Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Peradaban Islam

SEJAR
AH
PAHAM
KHAWARIJ

Dosen Pembimbing :
Dr. Abdul Muid Nawawi, MA

Hasrul
(NPM : 10.31.0264)

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN


JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN TAFSIR HADIS
Tahun Akademik 2011-2012
Sejarah Paham Khawarij 1

SEJAR
AH
PAHAM
KHAWARIJ

Fakultas
Ushuluddin
Semester
III

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-


Makalah | Sejarah Peradaban
Islam
Sejarah Paham Khawarij 2
QURAN
JAKARTA SELATAN
2011-2012

Makalah | Sejarah Peradaban


Islam
Umat Islam dalam Sejarah

M
enelusuri sejarah Islam pada perspektif teologi akan tampak adanya firqah-firqah
(golongan-golongan) di lingkungan umat Islam yang antara satu sama lain bertentangan
pahamnya secara tajam yang sulit untuk diperdamaikan, apalagi untuk dipersatukan. Hal
ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah dan sudah menjadi ilmu
pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitan Agama, terutama dalam kitab-kitab ushuluddin.
Satu hal yang perlu kita pahami dan ketahui bahwa firqah-firqah tersebut timbul setelah
Rasulullah wafat.
Salah satu dari firqah yang ada dalam Islam ialah Khawarij. Kelahiran sekte ini telah
muncul benih-benihnya sejak zaman kekhalifaan Utsman bin Affan. Golongan khawarij
merupakan merupakan contoh terawal dari perbedaan pendapat radikal dalam Islam serta
melakukan serangkaian gerakan yang menawarkan konsep dan sifat kepemimpinan umat yang
berbeda. Memadukan puritanisme keras dan fundamentalisme agama dengan egalitarianisme
eksklusif, mereka muncul sebagai revolusioner yang meskipun mereka tampaknya tidak
memperoleh sukses pada masanya. Namun, paham ini terus mengilhami kelompok-kelompok
1
radikal kontemporer seperti Tafkir wa al-Hijrah di mesir dan Jama’ah al-Jihad.
Sejarah Kemunculan Paham Khawarij

K
hawarij sebagai sebuah firqah, benih-benihnya telah ada sejak zaman Utsman bin Affan
sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Kekhalifaan Utsman berakhir karena desakan
dari berbagai pihak yang memberontak yang sebagian diantara mereka dalam periode
selanjutnya akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya Sekte Khawarij. Sebuah ungkapan yang dinukil
dari “Tahqiq Mawaqifish shahabah fil fitnah” disebutkan:
Sungguh tragedi pembunuhan terhadap Utsman yang merupakan sebab terjadinya banyak fitnah.
Tragedi tersebut merupakan awal munculnya fitnah ditengah umat ini hingga berubahlah
hati-hati manusia, nampak kedustaan dimana-mana, mulainya penyimpangan dari Islam baik
dalam aqidah, dan syariat. Sungguh pembunuhan terhadap Utsman merupakan sebab utama
2
terjadinya banyak fitnah dan karenanya umat ini terpecah belah hingga hari ini.
Pristiwa penting yang menyebakan munculnya golongan Kwarij adlah arbitrasi (Tahkim)
yang disetujui oleh khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib setelah memperoleh kemenangan terhadap
Muawiyah dalam peperangan di Siffin pada Tahun 37 H / 648 M. Mulanya Khalifah Ali tidak
menerima ajakan ini, karena hal ini sudah diduga suatu muslihat dari peperangan. Tetapi, sebagian
pasukan Ali mendesak untuk menerimanya yang kemudia Ali setuju saja. Kaum Khariji yang
sebelumnya termasuk kelompok syi’ah yakni kelompok Ali kemudian berbalik arah
mengingkarinya karena menerima arbitrasi manusia. Tuhan adalah satu-satunya hakim dan pemutus
hukum yang selanjutnya menjadi slogan kaum khariji dengan ungkapan “La hukma illa Lillah”.
Sirajuddin Abbas dalam bukunya, I’itiqad Ahlusunnah Jamaah menguraikan secara rinci
3
bahwa kaum Khawarij menolak tahkim karena berargumen dengan beberapa hal, yaitu:
 Berhukum kepada al-Quran itu hanyalah dalam ucapan bibir saja, sedangkan pada hakikatnya
akan berhukum pada delegasi yang berunding,
 Menerima penghentian tembak-menembak berarti ragu atas kebenaran pendirian. Kita pada
mulanya menyakini bahwa pendirian kita ini benar dan peperangan itu berjalan diatas
1
John L. Esposito, Islam Warna-Warni : Ragam Ekspresi Menuju Jalan Lurus (Jakarta : Paramadina, 2004),
Cet I, Hal. 54
2
Abdurrahman at-Tamimi, Khalifah Utsman bin Affan ( , Maktabah Abu Salmah, 2008), Hal. 37
3
Sirajuddin Abbas, I’itiqad Ahlusunnah Wal Jamaah (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), Cet. XIII, Hal. 115
Makalah | Sejarah Peradaban Islam
kebenaran demi menegakkan kebenaran dan keadilan, tetapi setelah kita mau berhenti dan mau
minta hukum kepada delegasi maka itu berarti kita ragu atas pendirian kita, demikian katanya.
 Orang yang ragu-ragu tidak berhak menjadi Imam, kata golongan khawarij.
Nama dan Gerakan-Gerakan Khawarij

G
olongan ini menamakan dirinya dengan kaum “khawarij” yang merupakan jamak dari kata
Khariji. Nama khariji tidak mempunyai implikasi doktrinal yang menyeleweng, tetapi
4
hanya berarti seorang pemberontak atau aktivis revolusi. Namun, dalam praktiknya mereka
terjemahkan dengan arti lain, yaitu orang-orang yang keluar pergi perang untuk menegakkan
kebenaran. Hal ini diambil dari firman tuhan yang berbunyi:
﴾۱ ٠٠ ﴿ ‫وِ ّللا َىلَع‬ ُُ ‫ج َأ َع َقَو ْد َق َف‬
ْ ‫م ُث و ِلوس رو وِ ّللا َىِلإ ار ِج اه مهُر‬ ِ ِِ
ُ َ ً ََ ُ ّ ‫ْو َم ْلا ُوْكِر ْد ُي‬ ‫ن َمَو‬
ْ ‫خ َي‬
ْ ‫ج ُر‬
ْ ‫نم‬ْ ‫و يت ْ َب‬
ُ‫ت‬
Artinya:
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah
tetap pahalanya di sisi Allah”. (Q.S. an-Nisa’ : 100)
Paham khawarij ini bertambah maju setelah melihat kegagalan Ali dalam perundingan
tahkim sehingga khalayak umum banyak yang tertarik dengan paham mereka. Gerakan mereka
menutut supaya Ali mengakui kesalahannya sebab menerima tahkim atau mengakui bahwa ia
sudah menjadi kafir. Mereka mengancam, jika Ali mau taubat mengakui kesalahnnya maka
mereka menggabungkan diri kepada Ali dalam melawan Mu’awiyah. Tetapi jika tidak,
kedua-duanya yaitu kelompok Ali dan Mu’awiyah akan mereka perangi.
Khalifah Ali mendapat kesulitan besar akibat aksi khawarij sebab mereka senantiasa
bertebaran mempengaruhi rakyat dengan mengumandangkan sloganya “La hukma illa Lillah).
Setelah kaum khawarij merasa bahwa Ali tidak akan mau meninggalkan pendiriannya, maka
mereka semuanya meninggalkan Ali menuju ke daerah yang bernama Harura. Jumlah
mereka 12.000 orang serta mengangkat seorang dari mereka menjadi kepala, yaitu Abdullah bin
5
Wahab ar-Rasyidi.
Paham khawarij terkenal kaum yang keras, intoleransi, fanatisme dan ekskluvisisme.
Mereka berjuang mati-matian untuk menegakkan pahamnya dan memberikan pengorbanan apa
saja sampai kepada jiwanya dalam menegakkan pahamnya itu. Pada periode awal, langkah awal
yang mereka tempu ialah membuat komplot untuk membunuh Ali di Bagdad, Muawiyah di
Damsyik dan Amru bin Ash di Mesir. Khalifah Ali r.a mati ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam,
tetapi Mu’awiyah dan Amru bin Ash lolos dari rencana pembunuhan ini. Itulah usaha kaum
khawarij yang pertama dalam usaha mencapai visi dan misinya.
Pada konteks lain, kaum khawarij kadang-kadang menamakan golongan mereka dengan
kaum “Syura” artinya kaum yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan dalam mencapai
Ridha Allah SWT. Hal ini mereka ambil dari ayat:
﴾۲ ِ‫ف ُوءرَ ُّوللاَو وِ ّللا ت‬
ٌ ‫ ةرقبلا﴿ دِ َابعِ ْلِاب‬: ٠٠ ِ ِ ‫ّانلا‬
‫ن َم‬ ْ ‫س ْف َن يِر‬
ْ ‫ش َي‬ َ ‫ض رْ َم َءَاغْتبا ُو‬
َ ‫ن مَو ا‬
َ
Artinya:
ِ‫س‬

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah
dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya” (Al-Baqarah : 207)
5
Sirajuddin Abbas, I’itiqad Ahlusunnah Wal Jamaah (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), Cet. XIII, Hal. 168
Makalah | Sejarah Peradaban Islam
4
Fazlur Rahman, Islam (Bandung : Pustaka, 2000), Cet. IV, Hal. 244

5
Sirajuddin Abbas, I’itiqad Ahlusunnah Wal Jamaah (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), Cet. XIII, Hal. 168
Makalah | Sejarah Peradaban Islam
Imam-Imam Khawarij dan Perkembangannya

K
aum khawarij setelah berpisah dari Ali, mereka berusaha untuk memapankan visi mereka
tentang umat kharismatik sejati berdasarkan al-Quran dan Sunnah secara ketat dan
harfiyah. Mereka berpendapat bahwa revolusi bukan hanya absah tetapi wajib
walaupun dengan cara perang demi melawan para pendosa perampas kekuasaan Tuhan. Ali
mengalahkan mereka di Nahrawan pada tahun 658, tetapi pengikut mereka terus bangkit dalam
6
ruang lingkup yang kecil.
Setelah Sayyidina Ali sebagai khalifah keempat mati terbunuh dan Sayyidina Hasan bin Ali
menyerahkan khalifah kepada Sayyidina Mu’awiyah serta Sayyidina Husein mati di padang
karbela, maka kaum khawarij tidak bertambah mundur bahkan bertambah beringas dan garang
melawan kekuasaan Mu’awiyah. Mereka membangun organisasi mereka dengan rapi sekali.
7
Gerakan khawarij kemudian bercabang menjadi dua, yaitu:
 Cabang pertama, bermarkas di sebuah negeri namanya Bathaih yang menguasai dan mengontrol
kaum khawarij yang berada di Persia serta ada juga di Kiraman untuk daerah-daerah sekeliling
Irak. Cabang ini dikepalai oleh Nafi bin Azraq dan Qathar bin Faj’ah.
 Cabang kedua, berpusat di Arab daratan yang menguasai kaum khawarij yang berada di Jaman,
Hadramaut dan Thaif. Cabang ini dikepalai oleh Abu Thaluf, Najdah bin Amir dan Abu Fudaika.
Pemimpin-pemimpin khawarij yang lain adalah : (1) Urwah bin Hudair, (2) Najdah bin
Uwaimir, (3) Mustaurid bin Sa’ad, (4) Hautsarah al-Asadi (5) Quraib bin Marrrah (6) Ubaidillah bin
Basyir, (7) Zuber bin Ali dan (8) Abduh Rabbih. Untuk lebih jelasnya dapat merujuk “Syarah
Nahjul Balaqah IV” yang di sana akan diterangkan panjang lebar.
Walaupun demikian, kekuatan-kekuatan khawarij sesungguhnya telah banyak terkuras pada
abad-abad pertama Islam. Memang golongan ini sudah hilang dibawah arus sejarah, tetapi
pahamnya masih berkeliaran dimana-mana sehingga kita harus waspada. Seperti ungkafan Faslur
Rahman dalam bukunya “Islam” mengungkapkan bahwa kaum khawarij belakangan hidup
dalam komunitas-komunitas kecil di Oman, Zanzibar, Afrika Timur dan Afrika Utara.
Komunitas-komunitas ini termasuk ke dalam sekte Ibadiyah yang moderat yang tidak
memencilkan diri dari kelompok utama masyarakat Muslim. Mereka juga tidak melakukan
pembunuhan-pembunuhan politik untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Di samping itu,
pandangan mereka telah banyak terpengaruh oleh kelompok masyarakat Muslim lain yang lebih
8
besar jumlahnya.
Analisa di atas menunjukkan bahwa paham khawarij dalam sejarah mengalami masa
transisi dan terus beradaptasi dengan manyoritas muslim dan keadaan zaman yang berubah. Namun
pada sisi lain, masih ada juga doktrin-doktrin mereka yang telah hidup kembali tidak hanya pada
individu-individu di abad pertengahan Islam. Tetapi juga, beberapa gerakan yang relatif modern
yang diilhami oleh idealisme radikal khawarij seperti gerakan Wahabi pada abad 12 H / 18 M dan
dalam semangat yang lebih moderat pada masa yang lebih akhir ini, juga persaudaraan
Muslimin (Ikhwan al-Muslimin) di Arab. Lebih dari itu, gerakan-gerakan modern dalam Islam
terdapat beberapa segi persamaan antara citra khawarij dengan segi-segi tertentu dari doktrin
gerakan Islam yang radikal, diantaranya Jama’at Islami di pakistan dan gerakan-gerakan teroris
yang mengatasnamakan Islam sebagai pejuang untuk membelah Agama Allah.

6
John L. Esposito, Islam Warna-Warni : Ragam Ekspresi Menuju Jalan Lurus (Jakarta : Paramadina, 2004),
Cet I, Hal. 55-56
7
Sirajuddin Abbas, I’itiqad Ahlusunnah Wal Jamaah (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), Cet. XIII, Hal. 170
8
Fazlur Rahman, Islam (Bandung : Pustaka, 2000), Cet. IV, Hal. 248
Makalah | Sejarah Peradaban
Islam
Beberapa Paham Khawarij yang Bertentangan dengan Ahlusunnah wa al-Jama’ah

M
ulanya kaum khawarij hanya mempersoalkan khalifah dan tahkim, tetapi kemudian
merembet kepada soal i’itiqad dan kepercayaan sehingga dalam dunia Islam terbentuklah
paham ini yang kemudian dikenal “Paham Khawarij”. Berikut beberapa uraian paham
9
khawarij yang bertentangan dengan Ahlusuna wa al-Jama’ah:
 Persoalan Khalifah
Kaum khawarij mengakui khalifah Abu bakar, Umar dan separuh zaman dari khalifah
Utsman bin Affan. Menurut mereka bahwa pengangkatan ketiga khalifah itu sah sebab sudah
dilakukan dengan “Syura”. Hanya saja separuh dari khalifah Utsman tidak akui oleh mereka karena
Kepercayaan mereka menganggap Utsman telah melakukan penyelewengan. Begitu juga khalifah
Ali, mulanya pengangkatannya sah, tetapi kemudian membuat kesalahan besar, yaitu menerima
tahkim. Kaum Ahlusunnah wal Jamaah menentang paham mereka tentang penolakan separuh
dari kekhlalifahan Utsman dan begitu pula terhadap penolakan kekhalifahan Ali.
Menurut versi Ahlusunnah wal Jamaah bahwa penyelewengan-penyelewemgan yang
menjadi pertimbangan kaum khawarij itu sama sekali tidak membahanyakan masyarakat umum
dan kalau pun keduanya betul menyeleweng, tidaklah menggugurkan pangkat kekhalifahan.
 Cap Kafir
I’itiqad Khawarij lekas menuduh Kafir bagi orang-orang yang tidak suka mengikutinya.
Nafi’i bin Azraq, yang digelari Amirul mukminin bagi kaum khawarij menfatwakan bahwa
sekalian orang yang membantahnya adalah kafir yang halal darahnya, halal hartanya dan halal
anak istrinya. Dalil yang mereka gunakan untuk pendirian ini ialah firman Tuhan:

ِ‫ك ار جِ ا َف ِّل َإ اود ِلي َل َو َ د ا بع‬ ِ‫) ار ّايد اوْلض‬62( ‫ك ّنِإ‬ ِ‫ر َ ْل ْا َىلع ن يِر فِ اكَ ْلا ن م‬
َ ُ ّ
ً َ ‫اًر ا ف‬ َ ً َ ‫ن ِإ‬
ْ ‫ي مىرَذ َت‬ َ َ ْ َ‫ب ر‬
ِّ ‫ل َاقَو ْر َذ َت ََل‬
َ ‫ح ُون‬
ٌ
ِ‫َض‬
َُ َ َ ُُ ْ ُ ْ
﴾۲ ٠-۲ ‫ حون‬: ٦﴿
Artinya:
“Dan Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-
orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya
mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang
berbuat ma'siat lagi sangat kafir”.
Inilah paham yang sangat keterlaluan dari orang-orang khawarij yang memakai ayat-ayat
untuk orang-orang kafir bagi orang Islam yang menjadi lawan-lawan politiknya. Mereka dengan
gampang mengatakan “mereka salah karena itu dia kafir maka halal darahnya, halal hartanya dan
dan halal anak istrinya dan kampung mereka adalah Darul Harb”.
Selain kedua paham diatas dari paham-paham khawarij yang bertentangan dengan paham
Ahlusunnah wal Jamaah, berikut pula beberapa perbedaan lainnya:
 Mengenai soal ibadat, khawarij menganggap amal ibadat termaksuk rukun iman pula,
 Tentang orang sakit dan orang tua, mereka berfatwa bahwa orang sakit dan orang tua yang tidak
ikut berperang, maka orang itu menjadi kafir dan wajib dibunuh.
 Dosa kecil dan dosa besar, kaum khawarij memandang bahwa tidak ada pemilahan antara dosa
besar dan dosa kecil. Menurut mereka, semua kadar dosa adalah sama.
 Terhadap Ummul Mu’minin Sitti Aisyah radiyallahu anha, kaum khawarij mengutuk dan
mencaci maki bahkan kadang-kadang mengkafirkan Sitti Aisyah termasuk juga Thalhah dan
Zubair bin Awam yang ikut dalam perang Jamal.
9
Sirajuddin Abbas, I’itiqad Ahlusunnah Wal Jamaah (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), Cet. XIII, Hal. 172-178
Daftar Pustaka

Rahman, Fazlur. Islam (Bandung : Pustaka, 2000), Cet

Esposito, John L. Islam Warna-Warni : Ragam Ekspresi Menuju Jalan Lurus (Jakarta
: Paramadina, 2004), Cet I, Hal. 55-56

Abbas, Sirajuddin. I’itiqad Ahlusunnah Wal Jamaah (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru,
2008), Cet. XIII

Informasi “bagi teman-teman yang berminat mengunduh


makalah ini dapat membuka situs
(http://www.scribd.com/zsultra). Lebih dari itu, saran dan
kritiknya sangat diharapkan yang dapat disalurkan
melalui alamat email (rul19bs1@gmail.com). Terima
Kasih !!!

Semangat Terus Saudara-Saudari Ku!

Selamat Membaca
!!!

Anda mungkin juga menyukai