KEHIDUPAN SOSIAL
KARYA ILMIAH BAHASA INDONESIA
Disusun Oleh :
Ghifari Abror Iswara
21020117130105
Dosen Pembimbing :
Drs. Mulyo Hadi, M. Hum
Manusia sebagai mahluk sosial tidak pernah lupa untuk bersosialisasi atau
berinteraksi dengan sesama manusia. Hal ini mengindikasikan betapa eratnya
hubungan sosial antar manusia. Terlebih dalam lingkup masyarakat Indonesia,
dimana adat istiadat merupakan salah satu faktor besar dalam penentuan kehidupan
Sosial. Segala bentuk pendapat, tuntutan, dan pandangan dapat dengan mudah
mengalir dalam masyarat.
1
Weber, M. (2012). The Theory of Social and Economic Organization. New Foreword Martino
Publishing.
harus dijawab dengan cepat dan tepat oleh seorang arsitek, supaya memiliki
pemecahan masalah yang tepat.
1. Latar Belakang
Dari banyak permintaan tersebut, muncu tuntutan publik, atau lebih sering
disebut sebagai norma. Norma mengharuskan kita memenuhinya, lebih ke arah
radikal sebagai aturan, dan dianggap tidak etis apabila tidak memenuhinya.
2
Petrus, A. (2012, Oktober 12). Kehidupan Sosial Manusia. Retrieved from Abel Petrus
Wordpress: https://abelpetrus.wordpress.com/sociology/kehidupan-sosial-manusia/
Permasalahannya adalah, terkadang norma-norma tersebut tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar arsitektural3.
Musim panas identik dengan suhu tinggi, kebakaran, dan gerah. Oleh
karena itu, muncul berbagai ide arsitektural yang sekaligus dapat menutup semua
kekurang itu. Seperti contoh membuat gazebo di luar rth, membuat kolam renang
dengan atap non permanen. Semua ini diciptakan oleh tuntutan masyarakat
mayoritas, dan memiliki dampak yang baik untuk penelitian dan keberlangsungan
bangunan.
3
Mallgrave, H. (2006). Architectural Theory Volume I. Blackwell Publishing
Dalam musim penghujan, masyarakat menginginkan bangunan yang tahan
air dan memiliki kelembaban yang cukup. Semua kembali lagi ke sistem
pembayangan yang harus sesuai untuk mengatur kelembaban dalam rumah, atau
rumah akan terasa pengap dan bakteri akan dengan mudah berkembang di dalam
rumah. Untuk menanggulangi hujan, masyarakat menuntut atap yang memiliki
sudut kemiringan tinggi, supaya air yang jatuh tidak menggenang. Namun dengan
menggunakan penyelesaian tersebut, masyarakat lupa akan adanya beban angin
yang siap mendorong konstruksi atap apabila sudut kemiringannya terlalu besar.
Oleh karena itu, muncul standar yang ditetapkan oleh para arsitek yaitu penentuan
sudut atap antara 30 sampai 60 derajat untuk menyelesaikan masalah musim
penghujan dan beban angin sekaligus.
4
Bukhori, M. (2017, Oktober 16). Rumah Adat Sumatera. Retrieved from Karya Pemuda:
https://karyapemuda.com/rumah-adat-sumatera/
3. Kesimpulan
Bukhori, M. (2017, Oktober 16). Rumah Adat Sumatera. Retrieved from Karya
Pemuda: https://karyapemuda.com/rumah-adat-sumatera/
Mallgrave, H. (2006). Architectural Theory Volume I. Blackwell Publishing.
Petrus, A. (2012, Oktober 12). Kehidupan Sosial Manusia. Retrieved from Abel
Petrus Wordpress: https://abelpetrus.wordpress.com/sociology/kehidupan-
sosial-manusia/
Weber, M. (2012). The Theory of Social and Economic Organization. New
Foreword Martino Publishing.