Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan November. Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan
sub-sistem LPPMPP Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.
Proffreader
Rektor ISI Padangpanjang
Section Editor
FebriYulika
Editor
Nursyirwan
Surherni
Hanefi
Harissman
Sahrul
Manager Journal
Saaduddin
Thegar Risky
Translator
Eldiapma Syahdiza
Editor Layout
Yoni Sudiani
Web Admin
Rahmadhani
______________________________________________.________________________________
_
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni: LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan
Padangpanjang 27128, Sumatera Barat; Telepon (0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;
red.ekspresiseni@gmail.com
i
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412 – 1662 E-ISSN 2580-2208 Volume 19, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1- 111
DAFTAR ISI
Dimas Fauzi Eko Tokoh Ariel Mermaid Dalam Karya Seni 98 – 111
Putro Lukis Mix Media
_______________________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 19, No. 1, Juni 2017 Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
ii
KAJIAN IKONOLOGI
POSTER PERJUANGAN
“BOENG, AJO BOENG”
KARYA AFFANDI TAHUN 1945
Abdurrozaq
ABSTRAK
Sebagai sebuah media komunikasi visual, poster perjuangan “Boeng, Ajo Boeng” karya
Affandi tahun 1945, memiliki makna intrinsik yang menunjukkan realitas sosial bangsa
Indonesia pada tahun 1945. Gaya ekspresionisme serta tema dan konsep nasionalisme
yang diangkat menggambarkan bagaimana perkembangan dunia seni rupa Indonesia yang
mendapatkan banyak pengaruh dari Jepang. Melalui media komunikasi visual, dunia
politik dan seni Indonesia saling bersinergi dan menjadi satu kesatuan dalam mencapai
tujuan yang sama yakni kemerdekaan Indonesia.
ABSTRACT
As a visual communication media, battle poster of 1945 Affandi’s work “Boeng, Ajo
Boeng,” has intrinsic meaning that shows the social reality of Indonesia people in 1945.
Expressionism style and nationalism theme and concept used in it describe that the
development of Indonesia fine arts receives many influences from Japan. Through visual
communication media, the politic and art world of Indonesia are mutually synergized and
then become one unity in achieving the same objective namely Indonesia independence.
1
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
2
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan Jepang. Namun pada saat yang
Ketua Badan Persiapan Kemerdekaan bersamaan, Jepang pun sedang berada
Indonesia. Konsep ilustrasi poster yang dalam ambang kekalahan Perang Dunia
menampilkan sosok seorang pemuda II yang bahkan kemudian kekalahan
sedang berteriak sambil memutus rantai Jepang ini menjadi akhir Perang Dunia
dan menggenggam bendera Merah- II yang telah dimulai sejak tahun 1939.
Putih merupakan ide dari Soedjojono. Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu
Teks poster yang berbunyi “Boeng, Ajo sekaligus menandai berakhirnya
Boeng” merupakan ide dari Chairil penjajahan Jepang atas Indonesia yang
Anwar. Affandi bertugas sebagai diikuti kemudian oleh peristiwa
perancang visual yang menggabungkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17
konsep ilustrasi dan teks tersebut ke Agustus 1945.
dalam wujud sebuah poster. Adapun Melihat konteks yang
Dullah berperan sebagai model melingkupi proses penciptaan poster
poster.Poster perjuangan “Boeng, Ajo perjuangan “Boeng, Ajo Boeng”
Boeng” (1945) ini diciptakan di (1945), menarik untuk dianalisa lebih
Jakarta, setelah peristiwa Proklamasi lanjut, bagaimana keterkaitan antara
Kemerdekaan Indonesia (Pirous, konteks-konteks tersebut dengan
2006:143-144 dan Susanto, 2014:111- bentuk visual maupun pesan yang ingin
113). disampaikan melalui poster “Boeng,
Keberadaan poster perjuangan Ajo Boeng”. Hal ini dikarenakan dalam
“Boeng, Ajo Boeng” (1945) ini melihat suatu karya seni, tidak akan
menarik untuk diamati. Selain sebagai pernah lepas dari dua sudut pandang
sebuah karya seni yang diciptakan oleh utama, yakni sudut pandang estetis
kolaborasi seniman besar Indonesia, (seniman, lembaga seni, penghargaan
konteks kemunculan poster ini juga karya seni) dan sudut pandang non-
menarik untuk dianalisa. Pada tahun estetis (institusi politik, ideolgi yang
1945 Indonesia masih berada dalam berkembang, kecenderungan sejarah)
penguasaan pemerintah meliter Jepang, pada waktu dan tempat dimana karya
dimana segala segi kehidupan seni tersebut muncul (Peterson dalam
masyarakat berada dibawah kendali Zolberg, 1990:8). Lantas, seperti apa
3
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
dan bagaimana konteks estetis maupun makna intrinsic suatu karya seni
non-estetis ini mempengaruhi bentuk melalui sudut pandang sejarah seni.
visual poster perjuangan “Boeng, Ajo Subyek atau makna intrinsik
Boeng” (1945)? merupakan prinsip terpadu yang
Berdasarkan identifikasi mendasari dan menjelaskan suatu
permasalahan di atas, maka kemudian kejadian, baik yang bersifat kasat mata
dirumuskan pertanyaan penelitian maupun tidak (bersifat keterpahaman),
sebagai berikut: Pertama, bagaimana yang terwujud melalui susunan-susunan
bentuk penanda visual pada poster simbolis (motif artistik, tema, dan
perjuangan “Boeng, Ajo Boeng” konsep tertentu) pada suatu karya seni.
(1945)? Kedua, tema dan konsep apa Teori ini memiliki tiga tahapan yang
yang membangun visual poster saling berhubungan dan bersyarat dari
perjuangan “Boeng, Ajo Boeng” tahapan satu ke tahapan berikutnya,
(1945)? Ketiga, apa saja makna yakni tahap Deskripsi Pra-ikonografi,
intrinsik yang dapat diungkap dari tahap Analisis Ikonografi, dantahap
poster perjuangan “Boeng, Ajo Boeng” Interpretasi Ikonologi (Panofsky,
(1945)? Tujuan dari penelitian ini 1955:26-28).
adalah: Pertama, mengetahui bentuk Deskripsi Pra-Ikonografi adalah
penanda visual pada poster perjuangan tahap mendeskripsikan subyek primer
“Boeng, Ajo Boeng” (1945). Kedua, atau alamiah, berupa unsur faktual dan
mengetahui tema dan konsep yang ekspresional. Deskripsi unsur faktual
membangun visual poster perjuangan dilakukan dengan mengidentifikasi
“Boeng, Ajo Boeng” (1945). Ketiga, bentuk, yang meliputi warna, garis,
mengetahui makna intrinsik dalam atau tekstur yang merupakan
poster perjuangan “Boeng, Ajo Boeng” representasi objek ilmiah (alami)
(1945). seperti makhluk hidup (manusia,
Guna menjawab rumusan hewan, tumbuhan) dan benda-benda
masalah di atas, penulis menggunakan (seperti rumah, gedung, pakaian dan
alat analisa atau teori Iconology atau lain sebagainya). Sedangkan deskripsi
Ikonolgi Erwin Panofsky (1955). Teori unsur ekpresional, dilakukan dengan
ini berusaha mengungkap subyek atau mengidentifikasi hubungan sebab-
4
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
akibat suatu kejadian, atau merasakan Supper atau “Jamuan Terakhir”) tidak
kualitas ekspresional, misalnya karakter hanya sebatas menafsirkan ikonografi
sedih pada suatu gerak tubuh atau karya tersebut. Namun juga mencoba
nuansa rumah yang nyaman. Unsur memahami lukisan tersebut untuk
faktual dan ekspresional ini disebut mengetahui kepribadian seorang
juga sebagai motif artistik (Panofsky, Leonardo Da Vinci, atau untuk
1955:28). menggali peradaban Renaissance Italia,
Analisis Ikonografi adalah tahap atau untuk mengungkap suatu perilaku
menginterpretasi subyek sekunder atau kegamaan tertentu di dalamnya. Maka
konvensional dengan menggabungkan pada tahapan ini lukisan “Jamuan
dan mengkombinasikan motif Terakhir” telah dipandang sebagai
artistikyang membentuk citra, cerita, suatu gejala dari “hal-hal lain”. “Hal-
atau alegori kedalam komposisi suatu hal lain” inilah yang disebut sebagai
tema dan konsep tertentu. Misalnya pemaknaan atau penafsiran nilai-nilai
lukisan seorang “pria dengan pisau”. simbolis atau makna intrinsik (yang
Kombinasi motif artistic seperti ini sering tidak disadari oleh si pembuat
identik dengan citra, cerita, atau alegori karya seni) (Panofsky, 1955:30-31).
dari Santo Bartholomew yang
merupakan tema atau konsep tentang Tindakan
Obyek Interpretasi
Interpretasi
12 Rasul Yesus dalam agama Katolik Subyek primer atau
(Panofsky, 1955:28-29). natural: motif artistik Deskripsi Pra-
faktual dan Ikonografi.
Interpretasi Ikonologi adalah
ekspresional.
tahap menginterpretasi makna intrinsik Subyek sekunder
atau isi, yaitu dengan mengetahui dan atau konvensional: Analisis
memahami prinsip-prinsip yang berlaku citra, cerita, atau Ikonografi.
alegori.
di suatu bangsa, waktu, kelas, agama
Makna intrinsik: Interpretasi
atau doktrin filsafat yang nilai-nilai simbolis. Ikonologi.
termanifestasikan pada metode
Tabel 1. Tahapan dan Objek Ikonologi
komposisiatau nilai-nilai simbolis Sumber : “Meaning in the Visual Arts”,
1955, Halaman 40
tertentu. Sebagai contoh, memahami
lukisan Leonardo Da Vinci (The Last
5
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
6
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
7
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
8
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
9
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
10
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
juga dapat ditelusuri antara lain pada dalam karya seni musik, antara lain
poster-poster Perang Dunia I (1914- lagu “Maju Tak Gentar” (1945) karya
1918) dan Perang Dunia II (1939- Cornel Simanjuntak yang memuat
1945). Dua blok negara yang pesan realisasi akan perasaan merdeka,
berperang, yakni Sekutu (Inggris, pembebasan terhadap penindasan, dan
Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat) pembangkit semangat perjuangan
melawan Poros (Jerman, Italia, dan (Mintargo, 2003:110-111).
Jepang), kerap memproduksi poster- Agar anlisis Ikonografi dapat
poster perang bertemakan patriotik dan dilakukan dengan tepat, maka
nasionalisme. Tema ini memiliki diperlukan prinsip koreksi interpretasi
cirikhas visual antara lain menampilkan yakni pengetahuan akan kondisi sejarah
simbol-simbol kenegaraan (seperti yang berbeda-beda terhadap citra,
bendera, atribut meliter, dan sosok- cerita, atau alegori tersebut atau lazim
sosok pemimpin atau pahlawan). Poster disebut sebagai Sejarah Tipe. Sejarah
tema patriotik atau nasionalisme ini tipe adalah kondisi-kondisi sejarah
biasanya menyampaikan pesan tentang yang mempengaruhi tentang konvensi
kemerdekaan dan kebebasan dari tirani suatu tema atau konsep yang
atau penindasan (Darman, 2008:6-7). diekspresikan dalam objek-objek dan
Tema dan konsep nasionalisme peristiwa spesifik dan berlaku pada
juga nampak pada poster-poster suatu masa dan wilayah (Panofsky,
perjuangan ciptaan pelukis PTPI (Pusat 1955:35-40).
Tenaga Pelukis Indonesia) dan SIM Sejarah tipe tentang tema dan
(Seniman Indonesia Muda), antara lain konsep nasionalisme, dapat ditelusuri
poster “Darahku Merah Tak Sudi awal kemunculannya di Eropa sejak
Dijajah” (1946), “Allons Enfants de la abad ke-16. Nasionalisme dapat
Patrie! Le Jour de Gloire est Arrive - diartikan sebagai semangat suatu
Madjoelah Anak Djantan Tanah komunitas politis yang bersifat terbatas
Airkoe, Hari Kemenangan pasti secara inheren (berhubungan erat)
Datang!” (1946), dan “Bersatoe Kita sekaligus berkedaulatan (Anderson,
Tegoeh, Bertjerai Kita Djatoeh” (1947) 2008:8). Tema dan konsep
(Pirous, 2006:141-143). Begitu pula nasionalisme memiliki akar pada dua
11
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
12
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
yang dikenal oleh orang Indonesia, kepahitan sitasi kolonial, antara lain
yakni sejak tahun 1900, ketika banyak dengan melukis tema-tema yang
orang Indonesia yang mengenyam bersifat realitas sosial, seperti rasa sakit
pendidikan di Belanda dan Timur atau tragedi yang ada dalam masyarakat
Tengah (khususnya Mesir dan Mekkah) (realism sosioalis). Akibatnya para
dan kemudian mulai berkenalan dengan pelukis PERSAGI lebih condong
paham-paham politik internasional, memilih gaya ekspresionisme sebagai
seperti Marxisme, Sosialisme Barat, ungkapannya, termasuk Affandi
Pan-Islame, maupun Islam Modernis (Burhan, 2008:70-74).
Timur Tengah. Paham-paham politik
C. Tahap Analisis Ikonologi
internasional ini kemudian
mempengaruhi cara pandang bangsa
Tahap interpretasi ikonologis
Indonesia terhadap praktik politik
merupakan tahapan terakhir untuk
kolonialisme Belanda (Kahin, 2013:60-
memahami makna intrinsik atau isi dari
68).
sebuah karya seni. Interpretasi makna
Dalam dunia seni di Indonesia,
intrinsik atau isi dilakukan dengan
khususnya bidang seni rupa, tema dan
mengetahui dan memahami prinsip-
konsep nasionalisme berkembang sejak
prinsip yang berlaku di suatu bangsa,
PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar
waktu, kelas, agama atau doktrin
Indonesia) didirikan tahun 1938.
filsafat yang termanifestasikan pada
Kehadiran PERSAGI pada saat itu
metode komposisi atau nilai-nilai
berusaha mengubah paradigma pelukis
simbolis tertentu. Tahap ini juga
Indonesia yang terlalu terikat pada gaya
menganalisa psikologi personal dan
lukisan Mooi Indieatau Hindia Molek,
weltanschauung (pandangan hidup)
yakni gaya realisme yang cenderung
pencipta karya (Panofsky, 1955:30-41).
melukiskan keadaan yang indah dan
Affandi sebagai perancang
romantis, jauh dari realitas masyarakat
visual poster perjuangan “Boeng, Ajo
sebenarnya. Melalui PERSAGI, para
Boeng” (1945) merupakan seorang
pelukis Indonesia berusaha mencari
pelukis yang mulai berkarya sejak
suatu bentuk seni lukis Indonesia baru
tahun 1930-an.Sejarah mencatat bahwa
dengan semangat nasionalisme akibat
Affandi merupakan salah satu pelukis
13
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
14
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
15
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
16
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
tokoh nasional menjadi lebih dekat. yang tepat, wawasan dan pengetahuan
Soekarno yang mampu membaca teknis dari instruktur Jepang ternama,
kondisi seni lukis Indonesia yang maju dan semakin tingginya apresiasi rakyat
berkat bantuan Jepang tersebut, pada karya seni lukis. Dunia politik dan
berusaha mewujudkan visi politik seni di Indonesia tahun 1945 tidak
bangsanya dengan menggandeng para dapat dipisahkan, keduanya saling
pelukis untuk menyampaikan pesan- bersinergi pada satu tujuan yang sama.
pesan perjuangan kemerdekaan Hal ini terlihat dari usaha Soekarno
Indonesia, salah satunya melalui dalam menggandeng para seniman
diciptakannya poster perjuangan ternama guna menciptakan media
“Boeng, Ajo Boeng” (1945). komunikasi visual untuk
Dari tahap analisis Ikonologi menyampaikan pesan kemerdekaan
ini, dapat digali beberapa makna bagi rakyat Indonesia melalui poster
intrinsik, antara lain poster perjuangan perjuangan “Boeng, Ajo Boeng”
“Boeng, Ajo Boeng” (1945) (1945).
memperlihatkan realitas sosial bangsa
Indonesia yang ingin berontak untuk PENUTUP
segera bebas dari penindasan dan
Kesimpulan yang dapat ditarik
penjajahan bangsa lain. Gaya
dari penelitian poster perjuangan
ekspresionisme dan realisme sosial
“Boeng, Ajo Boeng” karya Affandi
yang kuat pada visual poster
tahun 1945 adalah:
merupakan dampak dari perkembangan
1. Motif artistik yang menyusun
dunia seni rupa Indonesia yang mulai
bentuk visual poster perjuangan
menemukan jati dirinya pasca
“Boeng, Ajo Boeng” (1945) adalah
dominasigaya Hindia Molek pada masa
seorang pemuda Indonesia yang
penguasaan Belanda. Berkuasanya
berontak dan membebaskan dirinya
Jepang menggantikan Belanda,
dari belenggu rantai penjajahan.
memberikan dampak positif bagi
Gaya ungkap pada poster ini adalah
perkembangan seni di Indonesia, antara
gaya emosi atau ekspresionisme
lain para seniman, khususnya pelukis,
yang merupakan puncak pencapaian
menemukan gaya seni lukis Indonesia
17
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
18
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
19
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412 – 1662 E-ISSN 2580-2208 Volume 19, Nomor 1, Juni 2017