Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Musik merupakan suatu media yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, sebagai
mahluk yang dibekali cipta, rasa dan karsa oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dapat
mengekspresikan dirinya menurut kata hati melalui bernyanyi, hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Adjie (2008:23) bahwa: “Bernyanyi merupakan musik yang menggunakan
media vokal atau suara manusia”, supaya terdengar indah maka bernyanyi membutuhkan suatu
teknik tersendiri.
Seperti kita ketahui bersama bahwa pembelajaran musik di sekolah khusunya di tingkat SMA
berdasarkan PERMEN 22 TH 2006 tentang STANDAR ISI, dinyatakan bahwa:
Pendidikan seni musik merupakan bagian dari pendidikan mata pelajaran seni budaya, yang
memiliki beberpa tujuan, antara lain sebagai berikut:(1). Memahami konsep dn pentingnya seni
budaya: (2). Menampilkan sikap apreiasi terhadap sni budaya: (3). Menampilakan kreativitas
melalui seni budaya: (4). Menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal,
regional maupun global.
Pembelajaran teknik vokal dalam pendidikan musik persekolahan menekankan pada pemahaman
akan nilai-nilai sosial budaya melalui pengalaman estetika dan etika musik, pembelajaran seni
musik di SMA yang menitikberatkan pada kemampuan keterampilan dasar musik, yaitu sebagai
cara untuk mendapatkan pengalaman langsung tentang estetika dan etika seni, seperti pada
jenjang SMA yang menitikberatkan pada kemampuan keterampilan dasar musik.
Pengajaran musik Vokal di SMA adalah bagian dari tujuan pendidikan pada tahap pembentukan
pribadi anak dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti
yang kita cita-citakan bersama. Untuk melaksanakan pengajaran Vokal tersebut agar lebih
bermakna dan variatif sehingga dapat menarik minat siswa tentunya guru dituntut untuk mampu
mengembangkan inovasi pembelajarannya. Hal ini akan menjadi suatu motivasi tersendiri bagi
siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan berbagai potensi anak. Potensi anak yang dapat
dikembangkan antara lain: rasa keindahan yang dimiliki murid melalui pengalaman dan
penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik, kemampuan menilai
musik melalui selera intelektual dan selera artistic, berbagai kemajuan tersebut penting dimiliki
karena memungkinkan murid mampu mengembangkan kepekaan terhadap dunia disekelilingnya,
dan dapat meningkatkan dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan kemampuannya dalam
bidang musik.
Peranan guru musik adalah menciptakan kondisi musikal yang kondusif, sehingga siswa dapat
mengalami dan memahami suatu karya cipta musik sepenuhnya. Untuk itu pemahaman guru
musik dalam menafsirkan kurikulum pendidikan musik, hendaklah kritis dan kreatif dalam
pengembangkan model-model pengajaran musik, tentu saja, yang dapat menumbuhkan
pemahaman siswa akan nilai sosial budaya melalui pengalaman estetika dan etika seni mereka.
Beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan bahwa yang menjadi kendala dalam
pembelajaran seni musik terutama yang berkaitan dengan olah atau teknik vokal diantaranya
adalah perkembangan fisik, psikologis dan emosi peserta didik terhadap pendidikan musik,
misalnya seperti diuraikan: “Perubahan hormonal yang dialami remaja pada umumnya (pria dan
wanita) berakibat pada sejumlah organ tubuh lain, termasuk pita suara” (Agung Suryadi, 2008).
Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pendidik musik khususnya dalam pengajaran
vokal bagi remaja. Perubahan yang terjadi pada sejumlah organ tubuh tersebut, seringkali
menimbulkan tekanan psikologis tertentu seperti timbulnya rasa malu, gelisah dan perilaku
meniru idolanya.
Melihat kondisi di atas, maka peranan guru musik sangat menentukan. Proses pembelajaran
musik sebaiknya tidak didominasi oleh guru di kelas. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator
yang dapat memotivasi pengembangan musikalitas siswa, misalnya dengan memberikan
kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan bermain musik sebanyak-banyaknya,
membiarkan siswa bekerja dalam kelompok kecil, membiarkan siswa bekerja dengan ide-ide
mereka dan mengalami yang telah mereka miliki, memberikan batas-batas materi pembelajaran
yang jelas, disamping itu guru juga berupaya untuk dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan
pemahaman siswa tentang pelajaran musik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada saat
proses pembelajaran. Selain aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas, guru
juga dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan di luar kelas, seperti mengadakan
kerjasama dalam kegiatan-kegiatan suatu pertunjukan, lomba dan diskusi. Melalui kegiatan ini,
siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mereka tentang musik pada umumnya,
yang diharapkan dapat menambah perbendaharaan pemahaman mereka dalam melakukan
aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran musik secara menyeluruh.
Keberhasilan tercapainya tujuan proses pembelajaran terletak di tangan guru, begitu pula dalam
keberhasilan pendidikan seni, guru memegang peran sangat penting. Menarik penampilan guru
dalam proses pembelajaran seni, dapat diidentifikasi dengan kenyataan bahwa, banyak guru seni
yang dekat dan disenangi siswa di sekolah tersebut, ini menunjukkan bahwa pelajaran seni tidak
menakutkan.
Kenyataan dilapangan masih banyak pelajaran seni khususnya seni musik belum mampu
menjawab harapan seperti yang telah diuraikan diatas. Pembelajaran seni sifatnya masih terbatas
kebiasaan yang lazim terfokus pada pemberian materi yang sifatnya mudah dilakukan misalnya
peserta didik ditugaskan menyanyi sebuah lagu tanpa melihat bagaimana teknik yang benar
dalam bernyanyi.  Apabila hal ini terjadi maka, dikhawatirkan bahwa pelajaran musik hanya
terbatas pada konsep hiburan semata. pelaksanaan pembelajaran seni musik masih terkesan
biasa-biasa saja.
Guru dalam hal ini dapat berperan sebagai motivator dan fasilitator, yaitu memberikan semangat
kepada siswa, mengarahkan dan membimbing imajinasinya agar ide-ide siswa dapat berkembang
sesuai dengan perkembangan fisik dan psikologisnya. Sering kali guru melakukan tindakan yang
bersifat pembebasan kehendak misalnya guru berupaya menanamkan kemampuan, selera orang
dewasa kepada anak-anak. Jadi guru seni dalam hal ini perlu memperhatikan perkembangan
anak-anak sehingga strategi yang diterapkan dalam pembelajaran seni dapat berdampak positif
bagi perkembangan anak. Oleh karena itu diupayakan adanya perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran seni musik di sekolah demikian pula pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMA) secara substansi ditentukan dan membutuhkan dukungan banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut diantaranya; kualitas dan profesionalisme guru seni musik yang tidak memahami
teknik vokal sehingga berakibat ketidak berhasilan dalam pembelajaran. Tidak sedikit guru seni
musik yang berlatar pendidikan bukan dari jurusan musik, kemampuan siswa dalam
mengungkapkan teknik vokal, lingkungan belajar, media pembelajaran, dukungan orang tua,
masyarakat. Hal penting lainnya yaitu kreativitas mengajar guru dalam pembelajaran di sekolah
yang pada dasarnya sangat mutlak, karena tidak mungkin pembelajaran dilakukan dengan baik
dan berkualitas, jika tidak didukung oleh kreatifitas mengajar yang produktif dan komprehensip.
Guru juga disamping harus menguasai metodologi yang disyaratkan mampu menggunakan
media secara optimal agar penguasaan materi pada anak dapat terbantu dengan baik.
Hal tersebut dapat menjadi lebih buruk lagi jika proses pembelajaran yang digunakan atau
dilaksanakan oleh guru dalam pembelajarannya tidak mampu mengakomodasi secara
representatif kemampuan dan tujuan belajar siswa. Kreatifitas mengajar guru yang mampu
mengakomodasikan kemampuan dan tujuan belajar siswa secara menyeluruh akan mendorong
kualitas proses dan produk pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk lebih berkreativ agar dapat mengurangi
rendahnya tingkat kualitas proses dan produk belajar siswa. Oleh karena itu kreatifitas guru
diperlukan dalam pembelajaran seni musik guna meningkatkan prestasi bvelajar siswa. Upaya
peningkatan kualitas belajar siswa ini mutlak harus dilakukan mengingat peran siswa sangat
menentukan dalam keberhasilan pembelajaran.
Media pembelajaran salah satunya yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar. Kenyataan dilapangan bahwa tidak sedikit guru-guru musik di sekolah dalam
praktek pembelajaran masih menggunakan cara atau metode klasik artinya tidak menggunakan
media pembelajaran yang memadai diantaranya media audio visual (VCD, LCD, TV dan lain-
lain). Kurang digunakannya media dalam proses belajar mengajar
berdasarkan informasi para guru beberapa faktor kendala antara lain: tidak tersedianya sarana
dan prasarana yang sesuai dengan materi ajar, media sebagai sumber belajar sulit diperoleh, dan
kevcenderungn berapa guru belum memperhatikan pentingnya penggunaan media dalam roses
belajar, seringkali materi atau bahan ajar atau buyku pelajaran tidak dilengkapi media untuk
pembelajaran sehingga guru harus berupaya mengadakan dengan susah payah.
Proses pembelajaran seni di SMA Darma Satria Persada, nampaknya masih memperhatikan
kriteri tersebut termasuk diantaranya kesulitan mendapatkan media untuk pembelajaran beberapa
media dalam bentuk materi ajar. Pada kesempatan ini penulis mengemban tugas sebagi pengajar
seni budaya di sekolah tersebut. Kendala untuk mendapatkan media untuk bahan ajar terasa
sangat sulit dan menemui banyak kendala, khususnya dalam pembelajaran teknik vokal,
terpikirkan bahwa pembelajaran dengan media penting untuk membantu dalam proses
pembelajaran. Bentuk media pembelajaran untuk teknik voksl ternyata harus disediakan dan
disiapkan yang sesuai dan relevan dengan tujuan pembelajarannya, disamping bentuk media
yang kiranya dapat menunjang pembelajaran teknik vocal pada siswa, adalah media yang berisi
tentang gambaran bagaimana teknik berlatih bernyanyi dengan baik.
Sementara ini pembelajaran teknik vokal khususnya di sekolah tersebut masih dilakukan secara
konvensional yakni, guru memberikan ceramah dan mengarahkan praktek teknik vokal dan
bernayanyi secara langsung dikelas dengan media seadanya ternyata hasil yang diperoleh terasa
belum cukup maksimal, artinya para siswa harus mendapat variasi dan tuntutan lain untuk proses
pembelajaran, para siswa disamping berlatih melalui pembelajaran di kelas juga harus mampu
berlatih pada kesempatan lain di luar kelas. Namun hal itu nampaknya masih jadi kendala akibat
tidak terdapatnya bimbingan untuk belajar. Salah satu harapan agar siswa dapat terbimbing
adalah dengan menggunakan media belajar teknik vokal. Media tersebut apabila tersedia
disamping dapat digunakan sebagai tuntunan siswa belajar di luar waktu sekolah juga dapat
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di kelas, agar kompetensi siswa dalam bernayanyi
terbantu dalam berlkatih teknik vokal.
Berkaitan hal tersebut, pembelajaran teknik vokal dengan menggunakan media audio visual akan
sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran seni musik di sekolah.
Pembelajaran dengan menggunakan teknik vokal yang baik memiliki makna yang sangat
berharga dalam kehidupan manusia, sebagai wahana hiburan dan kesehatan terutama secara
kejiwaan seseorang.
Penulis akan mencoba malaksanakan pembelajaran sekaligus penelitian di sekolah tersebut
dengan mencoba menerapkan media pembelajaran untuk teknik vokal. Adapun maksud
penelitian ini kualitas pembelajaran seni musik dalam hal ini teknik vokal dengan menggunakan
media audio visual khusunya di kelas X SMA Darma Satria Persada. Melalui penelitian ini
diharapkan hambatan-hambatan yang ada terutama berkaitan dengan hambatan pembelajaran
teknik vokal di sekolah hasilnya akan meningkat secra baik.  Ketertarikan peneliti diwujudkan
dalam bentuk penelitian dengan judul “Penerapan Media Audio Visual Pada Pembelajaran
Musik Untuk Meningkatkan Teknik Vokal Bagi Siswa kelas X SMA Darma Satria Persada”.
Alasan dipilihnya lokasi penelitian tersebut antara lain adalah: Perbaikan dalam proses
pembelajaran dan ingin memiliki wawasan yang cukup tinggi dalam belajar teknik vokal,
khususnya pada pembelajaran seni yang diberikan di SMA Darma Satria Persada.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah:
Bagaimana penerapan media Audio Visual pada pembelajaran musik untuk meningkatkan teknik
vokal bagi siswa kelas X di SMA DARMA SATRIA PERSADA, selanjutnya dari fokus
penelitian itu adalah dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran melalui penerapan media audio visual pada pembelajaran
musik untuk meningkatkan teknik vokal bagi siswa kelas X di SMA Darma Satria Persada?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses pembelajaran melalui penerapan media audio
visual pada pembelajaran musik untuk meningkatkan teknik vokal bagi siswa kelas X di SMA
Darma Satria Persada?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan gambaran tentang tindakan
pembelajaran di sekolah yang terkait dengan masalah:
1. Proses pembelajaran melalui penerapan media audio visual pada pembelajaran musik untuk
meningkatkan teknik vokal bagi siswa kelas X di SMA DARMA SATRIA PERSADA
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran penerapan media audio visual pada
pembelajaran musik untuk meningkatkan teknik vokal bagi siswa kelas X di SMA DARMA
SATRIA PERSADA

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembang pendidikan terutama yang berkaitan
dengan pemahaman siswa terhadap pembelajaran seni musik yaitu yang berkaitan dengan
dengan pembelajaran teknik vokal dengan melalui media audio visual. Selain itu penelitian ini
juga dapat memberikan kegunaan bagi: 
1. Peneliti sendiri dalam hal ini sebagai guru pendidikan seni di SMA DARMA SATRIA
PERSADA untuk meningkatkan dan melaksanakan inovasi pembelajaran.
2. Memberikan wawasan terhadap profesionalisme guru khususnya yang berkaitan dengan
pembelajaran dengan media SMA DARMA SATRIA PERSADA, khususnya tim paduan suara.
3. Memberikan kontribusi dalam menciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajaran teknik
vokal di SMA DARMA SATRIA PERSADA

E. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian ini adalah bahwa melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
teknik vokal dapat membantu keberhasilan pembelajaran vokal di SMA DARMA SATRIA
PERSADA

F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas (classcroom action research) bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam hal ini
peneliti pada proses pembelajaran teknik vocal di kelas X melalui PTK guru akan selalu
berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan melalui tahapan yang berupa
siklus, setiap siklus merupakan perbaikan pembelajaran dari siklus sebelumnya berdasarkan hasil
refleksi guru melihat kekurangan-kekurangan dari situasi dan kondisi yang dialami dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas X SMA DARMA SATRIA PERSADA, sehingga hasil
belajar siswa menjadi semakin meningkat. Contoh ptk seni budaya kurikulum 2013
Wiriaatmadja (2005:75) menyatakan bahwa tujuan dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah
memperbaiki praktek pembelajaran guru di kelas”.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Pendidikan Seni Musik di Sekolah


1. Konsep Dasar Seni Musik
Pengertian musik menurut N. Simanungkalit (2008:1) adalah: musik merupakan keindahan suara
yang dapat didengar. Sumber suara ini dua macam asalnya yang dihasilkan oleh alat-alat dan
dihasilkan oleh manusia, yang dihasilkan oleh alat-alat bernama instrumental dan yang
dihasilkan oleh manusia disebut vocal. Sedangkan menurut Seashor (1987), definisi musik
adalah: (1) pesona jiwa, alat membuat gembira, sedih, semangat, susah, dan penuh pengharapan,
(2) seolah-olah mengangkat pikiran dan ingatan melambung tinggi,(3) emosi melampaui diri
seperti gelombang di laut lepas.
Selanjutnya menurut Agus dkk (2009) Di dalam dunia musik, vokal yang dihasilkan dari suara
manusia adalah merupakan salah satu instrumen musik yang sangat penting. Vokal juga
merupakan instrumen yang banyak digunakan di dalam khasanah musik manapun di dunia ini.
Oleh karena itu, keindahan unsur vokal di dalam sebuah komposisi musik terkadang dijadikan
ukuran di dalam menilai sebuah karya musik. Setiap manusia memiliki kualitas vokal yang
berbeda termasuk di dalam menyanyikan sebuah lagu. Kualitas vokal seseorang di dalam musik
lebih banyak ditentukan oleh karena factor bakat yang dibawanya sejak lahir. Namun demikian
faktor bakat tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya pengolahan yang baik pula.
Berdasarkan pemikiran tersebut musik memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan
manusia, seperti sebagai bagian dari kegiatan ritual keagamaan, sebagai media hiburan,
pendidikan, dan kesehatan. Musik dibangun oleh elemen¬elemen bunyi, melodi, ritme, harmoni,
dan ekspresi. Bunyi itu sendiri terdiri dari pitch yang berhubungan dengan ketinggian nada,
durasi yang berhubungan dengan jangka waktu nada-nada, intensitas yang berhubungan dengan
kekuatan bunyi atau nada. Intensitas ini sering pula disebut sebagai bagian dari ekspresi musik
yakni sebagai unsur dinamik. Beranjak dari hal tersebut diatas, Unsur bunyi yakni timbre atau
warna nada/suara yang berkaitan dengan kualitas bunyi yang dihasilkan yang berhubungan
dengan jenis materi dan teknik dihasilkannya. Musik yang dihasilkan dari prilaku manusia
adalah bernyanyi, medium musik pertama yang dimiliki manusia diduga adalah bernyanyi. Suara
manusia diperkirakan merupakan medium musikal yang mendasari medium-medium musik
lainnya. Musik vokal/bernyanyi memiliki ekspresi yang paling natural, komunikasi yang paling
langsung, dan merupakan kehalusan dari gambaran perasaan/emosi dan musik
Salah satu bentuk penyajian musik adalah dengan bernyanyi hal ini merupakan suatu bagian
yang penting dalam pengembangan diri seseorang dalam hal ini siswa. Pada saat seorang siswa
akan mengekspresikan apa yang dirasakan, dipikirkan, diimpikan secara pribadi, melalui
bernyanyi anak akan bersentuhan dengan sesuatu yang indah. Dari uraian tersebut diatas ada dua
hal yang perlu mendapat perhatian dari seorang guru musik yakni, bagaimana memperkenalkan
teknik vokal yang benar dalam bernyanyi pada peserta didiknya, dan kapan mereka akan
bernyanyi.
Dari apa yang diuraikan diatas elemen lain dari musik adalah warna suara, warna suara anak-
anak biasanya tinggi, ringan, dan melengking (seperti suara suling). Karakter suara ini harus
disesuaikan dengan lagu-lagu anak Kualitas suara anak tergantung pada faktor-faktor seperti
pengalaman musikal, struktur dan perkembangan fisik anak, serta contoh-contoh nyanyian yang
pernah didengar mereka. Bernyanyi yang benar tidaklah sesederhana yang diperkirakan,
menyuarakan notasi dalam bentuk teks lagu, bernapas, melembutkan dan mengeraskan volume,
berusaha mengekspresikan dengan gerak tubuh, lalu selesai. Dalam bernyanyi ada teknik-teknik
yang harus dikuasai sehingga suara yang akan dihasilkan adalah suara “orang bernyanyi”.
Beberapa teknik yang perlu dikuasai adalah pembentukan dan olah suara, pernapasan,
pengucapan, penguatan resonansi, vokalisi, dan penjiwaan.
Pendapat lain tentang pengertian musik menurut: Adjie (2008:28) Musik adalah kesenian yang
bersumber dari bunyi. Dimana musik dibangun oleh empat unsur yaitu: nada, atau bunyi yang
teratur, amplitudo, atau kuat lemahnya bunyi, yang bahasa musiknya dinamik, unsur waktu yang
terdiri dari panjang pendeknya bunyi serta warna suara.
2. Pembelajaran Vokal di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pengajaran musik adalah bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan
pribadinya dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti
yang kita cita-citakan bersama. Untuk melaksanakan pengajaran musik di SMP hendaknya kita
mempunyai rumusan tujuan pengajaran musik di SMP itu, agar dalam pelaksanaannya kita dapat
selalu berpedoman kepada tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan pengajaran musik itu
dapat bermacam-macam, tetapi tidak boleh berlawanan dengan tujuan yang tertera dalam
kurikulum yang berlaku dan tujuan umum yang kita cita¬citakan di atas. Salah satu alternatif
rumusan tujuan pengajaran musik di Sekolah dalam hal ini di SMP dapat diuraikan sebagai
berikut: untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki murid
melalui pengalaman dan penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui
musik, kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera artistik sesuai dengan
budaya bangsa sehingga memungkinkan murid mengembangkan kepekaan terhadap dunia
disekelilingnya, dan dapat meningkatkan dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan
kemampuannya dalam bidang musik.
Tujuan pengajaran musik di SMP ini harus dijabarkan menjadi beberapa Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar sesuai dengan pengelompokkan unsur-unsur musik yang esensial. untuk
pengajaran musik di SMP ini dirumuskan kembali Milyartini (2008:28) sebagai berikut.
a. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama melalui pengalaman dan
penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak irama, membuat gerak irama,
membuat pola-pola irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
b. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melidi melalui pengalaman dan
penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak melodi membuat pola-pola
melodi sederhana, dan membaca notasi melodi dengan benar.
c. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni melalui pengetahuan
dan penghayatan musik, mempunyai
bayangan penginderaan gerak harnoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik
harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan sederhana.
d. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk struktur lagu melalui pengalaman dan
penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang
lagu-lagu sederhana.
e. Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan ekspresi melalui pengalaman dan
penghayatan musik, mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau
memainkan lagu-lagu dengan tingkat ekspresi yang tingi.
Guru harus dapat memilih dan merencanakan kemampuan dan materi yang akan di ajarkan, yang
hasilnya langsung dapat diamati. Hasil yang ingin dicapai ini dirumuskan dalam tujuan-tujuan
pengajaran terkecil, yang disebut tujuan pembelajaran, semua tujuan pembelajaran haruslah
selalu mengarah kepada usaha pencapaian indikator.
Peranan guru musik adalah menciptakan kondisi musikal yang kondusif, sehingga siswa dapat
mengalami dan memahami suatu karya cipta musik sepenuhnya. Untuk itu pemahaman guru
musik dalam menafsirkan kurikulum pendidikan musik, hendaklah kritis dan kreatif dalam
pengembangkan model-model pengajaran musik, tentu saja, yang dapat menumbuhkan
pemahaman siswa akan nilai sosial budaya melalui pengalaman estetika dan etika seni mereka.
Sementara pendidikan musik luar sekolah, bertujuan membentuk ahli musik yang terampil.
Siswa dalam pendidikan musik luar sekolah ini, dapat menentukan dan mengembangkan
minatnya dengan lebih khusus serta dapat mengatur sendiri rencana belajar mereka tanpa ikatan
formal layaknya dalam pendidikan musik persekolahan.  
Sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan kesenian di SMP dan SMU tahun 1994 maka
pembelajaran musik di sekolah sebaiknya melibatkan aktivitas-
aktivitas menyanyi, memainkan instrumen, melatih kepekaan telinga (ear training), improvisasi
dan berkreasi. Kegiatan tersebut ditujukan untuk mengembangkan fungsi jiwa, perkembangan
pribadi dengan memperhatikan lingkungan sosial budaya peserta didik di sekolah dan dapat
dilakukan di tingkat pendidikan SMP maupun SMU sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir
serta perkembangan mental dan fisik siswa.
Proses pembelajaran, Gordon menyarankan teknik audiation yaitu teknik yang memotivasi siswa
untuk belajar dengan cara mendengar sekaligus mamahami materi pengajaran yang disampaikan.
Teknik ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman serta
sensitivitas siswa terhadap melodi, interval, ritme dan birama, tonalitas dan ‘rasa’ harmoni yang
merupakan dasar pengetahuan mereka untuk dapat berimprovisasi dan berkreasi secara kreatif
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum di SMP.
Peranan guru dalam pembelajaran musik sebaiknya tidak mendominasi proses pembelajaran di
kelas. Guru diharapkan untuk menjadi fasilitator yang dapat memotivasi pengembangan
musikalitas siswa, misalnya dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan bermain musik sebanyak-banyaknya, membiarkan siswa bekerja dalam
kelompok kecil, membiarkan siswa bekerja dengan ide-ide mereka dan mengalami yang telah
mereka miliki, dan memberikan batas-batas materi pembelajaran yang jelas, meningkatkan rasa
ingin tahu dan pemahaman mereka tentang pelajaran musik dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Selain aktivitas yang dilakukan
dalam proses pembelajaran di kelas, guru juga dapat memotivasi siswa untuk melakukan
kegiatan di luar kelas.
C. Konsep Teknik Vokal dalam Pembelajaran Seni Musik
1. Pengertian Teknik Vokal
Menurut Rudy MY (2008:46) Dalam membentuk teknik vocal merupakan teknik dasar dalam
bernyanyi sehingga apabila diibaratkan dengan sebuah rumah atau gedung teknik vokal
merupakan pondasinya. Untuk menghasilkan teknik vocal yang baik maka, seorang penyanyi
harus memperhatikan beberapa teknik penguasaan diantaranya adalah: penguasaan teknik
pernafasan, penguasaan notasi, penguasaan tempo dan penguasaan artikulasi. musik yang
bersumber dari suara manusia, biasa dimainkan oleh seorang penyanyi, atau sekelompok orang.
Contoh ptk seni budaya kurikulum 2013 Jika dimainkan perorangan disebut solo dan jika
dimainkan atau dinyanyikan secara rampak atau sekelompok orang suara bersama (samen
zingen). Sejalan dengan hal tadi maka Adjie (2008:30) menguraikan bahwa vokal bisa diuraikan
suara manusia, dalam ilmu bahasa , huruf hidup sering disebut vokal, karena huruf tersebut
merupakan unsur utama dalam menghidupkan bunyi bahasa itu sendiri.
2. Unsur- Unsur Teknik Vokal dalam Bernyanyi
Setiap manusia memiliki ketinggian suara yang berbeda-beda, ada yang suaranya tinggi
melengking, sedangkan yang lain tidak bisa seperti itu, ada seseorang yang dapat mengeluarkan
suara yang sangat rendah dan pada pihak lain tidak biasa melakukannya. Faktor yang
mempengaruhi ketinggian suara seseorang
adalah tipis tebalnya pita suara yang dimiliki orang tersebut. Semakin tipis pita suara seseorang
maka semakin tinggi jaungkauan suara yang biasa dihasilkan. Untuk dapat menguasai teknik
power suara, maka seseorang harus sering melakukan teriakan. Dengan sering melakukan
teriakan, telah terjadi suatu proses pelatihan penguatan otot-otot yang berkaitan dengan suara.
Seperti halnya kita melatih otot tubuh lainnya, sehingga menjadi kuat dan bertenaga. (Rudy;
2008:23).
Selanjutnya Budidharma (2001:3) menguraikan tentang pembelajaran teknik vocal tidak terlepas
dari bagaimana teknik pengambilan napas, teknik vocal seperti memainkan alat musik tiup,
dalam bernyanyi mengisi paru-paru dengan udara akan memberikan efektifitas hal ini
berpengaruh untuk melakukan kemampuan menyanyikan nada-nada panjang, kontrol terhadap
nada tinggi, nada rendah tekstur suara lembut/keras, warna suara, fleksibilitas, vibrato, non
vibrato, menghasilkan nada yang lebih jernih dan bernyanyi lebih lancar dalam wilayah register
tangga nada.
Teknik bernyanyi selanjutnya seperti yang diuraikan oleh Alting (dalam Ruth Dwi, 2006:11)
bahwa dalam melatih pernafasan yang harus dilakukan adalah ada tiga tahap yaitu: (1). Mengisi
paru-paru; (2). Menahan nafas selama beberapa detik; (3). Mengeluarkan nafas secara perlahan-
lahan. Kemudian melakukan gerakan: berdiri tegak, jangan tegang, sambil merentang lengan
kesamping sambil menghirup nafas, menahan nafas dua hitungan dengan posisi badan tetap
berdiri serta mengeluarkan nafas, tangan diturunkan merentang ke samping (4 hitungan) terus
mengulangi kegiatan itu sekitar kira-kira enam kali.
Selanjutnya menurut Alting (Ruth Dwi, 2006:12-13), teknik pernafasan yang merupakan bagian
dari teknik vokal memiliki tiga macam yaitu:
a. Pernapasan Dada;
Nafas sepenuhnya dimasukkan ke dalam paru-paru sehingga rongga dada membusung ke
depan. Kelemahan pernafasan ini paru-paru menjadi cepat lelah dalam menahan udara, suara
yang dihasilkan menjadi tidak stabil karena udara yang dikeluarkan kurang dapat diatur.
b. Pernapasan Diafragma;
Paru-paru dapat terisi penuh tanpa terjepit karena ruangan diperluas dengan meregangnya sekat
rongga badan atau diafargma yang bergerak ke bawah. Pengeluaran napas diisi terjadinya karena
diafragma menekan paru-paru dari bawah serta dibantu otot-otot perut dan otot- otot sisi badan.
Dengan demikian pengeluaran napas diatur oleh kehendak kita sendiri dan menghasilkan suara
yang meyakinkan.
c. Pernapasan Perut;
Perut berkembang ke depan, paru-paru hanya dengan bagian tengahnya saja, meskipun system
ini juga sedikit baik digunakan tetapi sampai sekarang penyanyi masih jarang menggunakan ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mendapatkan suara yang diharapkan yaitu dengan selalu
berlatih menyanyi dengan suara sekeras-kerasnya, hal ini harus dilakukan secara terus-menerus
dengan secara rutin hingga mendapatkan suara yang bertenaga, yaitu besar, lantang dan stabil.
Selain pernapasan unsur-unsur teknik vokal antara lain: seperti yang diuraikan oleh Rudy
(2008:56) adalah:
a. Penguasaan Notasi
seseorang dapat bernyanyi dengan indah dan merdu dan pas terdengar ditelinga itu karena pas
menempatkan nada-nada ini merupakan kemampuan seseorang terhadap penguasaan nada, ada
pula yang bernyanyi dengan suara yang sumbang, terdengar buruk dan kacau, hal ini disebabkan
karena orang tersebut belum mampu menempatkan nada-nada pada lagu yang dinyanyikan, oleh
karena itu untuk menjadi penyanyi atau bernyanyi dengan benar diperlukan penguasaan notasi
sebagai syarat utama. Tujuan dari pelatihan penguasaan notasi tersebut dimaksudkan untuk
melatih feeling terhadap harga nada secara akurat.
b. Penguasaan Tempo
Dalam bernyanyi sangat penting untuk mengerti dan menguasai tempo dari sebuah lagu, sering
kita dengar meskipun seseorang bernyanyi dengan nada yang benar, namun terasa kurang pas
dan tidak enak didengar karena tidak dapat menguasai tempo lagu, kesalahannya akan terlihat
jelas apabila diiringi dengan music bisa terlalu cepat atau lambat sehingga hilang bentuk karakter
dan makna dari lagu.
c. Penguasaan Artikulasi
Dalam pementasan musik, kita sering mendengarkan seorang penyanyi yang sedang
melantunkan sebuah lagu dengan mengucapkan kata-kata dari lirik lagu tersebut dengan sangat
jelas, hal tersebut dapat membuat pendengar merasakan lagu tersebut sehingga terjalin hubungan
dengan penonton lewat
sebuah lagu, akan tetapi ada penyanyi yang melantunkan lagu dengan tidak jelas padahal lagu
tersebut tidak asing bagi penonton.
d. Phrasering
Aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga mudah dimengerti dan sesuai dengan
kaidah- kaidah yang berlaku.
e. Ekspresi/Penjiwaan
Lagu terdiri dari dua bagian, yaitu bagian teknis dan bagian jiwa. Jiwa dalam artian sebagai
sebuah karya dari ungkapan perasaan yang hidup dan memiliki rasa, sehingga mampu
menyentuh dan menggugah perasaan yang mendengarkan, maka yang dimaksud menjiwai lagu
adalah memahami lagu sebagai suatu karya hidup yang memiliki perasaan dan mengungkapkan
pada nyanyiannya.  Penyanyi yang mampu menjiwai lagu adalah penyanyi yang mampu
menerjemahkan dan mengungkapkan emosi yang terkandung dalam lagu tersebut.

B. Media Pembelajaran Vokal


1. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah
berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan
penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm
(1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti:
buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak
maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media
pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah
alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan
digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan,
saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif,
seperti adanya komputer dan internet.
Media Pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta
didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang
menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan
sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta
didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar –
gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat
melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di
dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena: (a) obyek
terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang
bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus;
(f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka
semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
1. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungannya.
2. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
3. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
4. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
5. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
6. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan
abstrak.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Jenis-jenis media belajar diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media: slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya.
4. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK, penggunaan media baik yang bersifat visual, audial,
projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan
serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh: dewasa ini penggunaan
komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media
yang bersifat interaktif.
Tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, yang di kutip dari Allen dalam
Sudrajat (2009:3) sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:

Keterangan:
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Salah satu pengertian dari media pendidikan yang cukup populer adalah alat, metode, dan teknik
yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu media pendidikan
adalah suatu bagian yang integral dari proses pendidikan. Dan karena itu menjadi suatu bidang
yang harus dikuasai oleh setiap guru yang profesional.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka, guru yang professional memiliki kemauan dan
kemampuan untuk menggunakan media pendidikan dalam proses pembelajaran karena media
pembelajaran sangat membantu keberhasilan guru dalam memberikan layanan pendidikan
kepada siswa-siswanya. Lebih luas lagi media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas
serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah. Pofesi sebagai guru
adalah pekerjaan profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan
itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalankan peranannya sebagai guru: pengajar,
pembimbing, administrator, dan sebagai pembina ilmu.
Salah satu segi kemampuan ini, adalah sejauh manakah ia menguasai metodologi media
pendidikan di sekolah untuk kepentingan anak didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan
mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Media Pembelajaran Vokal
Dari pengertian media pendidikan di atas kita menafsirkan media pendidikan dari sudut pandang
yang luas, dalam arti tidak hanya terbatas pada alat-alat audio/visual yang dapat dilihat dan
didengar, melainkan sampai pada kondisi di mana para siswa dapat melakukan sendiri. Dalam
pola demikian itu, maka tercakup pula di dalamnya pribadi dan tingkah laku guru.
Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri dari:
1. Media tanpa proyeksi, seperti: papan tulis, papan tempel, papan planel, bagan, diagram, grafis,
poster, kartoon, gambar, dan lain-lain.
2. Media pendidikan tiga dimensi. Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini.
3. Terdiri dari: model, benda asli, contoh/specimen, benda tiruan/mock-ups,
diorama, boneka, topeng, peta, globe, pameran, museum sekolah, dan lain 
lain.
4. Media pendidikan yang mengunakan teknik atau masinal. Alat-alat yang tergolong ke dalam
kategori ini, meliputi antara lain: slide dan film strip, OHP, film, rekaman radio, televisi,
laboratorium, perkakas oto-instruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomuniasi, dan
komputer.
5. Sumber-sumber masyarakat, berupa obyek-obyek, peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-
bahan, masalah-masalah, dan sebagainya dari berbagai bidang, yang meliputi: daerah, penduduk,
sejarah, jenis-jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan,
pemerintahan, kebudayaan, politik, dan lain-lain.  Untuk mempelajari hal-hal tersebut diperlukan
berbagai metode, yakni: karyawisata, manusia sumber, survay, berkemah, pengabdian sosial,
kerja pengalaman, dan lain-lain.
Jenis-jenis media pembelajaran yang dikenal dewasa ini terdapat tiga kelompok besar
sebagaimana diungkap Abdulhak (2008) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. media auditif.
2. media visual.
3. media audio visual.
Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Yang termasuk
jenis media ini antara lain meliputi tape recorder dan radio. Media visual, adalah media yang
hanya mengandalkan indra penglihatan. Jenis tersebut ini antara lain meliputi: gambar, foto, serta
benda nyata yang tidak bersuara. Media audio visual, adalah media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar. Beberapa contoh media audio visual meliputi televisi, video, film, atau
demonstrasi langsung.
Media audiovisual dalam pembelajaran sering kita bedakan lagi menjadi dua macam yaitu:
(a). audio visual diam
(b) audio visual gerak.
Audiovisual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam (tidak bergerak).
Misalnya, film bingkai suara sound sistem, film rangkai suara, dan cetak suara. Audio visual
gerak adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak. Misalnya,
film suara dan video-cassette.
Media audio merupakan media yang sering digunakan dalam pembelajaran vocal, media ini
sangat fleksibel karena bentuknya yang mudah dibawa, praktis, dan relatif murah (misalnya tape
compo, pengeras suara). Contoh ptk seni budaya sma Disamping media audio dalam
pembelajaran vocal sering digunakan media audio visual, yang dapat dipakai untuk mendengar,
melihat dan melakukan.
Dalam penelitian ini, media yang digunakan penulis adalah media audio visual diam dan gerak
karena keduanya digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaannya siswa diharapkan selain
menguasai olah vokal yang baik juga diharapkan dapat menguasai kondisi tempat dan
ekspresinya dalam menyanyikan lagu atau dapat dikatakan mampu menguasai panggung.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode
Penelitian ini akan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas (classroom act/u/i research) bertujuan untuk memperbaiki kinerja
guru di kelas. sehingga hasil belajar siswa menjadi semakin meningkat. Wiriaatmadja (2005:75)
menyatakan bahwa tujuan dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah memperbaiki praktek
pembelajaran guru di kelas”.
Alasan peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SMA DARMA
SATRIA PERSADA adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki proses pembelajaran seni musik di kelas sehingga menjadi lebih efektif dan
bermakna terutama bagi siswa sendiri.
2. Tidak menuntut waktu khusus artinya tidak mengganggu waktu mengajar guru sebagaimana
yang telah disediakan. Guru tetap mengajar sebagaimana biasanya dan tidak mengganggu
komitmennya sebagai seorang pengajar.
3. Membantu guru dalam hal ini peneliti memecahkan masalah yang dihadapinya dalam proses
belajar mengajar di kelas.
4. Menemukan berbagai kelemahan yang telah dilakukan selama ini dalam proses pembelajaran
sejarah di kelas
5. Mengkaji masalah-masalah situasional dan kontekstual yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran seni musik. 

B. Teknik Pengumpulan data


Dokumen sebagai teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumen-dokumen resmi
yang dimiliki oleh SMA DARMA SATRIA PERSADA dan dokumen¬dokumen dari guru mata
pelajaran sendiri dalam hal ini peneliti. Dokumen-dokumen resmi yang dimiliki sekolah antara
lain; sejarah berdirinva sekolah, denah lokasi sekolah, kepala-kepala sekolah yang pernah
memimpin sekolah, data jumlah guru dan siswa, ini semua termuat dalam profil SMA DARMA
SATRIA PERSADA Sedangkan dokumen guru peneliti antara lain kurikulum seni musik,
rencana program pengajaran seni budaya (seni musik) program tahunan, program semester,
silabus, adapun teknik pengolahan data tersebut meliputi;
1. Observasi, observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang tindakan atau prilaku siswa
terhadap pembelajaran teknik vokal dan penerapannya dengan media audio visual untuk
mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Instrumen
untuk observasi menggunakan lembaran observasi dengan poin-poin seperti yang dikemukakan
dalam panduan observasi. Observasi yang dilakukan langsung di lapangan ini dikarenakan
manfaatnya secara langsung dalam penelitian ini memberikan informasi tambahan tentang
masalah yang sedang diteliti secara jelas dan lengkap, observasi terhadap suasana kelas X A dan
lingkungan sekolah SMA DARMA SATRIA PERSADA. akan menambah wawasan baru yang
tidak dapat diungkap dengan alat pengumpul data lainnya, seperti wawancara ataupun angket.
Dengan teknik observasi ini seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1989:138 )
dalam Maleong yang mengemukakan :
Metode penelitian kualitatif secara metodologis menggunakan pengamatan dapat
mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, prilaku tak sadar,
kebiasaan dan lain sebagainya.
Dengan observasi dimaksudkan untuk merekam data tentang aktifitas guru serta perilaku siswa
terhadap proses pelaksanaan pembelajaran teknik vokal.
2. Wawancara, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data dari kata-kata atau ungkapan-
ungkapan baik verbal maupun non verbal yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran teknik vokal dengan menggunakan media audio visual.
Peneliti melaksanakan wawancara dengan siswa kelas X A. Informasi dengan wawancara ini
dilakukan sesuai sebagaimana yang diungkapkan oleh S. Nasution (1992:174) dimana dalam
melakukan wawancara melalui tiga pendekatan: 1). Dalam percakapan informal, yang
mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya; 2).
Topik atau masalah yang dijadikan sebagai pedoman atau pegangan; 3). Menggunakan daftar
pertanyaan yang lebih rinci akan tetapi bersifat terbuka yang telah dipersiapkan pertanyaannya
lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan rumusan pertanyaan itu.
Dalam penelitian tindakan, wawancara merupakan hal yang penting dalam upaya untuk
mengumpulkan atau memperkaya informasi atau bahan-bahan data yang rinci dan hasilnya untuk
analisis kualitatif. Pedoman wawancara ini disusun sendiri oleh peneliti secara terbuka yang
ditujukan bagi guru/peneliti sendiri dan siswa untuk mengkaji pola-pola interaksi guru-siswa
selama tindakan berlangsung. Contoh ptk seni budaya kurikulum 2013 Hasil wawancara
ditujukan untuk mengakses pandangan siswa terhadap hasil tindakan yang dilakukan oleh guru.
Kegiatan wawancara di mulai pada tanggal 29 april, yang menjadi sasaran adalah orang yang
dianggap berkualivaid di bidang yang dibutuhkan peneliti diantaranya adalah Hfidullah sebagai
pengajar seni budaya dan Hj. Ida Nurhaida S.Pd sebagai pengajar seni udaya juga.
3. Catatan lapangan, berfungsi untuk mencatat segala kejadian dan peristiwa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, data-data yan ditulis sebagai bukti yang dikebangkan dalam bentuk
laporan penelitian
4. Photo, digunakan peneliti untuk mendokumentasikan peristiwa yang penting dalam kegiatan
pembelajaran di kelas.
5. Studi literature, teknik ini dipegunakan dalam penelitian adalah sebagia media yang membantu
data-data dan refrensi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dat penelitian. Data-data
tersebut diambil dari buku-buku, majalah yang membahas tentang konsepsi pembelajaran dan
pendidikan seni.

C. Disain Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berbentuk siklus. Setiap siklus tidak hanya
berlangsung dalam satu kali tetapi dalam beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini yaitu pelajaran seni budaya dalam hal ini seni
musik, penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus, model siklus yang digunakan dalam penelitian
ini berbentuk spiral sebagaimana yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam
Hopkins,1993:48) yang meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengawasan (observe),
dan refleksi (reflect). Kemudian pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilakukan
guru dalam hal ini adalah peneliti pada dasarnya sama, tetapi ada modifikasi pada tahap
perencanaan.
Siklus kegiatan ini dapat digambarkan alur kegiatan Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan
spiral (adaptasi dari Hopkins, 1993:48):
Gambar 3
Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Berdasarkan Spiral
(Adaptasi dari Hopkins, 1993:48)

Keterangan gambar
Plan adalah perecanaan yang di lakukan
Action adalah kegiatan guru yang dilakukan
Observation adalah teknik pengumpulan data
Reflektif adalah hasil renungan setelah dilakukan observasi
Revised Plan adah perbaikan rencana sebagai rencana pembelajaran siklus berikutnya

D. Langkah-Langkah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan dilakukan untuk memperoleh gambaran awal secara lengkap mengenai
penyusunan rencana penelitian, memilih subyek dan tempat penelitian dan dapat memanfaatkan
informan serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti membuat 2 rencana siklus tiap siklus
terdiri dari 2 pertemuan adapun langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut :
a. Siklus I
1). Rencana Tindakan
Berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukakan pada tahap pra penelitian (PTK),
rencana tindakan dilakukan untuk menguji secara empiris apa yang menjadi bahan untuk
perbaikan pembelajaran. Rencana tindakan ini dibuat dan disusun berdasarkan hasil temuan pada
saat observasi awal dan tes assesmen. Tindakan ini diberikan kepada subyek penelitian yaitu
kelas X A berupa proses pembelajaran dengan membaca dan menyanyikan sebuah lagu model. 
2). Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan tindakan dalam bernyayi dengan menngunakan olah vokal yang benar adalah
dilaksanakan dengan:
a). Mendengarkan dan menirukan suara yang dinyayikan oleh guru dengan menggunakan lagu
model.
Dalam kegiatan ini guru memberikan contoh bernyayi yang benar dengan bagaimana cara
mengucapkan vokal-vokal yang benar lagu yang pertama diperagakan guru adalah ” Bubuy
Bulan” dengan irama lagu 4/4 dengan menggunakan teknik vokal yang benar.
Setelah diberi contoh dan dipraktekan guru siswa menirukan untuk bernyanyi bersama-sama
kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang ingin mencoba untuk menyanyi.
b). Mendengarkan dan memperhatikan pembentukan suara yang dikeluarkan dari mulut siswa
tentang ucapan huruf-huruf vokal dan konsosnan.
Langkah selanjutnya siswa disuruh mempraktekan bagaimana pembentukan suara dengan
mengucapkan huruf-huruf A, I, U, E, O.
c). Guru Menjelaskan dan mempraktekan cara-cara pernafasan yang baik ketika sedang
bernyanyi.
Langkah-langkaha berikutnya siswa diajak guru untuk mempraktekan bersama-sama cara
mengambil nafas dengan cara beberapa latihan pernafasan, misalnya tahan nafas untuk beberapa
detik lalu keluarkan dan dilakukan terus menerus.
d). Guru mempraktekan tentang bagaimana penjiwaan yang baik dalam teknik bernyanyi vokal.
Langkah selanjutnya dari proses ini, siswa diajak untuk melakukan sendiri tanpa bantuan atau
contoh dari guru untuk melakukan penjiwaan dalam bernyanyi secara optimal.
3). Pengamatan
Pada Tahap penelitian ini, peneliti membuat catatan pengamatan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru mitra dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui pedoman
observasi, serta memeriksa dan menilai hasil tes performance atau tes praktek.
4). Refleksi
Data yang diperoleh berupa catatan proses kegiatan guru, siswa dan hasil tes atau nilai baik
praktek maupun tertulis. Data observasi yang telah dikumpulkan dan setelah diinterprestasikan
kemudian dilakukan analisis untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya berkaitan dengan
pembelajaran teknik vokal di kelas X A SMA DARMA SATRIA PERSADA dan rencana
tindakan ini disusun oleh peneliti sebagai guru mengajar dan guru mitra yang melakukan
pengamatan.
Pada langkah refleksi ini peneliti mendiskusikan implementasi rencana tindakan berdasarkan
temuan-temuan hasil pengamatan, dari hasil diskusi ini kemudian peneliti gunakan untuk rencana
perbaikan tindakan pembelajaran selanjutnya.

b. Siklus II
Setelah melaksanakan refleksi pada siklus I, selanjutnya guru dan peneliti merencanakan
tindakan untuk siklus II, pada pelaksanaan siklus II ini mencari dan mengamati berbagai hal
yang berkaitan dengan proses pembelajaran vokal yang dilakukan oleh guru dan siswa yang
sekiranya masih perlu diperbaiki oleh guru dari hasil observasi dan tes hasil belajar yang pada
akhirnya kekurangan yang ada pada siklus pertama dapat diperbaiki pada siklus II.
Peneliti membuat catatan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran melalui pedoman observasi serta memeriksa
hasil tes prestasi belajar.
Data yang diperoleh berupa catatan proses kegiatan guru , siswa dan skor dari proses
pembelajaran. Data yang telah diinterprestasikan kemudian di analisis untuk melaksanakan
rencana tindakan selanjutnya. Pada tahap refleksi peneliti melakukan diskusi dengan guru mitra
peneliti dan mendapatkan masukan serta informasi dari kesimpulan diskusi tersebut ditetapkan
apakah peneliti dan guru mitra masih perlu melakukan tindakan siklus berikutnya, jika hasil
diskusi masih memandang perlu adanya perbaikan pembelajaran berikutnya maka, peneliti dan
guru mitra merancang kembali rencana pembelajaran untuk siklus tersebut ( siklus 3), seperti
yang dilakukan pada siklus sebelumnya.
c. Siklus III
Pada siklus III ini peneliti melakukan perencanaan pembelajaran dengan mengulang kembali
bagaimana pembentukan teknik vokal mulai dengan posisi badan, bentuk mulut dan pernafasan
serta mengatur intonasi dalam bernyanyi yang pada dasarnya mengulangi pembelajaran pada
siklus II dengan menambah kualitas lagu yang beragam serta lebih banyak untuk menguji siswa
melalui dialog dan tanya jawab dalam menganalisis lagu atau tangga nada
E. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini menggunakan cara yang dipakai oleh Miles dan Huberman (1992:16-18)
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi. Contoh ptk seni budaya sma  Analisis data kualitatif merupakan
upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling berkaitan.

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dan catatan-catatan tertulis di
lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan
pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan
penting. Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dari beberapa data yang ada di
lapangan sehingga peneliti menyederhanakan dan menuliskan data-data yang ada di lapangan
tentunya yang berkaitan dengan bahan penelitian yaitu data yang mendukung pembelajaran
teknik vocal yang dilakukan siswa SMA DARMA SATRIA PERSADA
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan maka peneliti menyajikan data
dalam bentuk deskripsi yang berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun berturut-turut
mengenai implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra dan tahap persiapan atau
perencanaan sampai pada pelaksanaannya.
3. Pengambilan Kesimpulan/verifikasi (Conclusion/Verification)
Dalam hal ini kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa kesimpulan sementara.
namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan
mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan). Disamping itu
dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dengan pihak-pihak yang berkenaan dengan
penelitian ini, yaitu pihak kepala sekolah dan pihak guru. Setelah hal itu dilakukan, maka peneliti
baru dapat mengambil keputusan akhir. Pada tahap ini setelah peneliti mencatat data-data yang
berhubungan dengan pembelajaran teknik vocal di SMA DARMA SATRIA PERSADA,
kemudian menyajikan data-data tersebut kepada guru mitra peneliti untuk mendapatkan
kesepakatan.
Selanjutnya dalam tahap teknik pengolahan data juga dilakukan validasi data, yaitu suatu
kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. Teknik validasi data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Member-chek, (Nasution, 1996:117-118, Wiriaatmadja, 2005:168, Sugiyono, 2005:129). yaitu
mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan cara mengkonfirmasikannya
dengan sumber data atau kepada pemberi data agar informasi yang diperoleh dan digunakan
dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Apabila data yang
ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya valid, sehingga semakin
kredibel/dipercaya. Kegiatan ini peneliti lakukan dengan cara menanyakan
kembali informasi yang disampaikan oleh kepala sekolah. maupun dengan siswa kelas X SMAN
2 ....... pada waktu yang berbeda.
3. Triangulasi, (Hopkins, 1993:l52-1~3, Miles dan Huberman, 1992:434. Wiriaatmadja,
2005:168, Nasution, 1996:115-116) yaitu pengecekan kebenaran data atau informasi tentang
pelaksanaan tindakan dengan cara mengkonfirmasikan kebenaran data, vaitu upaya mendapatkan
informasi dan sumber-sumber lain mengenai kebenaran data penelitian. Pada tahap orientasi
kegiatan triangulasi dilakukan pada saat mencari gambaran awal pembelajaran seni budaya ( seni
musik) di kelas X sebelum penerapan pembelajaran teknik vocal dengan menggunakan media
audio visual. Download ptk seni budaya sma docKegiatan ini peneliti lakukan dengan jalan
membandingkan hasil pengamatan waktu orientasi dengan hasil wawancara dengan guru mitra,
kepala sekolah, dan siswa. Begitu juga triangulasi peneliti lakukan pada akhir penelitian dengan
cara membandingkan pendapat siswa, guru mitra, dan kepala sekolah.

Anda mungkin juga menyukai