Anda di halaman 1dari 10

Pembuatan H2SO4 (Asam Sulfat) dari Limbah yang Mengandung Sulfur

PT SMELTING GRESIK
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah PIK Anorganik

Dosen Pengampu : M.Endy Yulianto, MT.

Disusun oleh :

Kelompok 2A
Novia Dwi Nisrina (40040117640005)
Itta Rahmalia (40040117640011)
Moch. Asror Muaffaq (40040117640017)
Hovivah (40040117640030)
Siti Rahmawati (40040117640036)
Andi Hidayatullah M (40040117640045)

PROGRAM STUDI S.Tr TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018/2019

i
ABSTRAK

Asam Sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam


mineral (anorganik) yang kuat.Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan.
Di atmosfer, zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan
asam Asam sulfat dipakai dalam berbagai industri, tetapi jarang muncul dalam
produk akhir. Kegunaan asam sulfat antara lain pada pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pembuatan garam – garam sulfat dan sulfonasi, pemrosesan
air limbah, pengilangan minyak, pembuatan pupuk, plat timah, dan pewarna
tekstil
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat adalah
belerang (S), oksigen (O2), air (H2O) dan katalis (V2O5, NO2) sebagai bahan
pembantu. Asam sulfat banyak dijual dalam bentuk berbagai larutan H2SO4
didalam air atau SO3 di dalam H2SO4. Asal usul pengenalan asam sulfat kurang
jelas tetapi ini sudah disebut – sebut sejak abad ke-10. Pembuatannya melalui
proses pembakaran belarang dengan saltpeter, pertama kali dijelaskan oleh
Valentinus pada abad ke-15.

ii
PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka


PT Smelting didirikan pada bulan Februari 1996 sebagai peleburan tembaga
pertama dan kilang di Indonesia dengan sekitar US$ 500 Juta untuk biaya
konstruksi langsung. PT Smelting Gresik adalah pabrik pengolah biji tembaga
menjadi tembaga murni, dengan tingkat kemurnian hingga 99.9%, terletak di
Kabupaten Gresik Jawa Timur. Proses pengolahan yang dilakukan disini adalah
dengan menggunakan metode mitsubishi proses yang dikembangkan pada tahun
1970-1980 yang merupakan metode paling modern dalam pengolahan tembaga,
dan hanya ada 5 pabrik di dunia yang menggunakan metode mitsubishi proses ini,
dan salah satunya adalah PT Smelting Gresik. Pada proses di PT Smelting,
mereka menggunakan Mitshubishi proses, dimana proses ini adalah proses yang
bekerja secara kontinyu. Karena proses kontinyu tersebut, semua proses berjalan
secara tertutup, dan dengan begitu proses ini dapat mengurangi polusi dan
pencemaran lingkungan.
Banyaknya proses yang menghasilkan gas, maka PT. Smelting Gresik
memiliki pengolahan gas hasil dari pengolahan logam. Pada smelting dan
converting furnace, ada beberapa pengolahan gas hasil proses. Gas yang diproses
melalui waste heat boiler akan di alirkan ke acid plant yang selanjutnya akan
diproses menjadi produk yang punya nilai ekonomi yaitu asam sulfat.
Dengan adanya proses pembuatan asam sulfat dari bahan baku limbah sulfur
akan mengurangi limbah membahayakan yang dihasilkan PT Smelting Gresik
sehingga membuat limbah bernilai ekonomis dan menjadi produk baru.
1.2 Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan bahan pendehidrasi,
tertama pada senyawa oragnik. Hal ini sangta penting dalam mnyerap air yang
terbentuk dalamkonversi kimia seperti nitrasi, sulfonasi, dan esterifikasi, sehingga
hasilnya menjadi lebih besar. Larutan asam sulfat dapat dipekatkan secara
ekonomis sampai sekitar 93% berat H2SO4. Asam yang lebih pekat lagi dibuat
dengan melarutkan sulfur trioksida di dalam asam sulfat 98% sampai 99%.

1
Sifat Fisika:
 Titik leleh (°C) : 10
 Titik didih (°C) : 290
 Tekanan uap (mmHg) : 1 (146 °C)
 Berat jenis cairan : 1,84 (100 persen)
 Berat jenis uap : 3,4 (udara = 1)
Sifat kimia:
 Reaksi dengan basa membentuk garam dan air
H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O
 Reaksi dengan garam menghasilkan garam yang mudah menguap
H2SO4 + NaCl → NaHSO4 +HCl
 Asam Sulfat pekat merupakan agen dehidrasi yang kuat dan berbahaya
pada kontak dengan kulit
 Asam sulfat dapat mengasamkan garam dan menghasilkan asam yang
lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan
menghasilkan asam asetat, CH3COOH, dan natrium bisulfat:
H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH

1.3 Proses Pembuatan Asam Sulfat


1.3.1 Proses Kamar Timbal
Pada proses ini digunakan katalis NO2 yang diperoleh dari
oksidasi NH3. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut.
a. Pembakaran belerang menjadi SO2.
S(s) + O2(g) → SO2(g)
b. Gas SO2 dioksidasi dengan katalis NO2 sebagai pembawa oksigen
dalam air.
SO2(g) + NO2(g) + H2O(l) → H2SO4(s) + NO(g)
NO yang terbentuk bereaksi dengan oksigen
membentuk NO2 kembali
2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)

2
1.3.2 Proses Kontak
Berbeda dengan proses kamar timbal, proses kontak menggunakan
katalis vanadium pentaoksida (V2O5). Proses yang terjadi sebagai
berikut:
a. Belerang dibakar menjadi belerang dioksida.
S(s) + O2(g) → SO2(g)
b. SO2 yang terbentuk dioksidasi di udara menjadi belerang
trioksida dengan bantuan katalis vanadium pentaoksida (V2O5).
Reaksinya berbentuk kesetimbangan:
2 SO2(g) + O2(g) → 2 SO3(g) + 45 kkal
Menurut kesetimbangan di atas, makin rendah suhunya makin
banyak SO3yang dihasilkan. Akan tetapi, pada suhu rendah
reaksi berjalan lambat. Dengan memperhitungkan faktor-faktor
waktu dan hasil, dipilih suhu 400 °C karena hasil yang diperoleh
pada suhu ini kira-kira 98%.
c. Oleh karena gas SO3 agak sukar larut dalam air, maka SO3
dilarutkan dalam H2SO4 pekat.
SO3 + H2SO4→ H2S2O7 (asam pirosulfat )
d. Asam pirosulfat kemudian disirami air menurut reaksi:
H2S2O7 + H2O → 2 H2SO4
dan didapatlah asam sulfat dalam rasio hasil reaksi yang
mencapai 99,5 %. (Pudjaatmaka, 1992)
1.4 Dampak Sulfur Oksida
Udara yang tercemar Sulfur Oksida (SOx) menyebabkan manusia akan
mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang
mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung,
tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. (Sutresna, 2005)
Sulfur dioksida (SO2) juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun, pinggiran daun dan
daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Kerusakan tanaman ini akan diperparah
dengan kenaikan kelembaban udara. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya

3
pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam
sulfat.

2.1 Diagram Alir Proses

Gambar 1. Diagram alir PT Smelting Gresik

2.1.1 Komponen yang Digunakan


2.1.1.1 Washing Tower
Washing tower merupakan menara pencucian lanjutan gas buang yang berasal
dari acid mist removal tank. Cara kerja dari washing tower mirip dengan acid
removal tank, perbedaannya pada tahapan pencucian dan treatment lanjutan
setelah pencucian. Media pencucian pada washing tower menggunakan air dari
cooling tower washing.
2.1.1.2 Ventury Scrubber
Scrubber merupakan suatu variasi peralatan yang besar untuk pemisahan zat padat
atau cairan dari gas dengan menggunakan air untuk menggosok partikel dari gas
itu. Scrubber dapat juga dikatakan berfungsi untuk mengurangi polutan udara
yang dihasilkan oleh gas buang suatu industri. Metode pemisahan venturi
didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada bagian yang disempitkan dan
kemudian gas akan bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan didaerah
sempit tersebut. Alat ini dapat memisahkan partikel hingga ukuran 0,1 mikron dan
gas yang larut di dalam air. Venturi scrubber menggunakan tekanan rendah (

4
sekitar 5 lb/sq. In ) pada lorong venturi dengan kecepatan 200 – 300 ft/sec. Air,
produk, dan gas buang dikumpulkan dalam mesin pemisah (separator) dengan
metode siklon yang ada pada bgian lorong venturi itu. Pressure dropnya sebesar
15 inch. Wtr dengan konsumsi air sebesar 3 gal/mnt tiap power 10 hp.

2.1.1.3 Gas Coolers


Cooler adalah suatu alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya over heating
(panas berlebihan) dengan cara mendinginkan suatu fraksi panas dengan
menggunakan media cairan dingin, sehingga akan terjadi perpindahan panas dari
fluida yang panas ke media pendingin tanpa adanya perubahan suhu. Alat
pendingin biasanya menggunakan media air, dalam prosesnya air pendingin tidak
mengalami kontak langsung dengan fraksi panas tersebut, karena fraksi panas
mengalir di dalam pipa sedangkan air pendingin berada di luar pipa.
2.1.1.4 Mist precipitators
Dalam sebagian besar proses industri yang menimbulkan cairan / kabut
terkondensasi tetesan, selalu ada beberapa benda padat yang dibawa ke
precipitator, dan karena alasan ini precipitator kabut biasanya dilengkapi dengan
beberapa bentuk sistem pencucian
2.1.1.5 Drying Tower
Instrumen yang digunakan untuk mengeringkan udara bebas dengan asam sulfat.
Proses dalam drying tower ini adalah penyerapan kandungan air didalam udara
dengan menggunakan asam sulfat sehingga didapat udara yang kering dan siap
dialirkan. Udara atmosfer masuk drying tower dengan temperatur sebesar 34oC
dan bertekanan 1150 mmHg. Udara yang diambil dengan menggunakan blower
yang dilengkapi dengan filter kapasitas udara yang diserap oleh blower ini
sebanyak 12500 m3/jam. Sedangkan asam sulfat dipompakan dari tangki sirkulasi
asam sulfat ke drying tower dengan 62oC. Dalam prosesnya didalam drying tower
asam sulfat disemprotkan dari atas dan udara dialirkan dari bawah sehingga wir
yang terkandung dalam udara akan diserap oleh asam sulfat.
2.1.1.6 Heat Exchanger
Pada bed catalyst pertama, reaksi berlangsung dengan konversi sekitar 60% dan
keluar dari bed catalyst pertama pada suhu 610˚C. Kemudian gas SO3 yang keluar
dari bed pertama dimasukkan ke dalam bagian shell side dari heat exchanger
dengan media pendingin gas keluar absorber dengan suhu 78˚C sehingga
sekeluarnya dari heat exchanger, gas yang mengandung SO3 bersuhu 440˚C.
Kemudian gas SO3 bersuhu 440˚C ini akan masuk ke bed catalyst kedua yang
memiliki konversi reaksi sekitar 27%. Gas SO3 yang keluar dari bed catalyst
kedua akan bersuhu sekitar 521˚C dan akan didinginkan di shell side heat
exchanger dengan media pendingin gas keluar absorber pada suhu 78˚C-sama
dengan media pendingin gas keluar dari bed catalyst pertama. Sekeluarnya dari

5
heat exchanger, suhu dari gas SO3 ini adalah sekitar 431˚C. Kemudian gas ini
akan dialirkan menuju bed catalyst ketiga yang memiliki konversi reaksi 7%. Gas
yang keluar dari bed catalyst ketiga yang banyak mengandung SO3 bersuhu 450˚C
dan akan masuk keeconomizer dengan media pendingin boiler feed water
sehingga gas SO3 akan didinginkan hingga temperatur 220˚C sebelum masuk ke
dalam absorber tower.
2.1.1.7 Absorbing Tower
Proses penyerapan gas panas SO3 dengan asam sulfat H2SO4 adalah proses yang
terjadi di absorber tower. Temperatur asam sulfat masuk 68oC dan tekanan
sebesar 230 mmHg dengan laju alir sebesar 3860 kg/jam. Ketinggian asam sulfat
pada saat distribusi dapat dilihat. Ketinggian ini tergantung pada laju alir gas SO3
yang masuk, untuk tiap alat mempunyai desain yang berbeda. Porselain nossel
berfungsi untuk mengatur laju alir H2SO4 yang turun ke packing untuk
mengabsorbsi gas SO3 yang datang dari bawah. Stack adalah tolak ukur apakah
reaksi berjalan baik atau tidak, bila stack yang terbentuk terlalu banyak maka
reaksi yang terjadi kurang baik.
2.1.1.8 Sulfur Acid Storage Tank
Produk asam sulfat mempunyai suhu maksimal 45oC. Tangki ini masing-masing
mempunyai kapasitas 1000 ton, 500 ton, dan 100 ton.

6
PENUTUP

Kesimpulan
Adanya limbah yang dikeluarkan oleh PT Smelting Gresik menyebabkan
pencemaran lingkungan. Dengan kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan
manusia limbah tersebut dapat diproduksi menjadi asam sulfat sehingga
meningkatkan nilai ekonomis limbah tersebut.

Saran
Perlu adanya inovasi dari mahasiswa untuk memecahkan permasalahan yang ada
di sekitar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015 . http://etheses.uin-malang.ac.id/2322/8/07510049_Bab_4.pdf

Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.

Efendi, 2012 . laporan kerja praktek.


https://www.scribd.com/doc/113860070/BAB-II-FIX.

Perry, R.H., Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 6th edition, McGraw
Hill Book Company.

Anda mungkin juga menyukai