Anda di halaman 1dari 16

i

JURNAL EKSPRESI SENI


Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November2015,hlm.165-323

Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan
sub-sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.

Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
Afrizal Harun
Tim Penyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Adi Krishna
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Novia Murni
Redaktur
Saaduddin
Liza Asriana
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti

______________________________________________.________________________________
_
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan
Padangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;
red.ekspresiseni@gmail.com

Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis.


Diterbitkan oleh
Institut Seni Indonesia Padangpanjang
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November2015,hlm.165-323

DAFTAR ISI

PENULIS JUDUL HALAMAN

Husni Mubarat Aksara Incung Kerinci Sebagai Sumber Ide 165 - 179
Penciptaan Seni Kriya

Diah Rosari Eksistensi Tari Payung Sebagai Tari Melayu 180–203


Syafrayuda Minangkabau di Sumatera Barat

Nursyirwan Kesenian Rarak (Calempong) Sudut Pandang 204–221


Fungsi dan Guna di Desa Seberang Taluk
Kuantan Singingi Riau

Evi Lutfiah “Permainan Bola Api (Boles)” Antara Sakral 222–229


dan Profan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi

Lina Marliana Cingcowong: Upacara Ritual Meminta Hujan 230–243


Hidayat di Desa Luragung Landeuh Kecamatan
Luragung Kabupaten Kuningan

Rahmad Washinton Visualisasi Motif Itiak Pulang Patang Pada 244–258


Kriya Kayu

Ranelis Rahmad Kerajinan Rendo Bangku Koto Gadang 259–274


Washinton Sumatera Barat

Rizki Rahma Dina Makna dan Nilai Filosofis Masyarakat 275–282


Palembang yang Terkandung dalam Bentuk
dan Arsitektur Rumah Limas

Connie Lim Keh Nie Lagu Pop Bidayuh Bukar Sadong di Serian, 283–304
Sarawak, Malaysia

Dini Yanuarmi Dampak Seni Bordir Komputer di Bukittinggi 305-323


Sumatera Barat
_______________________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 17, No. 2 November 2015 Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
MAKNA DAN NILAI FILOSOFIS
MASYARAKAT PALEMBANG YANG
TERKANDUNG DALAM BENTUK
DAN ARSITEKTUR RUMAH LIMAS
Rizki Rahma Dina

Program Studi Kajian Budaya dan Seni


Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor.

ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai nilai filosofis masyarakat Palembang yang
terkandung dalam makna rumah adat Limas. Palembang memiliki bangunan
arsitektur tradisional yang unik dan khas. Rumah Limas tidak hanya sekedar
rumah yang dipakai sebagai tempat tinggal keluarga dalam membina kehidupan
sehari-hari tetapi juga dalam pelaksanaan upacara dalam keluarga. Setiap simbol
memiliki makna khusus yang tidak hanya melambangkan fungsi rumah itu
sendiri, tetapi juga nilai-nilai kehidupan sosial dalam masyarakat Palembang.
Simbol tersebut mencerminkan falsafah serta gambaran kondisi sosial budaya
masyarakat Palembang yang menjunjung tinggi sifat kebersamaan dalam bentuk
gotong royong.
Kata kunci: makna filosofis, rumah Limas, semiotik

ABSTRACT
This article discusses the philosophical values of Palembang society which is
reflected in Limas as Palembang’s traditional home. Palembang has a unique
distinctive and architecture construction. Limas house is not just a house that is
used as a family residence, but also as the families’ ceremonies place. Each
symbol has a specific meaning that not only symbolizes the function of the house
itself, but also the values of the social life of the Palembang people. The symbols
reflected the philosophy and the overview of cultural-social conditions, that
praise the Palembang nature of togetherness in the form of mutual aid.
Keyword: Philosophical Values, Limas House, Semiotic

PENDAHULUAN ini memiliki sejarah yang panjang


Palembang adalah salah satu sejak zaman kerajaan kuno, yaitu
kota terbesar di pulau Sumatera. Kota Sriwijaya hingga kesultanan

275
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015

Palembang Darussalam. (Hanafiah, Dalam penelusuran jejak


1988). Sejarah panjang kota sejarah keberadaan rumah Limas
Palembang menorehkan begitu banyak hingga saat ini masih sulit ditemukan
warisan seni dan budaya, berupa tari- kepastiaan kapan dan siapa yang
tarian, makanan khas ‘pempek’, pertama kali mendirikannya. Menurut
hingga rumah adat berarsitektur Koentjaraningrat sebagaimana dikutip
tradisional. langsung dari Rahman, dkk,
Arsitektur tradisional rumah “Penghuni rumah Limas hanya boleh
adat Palembang sangat beraneka ditempati keturunan elite desa yang
ragam dan indah yang menunjukkan pertama kali tinggal di desa tersebut.”
keharmonisan dan kesesuaian dengan (2009:1). Dari pernyataan tersebut,
alam. Ini dapat dilihat dari adanya dapat dipastikan bahwa rumah ini
perbedaan antara rumah di daerah dibangun dalam kondisi masyarakat
rawa perkotaan, di dataran tinggi serta yang relatif makmur secara finansial
di kawasan perairan. Perbedaan yang dan pengetahuan, dikarenakan
terlihat yaitu pada daerah rawah pembangunan rumah Limas sangat
perkotaan terdapat rumah Limas yang membutuhkan biaya yang besar serta
memiliki perbedaan konstruksi dengan tingkat seni yang tinggi.
rumah limas di dataran tinggi. Dalam pembangunan rumah
Keduanya memiliki perbedaan tipe Limas banyak tersimpan makna yang
konstruksi tetapi bentuknya tetap dapat terkandung yang mencerminkan
diadaptasi sesuai dengan lingkungan filosofi masyarakat Palembang dalam
sekitarnya. Di kawasan perairan dan kehidupan sehari-hari. Untuk
sungai terdapat rumah rakit. Adapun di menggambarkan makna filosofi
daerah rawa dan dataran tinggi tersebut, semiotika sebagai ilmu
terdapat rumah panggung, sedangkan tentang tanda, tidak hanya digunakan
di daerah rawan gempa bumi terdapat untuk mempelajari dan memahami
rumah tradisional Lamban Tuha yang makna suatu tanda dalam bidang ilmu
dapat meredam getaran akibat gempa budaya, tetapi juga mengajak untuk
bumi. (Rifai, 1978). merenungkan arti dan tanda suatu
bentuk dan susunan tata ruang atau

276
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015

dalam bidang arsitektur. Dalam artikel suatu tanda dalam bidang ilmu budaya,
ini dibahas bentuk dan tanda dalam tetapi juga mengajak untuk
susunan bangunan rumah Limas. merenungkan arti dan tanda suatu
Pembahasan ini akan menitikberatkan bentuk dalam bidang arsitektur.
pada nilai filosofis makna dalam Dalam artikel ini dibahas
susunan tata ruang rumah adat bentuk dan tanda dalam susunan
Palembang. bangunan rumah adat Palembang.
Pembahasan mengenai bagaimana
PEMBAHASAN semiotik melihat esensi makna dalam
Semiotik dalam dunia Arsitektur susunan tata ruang rumah adat
Semiotika berasal dari bahasa Palembang.
Yunani yaitu semeion yang berarti Menurut Jacques Havet (1978)
tanda. Tanda merupakan sesuatu yang pembentukan suatu tanda adalah
mewakili sesuatu. Tanda tersebut akibat dari hubungan yang kuat antara
dapat menyampaikan suatu informasi signifier (pemberi tanda)dan signified
dan mampu mewakili suatu yang lain (maa yang terkandung). Zoest (1978)
dan dapat dipikirkan dan dibayangkan. membagi tanda-tanda menjadi tiga
Semiotik merupakan suatu studi yang jenis, yaitu:
mempelajari dan menjelaskan 1. Qualisign, berasal dari kata quality
hubungan antara tanda ‘sign’ dan (kualitas). Qualisign adalah tanda
suatu makna “meaning”. yang menjadi tanda berdasarkan
Perkembangan semiotik sifatnya. Misalnya warna yang
menurut Zaeost (1978) memunculkan menyolok digunakan sebagai tanda
tiga aliran, yaitu semiotik komunikatif, dalam lalu lintas.
konotatif dan ekpansif. Dalam 2. Sinsign, berasal dari kata singular
pembagian berdasarkan jenisnya atau tunggal. Sinsign adalah tanda
semiotik dibedakan menjadi tiga jenis, yang berdasarkan kejadian, bentuk
yaitu ikon, indeks serta yang khas dan orisinil. Bangunan
lambang/simbol. Ilmu tentang tanda tradisional merupakan sinsign
ini tidak hanya digunakan untuk karena bentuk dan penampilannya
mempelajari dan memahami makna yang unik dan khas.

277
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015

3. Leqisign, kata legi berasal dari kata rumah Limas seperti piramida yang
legimate yang berarti hukum. terpotong. Kata ‘Limas’ sendiri terdiri
Legisign merupakan tanda yang dari dua kata yaitu ‘lima’ dan ‘emas’.
berlaku karena aturan tertentu. Lima berarti jumlah bilangan sebanyak
Tanda ini banyak digunakan dalam lima, sedangkan emas berarti logam
arsitektur, dalam sistem struktur mulia yang bernilai sangat tinggi.
bangunan. Menurrut Rahman, dkk (2009: 3) lima
Semiotik banyak digunkan berarti tidak hanya sekedar jumlah
dalam bidang arsitektur sejak tahun tetapi memiliki makna-makna tertentu
1960-an, yang mendiskusikan dan setiap jumlah emasnya yang ditujukan
membentuk kembali pengertian kepada fungsi rumah Limas, yaitu:
arsitektur serta semiotik. Semiotik  Emas pertama: memiliki makna
dalam dunia tata ruang atau arsitektur keagungan dan kebesaran Tuhan.
mengajak seseorang untuk Ini bermakna penghuni rumah
memikirkan hal-hal yang terkandung Limas adalah orang yang taat
dalam bentuk arsitektur itu sendiri dan beragama dan senantiasa
susunan tata ruang. Jika dalam bersyukur atas segala nikmat-Nya.
semiotik, arsitektur dapat dianggap  Emas kedua: memiliki makna
sebagai suatu “teks” yang memiliki kerukunan dan kedamaian. Ini
pesan yang terkandung (signified) menandakan penghuni rumah
dalam suatu obyek. Obyek tersebut Limas adalah orang yang
terbentuk dari hubungan antara senantiasa menginginkan hidupnya
pemberi tanda (signifier) dengan rukun serta damai. Hal ini
fungsi dan sifat nyata suatu benda. diwujudkan dalam keluarga besar
yang menghuni rumah tersebut,
Rumah Adat Limas Palembang
yang terdiri dari orang tua, anak,
Dalam Kamus Besar Bahasa
menantu dan cucu, yang saling
Indonesia (KBBI) kata Limas merujuk
menghargai dan menghormati, dan
pada bentuk yang merujung ke atas
musyawarah sebagai azas
seperti piramida. Apabila dilihat dari
kekeluargaan yang dijunjung
bentuk atap rumah ini, bagian atap dari
tinggi oleh semua penghuni rumah

278
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015

Limas. Makna dan Nilai Filofis dari Bentuk


dan Arsitektur Rumah Limas
 Emas ketiga: melambangkan adab
dan sopan santun. Hal ini Sistem tanda dalam arsitektur
melambangkan sebagai sesuatu meliputi aspek bentuk fisik, bagian-
bagian dari masyarakat Palembang bagiannya, ukuran, proporsi, bahan
yang tidak dapat dipisahkan. serta warna dan sebagainya. Sebagai
Masyarakat Palembang sebagai suatu sitem tanda semua itu dapt
orang yang senantiasa diinterpretasikan yang berarti memiliki
mengutamakan tata cara pergaulan arti dan nilai. Suatu benda memiliki
dengan penuh rasa sopan santun, suatu fungsi, yang memberikan
saling asah dan saling asih dan informasi. Dalam bangunan rumah
menerima tamu dengan sikap Limas memiliki tingkatan tanda
hormat dan peduli. informasi, yang pertama sebagai
 Emas keempat: menandakan rumah Limas sebagai tempat hunian,
kehidupan aman, subur dan ini adalah tingkat tanda yang pertama,
sentosa. Hal ini trwujud dari yaitu makna denotasi. Kemudian
kehidupan saling membantu, sebagai tingkat kedua adalah makna
gotong royong dalam keluarga dan konotasi, yang berarti rumah Limas
masyarakat. mengandung arti lain selain makna
 Emas kelima: menandakan bahwa denotasi. Setiap sudut bangunan dan
penghuni rumah Limas adalah ruangan rumah ini memiliki makna
orang yang sudah berkecukupan, tersendiri.
makmur dan sejahtera. Ini dilihat
Secara umum bentuk arsitektur
dari pembuatan sebuah rumah
khas dari Rumah Limas yaitu, pada
yang memerlukan dana yang besar
atapnya berbentuk menyerupai
dan kesejahteraan yang telah
piramida terpenggal (limasan). Selain
mampan.
itu keunikan rumah tersebut terletak
pada bentuknya yang bertingkat-
tingkat (kijing) dan dindingnya berasal
dari kayu merawan yang berbentuk

279
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015

papan. Rumah Limas Palembang kelipatannya. Rumah panggung yang


dibangun dengan fondasi berupa bagian bawahnya merupakan ruang
tiang-tiang atau cagak yang positif untuk kegiatan sehari-hari.
ditancapkan ke tanah. Ketinggian lantai panggung bisa
Bentuk Rumah Limas terdiri mencapai 3 meter lebih.Untuk naik ke
dari ruang persegi dan persegi panjang rumah limas dibuatlah dua tangga
dengan menghadap ke arah timur dan kayu dari sebelah kiri dan kanan.
barat.Dalam falsafah bagi masyarakat Bagian teras rumah biasanya
Palembang disebut menghadap ke arah dikelilingi pagar kayu berjeruji yang
matoari eedoop dan mato ari mati. disebut tenggalung. Makna filosofis
Dalam falsafah tersebut memiliki dibalik pagar kayu itu adalah untuk
makna yaitu, mato ari eedoop berarti menahansupaya anak perempuan tidak
“matahari terbit” atau secara filosofi keluar rumah.
diartikan sebagai “awal mula Pada bagian lantai rumah ini
kehidupan manusia”. Sementara dibuat bertingkat-tingkat atau biasa
matoari mati jika diterjemahkan secara disebut kekijing dengan menggunakan
leksikal berarti “matahari tenggelam” kayu jenis tembesu yang berbentuk
dan dalam artian lain bermakna papan persegi panjang yang disusun
sebagai tanda dari “akhir kehidupan secara horizontal, sedangkan pada
atau kematian”. Hal itu bagi dinding rumah dibuat dari kayu jenis
masyarakat Palembang, sebagai merawan yang berbentuk papan,
pengingat siklus kehidupan manusia dengan cara penyusunan dan besaran
dari lahir hingga mati. Jika dilihat dari yang sama dengan papan pada lantai.
tata letak ruang penandaan arah Pada bangunan depan rumah
tersebut menunjukkan adanya Limas Palembang terdapat Jogan,
pembagian bangunan depan dan ruang kerja, Gegajah Pada ruangan ini
belakang. terdapat Amben (Balai atau tempat
Rumah Limas Palembang Musyawarah) yang terletak lebih
dibangun di atas tiang-tiang yang tinggi dari lantai ruangan sekitar
terbuat dari jenis kayu jenis unglen 75cm. Ruangan ini merupakan pusat
yang berjumlah 32 buah atau dari rumah dan digunakan saat pemilik

280
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015

rumah menggelar hajatan, upacara merupakan gambaran kondisi sosial


adat, dan pertemuan-pertemuan budaya masyarakat Palembang yang
penting. menjunjung tinggi sifat kebersamaan
Posisi Pangkeng Penganten, dalam bentuk gotong royong.
atau kamar tidur berada pada dikanan Namun demikian, dengan
maupun dikiri sisi rumah. Untuk bentuk ruang dan lantai berkijing-
memasuki bilik atau Pangkeng ini, kita kijing pada rumah Limas, manandakan
harus melalui dampar (kotak) yang bahwa rumah ini memiliki tata aturan
terletak di pintu yang berfungsi sosial yang rapi.Tempat duduk para
sebagai tempat penyimpanan peralatan tetamu pada saat sedekah atau kenduri
rumah tangga.Selanjutnya adalah seolah sudah ditentukan berdasarkan
ruangan Kepala Keluarga, Pangkeng status tamu tersebut. Para ulama,
Kaputren adalah kamar anak pemuka masyarakat, saudagar
perempuan, Pangkeng Keputran duduknya pada tempat kijing yang
adalah kamar anak laki-laki, ruang tinggi sedangkan yang lain
keluarga, dan Ruang Anak Menantu. menyesuaikan diri dengan
Semetara pada bagian belakang terdiri kedudukannya. Apabila dilanggar
dari dapur atau pawon, Ruang maka orang tersebut menjadi kaku,
Pelimpahan, dan Ruang Hias dan karena rasa segan, canggung ataupun
toilet. Pembagian ruang secara fisik rasa takut dan malu.
berfungsi batasan aktivitas yang Simbol-simbol tersebut
berlangsung di rumah berdasarkan perlahan mengantarkan pemahaman
tingkat keprivasiannya. siapa pun yang memasuki rumah
Secara personal, sikap pribadi Limas pada kesadaran bahwa manusia
masyarakat Palembang menjunjung adalah ciptaan Allah SWT dan
tinggi kehormatan laki-laki dan kesadaran akan keagungan-Nya. Serta
wanita, dan secara sosial, menunjang pada keberadaan utusan-Nya demi
citra diri kebudayaan Palembang yaitu tertatanya kehidupan di dunia dan
dengan menjunjung tinggi norma- akhirat, dan pada para khalifah yang
norma adat yang berlaku di memiliki peran penting dalam
masyarakat. Bentuk rumah yang luas

281
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 2, November 2015

penyebaran agama Islam, Khususnya dengan lingkungan dan perubahan-


di Palembang. perubahan disekelilingnya. Nilai-nilai
yang tercermin pada arsitektur
PENUTUP tradisional Palembang dapat
Sejarah arsitektur tradisional digunakan sebagai dasar pembangunan
Palembang telah lama ada dan lingkungan pada masa yang akan
memiliki catatan panjang melalui datang.
keanekaragaman kebudayaan yang
berkembang pada masyarakat KEPUSTAKAAN
Palembang itu sendiri. Berdasarkan
Dharma, Agus.“Semiotika Dalam
pengalaman, mereka memiliki Arsitektur”. Universitas
pemahaman tentang daerah tempat Gunadharma. Jakarta.
menetap. Oleh karena itu itu mereka Hanafiah, Djohan.1998. Sejarah
paham terhadap bentuk arsitektur dan Kesultanan Palembang
Darussalam. Palembang.
konstruksi bangunan, penggunaan
bahan bangunan lokal serta mengenal Koentjaraningrat.1987. Kebudayaan
Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
tentang lingkungan setempat.
Rahman, Saiful, dkk. 2009. Rumah
Sebagai warisan budaya yang
Limas Palembang. Palembang:
memiliki nilai filosofi, ketrampilan Limas Jaya.
teknologi, arsitektur tradisional Rifai, Anwar A.1978. “Rumah Limas
Palembang dapat dipelajari dan dapat Palembang: Analisa dan
Pembahasan dalam Aspek
dikembangkan walaupun dengan Arsitektur.” Palembang.
konteks masa kini yang lebih adaptif

282
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2015
Vol. 13-17, No. 1 Juni dan No. 2 November

Admawati, 15 Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah


Ahmad Bahrudin, 36 Sy, 76
Alfalah. 1 Maryelliwati, 111
Amir Razak, 91 Meria Eliza, 150
Arga Budaya, 1, 162 Muhammad Zulfahmi, 70, 94
Arnailis, 148 Nadya Fulzi, 184
Asril Muchtar, 17 Nofridayati, 86
Asri MK, 70 Ninon Sofia, 46
Delfi Enida, 118 Nursyirwan, 206
Dharminta Soeryana, 99 Rosmegawaty Tindaon,
Durin, Anna, dkk., 1 Rosta Minawati, 122
Desi Susanti, 28, 12 Roza Muliati, 191
Dewi Susanti, 56 Selvi Kasman, 163
Eriswan, 40 Silfia Hanani, 175
Ferawati, 29 Sriyanto, 225
Hartitom, 28 Susandra Jaya, 220
Hendrizal, 41 Suharti, 102
Ibnu Sina, 184 Sulaiman Juned, 237
I Dewa Nyoman Supanida, 82 Wisnu Mintargo, dkk., 115
Imal Yakin, 127 Wisuttipat, Manop, 202
Indra Jaya, 52 Yuniarni, 249
Izan Qomarats, 62 Yurnalis, 265
Khairunas, 141 Yusril, 136
Lazuardi, 50
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November 2015

Redaksi Jurnal Ekspresi Seni


Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari

1. Dr. St. Hanggar Budi Prasetya ( Institut Seni Indonesia Yogyakarta)


2. Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A ( Universitas Gajah Mada-
Yogyakarta)
3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn ( Institut Seni Budaya Indonesia Bandung)
EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni

Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan
diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.

Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada :


Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang
Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail:
red.ekspresiseni@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai