S2 2015 322170 Chapter1 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

PERBANDINGAN ANTARA DURASI BLOK SENSORIK DAN MOTORIK PADA SEKSIO SESAREA

DENGAN SPINAL ANESTESI:


KOMBINASI BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK 5 mg DAN FENTANIL 25 μg DENGAN BUPIVAKAIN
0,5% HIPERBARIK 7,5
mg DAN FENTANIL 15 μg
RELLIG MARET SUHANDA
BAB I
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sub Arachnoid Blok (SAB) atau anestesi spinal adalah salah satu teknik dalam

anestesi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang

subarachnooid dengan tujuan mendapatkan analgesia setinggi dermatom tertentu sesuai yang

diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

asal Jerman yaitu dr. August Bier pada tahun 1887 dengan menggunakan jarum spinal untuk

memasukkan kokain ke dalam ruang subarachnoid.

Obat anestesi lokal digunakan dengan tujuan mendapatkan blok yang adekuat. Dasar

dari pemilihan jenis obat anestesi lokal adalah durasi dari pembedahan itu sendiri dan

kebutuhan untuk segera pulih dan segera mobilisasi paska operasi (Covino et al., 1994). Dua

jenis golongan obat anestesi lokal yaitu; amida dan ester. Masing masing mempunyai sifat

yang berbeda. Dalam perkembangannya penggunaan obat obatan tersebut dapat ditambahkan

obat obatan lain seperti opioid, vasokonstriktor, klonidin dan lain sebagainya (Covino et al.,

1994). Pengurangan dosis bupivakain dan dikombinasikan dengan opioid akan

memperpendek diurasi aksi, tetapi akan tetap menciptakan suatu anestesi subarachnoid blok

yang adekuat untuk prosedur operasi yang pendek (Manaa et al., 2005).

Anestesi dengan tehnik spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) telah banyak

digunakan untuk pasien-pasien yang menjalani operasi seksio sesarea. Hal ini dikarenakan

tehnik SAB memberikan banyak manfaat dan kemudahan pada operasi seksio sesarea,

termasuk berkurangnya angka morbiditas dan mortalitas pada maternal dibandingkan dengan

anestesi umum. Tingginya risiko komplikasi jalan nafas pada anestesi umum. Mula kerja dan

masa pulih yang cepat, relatif mudah, simple kualitas blok motorik dan sensorik yang baik

1
PERBANDINGAN ANTARA DURASI BLOK SENSORIK DAN MOTORIK PADA SEKSIO SESAREA
DENGAN SPINAL ANESTESI:
KOMBINASI BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK 5 mg DAN FENTANIL 25 μg DENGAN BUPIVAKAIN
0,5% HIPERBARIK 7,5
mg DAN FENTANIL 15 μg
RELLIG MARET SUHANDA
pada SAB (Morgan, 2009; Bucklin et al, 2009). Pada spinal anestesi ibu tetap sadar dan bisa
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

melihat lahirnya si buah hati.Penggunaan yang besar spinal anestesi pada operasi seksio

sesarea ini tidak menutup kemungkinan adanya komplikasi hal-hal yang tidak diinginkan,

terutama komplikasi yang dihubungkan dengan perubahan akibat kehamilan itu sendiri dan

tingginya blokade spinal. Komplikasi komplikasi tersebut adalah hipotensi, shivering, mual-

muntah bradikardi dan lain lain (Morgan et al, 2009, Cesur et el, 2007).

Perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil meliputi perubahan

sistem pernapasan, kardiovaskuler, renal, gastrointestinal, endokrin, saraf dan museksio

sesareauloskeletal.Banyaknya komplikasi yang diakibatkan oleh spinal anestesi terutama

hipotensi yang memang disebabkan oleh perubahan tersebut. Perubahan tersebut meliputi

adanya tekanan darah yang sedikitmenurun pada ibu hamil yang akanmenyebabkanterjadinya

relative hipotensi, pembesaran uterus selama kehamilan dengan adanya fetus yang besar

akanmenekan vena cava yang akan menyebabkan obstruksivenous return dari ekstremitas

bawah. Pada posisi supine selain terjadinya penekanan pada vena cava terjadi juga penekanan

pada aorta sehingga terjadi hipotensi yang disebut supine aortocaval hipotension syndrome.

Terjadinya penekanan pada vena cava, ditambah dengan adanya kontraksi uterus akan

menyebabkan peningkatan tekanan pada ruang subarachnoid. Diameter ruang subarachnoid

berkurang karena terjadi pelebaran vena-vena epidural. Perubahan-perubahan tersebut akan

mempengaruhi tindakan anestesi terutama spinal anestesi. Banyak komplikasi yang

disebabkan diantaranya adalah hipotensi, blok spinal tinggi bahkan total spinal. Karena hal-

hal tersebut maka spinal anestesi pada wanita hamil perlu dipertimbangkan antara dosis obat

dan target ketinggian blok untuk operasi seksio sesarea. Ketinggian blok sensorik untuk

seksio sesarea adalah sekitar level T4-T6. Karena pada wanita hamil lebih sensitif terhadap

obat anestesi lokal maka diperlukan pengurangan dosis (Covino, 1994, Morgan 2009).

2
PERBANDINGAN ANTARA DURASI BLOK SENSORIK DAN MOTORIK PADA SEKSIO SESAREA
DENGAN SPINAL ANESTESI:
KOMBINASI BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK 5 mg DAN FENTANIL 25 μg DENGAN BUPIVAKAIN
0,5% HIPERBARIK 7,5
mg DAN FENTANIL 15 μg
RELLIG MARET SUHANDA
Bucklin et al mengatakan pada wanita hamil diperlukan pengurangan dosis obat anestesi
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

spinal sekitar 30%, akibat pengaruh perubahan hormonal dan perubahan mekanik.

Walaupun banyak variabel yang mempengaruhi penyebaran obat anestesi tetapi

terlihat bahwa dosis obat lokal anestesi yang lebih penting. Dosis yang besar akan

menyebabkan meningkatnya insiden hemodinamik yang tidak stabil dan efek lain seperti

hipotensi, bradikardi dan nausea (Cesur et al, 2008). Berbagai penelitian telah dilakukan yang

bertujuan untuk memperkecil terjadinya komplikasi SAB pada bedah seksio sesarea,

diantaranya adalah penggunaan anestesi lokal dengan dosis kecil, dengan harapan

penggunaan anestesi lokal dosis kecil tidak akan memblok serabut saraf simpatis di daerah

atas, berkurangnya efek samping berupa hipotensi, mual, muntah, shivering dan bradikardi.

Dosis kecil tersebut diharapkan tetap bisa mencapai target ketinggian level blok untuk operasi

seksio sesarea dengan durasi yang cukup. Akan tetapi dosis kecil anestesi lokal akan

mempengaruhi kualitas dan durasi anestesi spinal. Obat yang sering digunakan adalah salah

satunya bupivakain hiperbarik. Beberapa peneliti menurunkan dosis bupivakain yang

ditambah opioid lipofilik intratekal dapat mengurangiinsidenhipotensi dan mempertahankan

kualitas anestesi yang baik. Fentanil merupakan opioid lipofilik yang banyak digunakan dan

mudah didapat. Fentanil yang bisa diberikan untuk meningkatkan anestesi intraoperatif dan

analgesi post operatif adalah antara 10-25 mcg (Bucklin, et al, 2009). Intrathekal opioid

meningkatkan kualitas analgesi dan menurunkan kebutuhan obat lokal anestesi dan beberapa

penelitian menunjukkan adanya stabilitas dari hemodinamik (Sivevski, 2006). Penelitian

akhir-akhir ini telah membuktikan anestesi spinal yang sukses untuk bedah seksio sesarea

dengan menggunakan dosis bupivakain yang sangat rendah (5-9 mg) yang di kombinasikan

dengan opioid. Minimalisir dosis bupivakain dengan tujuan untuk menurunkan insiden

hipotensi pada maternal, menurunkan penggunaan vasopressor, menurunkan nausea, dan

3
PERBANDINGAN ANTARA DURASI BLOK SENSORIK DAN MOTORIK PADA SEKSIO SESAREA
DENGAN SPINAL ANESTESI:
KOMBINASI BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK 5 mg DAN FENTANIL 25 μg DENGAN BUPIVAKAIN
0,5% HIPERBARIK 7,5
mg DAN FENTANIL 15 μg
RELLIG MARET SUHANDA
menurunkanUniversitas
lama perawatan di PACU dan meningkatkan kenyamanan maternal (Ginosar et
Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

al, 2004).

Penelitian tentang penggunaan bupivakain dengan dosis kecil yang dikombinasikan

dengan fentanil untuk operasi seksio sesarea maupun operasi lain semisal TURP telah banyak

dilakukan. Para peneliti sebelumnya menggunakan dosis bupivakain 12,5 mg, 9 mg sampai

7,5 mg yang dikombinasikan dengan fentanil dengan berbagai dosis, ada yang dikombinasi

dengan 15 mcg ada pula dengan 25 μg. Terdapat pula penelitian pada operasi TURP dengan

menggunakan bupiacain 0,5% hiperbarik 5 mg + fentanil 25 μg dibandingkan dengan

bupivakain hiperbarik 0,5% 10 mg yang dilakukan oleh Kurniawan, 2013. Dari penelitian-

penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa dengan dosis bupivakain yang kecil

dikombinasikan dengan fentanil masih efektif untuk operasi seksio sesarea, dimana

didapatkan durasi blok motorik dan sensorik yang masih cukup bahkan masih lebih panjang

untuk operasi seksio sesarea tersebut. Namun, dari penelitian-penelitian tersebut masih

didapatkan komplikasi baik hipotensi maupun shivering. Hasibuan (2011), (bupivakain 0,5%

hiperbarik 7,5 mg ditambah fentanil 15 μg) didapatkan efek hipotensi sebesar 29,4% dan

shivering sebesar 5,8 %. Bintarto et al., 2010 (Bupivakain 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah

fentanil 25 μg) menghasilkan analgesia intraoperatif yang adekuat dan hemodinamik yang

lebih stabil, dengan kejadian hipotensi sebesar 24,1% ( 13 dari 54 pasien). Mebazaa et al.,

2010 (Bupivakain isobarik 7,5 mg ditambah fentanil 25 μg dan morfin 100 μg) menghasilkan

insiden hipotensi yang lebih sedikit yaitu 68 %.

Turhanoglu (2009) melakukan penelitian terhadap 40 pasien seksio sesarea atau, yang

membandingkan antara grup B (bupivakain 0,5% plain 10 mg) dan grup BF (bupivakain

0,5% plain 4 mg ditambah fentanil 25 μg. Didapatkan durasi blok motorik dan sensorik yang

cukup untuk operasi seksio sesarea namun terdapat insiden hipotensi sebesar 100 % pada

4
PERBANDINGAN ANTARA DURASI BLOK SENSORIK DAN MOTORIK PADA SEKSIO SESAREA
DENGAN SPINAL ANESTESI:
KOMBINASI BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK 5 mg DAN FENTANIL 25 μg DENGAN BUPIVAKAIN
0,5% HIPERBARIK 7,5
mg DAN FENTANIL 15 μg
RELLIG MARET SUHANDA
grup B dan Universitas
sebesar Gadjah
75% Mada,
pada2015
grup BF. Sivevsi A., 2006 (bupivakain isobarik 0,5% 9 mg
| Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ditambah fentanil 20 μg didapatkan efek hipotensi sebanyak 10%.

Peneliti bermaksud mengadakan penelitian ini dikarenakan banyak pertimbangan

diantaranya; penelitian low dose bupivakain sebelumnya masih banyak efek samping spinal

anestesi yaitu hipotensi, shivering, nausea vomiting, di Yogyakarta belum ada penelitian

spinal anestesi pada sesksio sesarea menggunakan dosis bupivakain 0,5% hiperbarik 5 mg

ditambah fentanil 25 (penelitian sebelumnya oleh Hasibuan (2011) pada seksio sesarea yang

membandingkan Bupivakain 7,5 mg ditambah fentail 15 µg dan bupivakain 12,5 mg), kondisi

data demografi yang ada akan memberikan hasil yang berbeda, penelitian sebelumnya

sebagian besar pada operasi TURP. Dalam penelitian ini penulis akan membandingkan

durasi blok sensorik dan motorik antara kombinasi bupivakain 0,5% hyperbarik 5 mg dan

fentanil 25 μg dengan bupivakain 0,5% hyperbarik 7,5 mg ditambah fentanil 15 μg pada

bedah seksio sesarea dengan spinal anestesi.

B. Rumusan masalah

Permasalahan yang sering muncul pada penggunaan bupivakain 0,5% hiperbarik dosis

besar adalah timbulnya banyak efek samping baik selama operasi maupun setelah operasi

selesai dan didapatkan lama kerja blok motorik yang lebih panjang daripada operasi seksio

sesarea.

Penurunan dosis bupivakain 0,5% hiperbarik 5 mg dengan penambahan fentanil 25

μg diharapkan dapat mengurangi durasi blok motorik namun dengan blok sensorik yang

adekuat, dapat mengurangi timbulnya efek samping yang tidak diharapkan, sehingga masa

pulih dan mobilisasi menjadi lebih cepat.

5
PERBANDINGAN ANTARA DURASI BLOK SENSORIK DAN MOTORIK PADA SEKSIO SESAREA
DENGAN SPINAL ANESTESI:
KOMBINASI BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK 5 mg DAN FENTANIL 25 μg DENGAN BUPIVAKAIN
0,5% HIPERBARIK 7,5
mg DAN FENTANIL 15 μg
RELLIG MARET SUHANDA
C. Pertanyaan Penelitian
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Apakah dosis bupivakain 0,5% hyperbarik 5 mg ditambah fentanil 25 μg mempunyai

durasi blok motorik lebih pendek dibandingkan dengan bupivakain 0,5% hyperbarik 7,5 mg

ditambah fentanil 15 μg tetapi tetap mempunyai blok sensorik yang adekuat pada operasi

seksio sesarea dengan spinal anestesi.

D. Tujuan Penelitian

1. Membandingkan lama kerja blok sensorik bupivakain 0,5% hiperbarik 5 mg ditambah

fentanil 25 μg dengan bupivakain 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah fentanil 15 μg

pada operasi seksio sesarea dengan spinal anestesi.

2. Membandingkan lama kerja blok motorik bupivakain 0,5% hiperbarik 5 mg ditambah

fentanil 25 μg dengan bupivakain 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah fentanil 15 μg

pada operasi seksio sesarea dengan spinal anestesi.

E. Manfaat Penelitian

1. Akan didapatkan dosis terkecil bupivakain hiperbarik 0,5% yang masih efektif

untuk operasi seksio sesarea

2. Mengurangi efek samping spinal anestesi baik durante operasi maupun paska operasi

dengan pemulihan yang lebih cepat (bromage score 0)

F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis di RSUP DR Sardjito Yogyakarta belum pernah dilakukan

penelitian uji banding durasi blok sensorik dan motorik dengan menggunakan bupivakain

0,5% hiperbarik 5 mg ditambah fentanil 25 μg dan bupivakain 0,5% hiperbarik 7,5 mg

ditambah fentanil 15 μg pada bedah seksio sesarea dengan spinal anestesi. Adapun penelitian

tentang low dose bupivakain pada operasi seksio sesarea yang pernah dilakukan didalam dan

di luar RS Dr.Sardjito tertera pada tabel sebagai berikut

6
PERBANDINGAN ANTARA DURASI BLOK SENSORIK DAN MOTORIK PADA SEKSIO SESAREA
DENGAN SPINAL ANESTESI:
KOMBINASI BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK 5 mg DAN FENTANIL 25 μg DENGAN BUPIVAKAIN
0,5% HIPERBARIK 7,5
mg DAN FENTANIL 15 μg
RELLIG MARET SUHANDA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tabel 1. Keaslian penelitian

Peneliti Intervensi Desain Jumlah Hasil


(tahun) Penelitian sampel
Hector et (G1): Bupivacain 0,5% 10 mg. RCT 236 pasien SC G2 dan G3 efektif mencegah nyeri operatif
al., ( 2004) Grup 2(G2): Bupivacain 0,5% 7,5 mg+ fentanyl 15 mcg+ dibandingkan pada G1
0,2cc Nacl 0,9%. ( P: 0,0011)
Grup 3 (G3): Bupivacain 0,5% 7,5 mg+fentanyl 25 mcg
Sivevsi A, Grup dengan bupivacain 0,5% isobarik 13,5 mg RCT 40 pasien SC Grup bupivacain isobarik 0,5% 9 mg + fentanyl 20
(2006) Grup dengan bupivacain 0,5% isobarik 9 mg +fentanyl mcg didapatkan hipotensi lebih sedikit dibandingkan
20mcg dengan grup bupivacain isobarik 13,5 mg
Cesur et al., Grup HB: bupivacain hiperbarik 0,5% hiperbarik 10 mg Doble-blind 72 pasien SC Kelompok PHB lebih sedikit kejadian hipotensi,
( 2007) Grup PHB: plain bupivacain 0,5% 5 mg+bupivacain prospective nausea dan vomiting dibandingkan dengan kelompok
hiperbarik 0,5% 5mg studi HB (p<0,001)

Turhanoglu grup B: bupivacain 0,5% plain 10 mg RCT 40 pasien SC Insiden terjadinya hipotensi 100 % pada grup B, dan
et al., grup BF: bupivacain 0,5% plain 4 mg + fentanyl 25 μg pada grup BF 75% (p<0,05 )
(2009)
Bintarto et Kelompok I: bupivacain 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah RCT 108 pasien SC Kelompok I lebih efektif dibandingkan dengan
al., (2010) fentanyl 25 mcg kelompok II karena menghasilkan analgesia
Kelompok II: Bupivacain 0,5% hiperbarik 12,5 mg intraoperatif yang adekuat dan hemodinamik yang
lebih stabil (p<0,005)
Hasibuan, Kelompok A: Bupivacain hiperbarik 0,5% 7,5 mg + RCT 36 Pasien SC Kelompok A mempunyai lama blok sensorik dan
2011 Fentanyl 15 mcg motorik lebih pendek dibanding kelompok B pada
Kelompok B: Bupivacain Hiperbarik 0,5% 12,5 mg operasi SC

Anda mungkin juga menyukai