleh Nyai Sunan Kudus. Melihat perubahan yang
Sunan Muria, walaupun perilaku Amir terjadi dalam diri Amir Hasan, maka ia
Hasan sehari-hari cenderung nakal. Melihat kemudian dikembalikan kepada Sunan
hal yang tidak menguntungkan terhadap diri Muria, sebab Sunan Kudus sudah merasa
Amir Hasan, maka sang ayah selalu cukup dalam membimbing dan mengajar
menanamkan jiwa kedisiplinan dengan Amir Hasan dengan berbagai ajaran agama
mengajarkan dasar-dasar agama Islam yang Islam. Setelah menerima dan mendengar

1
Cahyono, Budi. 2007. “Karimunjawa, Eksotisme Tiada Henti”, Suara Merdeka, Selasa, 18 September
2007, hal. M.
2
Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara. Sejarah dan Budaya Legenda Objek-Objek Wisata. (Jepara: Dinas
Pariwisata Kabupaten Jepara, 2006), hal. 25.

278
Potensi Pariwisata di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara (Sukari)
laporan Sunan Kudus, Sunan Muria menjadi yang dapat digunakan untuk kegiatan
sangat senang dan bahagia, karena anaknya penelitian, pendidikan, maupun pariwisata.
mau mematuhi ajaran orang tua. Kemudian
Sunan Muria memerintah Amir Hasan untuk Keadaan Umum
pergi ke salah satu pulau yang kelihatan dari Kepulauan Karimunjawa merupakan
puncak Gunung Muria yang nampak sebuah kecamatan, dari ke 13 kecamatan lain
kremun-kremun. Kepergiannya disertai 2 yang termasuk dalam wilayah adminitratif
orang abdi untuk menemani, serta diberi 2 Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah.
buah biji nyamplung untuk ditanam. Selain Kepulauan ini terletak pada posisi 5040’ -50
itu, ia juga dibekali dengan berbagai macam 57’ LS. dan 110 004’ - 110040’ BT, serta
barang antara lain mustaka masjid yang berjarak sekitar 45 mil laut sebelah barat laut
hingga saat ini masih bisa ditemui di kota Jepara, dan berjarak sekitar 60 mil laut
kompleks makam Sunan Muria. sebelah timur laut kota Semarang.
Perjalanan Amir Hasan memakan waktu Kawasan Taman Nasional Karimun-
lama, karena harus menyeberangi lautan. jawa mempunyai wilayah daratan dan
Akhirnya, sampailah di sebuah tempat yang perairan sekitar 111.625 ha. Luas areal
dituju di sebuah pulau. Pulau yang terlihat tersebut terdiri dari hutan tropis daratan
secara kremun-kremun itu, ternyata masih di rendah 1.285,55 ha; hutan mangrove 222,2
kawasan Kepulauan Jawa. Pulau dimana ha3; serta wilayah lainnya yang terdiri dari
Amir Hasan bertempat tinggal terdapat bebe- 22 gugusan pulau, seluas 110.117,3 ha. Dari
rapa pohon nyamplung, sehingga hingga kini ke-27 gugusan pulau yang terdapat di
masyarakat setempat menyebut Amir Hasan Kepulauan Karimunjawa, hanya 5 pulau saja
dengan sebutan Sunan Nyamplungan. yang telah berpenghuni.
Namun, kini Karimunjawa sudah tidak Keadaan alam Kepulauan Karimun-
tepat lagi jika dihubungkan dengan istilah jawa4, berdasarkan klasifikasi tipe iklim
kremun-kremun atau samar-samar. Kepu- termasuk tipe iklim Schmid dan Ferguson
lauan ini ternyata memiliki beberapa potensi tipe C dengan rata-rata curah hujan 3.000
yang dapat dikembangkan seperti sektor mm/tahun. Temperatur udara berkisar antara
pariwisata dan kelautan. Di samping itu, 300 - 310 C. Hujan turun sepanjang tahun, di
Kepulauan Karimujawa juga menjadi aset bulan April-Nopember dengan intensitas
pemerintah pusat dalam hal penyela-matan kurang dari 10 hari, dari jumlah hujan rata-
ekologi laut. Untuk itu pemerintah pusat me- rata setiap tahun. Terutama bulan Juni hujan
lalui Menteri Kehutanan telah menetapkan hanya turun selama sehari saja. Bulan April-
Kepulauan Karimunjawa menjadi kawasan Nopember bisa dikatakan Kepulauan
Taman Nasional Karimunjawa, yang dike- Karimunjawa memasuki musim kering atau
lola oleh Balai Taman Nasional Karimun- kemarau. Sebaliknya, bulan Januari- Maret,
jawa (BTNK). Sebagai Kawasan Taman merupakan musim basah atau penghujan.
Nasional, Kepulauan Karimunjawa dibagi Bersamaan dengan itu bertiup angin barat
dalam beberapa zona tertentu, yaitu zona yang kencang, sehingga menimbulkan
inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan, gelombang laut yang tinggi dan besar.
serta zona penyangga. Di dalam zona Musim inilah yang sangat tidak mengun-
pemanfaatan, antara lain terdapat potensi tungkan bagi nelayan maupun pelayaran.

3
Balai Taman Nasional Karimunjawa. Rencana Pengelolaan TNKJ Periode 2005 - 2024 Buku II Data dan
Analisis. (Semarang: DTNKJ, 2004), hal. 1.
4
Balai Taman Nasional Karimunjawa. Rencana Pengelolaan TNKJ Periode 2005 - 2024. Buku I Rencana
Pengelolaan. (Semarang: DTKNKJ, 2004), hal. 4 - 6.

279
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Angin barat bertiup antara bulan Desember- 8.801 jiwa (99,54%), dan sisanya 41 jiwa
Februari. Gelombang laut besar terjadi pada (0,46%) beragama Kristen/Katholik.
bulan Desember-Februari (musim Barat) dan Mereka bermatapencaharian sebagai
bulan Juli-Agustus (musim Timur). buruh tani/nelayan yaitu sebesar 61% (4.783
Topografi Kepulauan Karimunjawa orang), sebagai petani 19%, buruh industri,
berupa daratan rendah yang bergelombang, PNS dan ABRI 5%, pedagang dan konstruksi
dengan ketinggian antara 0-506 m di atas 3% dan sisanya bekerja di bidang angkutan,
permukaan laut. Puncak tertinggi mencapai jasa, penambang dan pensiunan. Angka ini
506 m di atas permukaan air laut terdapat di menunjukkan bahwa ketergantungan
dua buah bukit, yaitu Bukit Gajah dan Bukit matapencaharian penduduk terhadap
Bendera. Sedangkan topografi dasar perairan pemanfaatan sumberdaya kelautan (peri-
di Kepulauan Karimunjawa mulai dari tepi kanan) cukup tinggi.5
pulau berupa pasir, semakin ke tengah Penduduk Kepulauan Karimunjawa
dikelilingi oleh gugusan terumbu karang, berasal dari berbagai macam etnis, antara
mulai dari kedalaman 0,5 meter hingga 20 lain Jawa, Madura, Boja, Bugis, Luwu,
meter. Ekosistem terumbu karang di Buton dan Medan. Dari beberapa etnis
Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 3 tipe tersebut yang berstatus sebagai penduduk
terumbu, yaitu terumbu karang pantai (fring- tetap Desa Karimunjawa, sebagian besar dari
ing reef), terumbu karang penghalang (bar- Jawa. Sementara etnis yang lain seperti
rier reef) dan beberapa taka ( patch reef). Bugis sebagian besar ada di Dukuh Batu
Tipe substrat dasar perairan berupa pasir Lawang, Legon Gede, Tlogo serta di Pulau
berlumpur dan lumpur berpasir. / Desa Kemujan. Etnis Buto banyak
Secara administratif, Kepulauan Kari- mendiami Pulau Nyamuk, Suku Madura di
munjawa termasuk Kecamatan Karimun- Dukuh Tlogo Pulau Kemujan dan Dukuh
jawa dibagi menjadi 3 desa yaitu, Desa Karimun, Pulau Karimunjawa. Penduduk
Karimunjawa, Desa Kemujan, serta Desa dengan berbagai etnis ini sebagian membaur
Parang. Ketiga desa tersebut merupakan dan berinteraksi, sehingga membentuk dan
pulau yang telah berpenduduk tetap, sedang- menghasilkan budaya baru Karimunjawa.
kan 2 pulau lain belum berpenghuni tetap, Keanekaragaman suku bangsa yang men-
yaitu Pulau Genting dan Pulau Nyamuk, diami Kepulauan Karimunjawa merupakan
yang termasuk wilayah Desa Karimunjawa. kekayaan budaya yang dapat dijadikan
Selain penduduk tetap, ada pulau tertentu sebagai potensi budaya yang dimiliki,
yang berpenghuni tidak tetap, karena alasan terutama yang ada di Pulau Kemujan.
matapencaharian.Pulau-pulau yang ber-
penghuni tidak tetap adalah Pulau Beng- Sarana Penunjang Pariwisata
koang, Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Di dalam dunia pariwisata, ada beberapa
Geleang, Menyawakan, serta Pulau Seruni. faktor yang perlu diperhatikan, berkaitan
Menurut Data Monografi 2003, dengan sarana penunjang pariwisata. Sarana
penduduk yang tinggal di 3 desa (Karimun- penunjang pariwisata adalah paduan antara
jawa, Kemujan serta Parang) berjumlah jasa pelayanan dan fasilitas pariwisata yang
8.842 jiwa. Penduduknya berpendidikan tersedia. Faktor-faktor penunjang tersebut
relatif rendah yaitu berpendidkan setingkat antara lain :
Sekolah Dasar mencapai 7.967 jiwa 1. Acees, menyangkut transportasi dan
(90,10%). Mayoritas penduduk Kepulauan komunikasi-informasi.
Karimujawa beragama Islam yaitu sebanyak

5
Op.cit., Buku II, hal. 35 – 36.

280
Potensi Pariwisata di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara (Sukari)

Sarana transportasi merupakan salah cepat KM Kartini I. Jadwal pemberangkatan


satu pendukung pariwisata, seperti jalan- KM Muria (Jepara) berangkat setiap hari
jalan menuju obyek wisata yang baik, lalu Rabu, dan akan kembali menuju Jepara,
lintas lancar, tidak banyak hambatan, jadwal setiap Kamis, pukul 09.00 WIB. Sedangkan
perjalanan yang terencana dan teratur, yang berangkat hari Sabtu, kembali ke Jepara
sehingga hubungan antar jenis alat angkut dari Karimunjawa hari Senin jam 09.00
yang satu dengan yang lain sesuai dengan WIB. Bagi wisatawan yang menggunakan
waktu dan rencana. Di samping itu kondisi kapal cepat KM Kartini I, jadwal pem-
alat transportasi perlu diperhatikan agar berangkatan dari Jepara ke Karimunjawa
tidak mengecewakan para wisatawan yang hari Senin jam 10.00 WIB minggu I dan III,
menggunakan jasa transportasi.6 sebaliknya dari Karimunjawa ke Jepara hari
Sarana transportasi menuju Kepulauan Selasa jam 11.00 WIB.
Karimunjawa cukup memadai karena dapat Jadwal keberangkatan transportasi laut,
dijangkau dengan sarana transportasi udara kadangkala terjadi perubahan karena cuaca
maupun laut. Bagi wisatawan yang akan ke yang tidak menentu. Sarana perhubungan
Kepulauan Karimunjawa dapat melalui bagi wisatawan selama berada di Pulau
Semarang ataupun Jepara. Bagi wisatawan Karimunjawa tersedia kendaraan roda 4
yang berkunjung ke Karimunjawa melalui (station) dan pick-up, serta sepeda motor
kota Semarang, dapat menggunakan sarana yang disewakan. Bagi wisatawan yang ingin
transportasi udara maupun laut. Transportasi menikmati pemandangan di bawah laut,
udara ditempuh melalui Bandara Ahmad dapat menggunakan perahu kaca yang
Yani Semarang menuju Bandara Dewadaru, dilengkapi dengan peralatan menyelam,
di Pulau Kemujan. Saat ini penerbangan yang juga disewakan kepada wisatawan.
hanya dilakukan oleh PT Wisata Laut Nusa Sarana komunikasi / informasi di
Permai (Kura-Kura Resort), yang melayani Karimunjawa cukup memadai, karena telah
wisatawan sesuai dengan paket wisata yang tersedia Stasiun Bumi Kecil (SBK) yang
telah terjadwal. Transportasi udara hanya melayani telepon otomat (SLJJ), telpon
dilakukan dengan sistem carter, dan secara seluler Indosat dan Satelindo, agar memper-
umum hanya wisatawan asing yang mudah bagi wisatawan untuk berkomuni-
menggunakan kemudahan ini, terutama kasi, selama berada di Karimunjawa, baik
dengan tujuan utama Kura-Kura Resort di dengan menggunakan fasilitas hand phone
Pulau Menyawakan. Sedangkan transportasi (HP) maupun telepon umum.
laut tersedia sarana berupa kapal cepat KM.
Kartini I, dari Pelabuhan Tanjung Mas, 2. Amanitties (akomodasi)
Semarang. Jadwal pemberangkatan kapal Akomodasi merupakan penyediaan dan
dari Semarang setiap hari Sabtu, pukul 11.00 pelayanan fasilitas yang dibutuhkan
WIB, sebaliknya kapal cepat akan berlayar wisatawan, baik wisatawan asing maupun
kembali dari Karimunjawa menuju domestik. Pelayanan dan fasilitas wisata
Semarang setiap Minggu, pukul 13.00 WIB yang harus tersedia di daerah tujuan wisata,
dengan waktu tempuh sekitar 3 jam saja. antara lain hotel, penginapan (homestay)
Bagi wisatawan yang menggunakan restoran, keamanan, dan segala sesuatu
jalur Jepara-Karimunjawa hanya tersedia kebutuhan wisatawan.
transportasi laut saja. Dari dermaga laut di Ada beberapa sarana akomodasi yang
Pantai Kartini (Jepara) tersedia 2 angkutan tersedia, antara lain hotel melati milik swasta
kapal laut, yaitu kapal KM Muria dan kapal dan pemerintah (Dinas Pariwisata Jepara)

6
S. Pendit, Nyoman. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. (Jakarta: PT Prodia Pariwisata, 1986),
hal. 21.

281
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

sabanyak 3 buah, homestay ( 17 buah), pulauan Karimunjawa. Seperti diketahui


dengan daya tampung 145 orang. Selain itu, Taman Nasional Karimunjawa, yang pada
juga tersedia cottage (4 buah) yang ada di awalnya ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut
Pulau Tengah (milik Indo Karimun/Pantai pada tanggal 9 April 1986 melalui SK
Marina Semarang), serta Kura-Kura Resort Menteri Kehutanan No.123/Kpts-II/1986,
yang ada di Pulau Menyawakan. yang dalam perkembangan lebih lanjut
Bagi wisatawan yang menggunakan dinyatakan sebagai Taman Nasional
paket wisata dari biro perjalanan, dapat Karimunjawa melalui SK Menhut No.78/
melalui jalur Jepara atau Semarang, dengan Kpts-II/1999 tanggal 22 Pebruari 1999
menggunakan transportasi laut, seperti KM seluas 111.625 ha, meliputi perairan seluas
Muria maupun KM Kartini I. Paket wisata 110.117,3 ha dan daratan seluas 1.507,70 ha.
yang ditawarkan meliputi tiket kapal PP, Kemudian melalui Keputusan Menteri
transport lokal, hotel ber-AC, makan selama Kehutanan No.74/Kpts-II/2001 tanggal 15
di Karimunjawa, paket tour setiap hari baik Maret 2001 menetapkan sebagian kawasan
di darat maupun di laut, speed boat (kapal Taman Nasional Karimunjawa seluas
cepat), atau banana boat. 110.117,3 ha sebagai Kawasan Pelestarian
Alam (KPA Perairan).8
Potensi Pariwisata Dalam usaha pengembangan pariwisata,
Kepariwisataan Kepulauan Karimun- Taman Nasional Karimunjawa telah teriden-
jawa beberapa tahun terakhir ini oleh Dinas tifikasi beberapa jenis objek wisata di Kepu-
Pariwisata baik dari Provinsi Jawa Tengah lauan Karimunjawa, yang antara lain. terda-
maupun Kabupaten Jepara, telah dipubli- pat beberapa kegiatan wisata yang meliputi:9
kasikan dan dipromosikan ke berbagai
daerah bahkan hingga mancanegara. Tidak 1. Atraksi Alam di Darat
dipungkiri bahwa keindahan alam laut a. Hiking/Tracking dan Camping, aktivitas
Kepulauan Karimunjawa, sangat luar biasa. ini dapat dilakukan di beberapa pulau di
Potensi wisata yang ditawarkan tidak kalah Taman Nasional Karimunjawa, antara
dengan keindahan Pulau Bali. Hanya saja, lain di Pulau Karimunjawa Camping
promosi wisata Karimunjawa belum mampu Ground Legon Lele dengan melewati
mengungguli Pulau Bali yang telah dikenal jalur trail 2,5 km. Hiking dapat dilakukan
hingga mancanegara Kepulauan Karimun- pada jalur trail Bukit Bendera, Bukit
jawa juga memiliki bibir pantai yang Tengkorak, Bukit Marning, jalur darat
berpasir putih, yang tidak berbeda dengan mangrove di Terusan. Untuk kegiatan
Bali. Akan tetapi Kepulauan Karimunjawa camping ground telah dibuat Legon Lele
memiliki jenis laut dangkal yang berwarna dan pembuatan jalan trail menuju lokasi
hijau, dengan panorama bawah laut yang dan lokasi arboretum seluas 1 ha.
indah dan bisa dilihat secara kasat mata dari Sedangkan untuk kegiatan hiking/track-
tepi pantai. Kondisi ini berbeda dengan ing telah dibuat jalur trail di Bukit
Pulau Bali yang dikelilingi oleh perairan Bendera dan Bukit Marning dilengkapi
dalam.7 dengan pedoman interpretasi.
Selain dari Dinas Pariwisata, Taman b. Sun Bathing, aktivitas ini dapat dinikmati
Nasional Karimunjawa juga mengembang- di sebelah barat Pulau Menjangan Besar
kan potensi pariwisata yang ada di Ke- dan Kecil.

7
Cahyono, loc.cit., hal. M.
8
Buku I. op.cit., hal. 1.
9
Ibid., hal. 94 - 97.

282
Potensi Pariwisata di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara (Sukari)
c. Caving, wisata penelusuran goa ini dapat - Upacara Syukuran atas terselesainya
dilakukan di Goa Sarang di Pulau Parang. pembuatan perahu dengan memohon
d. Atraksi penyu bertelur di Pulau Sintok keselamatan. Upacara didahului de-
pada musim bertelor. ngan cara mendorong perahu ke ping-
e. Berd Wateling, dapat dilakukan di zona gir pantai, hingga perahu berhenti
perlindungan wilayah daratan. dengan sendirinya.
f. Canoing, kegiatan penelusuran man- - Obyek wisata religi berupa Makam
grove. Kegiatan dilengkapi dengan Sunan Nyamplungan, yang ada di
kegiatan interpretasi wisata mangrove Pulau Karimunjawa, tepatnya di
pada tahun 2005, mengenai potensi Dukuh Nyamplungan. Sunan Nyam-
sumberdaya wisata alam di kawasan plungan, dipercaya sebagai orang
mangrove zona perlindungan darat Pulau pertama yang mendiami Kepulauan
Karimunjawa dan Pulau Kemujan Karimunjawa.
tepatnya di daerah Terusan, nalisa area - Sumur Wali di Pulau Parang. Air
dan objek wisata, serta rencana pengem- sumur ini disucikan dan dipercaya
bangannya. membawa ‘keberuntungan’ bagi
seseorang yang mengambilnya.
2. Kegiatan Alam di Perairan c. Rumah Adat :
Diving, untuk mendukung kegiatan ini Keanekaragaman suku yang mendiami
adalah keindahan terumbu karang yang Kepulauan Karimunjawa dapat dimanfaat-
menyebar di beberapa pulau di Kepulauan kan untuk menambah atraksi wisata budaya.
Karimunjawa. Hampir seluruh gugusan Rumah Adat Suku Bugis dapat dijumpai di
pulau-pulau dikelilingi terumbu karang Dukuh Batu Lawang, Legon Gede dan
hingga kedalaman 20 meter. Hasil penelitian Tlogo, Desa Kemujan (Pulau Kemujan).
telah ditemukan 84 jenis karang di 7 stasiun Untuk lebih menarik wisatawan, Dinas
pengamatan yang umumnya adalah karang Pariwisata Kabupaten Jepara juga telah
masif (CM) antara lain genera Porites, membangun rumah adat Bugis berupa rumah
Favia, Favites dan Gonias trea. Beberapa panggung lengkap dengan fasilitasnya
lokasi terdapat karang bercabang genus seperti penginapan/hotel.
Acropora (ACB) serta karang meja genus
Acropora (ACT) yaitu Pulau Menjangan Penutup
Besar dan Kecil, Kemujan, Cemara Kecil, Kepulauan Karimunjawa sangat
Ujung Gelam, dan dua diantaranya pada potensial sebagai daerah tujuan wisata
zona inti yaitu Pulau Geleang dan Pulau karena merupakan daerah kepulauan dengan
Burung. Keindahan terumbu karang ini juga topografi yang menyajikan keindahan alam
terdapat di Pulau Tengah, Menyawakan, asli. Selain itu, Pulau Karimunjawa juga
Bengkoang dan sekitar Pulau Porong. mempunyai keanekaragaman hayati yaitu
ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah,
3. Kegiatan Wisata Budaya ekosistem hutan pantai, ekosistem man-
Atraksi budaya di Kepulauan Karimun- grove, ekosistem lamun dan ekosistem
jawa terbagi kedalam beberapa objek, yaitu: terumbu karang.
a. Kesenian rakyat, berupa Reog Barongan Setelah Kepulauan Karimunjawa
dan Pencak Silat, walaupun kebera- ditetapkan sebagai kawasan Nasional
daannya hampir punah. Karimunjawa, dan sekaligus difungsikan
b. Upacara Adat, meliputi : sebagai tempat wisata alam, penduduk
- Perkawinan Suku Bugis, yang dimulai Karimunjawa siap menyambut kunjungan
acara Mapuce-puce, Maruso, Ma- wisatawan Nusantara (wisnus) dan wisa-
dupa, Mappaenre belanja dan pesta tawan mancanegara (wisman). Kesiapan
Anggaukeng. masyarakat dalam menerima wisatawan itu
283
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

dibuktikan dengan banyaknya warga yang lingkungan dan sosial ekonomi budaya.
membangun homestay (rumah inap) yang Dampak terhadap lingkungan yaitu
tentunya dapat menambah penghasilan peningkatan kebutuhan lahan konversi
masyarakat.10 lahan, peningkatan wisatawan, peningkatan
Potensi pariwisata di Kepulauan Kari- limbah MCK, sampah dan polusi, penurunan
munjawa akan tetap berkembang karena kualitas perairan. Sedangkan dampak
sarana penunjang cukup memadai baik terhadap sosial ekonomi dan budaya yaitu
sarana transportasi komunikasi-informasi peningkatan aktifitas dan pendapatan
maupun akomodasi serta fasilitas umum kesenjangan dan ketidakpuasan pihak
lainnya. Namun pengembangan pariwisata tertentu dalam persaingan usaha, masuknya
ini secara langsung ataupun tidak langsung budaya luar yang tidak sejalan dengan
akan memberikan dampak terhadap budaya setempat.

Daftar Pustaka
Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Karimunjawa Periode Tahun 2005-2024 Buku I Rencana Pengelolaan. Semarang
BTNKJ.
Balai Tanam Nasional Karimunjawa, 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Karimunjawa Periode Tahun 2005-2025 Buku II Data dan Analisis. Semarang:
BTNKJ.
Cahyono, Budi, 2007. “Karimunjawa, Eksotisme Tiada Henti”, Suara Merdeka, Selasa,
18 September 2007.
Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, 2006. Sejarah dan Budaya Legenda Objek-objek
Wisata. Jepara: Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara.

10
op.cit., Cahyono, hal. M.

284
Strategi Meningkatkan Reproduksi Wisatawan di Yogyakarta (Mudjijono)

STRATEGI MENINGKATKAN REPRODUKSI


WISATAWAN DI YOGYAKARTA

Mudjijono

Abstrak

Walaupun dalam berbagai sektor kehidupan saat ini mengalami kesulitan, namun
upaya untuk mengatasi berbagai kesulitan tersebut perlu terus dilakukan. Sektor
kepariwisataan yang tidak sedikit menyumbang devisa negara ini pun mengalami hal
yang sama. Krisis ekonomi yang terjadi juga berperan dalam menurunnya jumlah
wisatawan yang berkunjung ke tempat tujuan wisata.
Berbagai langkah telah ditempuh oleh para pemegang kebijakan dan masyarakat
komunitas wisata di Indonesia, untuk lebih meningkatkan daya tarik wisata di negeri
ini. Yogyakarta sebagai salah satu daerah tujuan wisata pun juga berupaya agar jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Kota Gudeg ini, lebih meningkat. Salah satu wacana
untuk mewujudkan hal itu antara lain menempatkan kesenian dalam agenda wisata di
kota ini, dengan jalan menambah sajian kesenian yang lebih banyak baik kesenian yang
“dijual” maupun jenis kesenian yang bisa dinikmati secara gratis oleh masyarakat luas.
Langkah-langkah lain juga perlu dilakukan agar wisatawan mancanegara dan
Nusantara semakin banyak berkunjung ke kota ini. Harapan itu mudah-mudahan dapat
terwujud antara lain dengan penularan informasi wisata dengan penyebaran melalui
agen yang telah memiliki habitus kepariwisataan.

Kata kunci: Strategi - Reproduksi - Pariwisata.

Pendahuluan suatu negara atau daerah, tampak dalam tiga


Indonesia sebagai negara kepulauan bentuk, yakni perluasan kesempatan kerja,
mempunyai banyak daya tarik bagi peningkatan pendapatan (devisa) dan
wisatawan. Oleh karenanya sangat tepat jika pemerataan pembangunan antarwilayah.
salah satu kebijakaan pemerintah Besar dan luasnya dampak tersebut sangat
menekankan kemajuan dalam bidang tergantung pada tingkat perkembangan
kepariwisataan, mengingat kepariwisataan pariwisata. Di Gambia misalnya, besarnya
merupakan salah satu sumber devisa negara. devisa dari sektor pariwisata mencapai 11,00
Dikemukakan oleh Uthoff, bahwa pelbagai % dari GNP negara Afrika Barat tersebut.
analisis yang pernah dilakukan para ahli (de Di Indonesia sendiri sumbangan devisa dari
Kadt, 1979; Matheison dan Wall, 1982; sektor pariwisata pada paruh pertama dekade
Lue‘bben, ‘1995; Max 2004) menyimpulkan 90-an diperkirakan mencapai 9,00 % dari
bahwa, sumbangan pariwisata yang secara GNP, sedangkan efek penggandanya pada
signifikan pada perkembangan ekonomi penciptaan kesempatan kerja berkisar 0,42.1

1
Damanik, “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata dari Konsep Menuju Implementasi”, dalam
Penanggulan Kemiskinan Melalui Pariwisata. (Yogyakarta: Kepel Press, 2005), hal. 18.

285
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Dari beberapa wilayah di Indonesia ada Keramaian wisatawan yang berkunjung


daerah yang merupakan tujuan wisatawan, ke Yogyakarta juga dapat dilihat saat musim
antara lain Jakarta, Pulau Bali, dan libur. Walaupun sebagian besar wisatawan
Yogyakarta. Sebagai daerah tujuan wisata, domestik, namun ketika liburan, kepadatan
tentunya di wilayah Yogyakarta terdapat Kota Yogyakarta sangat terasakan. Jalan
berbagai sarana penunjang agar wisatawan Malioboro, Jalan Mangkubumi, Diponegoro,
yang berkunjung terjembatani dengan objek Wachid Hasyim, maupun Jalan Brigjen
wisata. Daerah yang dianggap paling awal Katamso, serta berbagai jalan di pusat kota,
menyediakan sarana wisata di Yogyakarta cukup padat lalu lintasnya. Kendaraan roda
yaitu Kampung Sosrowijayan, Kampung empat maupun roda dua yang bernomor luar
Pawirotaman, dan daerah-daerah lain. daerah banyak memadati. Bersamaan itu, di
Sosrowijayan merupakan kampung beberapa bahu jalan (terutama di pusat-pusat
yang terletak di tengah kota Yogyakarta, keramaian) penuh dengan kendaraan yang
yang terbagi menjadi Sosrowijayan Wetan parkir, sehingga sering muncul tukang parkir
dan Sosrowijayan Kulon. Keduanya berada kagetan.
di Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Banyak para sopir mobil yang belum
Gedong Tengen, Kota Yogyakarta. Secara mengenal kondisi kota Yogyakarta, akan
kebetulan, di wilayah Sosrowijayan Wetan menghentikan atau memperlambat laju
banyak tersedia berbagai sarana untuk para mobilnya untuk menanyakan arah tempat
wisatawan mancanegara, sedangkan atau lokasi yang akan dituju. Kondisi
Sosrowijayan Kulon lebih banyak semacam itu sering terjadi, terutama di saat-
menyediakan sarana bagi wisatawan saat liburan, baik saat musim liburan sekolah
nusantara. Malahan Sosrowijayan Wetan maupun libur umum. Jalan-jalan menjadi
acapkali juga disebut sebagai kampung macet, bermunculan tempat-tempat parkir
internasional, mengingat setiap hari banyak baru, sehingga mengganggu kelancaran lalu
wisatawan mancanegara yang berada di lintas. Belum lagi banyak pendatang bingung
wilayah itu. karena tidak mengerti arah yang akan dituju,
karena banyak jalan yang harus ditutup, jika
Peta dan Informasi Kepariwisataan musim liburan.
Yiannakis dan Gibson (dalam “Roles Walaupun frekuensi kendaraan roda dua
Tourist Play “ Annuals of Tourisme Research dan roda empat yang berkunjung ke Yogya-
vol. 19 No. 12, 1992, hal 282-303) menga- karta bertambah, akan tetapi perlu langkah
takan bahwa mengembangkan tipologi dari pihak pemerintah untuk menyambut
wisatawan yang berjalan selama liburan wisatawan, agar tetap senang dan enjoy
dalam stratum tiga kelompok. Pertama, berkunjung ke Yogyakarta.
wisatawan yang berlibur (berstruktur tinggi Pemerintah daerah bisa membuat
atau rendah). Kedua, wisatawan yang lebih kondisi enjoy bagi wisatawan dengan
senang destinasi dengan lingkungan yang membuat peta keramaian (pusat perbe-
menggairahkan atau tenang. Ketiga, lanjaan, oleh-oleh, hiburan, pasar, lokasi
wisatawan yang ingin mengunjungi tempat makan, dan lain sebagainya), serta menyusun
yang asing atau belum dikenal. Maka rute alternatifnya. Setiap jalan masuk
wisatawan yang mencari kontak dengan menuju kota Yogyakarta (Barat, Timur,
pekerja seks komersial mungkin akan Utara, dan mungkin Selatan) didirikan Pos
memilih liburan dengan struktur yang Jaga Selamat Datang. Mereka bertugas
memungkinkan fleksibilitas, mencari ling- memberi penjelasan dan membagikan peta
kungan yang menggairahkan.2 serta hal lain berupa penjelasan maupun

2
Spillane, “Seks dan Pariwisata”, dalam Basis No. 03-04 Tahun ke-52, Maret-April 2003. (Yogyakarta:
Kanisius), hal. 58-59.

286
Strategi Meningkatkan Reproduksi Wisatawan di Yogyakarta (Mudjijono)
informasi yang dibutuhkan, guna kelancaran dengan wisatawan domestik. Sebaliknya
para wisatawan saat berkunjung ke Yogya- pada tingkat hunian hotel non berbintang
karta. kondisinya justru sebaliknya, wisatawan
Selain itu, guna menopang kelancaran mancanegara lebih banyak yang bermalam
dan keamanan pengunjung, lokasi parkir di di hotel itu dibandingkan dengan wisatawan
berbagai daerah ditampilkan, dengan diberi domestik.
kode wilayah (misalnya, taman parkir
Garuda, Ngabean, Taman Senopati, atau Kesenian Dalam Sajian Terbuka dan
tempat-tempat parkir pendukungnya). Setiap Tertutup
lokasi parkir dikoordinir oleh petugas resmi Di wilayah Yogyakarta memang tidak
dari polisi pamong praja beserta polisi sedikit tempat tujuan wisata yang bisa
wilayah setempat; dengan koordinasi dikunjungi, mulai dari wisata alam, budaya,
antarwilayah parkir dan empat penjuru pos dan religi. Namun keberadaan media
selamat datang. Apabila informasi kepadatan penyajiannya belum merata, padahal di
jalan dan parkir di suatu wilayah selalu berbagai wilayah di kota ini sangat banyak
diinformasikan (bisa melalui radio), maka potensi budaya yang bisa disuguhkan teru-
bisa membantu pengunjung lain agar mereka tama kesenian. Bahkan setiap Kecamatan
mengambil jalan alternatif yang tidak macet Kota memiliki perkumpulan kesenian yang
atau bisa memilih tempat parkir yang masih layak untuk disajikan bagi wisatawan.
bisa menampung. Kondisi semacam itu jika diberdayakan
Niscaya langkah semacam itu jika dan diberi kesempatan, mungkin sekali juga
terlaksana, penting guna membantu para akan menjadi bahan tontonan yang
pengunjung, sehingga penyambutan menghibur wisatawan yang berkunjung ke
wisatawan bisa dilakukan ke seluruh daerah Kota Yogyakarta. Terlebih jika pemerintah
dan wisatawan yang berkunjung ke kota daerah me-manage berbagai tujuan wisata
tercinta ini, semakin meningkat. Tentunya, baik alam, kuliner, kesenian, dan sajian
pihak pemerintah juga harus berani budaya lain, yang disusun dan diagendakan
mengambil tindakan apabila didapati ada sesuai wilayah masing-masing. Tentunya,
petugas parkir kagetan yang justru membuat setiap event disesuaikan dan disinergikan
kemacetan, karena membuka parkir di secara terpadu, dan diusahakan agar
tempat yang tidak semestinya. Selain itu, wisatawan mempunyai kesempatan untuk
pihak kepolisian pun hendaknya juga tidak menikmatinya.
melakukan pe-nilangan terhadap kendaraan Selain suguhan atraksi-atraksi kesenian
luar daerah, terutama di saat ramai wisa- yang menggunakan tiket, akan lebih baik jika
tawan. di wilayah Yogyakarta juga di buat tempat
atau area khusus yang bisa menampung
Kunjungan Wisatawan ke Yogyakarta sajian kesenian yang bisa dinikmati
Pada dekade 1970-an hingga 1980-an, wisatawan maupun masyarakat umum,
di komunitas pelaku wisata di Yogyakarta secara gratis. Langkah-langkah mengagen-
ada istilah turis (baca: wisatawan) mencari dakan dan menyajikan hiburan terbuka juga
guide. Namun, saat ini yang terjadi justru akan membentuk citra yang baik, terhadap
sebaliknya, guide yang mencari wisatawan. Kota Yogyakarta, di mata wisatawan. Selain
Kondisi semacam itu terjadi karena sektor itu, potensi kerajinan juga menjadi aset
kepariwisataan juga tergantung sektor lain, wisata yang bisa ditonjolkan. Dari data yang
seperti kondisi politik, keamanan, keuangan, disajikan, kerajinan memberikan peluang
dan berbagai hal yang terjadi di dunia ini. pendapatan yang lebih nyata. Namun
Wisatawan mancanegara lebih sedikit yang demikian, tidak cukup banyak bukti tentang
menginap di hotel berbintang dibandingkan hubungan antara penjualan suvenir dan

287
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

usaha untuk menghasilkan pendapatan Jikalau warga dan pemerintah Kota Yogya-
daerah. Banyak suvenir yang diproduksi di karta tidak me-manage sumberdaya wisata
tempat lain, kemudian dijual ke tempat- yang ada, niscaya bukan image baik yang
tempat wisata oleh penduduk setempat. diterima, namun justru sebaliknya. Per-
Salah satu aspek yang harus dicatat di dalam nyataan Viona, misalnya. yang ber-pendapat
hubungan ini adalah OTOP (one tambon one bahwa banyak tempat-tempat wisata di kota
product) yang sedang dikembangkan oleh ini yang masih kumuh. Jikalau kondisi
pemerintah. OTOP melibatkan produksi tempat wisatanya saja kumuh, bagaimana
beberapa produk lokal oleh masyarakat bisa meningkatkan pariwisata di Yogya-
setempat. Kampanye ini telah mengarah karta? Tempat-tempat wisata yang kurang
pada sejumlah besar produksi kerajinan dan bersih(kumuh) antara lain Karaton Yogya-
bahkan ekspor. Sebagai contoh yang harus karta, Taman Sari, dan Kawasan Malioboro.
disebut: produk lokal khusus dari utara Selain itu, harga-harga makanan di lesehan
adalah kulit babi goreng krispi, yang sering dipermainkan oleh penjualnya5.
dimakan dengan makanan gaya utara. Telah
menjadi populer bahwa persediaan lokal Reproduksi Sosial di Kalangan Pelibat
kulit babi tidak sebanding dengan permin- Wisata
taan, dan masyarakat setempat harus meng- Saptari dan Holzner mengemukakan,
impor kulit babi dari Norwegia untuk mem- bahwa secara harafiah reproduksi diartikan
buat kulit babi goreng krispinya3. sebagai menggantikan apa yang telah habis
atau hilang untuk kelestarian sistem atau
Agen Dalam Alur Wisatawan dan struktur sosial yang bersangkutan.
Kepariwisataan di Yogjakarta Reproduksi ini tidak hanya menyangkut
Ada beberapa alasan mengapa perantara kegiatan yang terjadi di dalam rumah tangga
sangat penting dan berperanan dalam (melahirkan), tetapi juga dalam masyarakat,
industri pariwisata. Intinya menjembatani misalnya kegiatan-kegiatan yang menjamin
antara wisatawan dengan daerah tujuan kelestarian struktur sosial misalnya upacara
wisata/objek wisata yang ingin dituju4. Alur siklus hidup atau kegiatan sosial dalam
wisatawan di Yogyakarta menempatkan komunitas. Selanjutnya, yang dimaksud
posisi para guide sebagai agen (jamak), yang dengan reproduksi sosial yaitu proses di
selalu saling menularkan makna-makna yang mana hubungan produksi dan struktur sosial
ditemui pada saat berkomunikasi dengan terus direproduksi dan dilestarikan. Untuk
para wisman dan pelibat wisata lainnya. lebih membantu memahami fenomena sosial
Pemahaman yang dimiliki tersebut diperoleh dalam kepariwisataan yang ada di
tanpa sadar (memahami/mempelajari) segala Yogyakarta tersebut dipinjam pemahaman
sesuatu terkait aktifitasnya sebagai guide. Harker tentang reproduksi sosial. Dalam
Bukan hanya itu saja, para wisatawan tulisan On Reproduction, Habitus and
yang telah berkunjung ke Yogyakarta, Education ia mengkaji konsep reproduksi
nantinya setelah pulang ke daerah asalnya sosial Bourdieu pada kasus lembaga
atau ke daerah lain secara tidak sadar juga pendidikan sekolah. Dari analisa yang
akan menjadi agen wisata untuk Yogyakarta. dikemukakan, ia membantu memperjelas

3
Tingsabath, “Pengembangan Pariwisata dan Pengurangan Kemiskinan di Thailand”, dalam Penanggulan
Kemiskinan Melalui Pariwisata. (Yogyakarta: Kepel Press, 2005), hal. 65-66.
4
Yoeti, Pengantar Pariwisata. (Bandung: Angkasa, 1982), hal. 229-230.
5
Viona. “Obyek Wisata di Yogya Kumuh”, dalam Kabare Edisi XX Tahun II Februari 2004. (Yogyakarta:
PT. Kabare Jogja Media Pariwara, 2004), hal. 60.

288
Strategi Meningkatkan Reproduksi Wisatawan di Yogyakarta (Mudjijono)
pemikiran Bourdieu bahwa reproduksi nya akan mempengaruhi habitus (baru) para
sosial terjadi tidak hanya pada habitus 6 wisatawan atau siapa saja yang melihat
tingkat individu, namun juga pada tingkat ataupun berkomunikasi dengannya untuk
kelompok. Kemudian reproduksi sosial ini memunculkan habitus baru terkait kepari-
dipengaruhi juga oleh adanya sosialisasi wisataan.
agen-agen yang terkait dalam struktur
kegiatan tersebut. Dalam kasus di Yogya- Penutup
karta habitus-nya yakni para guide yang juga Apabila di runut dari depan, agen yang
berperan sebagai agen ataupun para pelibat berada pada aspek di atas mempunyai peran
kegiatan wisata lainnya. Reproduksi di sebagai penghasil ulang makna-makna yang
antara para guide atau pelibat wisata lain ada pada kegiatan wisata. Selanjutnya,
berjalan secara otomatis pada saat mereka bersama dengan para pelibat kegiatan di
saling berinteraksi . dalamnya mereka secara tidak sadar
Habitus yang merupakan pengetahuan menularkan berbagai hal terkait dengan
yang ada pada tingkat idea setiap orang atau kegiatan yang dijalani kesehariannya
kelompok yang menjadikan setiap person (habitus). Penularan-penularan yang tanpa
atau komunal bertindak. Pemahaman Harker sengaja ini juga akan mempengaruhi
atas habitus yakni, cara suatu kebudayaan individu-individu lain yang berkomunikasi
yang tertanam dalam diri seseorang sangat ataupun melihat aktifitas kesehariannya.
tepat jikalau berpegang pada pemahaman Perubahan kebudayaan sebagai dampak
bahwa kebudayaan juga ada pada tingkat perkembangan pariwisata akan pula
idea masyarakat pendukungnya. membawa perubahan tata nilai atau nilai
Dalam reproduksi sosial pariwisata ini, budaya yang berlaku di masyarakat sekitar
habitus yang dimiliki oleh para wisatawan objek wisata. Nilai budaya ini terdiri dari
merupakan dasar sehingga mereka meng- konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam
ambil keputusan untuk berwisata. Keputusan pikiran sebagian besar warga masyarakat,
tersebut (dan keputusan-keputusan wisa- mengenai hal-hal yang harus mereka anggap
tawan lainnya) melekat pada tataran idea- amat bernilai dalam hidup7.

Daftar Pustaka
Damanik, J., 2005. “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata: dari Konsep
Menuju Implementasi”, dalam Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata.
Yogyakarta: Kepel Press.
Koentjaraningrat, 1990. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

6
The habitus is a set of dispositions which incline agents to act and react in certain ways. The dispositions
generate practices, perceptions and attitudes which are regular without being conciously co-ordinated or
governed by any rule. The dispositions which constitute the habitus are incalculated, structured, durable,
generative and transposable features that each deserve a brief explanation (et. al 1992: 12 dan 1984: 115-
117). ..... ( Habitus adalah sejumlah watak yang menunjukkan kecenderungan pelaku-pelaku bertindak dan
bereaksi dengan cara-cara tertentu. Watak menghasilkan tindakan, persepsi, dan sikap yang bersifat teratur
kecuali ada upaya mengkoordinir atau mengaturnya secara sadar dengan aturan tertentu. Watak yang menjadi
bagian dari habitus banyaknya tak terhitung, terstruktur, bertahan lama, menurun dan bisa menjalar ke orang
lain sehingga perlu diperhatikan).
Konsep ini dipergunakan sebagai upaya pemahaman terhadap komponen-komponen yang terdapat dalam
reproduksi sosial yang terdiri dari srtuktur obyek, praktek-praktek, dan agen. Habitus merupakan media
keterkaitan antara struktur obyek dan aktivtas operasionalnya.
7
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitat dan Pembangunan. (Jakarta: Gramedia, 1998), hal. 25.

289
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Linggasari, Dewi, 2004. Pemilu Di Mata Orang Asmat. Asmat: Panwaslu Kabupaten
Asmat.
Saptari, R dan Holzner, B., 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial: Sebuah
Pengantar Studi Perempuan. Jakarta: Grafiti.
Spillane, J. “Seks dan Pariwisata”, dalam Basis No. 03-04 Tahun ke 52, Maret -April
2003, hal. 48-53. Yogyakarta: Kanisius.
Tingsabadh, C. “Pengembangan Pariwisata dan Pengurangan Kemiskinan Di Thailand”,
dalam Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta: Kepel Press.
Viona, 2004. “Objek Wisata di Yogya Kumuh”, dalam Kabare Edisi XX Tahun II
Februari.Yogyakarta: Kabare Jogja Media Pariwara.
Yoeti, O. A., 1992. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit Angkasa.

290
Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan (Taryati)

KONTROVERSI PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN
Taryati

Abstrak

Berbicara tentang kepariwisataan, maka sebenarnya kita sedang membicarakan


dua hal penting yaitu Pertama, suatu kegiatan yang diharapkan akan dapat membawa
kesejahteraan atau kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat banyak, Kedua, berkaitan
dengan rasa cemas akan dampak negatif yang ditimbulkan akibat dari pembangunan
kepariwisataan. Kecemasan bahwa kepariwisataan yang semula dipandang dapat
menaikkan kesejahteraan karena memberi peluang kerja berusaha dan pemasukan devisa,
ternyata membawa malapetaka yang akan meluluhlantakkan sistem nilai dan budaya
tradisional bangsa, yang selama ini dipandang luhur. Sebab, tidak semua masyarakat,
mempunyai tingkat kemajuan yang sama dan siap menghadapi kehadiran kegiatan
pariwisata, beserta ekses negatif yang menyertainya.

Kata kunci: Pembangunan - Pariwisata - Kontroversi

Pengantar gerakan sosial yang sama tuanya dengan


Sudah menjadi kodrat, bahwa salah satu kehadiran manusia di muka bumi ini. Sejarah
sifat manusia adalah keingintahuannya perkembangan manusia di muka bumi ini
terhadap sesuatu di luar dirinya, ingin tahu dipenuhi dengan mobilitas penduduk yang
sesuatu yang belum pernah dilihat atau terdorong oleh keingintahuan, keinginan
dirasakan ataupun ingin mendapatkan pe- mendapatkan pengalaman baru dan tentunya
ngalaman baru. Di era globalisasi keinginan juga untuk mencari nafkah atau mencari
tersebut mudah terlaksana karena kemajuan kehidupan yang lebih baik.
teknologi, komunikasi dan transportasi. Pada
era globalisasi, apa yang terjadi di bagian Batasan Konsep dan Landasan Hukum
dunia sana akan diketahui bahkan dirasakan Kepariwisataan
ataupun berpengaruh pada bagian dunia Perjalanan pariwisata merupakan
yang lain, dalam waktu yang relatif singkat. perjalanan yang tidak bertujuan untuk
Kemajuan di bidang transportasi, me- mencari nafkah, melainkan perjalanan untuk
mudahkan bagi seseorang untuk mengetahui mencari kesenangan atau pengalaman baru.
sesuatu atau mencari pengalaman baru, di Kegiatan ini hanya bisa dilaksanakan oleh
luar dirinya. Di negara maju, sektor kepari- seseorang, yang mungkin telah mampu
wisataan bukan lagi sebagai barang mewah, menyisihkan sebagian waktu dan peng-
tetapi merupakan suatu bagian dari kebu- hasilannya untuk berpariwisata. Orang yang
tuhan hidup manusia. melakukan perjalanan pariwisata, disebut
Sesungguhnya gerakan penduduk dari wisatawan. Definisi wisatawan dari Liga
satu ke lain tempat, merupakan salah satu Bangsa Bangsa menurut Soekadijo,1 adalah:

1
Soekadijo, W.S. Pemasaran Pariwisata. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1997), hal.14.

291
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

- Orang yang mengadakan perjalanan dan mendorong upaya peningkatan mutu


untuk bersenang-senang (pleasure), lingkungan hidup serta obyek dan daya
karena alasan keluarga, kesehatan, dan tarik wisata.
sebagainya. 4. Bahwa untuk mewujudkan pengem-
- Orang yang mengadakan perjalanan bangan dan peningkatan sebagaimana
untuk mengunjungi pertemuan atau dimaksudkan di atas, dipandang perlu
sebagai utusan (ilmiah, administratif, menetapkan ketentuan mengenal
diplomatik, keagamaan, atletik, dan kepariwisataan dalam suatu Undang-
sebagainya). undang.
- Orang yang tidak mengadakan perjalanan
bisnis. Asas dan Tujuan Kepariwisataan
- Orang yang datang dalam rangka Asas dari penyelenggaraan kepari-
pelayaran pesiar (sea cruise), juga kalau wisataan tertuang dalam pasal 2 Undang-
ia tinggal kurang dari 24 jam. Undang Kepariwisataan, menyebutkan
Kegiatan yang menyangkut dengan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan
wisatawan ini disebut kepariwisataan. dilaksanakan berdasar asas manfaat, usaha
Kegiatan ini mempunyai landasan hukum di bersama dan kekeluargaan adil dan merata,
mana dasar hukum kebijakannya bersumber perikehidupan dalam keseimbangan dan
pada UUD 45 pasal 32; pasal 33 ayat 2; pasal kepercayaan pada diri sendiri. Sedang dalam
33 ayat 3 dan Undang-Undang RI No 9 tahun pasal 3 Undang-Undang Kepariwisataan
1990 tentang Kepariwisataan. Di situ tertuang tujuan kepariwisataan yaitu:
dibahas pula bahwa pertimbangan dikeluar- 1. Memperkenalkan, mendayagunakan,
kannya Undang-Undang Kepari-wisataan melestarikan dan meningkatkan mutu
tersebut adalah sebagai berikut: obyek dan daya tarik wisata.
1. Bahwa keadaan alam, flora dan fauna, 2. Memupuk rasa cinta tanah air dan
peninggalan purbakala, peninggalan se- meningkatkan persahabatan antarbangsa.
jarah, serta seni dan budaya yang dimiliki 3. Memperluas dan meratakan kesempatan
bangsa Indonesia merupakan sumberdaya berusaha dan lapangan kerja.
dan modal yang besar artinya bagi usaha 4. Meningkatkan pendapatan nasional
pengembangan dan peningkatan kepari- dalam rangka meningkatkan kesejah-
wisataan. teraan dan kemakmuran rakyat.
2. Bahwa kepariwisataan mempunyai 5. Mendorong pendayagunaan produksi
peranan penting untuk memperluas dan nasional.
meratakan kesempatan berusaha dan Dalam Undang-undang Kepariwisataan
lapangan kerja, mendorong pemba- pasal 4 dikemukakan tentang obyek dan daya
ngunan daerah, memperbesar pendapatan tarik wisata ada 2 kriteria yaitu: hasil ciptaan
nasional dalam rangka meningkatkan Tuhan Yang Maha Esa yang disebut wisata
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat alam, yang berwujud keadaan alam, flora
serta memupuk rasa cinta tanah air, dan fauna; serta hasil karya manusia yang
memperkokoh jati diri bangsa dan mem- disebut obyek wisata buatan yang antara lain
pererat persahabatan antarbangsa. berwujud museum, peninggalan purbakala,
3. Bahwa dalam rangka pengembangan dan peninggalan sejarah, seni budaya, wisata
peningkatan kepariwisataan, diperlukan agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petu-
langkah-langkah pengaturan yang sema- alangan alam, taman rekreasi dan tempat
kin mampu mewujudkan keter-paduan hiburan, dan sebagainya.
dalam kegiatan penyelenggaraan kepari- Menurut Soekadijo2, dalam Instruksi
wisataan, serta memelihara kelestaraian Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun

2
Ibid., hal 268-269.

292
Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan (Taryati)
1969, Bab II pasal 2 tercantum tujuan pe- dengan panorama alam yang indah dan
ngembangan kepariwisataan yaitu untuk: masih menonjol sifat aslinya, dan dengan
a. Meningkatkan pendapatan devisa pada suasana lingkungan yang nyaman untuk
khususnya dan pendapatan negara dan istirahat. Jadi dengan kata lain melalui
masyarakat pada umumnya, perluasan pariwisata diperkenalkan kebudayaan
kesempatan serta lapangan kerja dan bangsa, kekayaan alam dan keindahan alam,
mendorong kegiatan-kegiatan industri- keanekaragaman seni budaya, sejarah dan
industri penunjang dan industri-industri peninggalan purbakala, nilai adat istiadat dan
sampingan lainnya. keramahtamahan3.
b. Memperkenalkan dan mendayagunakan Dengan dasar itu titik berat pengem-
keindahan alam dan kebudayaan Indone- bangan kepariwisataan adalah mengupaya-
sia. kan agar objek wisata dapat menjadi sesuatu
c. Meningkatkan persaudaraan/persaha- yang dikehendaki oleh wisatawan. Menurut
batan nasional dan internasional. Manggolo HA, ada 3 hal yang perlu
Dari itu semua sesungguhnya dengan diperhatikan agar daerah wisata menarik
pembangunan industri kepariwisataan bagi wisatawan adalah: 1) obyek wisata
pemerintah mengharapkan adanya tersebut khas dan mempunyai atraksi wisata
keuntungan secara tidak langsung misalnya: yang khas pula (something to see); 2) obyek
1. Untuk mengatasi dan menghilangkan wisata tersebut juga menyediakan fasilitas
pandangan internasional yang bukan- rekreasi dan olahraga, misal; memancing,
bukan terhadap penguasa. berenang, berkuda, berperahu, dan sebagai-
2. Untuk meluaskan pandangan bangsa nya serta fasilitas yang bersifat edukasi
sendiri terhadap bangsa-bangsa lain. misalnya: museum, aquarium, kebun bina-
3. Mengembangkan dan membina sifat en- tang, kebun raya dan sebagainya (something
trepreneur and management knowhow to do); 3) obyek wisata tersebut juga
dalam industri kepariwisataan untuk menyediakan fasilitas untuk belanja, teru-
meningkatkan invisible export. tama barang-barang khas untuk souvenir,
4. Mengembangkan jenis-jenis barang kerajinan rakyat, makanan atau bahan makan
ekspor baru yang berkaitan dengan indus- (something to buy)4.
tri kepariwisataan seperti: alat-alat rumah Titik berat lainnya yang perlu mendapat
tangga, barang-barang perhiasan, peker- perhatian dalam upaya mengembangkan
jaan tangan, model-model pakaian dan obyek wisata adalah peran serta masyarakat.
menanam bunga-bunga segar. Hal ini karena kegiatan pariwisata
menyentuh dan melibatkan berbagai segi
Upaya Pengembangan Kepariwisataan kehidupan masyarakat, seni budaya, dan
Dalam upaya mengembangkan kepari- berbagai sarana sebagai daya pikat bagi
wisataan, maka terlebih dahulu yang harus wisatawan. Karena itu suasana lingkungan
dipikirkan adalah potensi wisata dan menge- dan pelayanan yang menyenangkan akan
tahui apa yang dibutuhkan dan dipikirkan ikut menentukan minat wisatawan untuk
oleh wisatawan. Sebenarnya dalam perja- berkunjung. Penciptaan suasana lingkungan
lanannya wisatawan membutuhkan suatu dan pelayanan yang baik itulah yang akan
produk seni budaya, keindahan alam dan banyak melibatkan masyarakat aktif untuk
suasana lingkungan yang jarang atau tidak berperan aktif dalam pengembangan pari-
dijumpai. Sedang daerah yang diinginkan wisata. Peran serta secara baru bisa digalang
wisatawan adalah daerah yang tenang bila seluruh lapisan masyarakat mempunyai

3
Wibowo, B. Pariwisata Citra dan Manfaatnya. (Jakarta: Bina Rena Pariwisata, 1993), hal. 68.
4
Manggolo, H.A. Pelayanan Sapta Pesona di Jawa Timur, Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas
Airlangga, 1992.

293
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

kesadaran berwisata yang tinggi. Sadar 2. Mereka selalu secara teratur mengadakan
dalam rangkaian pengetahuan mencakup penelitian pasar (market research) untuk
segi memahami, menyukai, ikut bertang- dapat memperoleh data yang terbaru
gungjawab dan berperanserta, akan men- tentang langganannya dan struktur pasar
dorong masyarakat menjadi aktif dengan yang akan dimasukinya.
kreasi yang sesuai pribadi masing-masing. 3. Mereka merencanakan secara sistematis
Jadi pengembangan obyek wisata tidak pertumbuhan perusahaannya untuk
dapat berjalan atau berdiri sendiri. Manfaat jangka pendek, jangka sedang, dan
maksimal hanya dapat dicapai apabila jangka panjang yang sejajar dengan
pertumbuhannya selaras dengan usaha strategi pemasaran yang dilakukannya.
pemeliharaan dan pengembangan sektor- 4. Mereka selalu mencari, menciptakan, dan
sektor lain. Oleh karena itu penanganannya menjual produk-produk baru secara
harus diselenggarakan secara terpadu antara teratur dalam periode tertentu.
pemerintah, kalangan dunia usaha dan 5. Mereka menyadari baik perusahaan
masyarakat luas. secara keseluruhannya maupun bagian-
Harus disadari di sini bahwa sesungguh- bagian dalam perusahaan itu, bahwa
nya kepariwisataan adalah usaha bisnis yang keputusan pembeli dalam melakukan
menawarkan alam budaya, keunikan, pembelian (buying decision) sangat
kenyamanan dan berbagai pelayanan kepada berpengaruh.
wisatawan. Karena sifat bisnisnya yang Jadi sebenarnya tujuan dari
hanya dapat dinikmati di tempat saja, maka perencanaan dan pengembangan pariwisata
keberhasilan pengembangan pariwisata akan antara lain adalah :
sangat ditentukan oleh kondisi obyek wisata a. Menarik investor asing agar mau
dan dukungan serta peran aktif dari segenap menanamkan modalnya pada obyek yang
unsur yang terkait. dibutuhkan.
Salah satu bentuk peran serta adalah b. Mencari/mendapatkan tenaga ahli untuk
penghayatan dan pelaksanaan Sapta Pesona menjalankan aktivitas industri pariwisata.
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sapta c. Memelihara ecology-system dan me-
Pesona yang mengandung unsur menentukan ngawasi terjadinya polusi.
citra baik pariwisata adalah aman, tertib, d. Memutuskan lokasi untuk industri
bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan ke- tertentu.
nangan. Menurut Keputusan Menteri Pari- e. Membenahi prasarana seperti pelabuhan
wisata Pos dan Telekomunikasi tertanggal udara dan laut, jalan-jalan dan jembatan
18 Januari 1988, pihak yang harus melak- serta terminal.
sanakan Sapta Pesona ada tiga kelompok f. Membangun pusat-pusat tenaga listrik,
yaitu pemerintah, kalangan dunia usaha dan proyek air bersih dan sistem irigasi yang
masyarakat. Di samping sudah saatnya baik.
dilakukan penanganan secara terpadu, g. Memelihara kesenian tradisional dan
terutama dalam hal pemasaran. Mengenai benda kebudayaan lainnya untuk
pemasaran, Oka A.Yuti berpendapat5 bahwa dijadikan daya tarik bagi wisatawan.
suatu perusahaan yang selalu berorientasi h. Meningkatkan penghasilan devisa negara
dengan pasar, sukses yang diperoleh banyak dan penghasilan daerah.
sekali ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan i. Mengurangi pengangguran.
sebagai berikut : j. Adanya pengaruh pelipatgandaan (mul-
1. Mereka selalu mencoba secara terus tiplier-effect) dalam kegiatan pereko-
menerus dan sistematis melakukan nomian.
pandangan jauh ke depan (forecasting) k. Membatasi jumlah kedatangan wisata-
bagi masa depan perusahaannya. wan sampai persentase tertentu untuk

5
Oka A. Yoeti, Pemasaran Pariwisata Terpadu, (Bandung: Angkasa, 1996), hal. 1.

294
Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan (Taryati)
mencegah terjadinya pengaruh-pengaruh dan karena adanya pemahaman baru
negatif bagi penduduk lokal atau tentang “orang asing dan selera asing”.
kebudayaan pada umumnya. Adapun dampak negatif kegiatan pari-
l. Untuk mengawasi pembangunan- wisata antara lain dapat terlihat pengaruhnya
pembangunan yang dilakukan dalam pada penduduk setempat, pada lingkungan
perhotelan tanpa memperhatikan hidup dan pada kebudayaan 7. Dampak
keindahan yang berkepribadian bangsa pariwisata atas penduduk setempat, terlihat
atau penduduk setempat. pada adanya rasa rendah diri pada masya-
rakat yang didatangi karena harus melayani
Dampak Kepariwisataan wisatawan menurut seleranya yang kadang-
Kegiatan pariwisata menimbulkan kadang dirasakan sebagai pelecehan
berbagai macam sarana seperti bangunan terhadap martabat masyarakat setempat.
untuk hotel, kolam renang, lapangan golf, Kondisi ini biasanya terjadi apabila bentuk
jalan dan lain-lain. Kegiatan wisata sendiri wisata yang berbaur dengan masyarakat
juga beraneka ragam, baik yang dilakukan setempat. Dampak negatifnya di sini terlihat
di lingkungan hotel, dusun wisata, di pantai, adanya penduduk setempat yang tertular
di gedung perjudian, di restoran, di jalan- kecanduan narkoba, pelecehan terhadap
jalan dan sebagainya. Semua sarana dan moral seksual bahkan tertular penyakit
kegiatan itu menurut Soekadijo,6 menimbul- AIDS, atau juga minum-minuman yang
kan perubahan-perubahan di berbagai bidang memabukkan. Di samping itu juga gaya
di daerah-daerah yang bersangkutan. berpakaian wisatawan yang sekenanya,
Wisatawan membelanjakan uang yang berpacaran di depan umum, juga macam-
dibawanya untuk makan, minum, membeli macam tingkah laku lain yang menodai
cenderamata dan sebagainya. Mereka ber- kesopanan penduduk setempat. Celakanya
jemur di pantai, kehadiran mereka di jalan- hal tersebut oleh sebagain generasi muda
jalan dan tempat-tempat umum kelihatan dianggap gaya hidup modern. Mengenai
mencolok karena berbeda dengan kebiasaan dampak pariwisata terhadap kebudayaan
setempat. Semua itu menimbulkan dampak antara lain adalah bahwa nilai-nilai sakral
di berbagai bidang kehidupan masyarakat. budaya masyarakat berubah menjadi nilai
Sebagian menguntungkan, sebagian lagi tontonan. Misalnya, di Bali di beberapa
merugikan. Jelaslah bahwa setiap dampak tempat dapat dipertontonkan Tari Barong;
yang menguntungkan itu pasti juga mengan- Patung Asmat diproduksi secara massal, dan
dung segi yang merugikan. Dikatakan lain-lain. Sedang dampak pariwisata
selanjutnya bahwa dampak pariwisata yang terhadap lingkungan hidup terlihat pada
mengun-tungkan antara lain: keseimbangan ekosistem, seperti hutan
1. Menyumbang pada neraca pembayaran bakau di pantai dibabat untuk kepentingan
sebagai penghasil valuta keras. pariwisata. Pada hal manfaat hutan bakau
2. Menyebarkan pembangunan ke daerah- banyak sekali dan sangat menguntungkan,
daerah non industri. baik untuk penahanan gelombang dan abrasi
3. Menciptakan kesempatan kerja. pantai serta penahanan angin. Hutan bakau
4. Dampak pada pembangunan ekonomi juga merupakan tempat potensial pengem-
pada umumnya melalui ‘dampak bangan perikanan karena tempat bertelurnya
pergandaan’ (multiplier effect). dan pembesaran ikan dan binatang laut.
5. Keuntungan sosial yang timbul karena Pembangunan fasilitas pariwisata dapat
perhatian rakyat pada umumnya terhadap menghasilkan sampah, pembuangan air
masalah-masalah dunia bertambah luas kotor dan lain-lain yang akan menimbulkan

6
Soekadijo. Pemasaran Pariwisata. (Jakarta: Pradnya Paramita, 2000), hal. 268-270.
7
Ibid. hal. 284-285.

295
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

gangguan pada lingkungannya, seperti upaya pemecahan pengembangan kepari-


pembangunan lapangan golf. Lapangan golf wisataan. Sudah barang tentu daerah dan
ini di satu sisi menyerap tenaga kerja banyak, masyarakat dipersiapkan sehingga program
namun di sisi lain dapat mencemari tambak Sapta Pesona betul-betul dapat terealisasi
dan mempengaruhi kualitas air di bawah- dengan baik. Di samping itu dilakukan studi
nya. Ini karena akar rumput padang golf banding, sehingga dapat mengevaluasi diri
sangat pendek, sehingga tidak dapat demi pengembangan dan suksesnya kegiatan
menahan air. Air hujan seolah mencuci dan pariwisata yang merupakan program andalan
membawa racun dari pestisida dan turun negara tercinta ini.
mengairi lapisan tanah yang di bawahnya. Patut diingat di sini apa yang pernah
Sehubungan dengan hal ini Soekadijo diutarakan Gus Dur9 tentang kepariwisataan
mengatakan 8, sebagai peringatan, maka ini yaitu: kalau Indonesia ingin pariwisata-
pemerintah telah mengeluarkan peraturan nya besar, maka kegiatannya haruslah
yang tertuang pada Undang-Undang Kepari- beranjak dari kekayaan budaya yang dimiliki
wisataan pada Bab III pasal 6 yang berbunyi bangsa ini. Artinya pengembangan pariwi-
sebagai berikut: sata berarti pula pengembangan budaya,
“Pembangunan obyek dan daya tarik pariwisata harus mendukung keberadaan,
wisata dilakukan dengan memperhatikan; a) eksistensi serta substansi dari kebudayaan
kemampuan untuk mendorong dan mening- itu sendiri. Contoh: kebudayaan masyarakat
katkan perkembangan kehidupan ekonomi Bali, hidup bukan karena diadakan festival
dan sosial budaya; b) nilai-nilai agama, adat- oleh pemerintah atau swasta bukan pula
istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang karena pariwisata, melainkan karena
hidup dalam masyarakat; c) kelestarian memang masyarakat hidup dalam alam
budaya dan mutu lingkungan hidup; d) kebudayaan baik ritual peribadatannya, tari-
kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri”. tariannya, bangunan pura dan sebagainya.
Demikian pula mestinya terjadi pada
Penutup kebudayaan lain. Kebudayaan yang cukup
Dengan memahami tujuan dan dampak banyak + 500 suku bangsa sudah barang
kegiatan pariwisata, sebenarnya dapat tentu dapat menjadi mosaik terindah di
dianalisis, dipilih dan dipilah untung rugi persada Nusantara, belum lagi obyek wisata
dari kepariwisataan. Dampak yang merugi- alamnya. Dengan demikian kontroversi
kan diantisipasi dan dicarikan solusi yang pembangunan kepariwisataan perlu di-
tepat, sedang yang menguntungkan terus arahkan sesuai dengan potensi pariwisata
dikembangkan dengan selalu mencoba yang kita miliki.

Daftar Pustaka
Abdulrahman Wahid (Gus Dur). Kompas. 21 Februari 2000.
Manggolo, H.A., 1992. Pelayanan Sapta Pesona Pariwisata di Jawa Timur. Surabaya:
Lembaga Penelitian Universitas Airlangga.
Soekadijo, 2000. Pemasaran Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
Sugiyantoro, Ronny, 2000. Pariwisata Antara Obsesi dan Realita. Yogyakarta: Adicita
Karya Utama.

8
Ibid., hal. 296.
9
Abdulrahman Wahid (Gus Dur), dalam Kompas 21 Februari 2000.

296
Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan (Taryati)

Wibowo, B., 1993. Pariwisata Citra dan Manfaatnya. Jakarta: Bima Rena Pariwisata.
Yoeti, H. Oka A., 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
____________, 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu. Bandung: Angkasa.

297
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

PENGABDIAN KI PUJO SUMARTO


DALAM BIDANG SENI PEDALANGAN
Suhatno

Abstrak

Ki Pujo Sumarto adalah seorang seniman pedalangan gaya Surakarta yang dilahirkan
pada tanggal 21 Juli 1903 di Klaten. Ia putra Kyai Warnodiyoso juga seorang seniman
pedalangan gaya Surakarta. Sejak kecil sudah senang wayang dan karawitan. Pendidikan
Seni Pedalangan dan Karawitan diperoleh dari ayahnya, Kyai Gondoharjo, serta Kyai
Mloyosudiro. Kecuali itu, ia juga belajar di Sekolah Pedalangan Paheman Radya
Pustaka di bawah asuhan R. Ng. Atmocendono, RM. Ng. Dutodilogo, R.L.
Jogopradonggo, dan sebagainya.
Karir sebagai dalang dimulai sejak kecil, sehingga Pujo Sumarto saat itu dikenal
sebagai dalang kecil. Mula-mula mendalang di desanya sendiri, terus ke kecamatan
kemudian ketingkat kabupaten bahkan sampai ke kota-kota besar di pulau Jawa. Ki
Pujosumarto mendalang dari tingkat rakyat kecil sampai ke tingkat raja dan presiden.
Pada tanggal 9 Desember 1978 Ki Pujo Sumarto meninggal. Jenazah Ki Pujo
Sumarto di makamkan di Makam Gergunung, Kecamatan Ketandan, Klaten. Oleh karena
jasa-jasanya yang begitu besar dalam bidang seni pedalangan maka pada tanggal 2 Mei
1977 Ki Pujo Sumarto memperoleh Anugrah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia
sebagai Pembina dan Seniman Pedalangan Tradisional Daerah Jawa Tengah.

Kata kunci: Seni pedalangan - Pengabdian.

Pendahuluan
Di kalangan masyarakat Indonesia dan Seniman Pedalangan Tradisional Daerah
terutama yang berkecipung dalam bidang Jawa Tengah”. Penunjukan Ki Pujo Sumarto
seni pedalangan, nama Ki Pujo Sumarto sebagai tokoh nasional ini berdasarkan
sudah tidak asing lagi. Ketenaran Ki Pujo Keputusan Menteri Pendidikan dan
Sumarto itu disebabkan ketekunan dan Kebudayaan Nomor 01/M/Tahun 1977,
pengabdiannya yang begitu tinggi kapada tanggal 2 Mei 1977. Adapun pengertian
masyarakat khususnya dalam bidang seni tokoh nasional adalah orang yang
pedalangan. Boleh dikatakan dalam mengisi mempunyai jiwa, semangat, perilaku,
sebagian besar masa-masa kehidupannya pemikiran, aktivitas, perjuangan dan cita-
selalu ditujukan untuk kepentingan citanya patut dijadikan suri tauladan bagai
masyarakat pada umumnya dan dunia seni generasi muda khususnya dan seluruh rakyat
pedalangan pada khususnya. Indonesia pada umumnya, dalam rangka
Ki Pujo Sumarto oleh Pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Republik Indonesia ditunjuk sebagai salah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.1
seorang tokoh nasional sebagai “Pembina
1
Proyek IDSN. Cakupan Tugas Biografi Tokoh Nasional. (Jakarta : Proyek IDSN, 1985/1986), hal. 1.

298
Pengabdian Ki Pujo Sumarto Dalam Bidang Seni Pedalangan (Suhatno)
Keluarga dan Pendidikan Ki Pujo karena sering tidak masuk sekolah terpaksa
Sumarto harus keluar dari sekolah sebelum lulus. Hal
Pada hari Selasa Pon, tanggal 25 ini disebabkan setiap kali ayahnya
Rabiulakhir 1833 atau tanggal 21 Juli 1903 mendalang, Sudirman selalu ikut dan
lahirlah seorang bayi laki-laki di Dukuh diserahi tugas mengiringi sebagai
Sawahan, Desa Somopuro, Kecamatan pengendang. Sejak Sudirman ke luar dari
Gantiwarno, Klaten. Bayi laki-laki tersebut sekolah, berusaha menambah pengetahuan
adalah anak Kyai Warnodiyoso seorang dengan belajar sendiri di rumah. Berkat
dalang wayang kulit purwa. Oleh Kyai ketekunannya dalam mempelajari ilmu
Warnodiyoso bayi laki-laki tersebut diberi pengetahuan terutama seni sastra, maka
nama Sudirman. Kyai Warnodiyoso adalah Sudirman yang kelak bernama Ki Pujo
keturunan ke tujuh dari Sunan Amangkurat Sumarto termasuk tokoh pedalangan yang
I. Adapun urut-urutanya adalah sebagai luas pengetahuannya.
berikut : Pendidikan dalam bidang seni
1. Sunan Amangkurat I berputra Raden Ayu pedalangan dan karawitan diperoleh sejak
Megatsari. kecil. Setiap hari Sudirman bermain dengan
2. Raden Ayu Magetsari berputra KRT. wayang dan gamelan. Hal ini disebabkan
Lembusari. dirumahnya terdapat seperangkat wayang
3. KRT. Lembusari berputra R. Tirtolesono dan gamelan. Kecuali itu ayahnya merupa-
alias Kyai Mertoyoso. kan salah seorang dalang yang terkenal dan
4. Kyai Mertoyoso berputra Kyai Mento- laris di daerah Klaten. Pendidikan seni
karyo. pedalangan dan karawitan diperoleh
5. Kyai Mentokaryo berputra Kyai Mento- langsung dari ayahnya dan Kyai Gondo-
diryo. harjo, sedangkan dalam bidang kebatinan
6. Kyai Mentodiryo berputra Kyai Warno- memperoleh bimbingan dari tokoh spiritual
diyoso. dari Surakarta yang terkenal dengan sebutan
Sudirman dibesarkan dengan cara yang Eyang Mangkubumen, karena berdomisili di
sama seperti anak-anak lainnya di Dukuh Kampung Mangkubumen. Itulah sebabnya,
Sawahan, Desa Somopuro, Kecamatan meskipun Sudirman masih kecil sudah dapat
Gantiwarno. Orang tuanya membiarkan mendalang dan memukul gamelan.
Sudirman kecil bermain di tanah dan di Sudirman dapat menguasai sebagian besar
gendong oleh tetangganya. Sudirman instrumen gamelan dan terkenal sebagai
dibesarkan dengan cara demikian, sehingga pengendang dan dalang kecil. Meskipun
ia dapat bertahan terhadap panas matahari, demikian Sudirman merasa pengetahuannya
angin dan hujan. Sudirman adalah anak dalam seni karawitan dan pedalangan masih
pertama dari empat bersaudara. Adapun kurang. Untuk mengisi kekurangannya itu,
keempat anak-anak Kyai Warnodiyoso Sudirman belajar sendiri dengan membaca
adalah; 1) Sudirman; 2) Ratri; 3) Darmi, buku-buku yang ada hubungannya dengan
meninggal ketika masih kecil dan 4) Tuwirat seni karawitan dan pedalangan. Kecuali itu
seorang dalang yang terkenal juga.2 Sudirman juga belajar di Sekolah Peda-
Setelah berusia delapan tahun, langan Paheman Radya Pustaka, Solo. Di
Sudirman oleh Kyai Warnodiyoso Sekolah Pedalangan Paheman Radya
dimasukkan sekolah ke sekolah Ongko Loro Pustaka ini Sudirman berhasil menyelesai-
di desanya. Sudirman di sekolah sebenarnya kan pendidikan seni pedalangan dengan
tergolong anak yang cerdas. Akan tetapi mendapat diploma dalang pangkat 2. Pada

2
Wawancara dengan Subagyo Pujotaryono pada tanggal 25 Juni 1985 di Klaten, dan Ir. Yuwono Sri
Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007.

299
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

waktu ujian praktek, Sudirman belum 5. Hastuti, meninggal waktu masih kecil.
sampai selesai sudah dihentikan oleh 6. Subagyo, setelah dewasa bernama Ki
gurunya. Hal ini disebabkan Sudirman sudah Pujotaryono, juga seorang dalang,
dianggap baik. 3 Sekolah Pedalangan kecuali itu ia juga bekerja sebagai
Paheman Radya Pustaka ini mengajarkan pegawai di Kantor Dinas Pendidikan dan
pedalangan gaya Surakarta. Di Sekolah Kebudayaan Klaten.
Pedalangan Paheman Radya Pustaka ini, 7. Ir. Sri Hartati, bekerja sebagai pegawai
Sudirman diasuh oleh R. Ng. Atmocendono; di Kantor Dinas Pertanian, Pati.
RM.Ng. Dutodilogo, R.L. Mloyosudiro, R.L. 8. Sri Handayani, SH, bekerja sebagai
Darmoperdonggo dan R.L. Darmowiyogo.4 pegawai di Kantor Kota Madya Malang.
Sudirman setelah dewasa dan sudah 9. Sutopo Mulyo Widodo, SH, setelah
bekerja sendiri, mulai memikirkan untuk dewasa bernama Ki Pujo Sumarto juga
mencari calon istri. Ternyata pilihannya seorang dalang. Ia mengambil nama
jatuh pada seorang gadis yang bernama ayahnya (nunggak semi) dan bekerja
Suliyem. Setelah keduanya ada kecocokan sebagai dosen Fakultas Hukum Univer-
dan mendapat restu dari orang tua, maka sitas Sebelas Maret, Solo (sekarang Uni-
pada tahun 1924 Sudirman menikah dengan versitas Negeri Surakarta).
Suliyem, dari Desa Plembon, Klaten. Setelah 10.Ir. Yuwono Sri Suwito, setelah dewasa
menikah nama Sudirman ditinggalkan dan bernama Ki Pujosugrito juga seorang
diganti dengan nama tua yaitu Pujo Sumarto. dalang dan budayawan.6
Suliyem dalam mendampingi Pujo Sumarto Pujo Sumarto mendidik putra-putrinya
ternyata tidak lama, sebab pada tahun 1925 berisiplin dan menanamkan rasa tanggung
ia meninggal pada waktu melahirkan. Kemu- jawab dalam tugasnya. Ia berpendapat
dian pada tahun 1926 Pujo Sumarto menikah bahwa pendidikan anak adalah suatu hal
lagi dengan seorang gadis yang bernama yang sangat penting. Oleh sebab itu
Samiyem, dari Desa Ngingas, Klaten. meskipun selalu sibuk dengan tugasnya
Pernikahan Pujosumarto dengan Samiyem sebagai dalang dan petani ia tidak pernah
ini hidup rukun dan bahagia sampai kaken- mengabaikan pendidikan putra-putrinya.
ninen.5 Kepada putra-putrinya selalu bersikap sama
Pernikahan Pujo Sumarto dengan Sami- tidak membedakan antara anak laki-laki dan
yem ini dikaruniai lima orang putra dan lima perempuan, apalagi tentang sekolah. Khusus
orang putri. Adapun kesepuluh putra- untuk Yuwono Sri Suwito, ayahnya meng-
putrinya itu adalah: inginkan agar kelak menjadi insinyur dan
1. Suyanto, setelah dewasa bernama Ki dalang. Ternyata keinginan ayahnya ini bisa
Hagnyocarito seorang dalang. terlaksana sebab Yuwono Sri Suwito kecuali
2. Suprapti, setelah dewasa menikah dengan bisa mendalang juga seorang insinyur.
seorang dalang dari Kartosuro bernama Sebenarnya gelar insinyur ini bukan cita-
Ki Donocarito. citanya. Adapun yang menjadi cita-citanya
3. Waluyo, meninggal waktu masih kecil. adalah menjadi dosen bahasa Jawa. Itulah
4. Sahadati, bekerja sebagai guru Sekolah sebabnya meskipun gagal menjadi dosen
Dasar Negeri di Bareng Lor, Klaten.

3
Wawancara dengan Subagyo Pujo Taryono pada tanggal 25 Juni 1985 di Klaten, dan Ir. Yuwono Sri
Suwito pada tanggal 18 Nopember 2007.
4
Wawancara dengan RM. Sayid pada tanggal 7 Mei 1985 di Solo.
5
Wawancara dengan Subagyo Pujotaryono pada tanggal 25 Juni 1985 di Klaten dan Ir. Yuwono Sri
Suwito, pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.
6
Wawancara dengan Subagyo Pujotaryono pada tanggal 25 Juni 1985 di Klaten Ir Yuwono Sri Suwito
pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.

300
Pengabdian Ki Pujo Sumarto Dalam Bidang Seni Pedalangan (Suhatno)
bahasa Jawa tetapi berhasil sebagai langsung melaporkan kejadian tersebut
budayawan Jawa. kepada ibunya. Sejak itu Sudirman tidak
Pujo Sumarto melarang anak-anaknya mbarang gender lagi.
belajar mendalang pada waktu kecil. Ia Sudirman sebagai dalang kecil, sangat
mengharuskan kepada putra-putrinya laris dan terkenal dengan sebutan dalang
sekolah dahulu, tentang seni pedalangan dan kecil. Pernah pada suatu ketika, Sudirman
karawitan nantinya akan dengan sendirinya. diminta untuk mendalang di suatu tempat,
Pujo Sumarto berpendapat seperti itu karena dan pada hari yang telah ditentukan
setiap hari mereka berkumpul dan bergaul berangkatlah rombongan Sudirman menuju
dengan dalang dan wayang. Apabila sekolah ke rumah orang yang mengundangnya.
sedang libur dan Pujo Sumarto mendalang Rupa-rupanya yang punya rumah kurang
anak-anaknya disuruh ikut melihatnya. Jika berkenaan kalau yang mendalang Sudirman.
anaknya sedang pentas, Pujo Sumarto selalu Itulah sebabnya pada waktu Sudirman,
menunggui dan begitu selesai pentas sedang mendalang di suruh berhenti oleh
langsung mengkritiknya dan memberi saran- yang punya rumah.
saran.7 Kejadian tersebut betul-betul memukul
perasaan Sudirman. Sejak peristiwa itu
Pengabdian Pada Masyarakat Sudirman tidak pulang ke rumah dan
Ketenaran Sudirman sebagai dalang berjalan ke arah barat sampai di daerah
wayang kulit purwa ini dirintisnya dari Kroya. Selama melakukan perjalanan itu ia
bawah dengan penuh prihatin dan laku. Kyai tidak makan dan minum. Rupa-rupanya
Warnodiyoso dalam mendidik Sudirman setelah sampai di Kroya, Sudirman
penuh disiplin dan keras. Sudirman pernah memperoleh ilham dan diperintahkan
disuruh mbarang atau ngamen dengan pulang. Sudirman setelah pulang menjadi
membawa gender. Gender yang dibawa dalang yang baik dan terkenal. Mula-mula
milik ayahnya dan merupakan gender yang ia mendalang di desanya sendiri, terus ke
bagus terbuat dari perunggu. Jadi Sudirman kecamatan kemudian ke tingkat kabupaten
dalam mbarang gender ini tidak layaknya bahkan sampai ke kota-kota besar di pulau
orang mbarang gender. Sudirman melaku- Jawa. Sudirman mendalang dari tingkat
kan ini bukan karena kekurangan tetapi rakyat biasa sampai ketingkat raja dan
untuk laku atau prihatin agar cita-citanya presiden.
sebagai dalang yang baik dapat terlaksana. Pada tahun 1933 Pujo Sumarto di
Pada suatu saat ketika, Sudirman undang oleh seorang pengusaha perkebunan
mbarang gender di suatu desa, ditanya oleh Belanda di Klaten untuk mendalang. Adapun
yang nanggap. “Kamu anak dari mana ? dan tujuan pengusaha perkebunan Belanda
siapa nama orang tuamu? kecuali itu tersebut mengadakan pentas wayang kulit
Sudirman juga ditanya gendernya kok bagus. purwa itu adalah untuk minta hujan. Hal ini
Kemudian Sudirman menjawab bahwa ia disebabkan musim kemarau pada waktu itu
putra Kyai Warnodiyoso. Setelah orang itu terlalu panjang. Sehingga daerah pertanian
mengetahui kalau Sudirman putra Kyai dan perkebunan di daerah Klaten menjadi
Warnodiyoso langsung di tangisi dan diberi kering, tanaman banyak yang mati.
uang terus disuruh pulang. Kecuali itu Permintaan pengusaha perkebunan Belanda
Sudirman di pesan agar mengatakan kepada tersebut di sanggupi oleh Sudirman dengan
ibunya bahwa ia tidak boleh mbarang gen- mementaskan pagelaran wayang kulit purwa
der lagi. Setibanya di rumah, Sudirman dengan cerita “Udan Agung Udan

7
Wawancara dengan Subagyo Pujotaryono pada tanggal 25 Juni 1985 di Klaten dan Ir Yuwono Sri Suwito
pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.

301
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Mintoyo”. Cerita Udan Agung Udan Sesudah upacara tersebut diteruskan


Mintoyo” ini merupakan cerita khusus untuk dengan pagelaran wayang kulit purwa
mendatangkan hujan. Sudirman sebelum dengan dalang Pujo Sumarto. Adapun cerita
mementaskan cerita tersebut berpuasa yang dibawakannya yaitu Dwihastha. Pujo
terlebih dahulu. Pada waktu adegan Sumarto setelah selesai mendalang terus
meninggalnya Udan Agung Udan Mintoyo”, ditangkap Belanda. Hal ini disebabkan
terus turun hujan deras. Pengusaha dalam cerita Dwihastha tersebut ada kata-
perkebunan Belanda tersebut sangat senang kata mardika yaitu adegan pada waktu Prabu
sekali. Oleh karena itu pada waktu Pujo Kresna berdebat dengan begawan
Sumarto akan pulang, diberi imbalan dua Dwihastha. Prabu Kresno diminta untuk
kali lipat. menjelaskan arti kata dama, dana, darma
Pujo Sumarto pernah diperintah Sri dan mardika. Kata-kata mardika inilah yang
Susuhunan Paku Buwono X untuk mendorong Politieke Intechtinge Dienst
mempergelarkan wayang kulit purwa di (PID) untuk menangkap Pujo Sumarto.
Kraton Kasunanan Surakarta. Sri Susuhunan Setelah diintrogasi ternyata Pujo Sumarto
Paku Buwono X berkenan hatinya melihat tidak salah, kemudian diijinkan pulang. Pujo
pagelaran wayang kulit purwa tersebut. Sumarto ditahan tidak sampai satu hari,
Sebagai hadiahnya Pujo Sumarto dianugrahi sebab ia ditangkap pagi hari dan siang
pangkat penewu Kraton Kasunanan harinya sudah dibebaskan.
Surakarta, tetapi Pujosumarto menolaknya. Ki Hajar Dewantara sangat senang
Hal ini disebabkan Pujo Sumarto ingin dengan gaya pedalangan Pujo Sumarto. Oleh
memperdalam ilmu pedalangan, dan belum sebab itu pada waktu Ki Hajar Dewantara
pantas menerima anugrah pangkat penewu.8 memperingati kawin perak, ia memanggil
Pada tanggal 16 Nopember 1938, ber- lagi Pujo Sumarto untuk mempergelarkan
tepatan dengan pembukaan Konggres Taman wayang kulit purwa. Pada pagelaran yang
Siswa ke III di Yogyakarta, Pendapa Taman kedua kalinya ini Ki Hajar Dewantara
Siswa dibuka dengan resmi. Upacara berkenan menyaksikannya dan sangat puas.
pembukaan di lakukan oleh Nyi Hajar Oleh karena itu setelah Pujo Sumarto selesai
Dewantara, dengan mantera rawe-rawe mendalang langsung dipanggil Ki Hajar
rantas, lepaslah janur dan bunga melati yang Dewantara dan diberi sebutan Ki di depan
terpancang di pendapa. Ini melambangkan namanya. Sejak itu nama Pujo Sumarto
bahwa dengan keteguhan iman, segala menjadi Ki Pujo Sumarto. Sebutan Ki di
perintang yang menghalangi jalannya Taman depan nama ini kemudian dipakai oleh para
Siswa akan tidak berdaya dan kemudian mati dalang. Sebelum peristiwa itu sebutan
dengan sendirinya. Kemudian mengucapkan dalang bukan Ki tetapi Kyai.10
malang-malang putung dipatahkan batang Rupa-rupanya tidak hanya Ki Hajar
kayu yang terpancang di pendapa. Tindakan Dewantara saja yang tertarik gaya
ini melambangkan bahwa penghalang pedalangan Pujo Sumarto, tetapi KGPAA
Taman Siswa akan patah. Selanjutnya di Paku Alam VIII juga tertarik. Pada suatu
ikuti dengan pernyataan tanda syukur kepada ketika KGPAA Paku Alam VIII datang ke
Tuhan Yang Maha Esa dimulai dengan rumah Ki Pujo Sumarto. Adapun maksud
mengalunkan tembang Puspanjolo dan Mega kedatangannya yaitu meminta Pujo Sumarto
Mendung oleh murid-murid Taman Siswa.9 agar mendalang di Pura Paku Alaman dengan

8
Wawancara dengan Ir. Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.
9
Darsiti Suratman. Ki Hajar Dewantara. (Jakarta : Proyek IDSN, 1983/1984), hal. 94.
10
Wawancara dengan Ir. Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.

302
Pengabdian Ki Pujo Sumarto Dalam Bidang Seni Pedalangan (Suhatno)
cerita Dwihastha. Kecuali itu KGPAA Paku Sukarno tertarik gaya pedalangan Pujo
Alam VIII minta juga agar Pujo Sumarto Sumarto sebab Pujo Sumarto dapat mem-
membawa penabuh secukupnya. Pada hari bedakan antawecana tokoh wayang dengan
yang telah ditentukan Pujo Sumarto baik. Sebagai contoh suara Gatutkaca, Bima
mendalang di Puro Paku Alaman dengan dan Setyaki itu hampir sama, tetapi Pujo
cerita Dwihastha. KGPAA Paku Alam VIII Sumarto dapat membeda-kan dengan jelas.
sangat berkenan hatinya, karena Pujo Meskipun orang tidak melihat hanya dengan
Sumarto dalam mempergelarkan wayang suaranya saja dapat mengetahui dengan pasti
kulit tersebut sangat bagus sekali.11 suara tokoh wayang tersebut.
Ki Pujo Sumarto merupakan dalang Pujo Sumarto pernah dipanggil Presiden
pertama yang mengadakan siaran di studio Sukarno untuk mempergelarkan wayang
Radio Republik Indonesia Surakarta. Sejak kulit di Istana Negara Jakarta, tetapi beliau
ia mengadakan siaran di studio Radio belum mempunyai cerita. Kemudian Pujo
Republik Indonesia Surakarta ini namanya Sumarto disuruh cerita tentang wayang
makin terkenal. Pada waktu itu sekitar tahun dahulu, baru nanti Presiden Sukarno
1950-an hanya ada tiga dalang yang ditunjuk memilihnya. Kemudian Pujo Sumarto mulai
mengadakan siaran melalui Radio Republik cerita sampai duabelas cerita dan didengar-
Indonesia Surakarta. Adapun tiga dalang kan oleh Presiden Sukarno dan Darmo-
tersebut yaitu Pujo Sumarto, Nyotocarito, sugondo. Setelah Pujo Sumarto selesai
yang terkenal dengan sebutan dalang bercerita, Presiden Sukarno memilih cerita
Bagong dan Harjocarito. Sehingga boleh urutan nomor delapan, dan celakanya cerita
dipastikan setiap empat bulan sekali Pujo nomor delapan yang diceritakan tadi Ki Pujo
Sumarto mengadakan siaran. Sumarto sendiri lupa, dan Bung Karno
Pada waktu Gedung Pusat Universitas mengingatkannya dengan cerita tersebut
Gadjah Mada diresmikan dimeriahkan adalah Wahyu Purbosejati. Di sini nampak
dengan pergelaran wayang kulit purwa sekali kehebatan daya ingat Bung Karno.
dengan dalang Pujo Sumarto. Pergelaran Cerita Wahyu Purbasejati diketemu-kan
wayang kulit purwa tersebut disiarkan oleh dalam buku Pustaka Raja Purwa karangan
studio Radio Republik Indonesia Yogya- Raden Ngabehi Ronggowarsito dan diolah
karta. Jadi Pujo Sumarto merupakan dalang oleh Pujo Sumarto. Cerita tersebut
pertama gaya Surakarta yang disiarkan oleh kemudian diterbitkan oleh Ki Siswoharsoyo,
studio Radio Republik Indonesia Yogya- di Yogyakarta.
karta. Meskipun gaya pedalangan Pujo Pada tahun 1968 Ki Pujo Sumarto di-
Sumarto pada waktu itu gaya Surakarta, panggil Presiden Suharto untuk memper-
ternyata banyak juga yang melihatnya.12 gelarkan wayang kulit purwa di Istana
Ki Pujo Sumarto merupakan dalang Negara Jakarta. Pada waktu itu beliau
pribadi almarhum Presiden Sukarno mengambil cerita Kikis Tunggarana. Adapun
(Presiden Republik Indonesia Pertama). yang memperkenalkan Pujo Sumarto dengan
Sebagai dalang pribadi Presiden Sukarno, Presiden Suharto adalah Laksamana
Pujo Sumarto pernah mempergelarkan Budiharjo. Ternyata Presiden Suharto
wayang kulit purwa di Istana Negara Jakarta, berkenan hatinya menyaksikan pergelaran
Istana Tampak Siring Bali dan Blitar tempat wayang kulit purwa tersebut.
tinggal pribadi (keluarga) Presiden Sukarno. Pada waktu pembukaan Fakultas
Di Blitar ini Pujo Sumarto berkali-kali mem- Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya,
pergelarkan wayang kulit purwa. Presiden Pujo Sumarto diminta untuk mempergelar-

11
Wawancara dengan Ir. Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.
12
Wawancara dengan Ir. Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.

303
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

kan wayang kulit purwa. Kecuali itu beliau Daru-Dewo Daru. Adapun tujuan pergelaran
juga sering mendalang di instansi militer tersebut yaitu untuk meruwat pagar tembok
maupun sipil. Pada tahun 1978 Pujo Sumarto Kabupaten Malang yang dianggap angker.
mempergelarkan fragmen wayang kulit Rupa-rupanya keinginan Bupati Malang
purwa di rumahnya sendiri. Pergelaran ini untuk meruwat pagar tembok tersebut
dilaksanakan oleh Televisi Republik Indo- berhasil. Ini dibuktikan pada waktu Pujo
nesia Jakarta atas perintah Menteri Sumarto mempergelarkan pohon ringin yang
Penerangan Republik Indonesia.13 dicabut, pagar tembok kabupaten yang
Pujo Sumarto terkenal sebagai dalang dianggap angker itu ikut roboh. Sejak itu
yang mempunyai kekuatan magis. Sebelum tempat yang semula dianggap angker
menjadi dalang ruwatan Pujo Sumarto menjadi tidak angker lagi. Sebagai tanda
minta ijin terlebih dahulu kepada dalang terima kasih Bupati Malang kepada Pujo
ruwat yang lebih tua yaitu dalang dari Desa Sumarto yang telah berhasil mempergelar-
Manggisan, yang bernama Kyai Mloyo- kan wayang kulit purwa tersebut memberi
sudiro. Kebetulan dalang Manggisan masih penghargaan yang berupa piagam. Kecuali
ada hubungan saudara yaitu pakdenya Pujo itu Pujo Sumarto juga pernah meruwat
Sumarto. Ternyata permohonan Pujo perumahan dosen di Bulaksumur
Sumarto untuk menjadi dalang ruwat ini Yogyakarta, meruwat putra Brigadir Jenderal
diijinkan.14 Sukaryadi di Jakarta, meruwat putri Dra.
Perlu diketahui bahwa pergelaran Astuti Hendrato Darmosugito di Jakarta dan
ruwatan atau murwakala ini merupakan sebagainya. Beberapa hari sebelum Pujo
tradisi bahwa setiap sukerto harus di ruwat. Sumarto meninggal masih sempat meruwat
Ruwatan merupakan aktifitas seni budaya putra Mayor Jenderal Susilo Sudarman. Pada
yang erat hubungannya dengan kehidupan waktu itu Pujo Sumarto sudah tua dan sakit,
spiritual. Meskipun hampir semua dalang karena itu pelaksanaan ruwatan dilaksa-
dapat mempergelarkan ruwatan, akan tetapi nakan di rumah Pujo Sumarto sendiri.16
belum tentu berani melakukannya. Jadi Pujo Sumarto merupakan dalang sejati
seolah-olah ruwatan ini merupakan profesi yang artinya dalan proses pedalangan selalu
dan tanggung jawab para dalang senior, yang mengemukakan tentang kebaikan, kejujuran.
dalam hal ini membutuhkan kelebihan spiri- Memang sebagai dalang ia tidak dikenal
tual dalang yang membawakannya. Pada sebagai dalang yang lucu. Pujo Sumarto
hakekatnya ruwatan merupakan bentuk kurang dalam hal dagelan, tetapi dapat
pergelaran sakral, sebagai mana sifat-sifat menyisipkan kata-kata yang lucu dalam
yang terdapat pada seni kuno yang masih erat pagelaran wayangnya. Jadi dalam hal adegan
sekali hubungannya dengan upacara-upacara lelucon ia sangat hati-hati sekali, tidak setiap
ritual keagamaan/kepercayaan masyarakat adegan mesti lucu. Adegan lelucon, dapat
pada waktu itu.15 pula dalam hal gerak wayang. Sebagai
Pujo Sumarto sebagai dalang ruwatan contoh misalnya tokoh wayang cakil yang
ternyata juga terkenal. Pada tahun 1963 Pujo meninggal, sebelum meninggal ada gerakan
Sumarto diundang Bupati Malang untuk semacam kejang-kejang. Adegan semacam
mempergelarkan wayang kulit purwa di ini dapat membuat tertawa penonton. Pujo
Kabupaten Malang dengan cerita Jono Sumarto juga dikenal sebagai dalang yang

13
Yuwono Sri Suwito, “Mengenang Sejarah /Riwayat Hidup”, dalam Warta Wayang, no. 1, 1979, hal. 55.
14
Wawancara dengan Ir Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007 di Yogyakarta.
15
Sarjino. “Murwokolo Dalam Kehidupan Budaya Indonesia”, dalam Warta Wayang, no 1, 1979, hal 44.
16
Wawancara dengan Ir Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.

304
Pengabdian Ki Pujo Sumarto Dalam Bidang Seni Pedalangan (Suhatno)
selalu berpegang pada pakem. Ia dalam nya peminat, terpaksa kursus dibagi menjadi
mempergelarkan wayang kulit purwa tidak empat tempat yaitu di:
berani meninggalkan pakem.17 1. Granting, Jogonalan dipimpin oleh
Pujo Sumarto dalam usahanya untuk Kartomiharjo.
memajukan seni pedalangan gaya Surakarta 2. Ngawonggo, Ceper dipimpin oleh
tidak jemu-jemunya memberi nasehat dan Nartosuwiryo.
bimbingan kepada dalang-dalang muda. 3. Wirobangsan, Wedi dipimpin oleh
Para dalang muda inilah yang nantinya akan Hadigangsar.
meneruskan dan mengembangkan seni 4. Jatinom dipimpin oleh Maryanto.
pedalangan gaya Surakarta. Pujo Sumarto Pujo Sumarto di dalam kursus peda-
kecuali memberi nasehat dan bimbingan langan tersebut diangkat sebagai penasehat
kepada para dalang muda juga ikut men- dan kadang-kadang ikut juga memberi
dirikan kursus pedalangan di daerah Klaten. pelajaran.18 Kecuali itu di rumahnya sendiri
Pada tahun 1950 Pujo Sumarto ber- Pujo Sumarto juga menerima siswa
sama-sama Martosugito mendirikan kursus pedalangan dengan sistem nyantrik. Para
pedalangan dengan nama Kursus Peda- calon dalang yang akan belajar pada Pujo
langan Kesenian Klaten. Kursus pedalangan Sumarto harus mau tinggal di rumahnya.
ini diadakan di Jalan Pramuka 5 Klaten. Mereka mengerjakan pekerjaan rumah
Pendirian kursus pedalangan ini ternyata tangga Pujo Sumarto. Pada waktu siang hari
mendapat tanggapan yang baik dari atau malam hari mereka diberi wejangan
masyarakat bahkan Jawatan Penerangan tentang seni pedalangan. Jika Pujo Sumarto
Kabupaten Klaten ikut mendukungnya. mendalang, mereka harus ikut membawa
Adapun guru-gurunya yaitu Pujo Sumarto, perlengkapan pergelaran dan menyaksikan-
Pringgosatoto dan Tiknosudarso, sedangkan nya. Pujo Sumarto menempuh cara ini
para asistennya yaitu Jayengkarsono dan disebabkan pada jaman dahulu sangat sulit
Wijitanoyo. untuk minta pelajaran seni pedalangan dan
Para lulusan kursus Pedalangan karawaitan kepada para empu pedalangan.
Kesenian Klaten ini berhasil menjadi dalang Karena itu Pujo Sumarto berkenan memberi-
yang baik dan terkenal. Pada tahun 1955 kan keahliannya kepada yang berminat,
kursus pedalangan ini mengadakan page- dengan catatan mereka harus tinggal
laran wayang kulit purwa di rumah Pujo serumah dengannya, rajin dan berbakat.
Sumarto. Pagelaran ini mendapat sambutan Sebab dengan tinggal serumah mereka akan
yang baik dari masyarakat Klaten dan dapat mengetahui sepak terjang gurunya dan
keluarga Panunggaling Dalang Republik sewaktu-waktu dapat menyampaikan
Indonesia (PADRI) Jawa Timur. ilmunya kepada para murid. Semua siswa
Pada tahun 1961 S. Hadidarsono kepala yang belajar kepadanya tidak dipungut
Inspeksi Kebudayaan Kabupaten Klaten biaya, malahan diberi makan gratis selama
bersama-sama Kartomiharjo mendirikan belajar. Murid-muridnya yang terkenal
kursus Pedalangan Kesenian Klaten. antara lain: Nartosabdo, Gondodarman,
Pendirian ini dilakukan karena Kursus Gitosewoko, Martono Gitosupadmo,
Pedalangan Kesenian, di Klaten sudah tidak Basirun dan sebagainya.19
jalan lagi. Kursus pedalangan yang didirikan Sejak Gabungan Sutrisna Seni Peda-
S. Hadidarsono ini ternyata mengalami langan Indonesia (GANASIDI) daerah Jawa
kemajuan yang sangat pesat. Karena banyak- Tengah berdiri, Pujo Sumarto diangkat se-

17
Wawancara dengan Basirun Hadisumarto pada tanggal 22 Mei 1985 di Yogyakarta.
18
Wawancara dengan Martono Gitosupadmo, BA dan Muryanto pada tanggal 25 Juni 1985 di Yogyakarta.
19
Wawancara dengan Ir Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.

305
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

bagai sesepuh. Demikian juga sejak dibentuk betul menguasai dengan baik jalan cerita,
Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia sastra, vokal bahkan iringannya. Kecuali itu
(SENAWANGI) di Jakarta. Pujo Sumarto beliau juga merupakan dalang yang mampu
sebagai sesepuh, di GANASIDI maupun menguasai semua instrumen gamelan
SENAWANGI ini dipangkunya sampai dengan baik kecuali suling.
meninggal. Sejak tahun 1960 Pujo Sumarto Pujo Sumarto selalu berpesan kepada
mengajar seni pedalangan di Surabaya. dalang muda agar kalau mendalang jangan
Tugas ini dilakukan sampai tahun 1965. meninggalkan kelir (layar). Ini berarti bahwa
Berhentinya Pujo Sumarto mengajar peda- para dalang muda kalau mendalang harus
langan di Surabaya karena trauma. Pada menurut pakem. Sebagai contoh misalnya
waktu itu ia akan mengajar di Surabaya dalam patet sanga, jangan dipenuhi dengan
dengan naik kereta api. Mungkin karena goro-goro, hal ini disebabkan adegan goro-
capai ia pingsan di kereta api. Sejak itu ia goro itu menurut gaya pedalangan Surakarta
mengundurkan diri sebagai pengajar seni hanya kalau ada satria di tengah hutan dan
pedalangan di Surabaya.20 sedih. Demikian juga dalam hal suluk,ia
Pujo Sumarto sebagai seorang empu menganjurkan kepada para dalang muda
pedalangan ternyata dapat bergaul dengan agar kalau suluk jangan disingkat, harus
siapa saja dan setiap orang yang diajak lengkap.22
bicara selalu dibuatnya senang. Pujo Pujo Sumarto sebagai seorang seniman
Sumarto kalau bergaul dengan anak muda, pedalangan tidak hanya mempergelarkan
sikapnya seperti anak muda, bergaul dengan wayang kulit purwa dan mengajar saja tetapi
orang tua sikapnya juga seperti orang tua. juga menciptakan cerita maupun merubah
Ia senang berkelakar, tetapi dalam batas- adegan. Akan tetapi semua cerita maupun
batas tertentu. Pujo Sumarto kalau sudah adegan yang diciptakannya itu tidak
mulai bekerja, tidak mau diganggu dan menyimpang dari pakem.
disiplin. Ia kalau sudah menyanggupi Adapun hasil karyanya yang berupa
sesuatu janji, maka janji itu pasti ditepati. cerita yaitu:
Sebagai contoh yaitu ketika Pujo Sumarto 1. Wahyu Purbasejati
mendalang di Blitar, rumah kediaman Bung 2. Wahyu Makutoromo
Karno, oleh Presiden Sukarno diminta 3. Bimo Pakso
mendalang lagi. Pujo Sumarto menolak, Ketiga cerita tersebut telah diterbitkan
karena sudah menyanggupi mendalang di oleh Ki Siswoharsoyo.
Klaten.21 4. Sudarsono Kethok (Wayang Madya).
Pujo Sumarto kalau mempergelarkan Sedangkan hasil karya Pujo Sumarto
wayang kulit purwa betul-betul menunjuk- yang berupa adegan yaitu:
kan keutuhan seni pedalangan. Sehingga 1. Adegan Perang Cakil.
mulai dari bedol kayon sampai tancep kayon Menurut pedalangan gaya Surakarta,
jarang sekali diketemukan suatu penyajian dalam perang kembang raksasa Cakil keluar
yang lepas dari konteks secara keseluruhan. lebih dahulu, kemudian raksasa prepat
Sebagai contohnya yaitu Pujo Sumarto tidak perang melawan satria sampai raksasa prepat
akan memasukkan hal-hal yang tidak ada itu meninggal. Setelah raksasa prepat
hubungannya dengan jalan ceritanya. Itulah meninggal, baru raksasa Cakil keluar lagi
sebabnya ia tidak dianggap dalang yang lucu. perang melawan satria tersebut sampai
Pujo Sumarto sebagai seorang dalang betul- meninggal. Adegan ini oleh Pujo Sumarto

20
Yuwono Sri Suwito, “Mengenang Sejarah/Riwayat Hidup, dalam Warta Wayang, loc.cit.
21
Wawancara dengan Ir Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.
22
Wawancara dengan Martono Gitosupadmo, BA dan Maryanto pada tanggal 25 Juni 1985, di Klaten.

306
Pengabdian Ki Pujo Sumarto Dalam Bidang Seni Pedalangan (Suhatno)
dirubah dengan raksasa cakil keluar lebih Pujo Sumarto dalam bekerja tidak
dahulu perang melawan satria sampai mengenal waktu, kadang-kadang lupa
meninggal. Setelah raksasa Cakil meninggal, beristirahat. Oleh karena kerja yang terus
baru raksasa prepat maju perang melawan menerus tanpa diimbangi istirahat yang
satria sampai meninggal pula. Mula-mula cukup, menyebabkan kesehatannya
adegan gubahannya itu ditentang oleh terganggu. Pujo Sumarto dua kali masuk
masyarakat, tetapi akhirnya diterima juga. rumah sakit yaitu Rumah Sakit Panti Rapih
Bahkan sampai sekarang tetap dipakai dan dan yang terakhir Rumah Sakit Bethesda.
menjadi semacam pakem. Merkipun dokter menasehati harus banyak
beristirahat, tetapi ia tidak mematuhinya.
2. Tancep Kayon Akhirnya penyakitnya datang lagi, tetapi
Menurut pedalangan gaya Surakarta, penyakit tidak pernah menghalangi
yang namanya tancep kayon itu pasti di semangatnya untuk terus bekerja demi seni
tengah kelir dan tegak tidak miring. Tetapi pedalangan. Ini dibuktikan beberapa hari
Pujo Sumarto merubahnya dengan miring sebelum meninggal masih sempat men-
kanan, tegak dan miring kiri. Miring kanan dalang dalam upacara ruwatan. Pada tanggal
kalau masih patet nem, tegak kalau patet 9 Desember 1978 Pujo Sumarto meninggal-
sanga dan miring kiri kalau patet manyura. kan kita untuk selama-lamanya menghadap
Tancep kayon gubahan Pujo Sumarto ini Tuhan Yang Maha Esa dan dimakamkan di
sampai sekarang tetap dipakai.23 Desa Gergunung, Kecamatan Ketandan,
Semua hasil karya Pujo Sumarto ter- Kabupaten Klaten.24 Dengan meninggalnya
sebut dipersembahkan kepada masyarakat, Ki Pujo Sumarto maka Indonesia telah
untuk memajukan seni pedalangan, agar seni kehilangan putra utama seorang seniman
pedalangan dapat makin berkembang. pedalangan gaya Surakarta yang selama
Karena jasa-jasanya yang besar dalam hidupnya mengabdikan diri dalam dunia seni
seni pedalangan, Pujo Sumarto mendapat pedalangan. Meskipun Ki Pujo Sumarto
penghargaan dari pemerintah. Adapun telah tiada tetapi tetap mening-galkan nama
penghargaan tersebut antara lain dari: baik dan harum.
1. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang,
pada tanggal 9 Maret 1963, atas jasa- Penutup
jasanya yang telah mempergelarkan Ki Pujo Sumarto telah mencurahkan
wayang kulit purwa dengan cerita Jono segala ilmu yang ada padanya untuk
Daru-Dewa Daru dalam rangka meruwat kepentingan bangsanya, terutama seni
pagar tembok Kabupaten Malang. pedalangan. Sebagai tokoh pedalangan Ki
2. POM Pangdam VII Diponegoro, pada Pujo Sumarto secara langsung telah giat
tanggal 22 Juni 1970. membimbing seniman pedalangan agar
3. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mencapai kepandaian yang lebih sempurna.
pada tanggal 2 Mei 1977 atas jasanya Ketekunan dan kesungguhannya sangat
terhadap negara sebagai pembina dan dibutuhkan dalam usaha pembangunan
seniman pedalangan tradisional daerah dalam mengisi kemerdekaan. Akhirnya kre-
Jawa Tengah. Anugrah seni ini diberikan ativitas dan produktivitas Ki Pujo Sumarto
atas dasar Keputusan Menteri Pendidikan patut menjadi contoh dan suri tauladan bagi
dan Kebudayaan Nomor 01/M/tahun seniman pedalangan. Semoga segala ajaran
1977.

23
Wawancara dengan Ir Yuwono Sri Suwito pada tanggal 17 Nopember 2007, di Yogyakarta.
24
Wawancara dengan Subagyo Pujotaryono pada tanggal 25 Juni 1985 di Klaten, dan Ir. Yuwono Sri
Suwito, pada tanggal 17 Nopember 2007.

307
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

yang telah diberikan kepada segenap siswa- perkembangan dan pelestarian seni peda-
siswanya tidak terhenti pada mereka, tetapi langan gaya Surakarta.
dapat diteruskan kepada generasi muda demi

Daftar Pustaka
Darsiti Suratman, 1983/1984. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Proyek IDSN.
Proyek IDSN, 1985/1986. Cakupan Tugas Biografi Tokoh Nasional.Jakarta: Proyek
IDSN.
Sarjino. “Murwokolo Dalam Kehidupan Budaya Indonesia”, dalam Warta Wayang, No.
1, 1979.
Yuwono Sri Suwito, ”Mengenang Sejarah/Riwayat Hidup”, dalam Warta Wayang, No.1,
1979.

308
Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

SAMROTUL ILMI ALBILADIYAH (59 tahun), sarjana jurusan Arkeologi pada Fakultas
Sastra (FIB, sekarang) UGM. Bekerja sebagai tenaga fungsional peneliti, kelompok sejarah,
di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, dengan jabatan sekarang Peneliti
Muda Bidang Sejarah dan Nilai Tradisional. Melaksanakan kegiatan-kegiatan ilmiah,
penelitian, pengkajian di bidang sejarah dan budaya. Hasil-hasil penelitian antara lain Puro
Pakualaman Selayang Pandang, Ragam Hias Pendapa Mangkunegaran, dan sebagainya.

HISBARON MURYANTORO, lahir di Yogyakarta 8 Juni 1954, Sarjana Sejarah pada


Fakultas Sastra UGM lulus tahun 1985. Sejak Tahun 1986 sebagai PNS pada Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, jabatan saat ini sebagai Peneliti Madya. Sebagai
seorang peneliti aktif mengikuti diskusi maupun seminar kesejarahan serta melakukan
penelitian baik melalui instansi maupun secara mandiri. Beberapa hasil penelitian yang
diterbitkan antara lain: Peranan Kyai Pada Masa Revolusi 1945 – 1949; Banjarnegara
Pada Masa Pendudukan Jepang 1942 – 1945; Klaten Pada Masa Revolusi 1945 – 1949;
Pabrik Gula Colomadu; Kerusuhan Sosial di Madura; Kerusuhan Sosial di Pekalongan,
dan lain sebagainya.

ENDAH SUSILANTINI, lahir di Yogyakarta 25 Juni 1953. Sarjana Sastra Nusantara (Jawa)
dari Fakultas Sastra – UGM (1984). Sejak tahun 1983 bekerja sebagai peneliti di Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, terutama menekuni naskah kuna. Sebagai
Peneliti Madya, ia aktif di berbagai kegiatan ilmiah seperti penelitian, seminar dan diskusi
sastra. Beberapa karya ilmiah yang telah dihasilkan antara lain: Refleksi Nilai-Nilai Budaya
Jawa Dalam Serat Suryaraja (1996/1997); Kajian Tasawuf Dalam Serat Jaka Salewah
(1998); Wirid Hidayatjati Suatu Kajian Filosofis (2002); Kajian Nilai Budaya Dalam Serat
Joharmukin (2003); Kajian Aspek Dikdatis Filosofis Dalam Suluk Sujinah (2004); Serat
Kadis Mikraj Kanjeng Nabi Muhammad Kartanneya Dengan Peringatan Isra’Miraj Kraton
Kasultanan Yogyakarta (2005); Serat Dzikir Maulud: Kajian Aspek Keagamaan dan Tradisi
Masyarakat (2006).

EMILIANA SADILAH, Sarjana Geografi dari Fakultas Geografi UGM (1978). Sejak tahun
1989 mengabdi di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Sebagai Peneliti
seringkali mengikuti seminar, penelitian serta diskusi. Sebagai Peneliti Madya, ia banyak
melakukan penelitian terutama tentang geografi manusia antara lain: Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Studi Tentang Strategi Masyarakat di Desa Palbapang Bantul (1994/95);
Migrasi Sirkuler Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi Lingkungan, Studi Kasus Migran Asal
Gunung Kidul di Kodya Yogyakarta (1995); Hubungan Antar Etnik, Studi Kasus Mahasiswa
di Desa Caturtunggal Sleman (1996); Konsep Ruang Pada Masyarakat Pendatang di DIY
(1998); Masyarakat Petani Garam di Kalianget, Sumenep (!999); Konsep Tata Ruang Rumah
Tinggal Masyarakat Padat Penduduk di Magelang, Jateng (2000); Adaptasi Petani di
Daerah Rawan Ekologi di Kecamatan Sayung, Demak (2001); Pemberdayaan Alam di
Kampung Nelayan Kecamatan Bonang, Demak (2002); Profil Pekerja Wanita Buruh
Pelinting Rokok di Kudus (2003); Kinerja Program Pemerintah Desa di Era Otoda, DIY
(2004); Partisipasi Masyarakat di Daerah Perbatasan di Pacitan (2005).

309
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

SITI MUNAWAROH, lahir di Bantul 26 April 1961. Sarjana Geografi Manusia, UGM tahun
1991. Sejak tahun 1992 berstatus sebagai PNS, di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
Yogyakarta. Sebagai peneliti sering melakukan penelitian yang berkaitan dengan bidang
keilmuannya. Aktif mengikuti berbagai seminar kebudayaan. Beberapa hasil penelitian yang
telah dipublikasikan antara lain: Kehidupan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Pembuat
Gula Jawa di Desa Karangtengah Imogiri (1993/1004); Pergeseran Tatanan Tradisional
Sebagai Akibat Modernisasi di Desa Palbapang Bantul (1994/1995); Pengaruh Program
IDT Terhadap Kehidupan Rumah Tangga di Desa Girirejo, Imogiri (1996/1997); Manifestasi
Gotongroyong Pada Masyarakat Tengger (2000); Masyarakat Using di Banyuwangi Studi
Tentang Kehidupan Sosial Budaya (2001); Masyarakat Cina: Studi Tentang Interaksi Sosial
Budaya di Surabaya (2002).

ISYANTI, lahir di Yogyakarta tahun 1955, Sarjana Geografi UGM tahun 1982. Sejak tahun
1982 hingga sekarang berstatus sebagai PNS di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
Yogyakarta. Sebagai peneliti sering melakukan penelitian yang berkaitan dengan bidang
keilmuannya dan aktif pula mengikuti berbagai seminar kebudayaan. Beberapa hasil
penelitian yang telah dilakukan dan dipublikasikan antara lain: Kehidupan Sosial Budaya
pada Masyarakat Padat Penduduk di Desa Pucungrejo Kecamatan Muntilan Kab. Dati II
Magelang Jawa Tengah; Samiran Salah Satu Desa Menarik di Jalur SOSEBO Kabupaten
Boyolali; Perkawinan Antar Etnik Jawa dan Minang; Toponimi Bekas Kasunanan Surakarta
di Jawa Tengah; Peranan Media Massa Lokal Bagi Pengembangan Kebudayaan Daerah;
Kesadaran Budaya Tentang Ruang Pada masyarakat Di DIY (Suatu Studi Mengenai Proses
Adaptasi); Dampak Masuknya Media Komunikasi Terhadap Kehidupan Masyarakat
Pedesaan DIY; Sistem Pengetahuan Kerajinan Tradisional Tenun Gedog Tuban Propinsi
Jawa Timur; Tata Krama Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Sleman DIY.

TITI MUMFANGATI, lahir di Kulonprogo, 13 April 1965, Sarjana Sastra Jurusan Sastra
Nusantara, UGM, lulus tahun 1990. Bekerja sebagai staf peneliti Balai Kajian Sejarah dan
Nilai Tradisional Yogyakarta sejak tahun 1992. Sebagai peneliti aktif melakukan penelitian
yang berkaitan dengan kebudayaan. Beberaapa hasil penelitian mandiri yang telah diterbitkan
dalam Patra-Widya antara lain: Serat Purwakasurti: Kedudukan dan Fungsinya dalam
rangka Transformasi Nilai Didaktik di Kalangan Sastra Jawa; Unsur Tapa Dalam Serat
Suryaraja: Suatu Kajian Aspek Filsafat Kejawen; Kajian Nilai Budaya Dalam Serat
Jayengbaya; Pengaruh Mitos Ki Mentotruno (Mentakuwoso) Bagi Masyarakat
Pendukungnya; Kajian Nilai Budaya Tentang Upacara Grebeg Ngenep. Hasil penelitian
tim yang sudah diterbitkan antara lain : Refleksi Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Serat
Suryaraja (1997); Serat Tajusalatin: Suatu Kajian Filsafat dan Budaya (1997/1998); Tradisi
Kehidupan Sastra di Kasultanan Yogyakarta; Geguritan Tradisional Dalam Sastra Jawa
(2002); Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin Kabupaten Blora Jawa Tengah
(2004).

ERNAWATI PURWANINGSIH, lahir di Yogyakarta 21 Agustus 1971. Memperoleh gelar


S.Si Jurusan Geografi Manusia, Fakultas Geografi, UGM (1996). Sejak tahun 1997 sebagai
peneliti di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, sebagai Asisten Peneliti
Madya, bidang Sejarah dan Nilai Tradisional. Seringkali mengikuti kegiatan seminar,
penelitian, diskusi. Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain: Strategi Adaptasi
Petani di Kulon Progo (2004); Aktivitas Penambangan Breksi Batu Apung di Desa Sambirejo,
Prambanan (2005); Aktivitas Budidaya Udang di Tambak: Sebagai Alternatif Bagi Petani

310
Biodata Penulis

Desa Karanganyar (2005); Budaya Spiritual Petilasan Parangkusuma dan Sekitarnya


(2003), dan sebagainya.

SUKARI, lahir pada tanggal 5 Juli 1960 di Pati, Jawa Tengah. Sarjana Geografi UGM,
Jurusan Geografi Manusia, lulus tahun 1986. Sejak Tahun 1988 mengabdi sebagai PNS di
Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta dan saat ini menjabat sebagai Peneliti
Madya. Tahun 1986 menjadi Asisten peneliti di Litbang UMY, dan pada tahun yang sama
sebagai Tenaga Ahli Demografi untuk Perencanaan Kota di PT. Mirash Konsultan. Pada
tahun 1991 pernah mengikuti Pelatihan Metodologi Penelitian yang diselenggarakan LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) bekerjasama dengan LPIST (Lembaga
Pengembangan Ilmu Sosial Transformatif). Aktif mengikuti kegiatan ilmiah seperti seminar
dan diskusi yang berhubungan dengan kesejarahan dan kebudayaan. Hasil karya yang telah
dipublikasikan antara lain: Kehidupan Sosial Ekonomi Budaya Pengodol Kapuk di Desa
Karaban, Gabus, Pati Jawa Tengah; Peranan Wanita Dalam Rumah Tangga Nelayan di
Desa Bendar, Juwana, Pati, Jawa Tengah; Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat
Tengger, Pasuruan, Jawa Timur; Interaksi Sosial Budaya Antara Sukubangsa Bugis,
Makasar dengan Sukubangsa Jawa di Desa Kemejan Kepulauan Karimunjawa, Jepara,
Jawa Tengah; Peninggalan Sejarah Purbakala Kabupaten Kudus Jawa Tengah; Kearifan
Lokal di Lingkungan Masyarakat Nelayan Madura, Jawa Timur; Makam Sunan Muria:
Pengaruhnya Terhadap Pariwisata dan Masyarakat Sekitarnya, di Kudus, Jawa Tengah.

MUDJIJONO, lahir di Yogyakarta, 30 Juli 1961. Pendidikan S1 diselesaikan pada tahun


1989 dari Jurusan Antropologi, Fakultas Sastra UGM. Magister Humaniora diraih dari
Program Pascasarjana UGM (1999). Pernah mengikuti pendidikan kemiliteran di Gombong,
Magelang, Lembang pada tahun 1986 – 1988. Sejak tahun 1989 berstatus sebagai PNS di
Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, menduduki jabatan sebagai peneliti
madya. Sebagai peneliti, aktif melakukan berbagai penelitian. Tahun 1996 bertugas sebagai
field manager untuk penelitian Dietvita dan Morvita di Kecamatan Ngombol, Purwodadi,
Purworejo, kerjasama UGM dengan Universitas Hopkins, USA. Aktif menulis di berbagai
media, dan sejak tahun 2003 sebagai penulis tetap di rubrik “Sorotan Kalam” harian
Republika. Hasil penelitian yang telah diterbitkan antara lain: Judi Buntut Mengapa Selalu
Ada (Penerbit Tri De); Sarkem: Reproduksi Sosial Pelacuran (Gama Press). Sedangkan
dalam waktu dekat akan terbit hasil karyanya yakni: Copet Rombongan: Komunitas Yang
Ada Pada Masyarakat Perkotaan; Folklore Pemilu; Abortus Provocatus Criminalis
(Ngruntuhke, Pijet, dan Sogok).

TARYATI, lahir di Kebumen 31 Agustus 1950, Sarjana Geografi IKIP tahun 1978. Sejak
tahun 1979 mengabdikan diri sebagai PNS, staf peneliti di Pusat Penelitian Sejarah dan
Budaya Dirjen Kebudayaan Jakarta. Tahun 1980 pindah ke Yogyakarta menjadi staf Peneliti
di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Aktif dalam berbagai kegiatan
ilimiah seperti penelitian, diskusi, maupun seminar kesejarahan dan kebudayaan. Tahun
1987 menjabat sebagai Kasi Dokumentasi dan Perpustakaan, tahun 2000 – 2006 menjabat
Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Tahun 2006 hingga saat ini menjadi
peneliti madya. Hasil karya yang telah dipublikasikan antara lain: Budaya Masyarakat di
Lingkungan Kawasan Industri (Kasus: Desa Donoharjo Ngaglik Sleman); Keberadaan
Paguyuban dan Etnis di Daerah Perantauan Dalam Menyongsong Persatuan dan Kesatuan
(Kasus Paguyuban Keluarga Putra Bali) di Yogyakarta; Persepsi Masyarakat Terhadap
Program Transmigrasi (Studi Kasus RW 04 Dusun Sidomulya, Bener, Tegalreja, Kodya

311
Jantra Vol. II, No. 4, Desember 2007 ISSN 1907 - 9605

Yogyakarta); Implikasi TKW Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Budaya Rumah Tangga
di Kecamatan Dolopo Madiun Jatim; Kabupaten Semarang Dalam Perjalanan Sejarah;
Penggalian dan Kajian Cerita Rakyat di Kabupaten Blora; Sejarah dan Budaya Dalam
Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Blora; Pandangan Masyarakat Terhadap Upacara
Perlon Unggahan di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas; Sistem Pengetahuan
Masyarakat Pulau Bawean Terhadap Hutan Bakau.

SUHATNO, lahir di Sukoharjo 1 Pebruari 1946, sarjana muda (BA) dari jurusan sejarah
Fakultas Sastra – UGM (1968). Sejak tahun 1982 mengabdikan diri sebagai PNS, staf
peneliti di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Aktif dalam berbagai
kegiatan ilmiah seperti penelitian, diskusi maupun seminar kesejarahan dan kebudayaan.
Hasil karya yang telah dipublikasikan antara lain: Prof. Dr. R. Sutejo, Hasil Karya dan
Pengabdiannya; Dr. H. Afandi Karya dan Pengabdiannya; Beberapa Bangunan Bersejarah
di Kotamadya Yogyakarta; Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Bantul periode 1942 -
1949; Dagelan Mataram Dalam Lintasan Sejarah; Kethoprak Mataram: Sebuah Kajian
Sejarah Seni Pertunjukan 1925 – 1995; Peranan Sub-Wehrkreise 102, Pada Perang
Kemerdekaan ke II di Kabupaten Bantul: Suatu Kajian Sejarah Lisan; Seni Pertunjukan
Kethoprak: Suatu Kajian Tentang Pengabdian dan Pemikiran Glinding Setopangarso;
Gereja Kristen Jawa Margoyudan Surakarta: Suatu Kajian Sejarah Tahun 1916 – 2001;
Pengabdian, Pemikiran Siwono Renowibakso Dalam Bidang Seni.

312

Anda mungkin juga menyukai