Anda di halaman 1dari 24

JURNAL EKSPRESI SENI

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni


ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335

Terbit dua kalisetahun pada bulanJuni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-
sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia(ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
Dede Pramayoza
TimPenyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Roza Muliati
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Adi Khrisna
Redaktur
Meria Eliza
Dini Yanuarmi
Thegar Risky
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti
______________________________________________._________________________________
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang
Jalan Bahder JohanPadangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803,
e-mail;red.ekspresiseni@gmail.com

Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis.


Diterbitkan oleh
Institut Seni Indonesia Padangpanjang
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335

DAFTAR ISI

PENULIS JUDUL HALAMAN

Aji Windu Viatra & Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di 168- 183
Slamet Triyanto Indralaya, Palembang

Nofroza Yelli Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen 184-198


dalam Acara Baralek Kawin
di Kabupaten Solok

Evadila Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga 199–218


Melalui Koreografi “Pilihan Andami”

Nurmalinda Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam 219–238


Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

Mukhsin Patriansyah Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya 239–252


Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

Nike Suryani Tubuh Perempuan Hari Ini Melalui Koreografi 253–269


“Aku dan Sekujur Manekin”

Nora Anggarini & Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam 270–284
Nursyirwan Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

Dede Pramayoza Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: 285–302


Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

Yulimarni & Suntiang Gadang dalam Adat Perkawinan 303–313


Yuliarni Masyarakat Padang Pariaman

Pandu Birowo Teater ‘Tanpa-Kata’ dan ‘Minim-Kata’ di Kota 314–335


Padang Dekade 90-An dalam Tinjauan Sosiologi
Seni

_____________________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No.2 November2014Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.

i
ANALISIS SEMIOTIKA
CHARLES SANDERS PEIRCE
KARYA PATUNG RAJUDIN
BERJUDUL MANYESO DIRI
Mukhsin Patriansyah
Jurusan Desain Komunikasi Visual
Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Budaya
Universitas Indo Global Mandiri Palembang
patriansyahmukhsin8@gmail.com

ABSTRAK
Karya seni adalah salah satu fenomena bahasa.Oleh karena itu karya seni
dapat dipandang sebagai fenomena tanda. Tanda-tanda yang digunakan
dalam sebuah karya seni lahir dari proses kontemplasi, olah rasa dan
pikiran seniman terhadap lingkungan.Rajudin dalam karya Manyeso Diri
berpijak pada konsep langkah untuk menciptakan tanda-tanda pada
kekaryaan patung. Langkah yang baik akan menentukan keberhasilan kita
di masa yang akan datang, begitu juga sebaliknya langkah yang buruk
akan menentukan kegagalan dan kekecewaan di masa yang akan datang.
Hal ini yang menjadi pedoman bagi seorang Rajudin dalam melahirkan
karyanya yang berjudul ManyesoDiri. Karya ini mempunyai hubungan
erat dengan latar belakang kebudayaan Minangkabau. Pernyataan inilah
yang ingin disampaikan Rajudin melalui karyanya. Metode yang
digunakan untuk mengetahui makna yang ada di dalam karya patung
Rajudin ini adalah metode analisis interpretasi. Dari simpulan diketahui
bahwa tanda-tanda yang dihasilkan mengarah pada upaya Rajudin untuk
menyampaikan pesan sosial kepada para perempuan Minangkabau hari
ini.

Kata Kunci : Rajudin, Semiotika, Langkah, Manyeso Diri.

ABSTRACT
Work of art is one of linguistic phenomena. Therefore, a work of art can
be viewed as a phenomenon of signs. Signs used in a work of art stem from
a process of contemplation, feeling, and mind of the artist about
environment. Rajudin in his work Manyeso Diri bases his work on the
concept of steps to create signs. Good steps will lead to success in the
future, and on the contrary, bad steps will lead to failure and
disappointment. This is the guideline used by Rajudin in creating his work
Manyeso Diri. This work is closely related to Minangkabau culture. This a
statement that Rajudin wants to express in this work. The method used to
find out the meaning contained in Rajudin’s work is the method of analysis

239
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

interpretation. From the conclusion it is found that resulting signs lead


Rajudin’s effort to express some social messages to today’s Minangkabau
women.

Key word: Rajudin, semiotics, step, Manyeso Diri

PENDAHULUAN umum proses kratif berasal dari dua

Upaya seniman dalam energi, yaitu energi dari dalam dan

menanggapi suatu fenomena selalu energi dari luar (Nyoman Kutha Ratna,

diungkapkan ke dalam karya seni, 2007:12). Energi yang datang dari

maka dari itu sebuah karya seni yang dalam adalah dorongan yang kuat

lahir merupakan realitas baru yang untuk melahirkan karya seni

kompleks, bahkan lebih kompleks dari berdasarkan pengetahuan, keahlian,

realitas yang sesungguhnya. Karena penguasaan teknik, alat dan konsep

sebuah karya seni di dalamnya serta pengalaman estetik yang

berusaha menyajikan fenomena- dimilikinya. Sedangkan energi dari

fenomena yang ada di lingkungannya, luar merupakan daya sensitifitas

memiliki makna dan arti tertentu untuk pencipta dalam merespon realitas yang

dibedah dan dianalisis. Latar belakang diamatinya. Menurut Jakob Sumarjo

kebudayaan sangat mempengaruhi bahwa, kehadiran sebuah karya seni

seorang seniman dalam melahirkan merupakan representasi terhadap dunia

karyanya seperti perbedaan ideologi, luar diri seniman bersentuhan

pengalaman, pola pikir, serta visi langsung dengan kenyataan yang

kesenimanan mereka yang obyektif atau kenyataan dalam dirinya,

menyebabkan sebuah karya seni sehingga menimbulkan respon atau

menjadi berbeda walaupun dihadapkan tanggapan, maka lahirlah karya seni

dengan objek atau permasalahan yang (Jakob Sumarjo, 200:76).

sama. Kehidupan intelektual dan

Daya sensitifitas seorang sosial manusia didasarkan pada

seniman sangat tinggi dalam merespon penghasilan, penggunaan, dan

kondisi yang ada di lingkunganya, hal pertukaran tanda, misalnya saat kita

ini merupakan proses kreatif. Secara membuat isyarat, berbicara, menulis,

240
Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin
Berjudul Manyeso Diri

membaca, menonton acara televisi, menjadi pedoman siseniman dalam


mendengarkan musik, melihat sebuah melahirkan karyanya (wawancara
lukisan, kita tengah melakukan dengan Rajudin, 12/05/2011).
penggunaan dan penafsiran tanda Langkah merupakan salah satu dari
(Marcel Danesi, 2010: 33). Penafsiran suratan takdir, disamping jodoh,
tanda dalam sebuah karya seni rezeki dan maut. Langkah yang baik
memungkinkan kita sebagai apresiator akan menentukan keberhasilan kita di
dapat dengan mudah untuk memahami masa yang akan datang, begitu juga
makna yang ingin disampaikan oleh sebaliknya langkah yang buruk akan
sisenimannya melalui analisis menentukan kegagalan dan
semiotika yang digunakan nantinya. kekecewaan di masa yang akan
Tanda-tanda yang digunakan datang.
dalam sebuah karya seni khususnya Karya patung ini di dalamnya
seni patung lebih mengarah dapat di lihat dengan jelas bagaimana
kepengalaman pribadi siseniman yang kemampuan dari Rajudin menyusun
merupakan representasi dari olah rasa garis, bentuk, warna, ruang dan tekstur
dan pikiran seniman dalam mengamati sesuai dengan asas-asas penyusunan.
objek-objek yang ada di sekitar Selain itu Rajudin menerapkan sistem
mereka, namun ada juga tanda yang tanda yang baru di dalam karyanya.
hadir dengan sengaja (dipinjam) Sistem tanda tersebut sangat berkaitan
sebagai bahasa ungkap (metafora) dan erat dengan lingkungan alam
bersifat ekspresif. Oleh sebab itu Minangkabau, sehingga banyak
Cassirer berpendapat bahwa karya seni memunculkan argumen-argumen
tidak semata-mata representatif, tidak dalam menginterpretasikannya. Hal
juga semata-mata ekspresif, karya- inilah yang membuat penulis tertarik
karya itu bersifat simbolis dengan untuk menganalisis karya Rajudin
makna baru yang lebih mendalam yang berjudul “Manyeso Diri”.
(Agus Sachari, 2002:19). Permasalahan yang diangkat
Langkah merupakan sesuatu dalam tulisan ini adalah bagaimana
yang amat penting bagi manusia untuk membedah dan menganalisis tanda
mengarungi kehidupan, hal ini yang pada karya patung Rajudin yang

241
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

berjudul “Manyeso Diri” yang mengetahui bagaimana sistem tanda


berkaitan erat dengan falsafah bekerja sesuai dengan kapasitas dan
Minangkabau. Upaya untuk latar belakang kebudayaan yang
memecahkan permasalahan yang telah beraneka ragam. Pendekatan teori
dirumuskan, maka penulis untuk menganalisis sistem tanda yang
menggunakan metode analisis ada pada karya patung Rajudin,
interpretasi. Metode ini digunakan penulis menggunakan teori Charles
agar bisa menelusuri makna yang Sanders Peirce. Menurut penulis, teori
tersirat dibalik karya patung Rajudin semiotika Charles Sanders Peirce
tersebut. Menganalisis merupakan kata sangat relevan untuk membedah karya
kerja yang berasal dari kata analiyze/ patung Rajudin. Pendekatan teori yang
analyse, artinya membedah dan digunakan untuk membedah karya
mengamati sesuatu secara kritis dan patung Rajudin agar bisa mengetahui
seksama dengan cara membedah tanda-tanda yang digunakannya, maka
bagian-bagiannya terlebih dahulu dan penulis menggunakan pendekatan teori
menyoroti detil-detil dari setiap bagian semiotika menurut Peirce dengan
tersebut (M. Dwi Marianto, 2011:37). batasan yakni Representamen
Tulisan ini proses pengumpulan (qualisign, sinsign dan legisign).
datanya dilakukan melalui observasi Pembatasan ini dilakukan untuk
dan wawancara langsung dengan menghindari kesalahpahaman dalam
sisenimannya untuk mengetahui membaca tulisan ini nantinya.
gambaran mengenai konsep
penciptaan karya seni tersebut, PEMBAHASAN
sehingga proses interpretasi terhadap Tanda Menurut Peirce
karya memiliki tingkat validitas yang Charles Sanders Peirce seorang
tinggi. ahli filsuf dari Amerika (1839-1914)
Tujuan dari analisis karya ini mengutarakan bahwa kehidupan
untuk memberikan pemahaman yang manusia dicirikan oleh pencampuran
lebih kepada insan akademis akan tanda dan cara penggunaannya dalam
pentingnya peran disiplin ilmu aktivitas yang bersifat representatif
semiotika dalam bidang seni, dan (Marcel Danesi, 2010:33). Penjelasan

242
Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin
Berjudul Manyeso Diri

tersebut mengidentifikasikan tanda- tanda merupakan representasi dari


tanda yang diciptakan oleh manusia sesuatu, tentu ada sesuatu yang
yang merupakan representasi dari latar direpresentasikannya, misalnya
kebudayaan mereka. Oleh sebab itu di representasi dari, benda, figur, dan lain
suatu daerah atau kawasan tertentu sebagainya yang disebut dengan object
mempunyai tanda-tanda yang berbeda (Y). Sesuatu itu bisa menjadi sebuah
sesuai dengan latar belakang tanda yang dapat dimaknai orang lain
kebudayaan mereka masing-masing. atau makna yang ada dalam benak
Misalnya seekor tikus bagi masyarakat seseorang tentang objek yang dirujuk
Indonesia merepresentasikan para sebuah tanda, hal itu merupakan
oknum yang melakukan tindakan Interpretan(X =Y). Tiga unsur yang
korupsi. Hal ini belum tentu sama menghadirkan semiotika signifikasi
penjelasannya dengan negara lain yang melibatkan tiga unsur pokok
karena sebuah tanda yang diciptakan yakni Representamen (X), Object (Y),
membentuk pandangan yang akan Interpretan (X=Y). Pemahaman di atas
dimiliki orang terhadap dunia sesuai senada dengan yang diungkapkan oleh
dengan kebudayaan mereka masing- Peirce dalam Marcel Danesi :
masing. “.......tanda sebagai
Representamen dan konsep,
Menurut Peirce tanda adalah
benda, gagasan, dan
sesuatu yang bagi seseorang berfungsi seterusnya, yang diacunya
sebagai Objek. Makna (impresi,
sebagai wakil dari sesuatu yang lain
kogitasi, perasaan, dan
dalam hal atau kapasitas tertentu. seterusnya) yang kita peroleh
dari sebuah tanda oleh Peirce
(Umberto Eco, 2009, 21). Pandangan
diberi istilah Interpretan
Peirce tersebut menjelaskan (Marcel Danesi, 2010:37).
bagaimana sebuah tanda dapat
Pendapat di atas dapat di
mewakili sesuatu yang lain, dengan
uraikan bahwa sesuatu itu bisa dilihat
demikian sebuah tanda
dan dipahami berdasarkan kulitas
merepresentasikan sesuatu yang
tanda yang disebut dengan qualisign,
mewakilinya. Representasi dari
sinsign adalah eksistensi tanda
sesuatu yang diwakili tersebut
terhadap peristiwa yang dialami dan
dinamakan representamen (X). Karena
legisign adalah eksistensi tanda

243
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dengan konsep dan aturan yang mempresentasikan selain dirinya


berlaku umum. Sacara keseluruhan (Marcel Danesi, 2010:6). Asumsi
qualisign, sinsign dan legisign tersebut dapat diartikan bahwa sebuah
merupakan tipe atau jenis tanda tanda tidak bisa mewakili atau
berdasarkan representamen. Wujud mempresentasikan dirinya sendiri,
dari sesuatu yang ingin sesuatu itu bisa menjadi sebuah tanda
direpresentasikan dinamakan dengan sejauh sesuatu itu tidak mewakili atau
Object yang di dalamnya terdiri dari mempresentasikan dirinya sendiri.
icon adalah tanda berdasarkan Secara representatif, Rajudin
kemiripan, indeks adalah kategori meminjam bentuk sepatu yang
tanda yang dilahirkan berdasarkan memiliki fungsi bagi kehidupan
sebab dan akibat, sedangkan simbol manusia. Selain sebagai pelindung
adalah sistem tanda yang bersifat kaki, sepatu juga berfungsi dalam
konvensi. Sebuah tanda yang muncul kehidupan keseharian untuk digunakan
atau dilahirkan tentu memliki makna sebagai alat bantu berjalan yang lebih
yang memungkinkan seseorang untuk nyaman. Sebagai wujud penekanan
menafsirkannya disebut dengan ekpresi si seniman dalam karyanya,
interpretan. Penafsiran yang masih suatu objek sebagai karya seni telah
bersifat kemungkinan disebut dengan memiliki suatu pengembangan secara
rheme, suatu penafsiran apabila sudah bentuk.
memiliki suatu kebenaran dinamakan Sepatu sebagai objek telah
dengan disent, sedangkan argument mengalami transformasi, sehingga
adalah kebenaran suatu tanda yang bentuk sepatu digabung dengan unsur-
ditafsirkan sudah sesuai dengan unsur kebudayaan di Minangkabau
konsep dan aturan secara umum atau seperti gonjong dan tanduk kerbau.
konvensi. Tanduk kerbau tersebut dalam visual
karya dari Rajudin diletakkan di
Antara Karya Seni dan Tanda bagian tumit, sedangkan gonjong
Tanda adalah segala sesuatu seperti ditempatkan di bagian atas dari bentuk
warna, isyarat, kedipan mata, objek, sepatu.
rumus matematika, dan lain-lain yang

244
Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin
Berjudul Manyeso Diri

Sepatu yang digunakan pada


karya ini adalah sepatu high heels.
Sepatu high heels merupakan objek
yang memiliki tumit yang tinggi.
Sepatu pada karya ini terdapat gonjong Gambar 2.
Foto Tampak Atas
rumah gadang dan tanduk kerbau. Bila Rajudin, Manyeso Diri, 90 x 25 x 50 cm, 2011
Bahan : Tepung batu (dolomitte) dan Semen,
sepatu pada umumnya memiliki Teknik : Plastering
Finishing : clear glossy
pasangan sebelah kiri dan kanan, maka (Foto: Rajudin, 2014)
pada karya yang dihasilkan oleh
Rajudin berupa sepatu high heels
sebelah kiri dan tanduk kerbau yang
terletak dibagian bawah tumit dari
sepatu tersebut. Warna yang
digunakan warna merah pekat pada
Gambar 3.
bagian yang menyerupai lilin yang Foto Tampak samping
Rajudin, Manyeso Diri, 90 x 25 x 50 cm, 2011
telah mencair dan memiliki warna Bahan : Tepung batu (dolomitte) dan Semen,
Teknik : Plastering
kuning kusam, hijau kehitaman, biru Finishing : clear glossy
(Foto: Rajudin, 2014)
kehitaman dan hitam. Warna yang
digunakan dalam karya Rajuddin
Secara Qualisign, tanda pada
memiliki interpretasi berupa makna
karya di atas terdiri dari bentuk sepatu
atau pesan yang hendak disampaikan
high heels. Sepatu ini memiliki tumit
melalui representamen.
yang tinggi dan tidak menutupi
seluruh bagian kaki, dengan bagian
punggung kaki lebih terbuka dan
terdapat tanduk kerbau pada bagian
bawah. Warna kuning kusam terletak
pada bagian gonjong rumah gadang
Gambar 1.
Rajudin, Manyeso Diri, 90 x 25 x 50 cm, serta warna biru kehitaman terletak
Bahan : Tepung batu (dolomitte) dan Semen,
Teknik : Plastering
pada bagian dalam gonjong rumah
Finishing : muilex, 2011 gadang. Warna hitam pekat dan hijau
(Foto: Mukhsin, 12 Mei 2011)
kehitaman terletak pada bagian paling

245
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

bawah, sedangkan warna merah pekat keagungan dan kemulian. Warna biru
menyerupai lilin yang mencair merupakan kategori warna dingin,
terdapat pada bagian atas dari warna secara empiris warna biru kehitaman
hitam. yang dihadirkan merepresentasikan
Bentuk sepatu yang telah kesendirian dan kesepian. Warna
mengalami transformasi dan distorsi hitam pekat terletak pada bagian
bentuk pada karya di atas bila bawah dari sepatu high heels
direlasikan dengan pengalaman secara mengidentifikasikan suatu kegelapan
empiris merupakan representamen dan warna hijau yang merupakan
dari bentuk sepatu high heels yang warna kehidupan, hal ini memaknai
umum dipakai oleh wanita. Hal ini sebuah perjalanan hidup yang tidak
didukung dengan bentuk sepatu high mempunyai titik terang atau arah
heels yang tidak menutupi keseluruhan tujuan. Warna merah yang menyerupai
kaki atau bagian punggung kaki lelehan lilin menandai sebuah
terbuka dan memiliki tumit yang ancaman, bahaya, dan sebuah
tinggi. peringatan.
Bentuk sepatu high heels yang Seiring berkembangnya zaman
telah dijelaskan secara Qualisign pada banyak sekali wanita Minangkabau
bagian di atas mempunyai kualitas mengabaikan aturan dan norma yang
berdasarkan pengalaman secara berlaku, sehingga tidak memiliki arah
empiris tentang sepatu sebelah kiri dan tujuan dalam hidupnya, hal ini
yang menginterpretasikan kebanyakan dapat dilihat dari penyusunan unsur-
dari wanita Minangkabau sudah unsur rupa yang diekspresikan Rajudin
melanggar aturan dan norma yang dalam karyanya menandai tentang
berlaku akibat pengaruh dari suasana kesendirian dan kegelapan
globalisasi. Tanduk kerbau pada yang dijalani oleh kaum wanita
bagian bawahnya merupakan landasan Minangkabau. Perasaan berupa makna
untuk berpijak. Begitu juga warna dari suasana yang muncul ketika
yang digunakan yakni warna kuning mengamati sistem tanda yang ada pada
kekusaman pada bagian gonjong karya patung Rajuddin di atas dapat
rumah gadang menjelaskan sebuah dikatakan sinsign karena sesuai

246
Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin
Berjudul Manyeso Diri

dengan peristiwa yang dialami secara dipakai tentu sudah dapat ditafsirkan
empiris berdasarkan sistem tanda yang bagaimana pakaian yang
ada di dalamnya. digunakannya, misalnya menggunakan
Karya patung Rajudin di atas pakaian yang tidak menutupi aurat.
dapat dikatakan legisign apabila hal itu Pada karya patung Rajuddin di atas
dapat dikaitkan dengan konsep, aturan, lebih menekankan pada aspek tindakan
struktur sosial dan konvensi. Semua yang tercela yang dilakukan oleh
orang akan sepakat bahwa karya kaum wanita Minangkabau,
patung Rajudin di atas berangkat dari penekanan ini dapat dilihat dari sepatu
bentuk sepatu high heels yang umum high heels yang diambil pada bagian
dipakai oleh kaum wanita ketika sebelah kiri, hal ini merupakan suatu
mereka menghadiri sebuah acara kesalahan yang dilakukan kebanyakan
tertentu misalnya pesta pernikahan, wanita Minangkabau akibat pengaruh
pergi ke mal dan lain sebagainya. globalisasi. Banyak sekali kejadian
Bagian sebelah kiri dalam aturan bagaimana prilaku wanita
konvensi yang berlaku di dalam minangkabau di masa sekarang
masyarakat Minangkabau merupakan bergaul secara bebas dengan laki-laki,
sebuah tindakan yang tercela misalnya sehingga tidak mampu
menyapa orang lain dengan tangan kiri mempertahankan kecantikan dan
atau mengambil sesuatu dengan tangan keperawanannya. Akhirnya wanita
kiri. Kebiasaan ini tentu tidak tersebut menyiksa dirinya sendiri
diperbolehkan oleh masyarakat dalam bahasa Minang disebut
Minangkabau, dikarenakan seolah- “Manyeso Diri” sesuai dengan judul
olah kita tidak menghargai dan yang diberikan oleh si seniman pada
menghormati orang tesebut. karyanya. Pernyataan tersebut tidak
Selanjutnya apabila dikaitkan sesuai dengan hukum dan norma-
antara Qualisign dari sepatu high heels norma yang berlaku di Minangkabau.
dengan konsep-konsep yang berlaku Hukum dan norma-norma yang
secara umum yang disebut dengan berlaku di Minangkabau ditandai
legisign memunculkan interpretasi dengan tanduk kerbau yang terletak
bahwasanya sepatu high heels yang pada bagian bawahnya sebagai

247
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

landasan berpijak bagi kaum wanita Warna hitam pekat yang


Minangkabau. Wanita atau Bundo terdapat pada bagian bawah dari
Kanduang dalam kesehariannya harus sepatu high heels apabila dikaitkan
berhati-hati untuk menjaga sikap dan dengan struktur yang bersifat konvensi
tingkah laku, misalnya dalam yang ada di Minangkabau menandai
pergaulan dengan laki-laki, cara suatu musibah atau kemalangan.
berpakaian, makan, minum, berbicara Konvensi warna hitam bagi
dan sebagainya. Mengingat pentingnya masyarakat Minangkabau sebagai
kedudukan dan fungsi wanita di dalam tanda adanya orang yang meninggal di
kehidupan Minangkabau (Haryati keluarga tersebut. Warna hijau dalam
Nizar, 2004:102). aturan konvensi seni rupa merupakan
Selanjutnya dari kualitas warna warna kehidupan. Pemaknaan antara
yang dimunculkan seperti warna warna hitam dan warna hijau
kuning pada bagian gonjong rumah kehitaman yakni berupa perjalanan
gadang apabila dikaitkan dengan hidup yang tidak mempunyai titik
struktur yang bersifat konvensi terang atau arah tujuan dikarenakan
menandakan keagungan dan sikap dan tingkah laku wanita
kemuliaan, hal ini menjelaskan Minangkabau tidak berlandaskan
tingginya kedudukan wanita aturan-aturan dan norma-norma yang
Minangkabau yang mempunyai peran berlaku.
sangat vital di lingkungan rumah Warna merah dalam atauran
gadang. Apabila dicermati dari yang berlaku secara umum menandai
kualitas warna kuning yang muncul sebuah ancaman, bahaya, dan sebuah
yakni kuning kehitaman yang peringatan, misalnya ketika melihat
menjelaskan keagungan dan warna merah pada mobil ambulans
kemuliaan yang telah memudar. atau pada mobil pemadam kebakaran
Akibat dari semua itu, wanita semua itu menandai sebuah peringatan
Minangkabau merasa kesendirian dan agar mobil disekitarnya berhati-hati
kesepian, pernyataan ini ditandai dan menjaga jarak karena ada sesuatu
dengan warna biru kehitaman pada kejadian yang amat penting. Warna
bagian dalamnya. merah yang menyerupai lelehan lilin

248
Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin
Berjudul Manyeso Diri

mempunyai makna tersendiri karena MinangKabau. Dalam sebuah sistem


lilin dalam aturan konvensinya kebudayaan Minangkabau gonjong
mempunyai sifat yang mampu dan tanduk kerbau merupakan sesuatu
menerangi orang lain tetapi tidak yang sakral dan diagungkan, oleh
mampu memberikan kehidupan pada sebab itu posisinya tidak mungkin di
dirinya sendiri, hal ini yang harus taruh pada bagian yang paling bawah
dihindarkan oleh kuam wanita seperti alas kaki atau sepatu. Berbicara
Minangkabau. Pemaknaan dari warna sebuah karya seni, hal itu menjadi
merah tersebut dapat diartikan berupa kewajaran karena di dalam karya seni
pesan agar wanita Minangkabau harus memiliki suatu makna yang ingin
berhati-hati dalam kesehariannya disampaikan oleh seniman melalui
karena banyak bahaya yang ada karyanya.
disekitar mereka baik dalam Bertolak pada karya di atas
bertingkah laku maupun dalam terlihat bagaimana seorang Rajuddin
menjaga sikap agar tetap disebut ingin menyampaikan pesan berupa
sebagai wanita sejati yang mempunyai pengarahan agar setiap wanita di
kedudukan tinggi, bermanfaat bagi Minangkabau lebih berhati-hati dalam
dirinya sendiri dan orang lain. bertingkah laku serta menjaga sikap
dan perbuatannya agar menjadi
Interpretasi Tanda dalam Karya panutan bagi anak dan kemenakan
Seni
nantinya. Sesuai dengan judul yang
Secara keseluruhan ketika diberikan oleh si seniman yakni
mengamati karya patung Rajudin dan “Manyeso Diri” dengan memilih
korelasi antara qualisign, sinsign, dan bentuk sepatu bagian kiri , hal ini
legisign di atas, maka makna yang menggambarkan sebuah perubahan
muncul adalah sebuah kesalahan yang lingkungan yang diakibatkan oleh
dilakukan oleh wanita Minangkabau pengaruh globalisasi memberikan
akibat pengaruh globalisasi yang dampak bagi kaum perempuan di
membuat sikap dan tingkahlakunya Minangkabau yang tidak sesuai
tidak sesuai dengan aturan, norma dan dengan norma adat-istiadat yang ada,
adat-istiadat yang berlaku di

249
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

sehingga harga diri dan martabatnya menyiksakan dirinya sendiri karena


dianggap rendah bagi kaum laki-laki. tidak dianggap sebagai wanita yang
Seorang wanita harus dapat mempunyai kedudukan tertinggi dan
menjaga nama baik agar tetap disebut mulia di kalangan kaum laki-laki.
wanita sejati. Wanita atau Bundo
Kanduang harus berhati-hati dalam PENUTUP
tingkah laku dan perbuatan, misalnya Pembacaan tanda-tanda yang
dalam pergaulan dengan laki-laki, cara dilakukan pada karya Rajudin di atas
berpakaian, makan, minum, berbicara dapat diambil kesimpulan yakni sepatu
dan sebagainya. Mengingat pentingnya high hells bagian sebelah kiri dapat
kedudukan dan fungsi wanita di dalam dikatakan sebuah tanda berupa
kehidupan Minangkabau (Haryati representamen yang terdiri dari
Nizar, 2004:102). Pernyataan tersebut qualisign, sinsign, dan legisign yang
mengharuskan setiap wanita ditawarkan oleh Peirce.
Minangkabau lebih berhati-hati dalam Secara qualisign dari karya di
menjaga sikap dan perbuatannya,
atas terdiri dari sepatu high hells,
karena seoarang wanita nantinya akan
tanduk kerbau, gonjong dan warna
menjadi seorang ibu yang mempunyai yang digunakan yakni warna hitam
kewajiban untuk memelihara anak dan
pekat, kuning kehitaman, biru
membimbingnya ke arah yang lebih
kehitaman, merah pekat dan warna
baik. hijau kehitaman. Penjelasan tersebut
Banyak wanita di Minang memiliki makna dan pesan yang
kabau lupa akan identitasnya sendiri hendak disampaikan melalui
sebagai Bundo Kanduang yang representamen. Penyusunan dari
menjadi panutan di dalam keluarga, unsur-unsur seni rupa pada karya
kebanyakan wanita Minangkabau
diatas apabila dikaitkan dengan
sekarang ini lebih mengarah ke hal-hal pengalaman pribadi memunculkan
yang negatif dan bertentangan dengan suasana kesendirian, kesepian, dan
norma-norma dan adat-istiadat yang kegelapan. Perasaan berupa makna
berlaku di Minangkabau. Pernyataan
dari suasana yang muncul ketika
tersebut dapat merugikan atau

250
Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin
Berjudul Manyeso Diri

mengamati karya patung di atas dapat kegelapan yang terletak pada bagian
dikatakan sinsign. bawah dari karya di atas memaknai
Unsur-unsur seni rupa pada perjalanan hidup yang tidak sesuai
karya di atas dapat dikatakan legisign dengan aturan dan norma-norma yang
apabila unsur-unsur tersebut dalam ada. Hal ini yang dialami wanita
pemaknaanya dapat dikaitkan dengan Minangkabau pada saat sekarang ini,
aturan-aturan, hukum, struktur sosial sehingga dalam menjalani
dan konvensi. Unsur-unsur tersebut kehidupannya tidak memiliki titik
terdiri dari bentuk sepatu high hells terang atau arah tujuan.
pada bagian sebelah kiri yang umum Warna merah yang menyerupai
dipakai oleh kaum wanita, hal ini lilin menandai sebuah ancaman,
memaknai wanita Minangkabau dalam bahaya, dan sebuah peringatan agar
kesehariannya tidak lagi berjalan tidak hanya memberikan kesenangan
kearah yang benar dengan kata lain pada kaum laki-laki tetapi dirinya
telah lari dari aturan dan norma-norma tersiksa. Penandaan dari warna merah
yang ada di Minangkabau. Tanduk tersebut dapat diartikan berupa pesan
kerbau yang terdapat pada bagian agar wanita Minangkabau harus
tumit merupakan landasan berpijak berhati-hati dalam kesehariannya
yang sesuai dengan aturan dan norma karena banyak bahaya yang ada
yang ada di Minangkabau. disekitar mereka baik dalam
Gonjong yang berwarna bertingkahlaku, berpakaian maupun
kuning kehitaman menandai dalam menjaga sikap agar tetap
keagungan dan kemuliaan yang telah disebut sebagai wanita sejati yang
memudar akibatnya wanita mempunyai kedudukan tinggi.
Minangkabau tidak dihiraukan oleh Masih banyak hal yang
kaum laki-laki dan merasa menarik yang perlu ditelaah pada
kesendirian, kesepian dan kedinginan karya Rajudin di atas baik secara
yang ditandai dengan warna biru bentuk, isi dan visual yang
kehitaman pada bagian dalam gonjong ditampilkan, penulis menyarankan
rumah gadang. Warna hijau menandai kepada kritikus lainnya untuk
kehidupan dan hitam pekat menandai mengkaji lebih mendalam lagi tentang

251
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

karya yang dibuat oleh Rajudin baik KEPUSTAKAAN


dari segi Estetika, sosiologi, Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda,
dan Makna: Buku Teks Dasar
antropologi dan lain sebagainya,
Mengenai Semiotika dan Teori
sehingga melalui pendekatan- Komunikasi. Yogyakarta:
Jalasutra.
pendekatan tersebut kita mampu
Eco, Umberto. 2000. Teori Semiotika,
memberikan wacana baru dalam wajah Signifikasi Komunikasi, Teori
Kode, Serta Teori Produksi
seni rupa yang ada di pulau Sumatera
Tanda. terjemahan Inyiak
khususnya di sumatera barat. Kajian Ridwan Muzir. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
tentang ide, gagasan dan konsep
Marianto, M. Dwi. 2011. Menempa
berkarya Rajudin adalah merupakan Quanta Mengurai Seni.
Yogyakarta: BP ISI
sebuah kajian yang menarik, untuk
Yogyakarta.
diteliti lebih lanjut. Nizar, Haryati. 2004 Bundo Kanduang
dalam Kajian Islam dan
Budaya. Padang: Pusat
Pengkajian Islam dan
Minangkabau Sumatera Barat.

252
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2014
Vol. 13-16, No. 1 Juni dan No. 2 November

Admawati, 15 Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah


Ahmad Bahrudin, 36 Sy, 76
Alfalah. 1 Maryelliwati, 111
Amir Razak, 91 Meria Eliza, 150
Arga Budaya, 1, 162 Muhammad Zulfahmi, 70, 94
Arnailis, 148 Nadya Fulzi, 184
Asril Muchtar, 17 Nofridayati, 86
Asri MK, 70 Ninon Sofia, 46
Delfi Enida, 118 Nursyirwan, 206
Dharminta Soeryana, 99 Rosmegawaty Tindaon,
Durin, Anna, dkk., 1 Rosta Minawati, 122
Desi Susanti, 28, 12 Roza Muliati, 191
Dewi Susanti, 56 Selvi Kasman, 163
Eriswan, 40 Silfia Hanani, 175
Ferawati, 29 Sriyanto, 225
Hartitom, 28 Susandra Jaya, 220
Hendrizal, 41 Suharti, 102
Ibnu Sina, 184 Sulaiman Juned, 237
I Dewa Nyoman Supanida, 82 Wisnu Mintargo, dkk., 115
Imal Yakin, 127 Wisuttipat, Manop, 202
Indra Jaya, 52 Yuniarni, 249
Izan Qomarats, 62 Yurnalis, 265
Khairunas, 141 Yusril, 136
Lazuardi, 50
JURNAL EKSPRESI SEN
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November 2014

Redaksi Jurnal Ekspresi Seni


Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari

1. Ediwar, S.Sn., M.Hum. Ph.D (ISI Padangpanjang)

2. Dr.G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A (UGM Yogyakarta)

3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn (ISBI Bandung)


EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni

Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan
diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.

Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada :


Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang
Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail:
red.ekspresiseni@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai