Chapter II Usu
Chapter II Usu
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Klasifikasi
2.2.1. Prediabetes:
Prediabetes adalah suatu kondisi dimana kadar gula darah terlalu tinggi
untuk dianggap normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk dilabelkan sebagai
diabetes. Orang- orang dikatakan sebagai prediabetes jika kadar gula darah puasa
mereka adalah antara 101 mg / dL dan 126 mg / dL atau jika tingkat gula darah
mereka 2 jam setelah tes toleransi glukosa adalah antara 140 mg / dL dan 200 mg
/ dL. Mengidentifikasi orang yang prediabetes adalah sangat penting karena
mereka mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit Diabetes
Mellitus pada masa depan. Penurunan berat badan dari 5 sampai 10% melalui diet
dan latihan dapat mengurangkan risiko terkena diabetes pada masa depan dengan
signifikan (Merck, 2008).
2.2.2. Tipe 1:
Pada diabetes tipe 1 (sebelumnya disebut sebagai diabetes insulin-
dependent atau diabetes onset-remaja), lebih dari 90% dari sel pankreas yang
memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu,
insulin yang diproduksi adalah sedikit atau langsung tidak dapat diproduksikan.
Namun, hanya sekitar 10% dari semua penderita Diabetes Mellitus menderita
Diabetes Tipe 1. Kebanyakan Diabetes Tipe 1 mengembangkan sign dan simptom
sebelum usia 30. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi
virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau awal dewasa dapat
2.2.3. Tipe 2:
Pada diabetes tipe 2 (sebelumnya disebut sebagai diabetes non-insulin-
dependent atau diabetes onset-dewasa), pankreas adalah normal dan dapat terus
menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang pada tingkat lebih tinggi dari
normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak
ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe 2 jarang
sekali wujud pada anak-anak dan remaja tetapi menjadi lebih umum pada
kebelakangan ini. Namun, diabetes tipe 2 biasanya bermula pada pasien yang
umurnya lebih dari 30 dan menjadi semakin lebih umum dengan peningkatan usia.
Sekitar 15% dari orang yang lebih tua dari 70 tahun menderita diabetes tipe 2. Ras
dan etnis menjadi salah satu faktor resiko diabetes tipe 2. Peningkatan risiko
menderita diabetes tipe 2 setinggi 2 kali lipat terjadi pada penduduk asli Amerika
dan Hispanik yang tinggal di Amerika Serikat. Riwayat keluarga juga memainkan
peranan yang penting dalam peningkatan risiko menderita daibetes tipe2. Obesitas
adalah faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2, setinggi 80% sampai 90% dari
penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan
resistensi insulin, makanya, orang obesitas memerlukan insulin yang berjumlah
sangat besar untuk mengawali kadar gula darah yang normal.
Gangguan tertentu dan obat-obatan dapat mempengaruhi cara tubuh menggunakan
insulin d an dap at menyebabkan diabet es t ipe 2 secara t idak langsung.
Kortikosteroid berdosis tinggi (pada penyakit Cushing atau pengambilan obat
kortikosteroid) dan kehamilan (diabetes gestasi) adalah penyebab yang paling
umum mengganggu fungsi dan efektivitas insulin. Diabetes juga dapat terjadi
pada pasien dengan kelainan hormon seperti kelebihan hormon pertumbuhan
(Akromegali) atau pada orang yang dengan tumor mensekresi hormon tertentu.
Pankreatitis berat atau berulang serta gangguan lain yang dapat merusak pankreas
dapat menyebabkan diabetes (Merck, 2008).
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa haus
ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus
itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa
dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
Keluhan lain :
a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
b. Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat
melihat dengan baik.
d. Ganggua Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara
terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat
yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut
kemampuan atau kejantanan seseorang.
e. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
2.6. Diagnosis
Tes berikut ini digunakan untuk diagnosis
• Fasting plasma glucose (FPG) test digunakan untuk mengukur glukosa
darah pada orang yang tidak makan apa-apa untuk minimal 8 jam. Tes ini
digunakan untuk mendeteksi diabetes dan pre-diabetes
*harus dikonfirmasikan lagi dengan mengulangi tes pada hari yang berbeda.
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara
pengelolaan yang baik. Tujuan pengelolaan secara umum menurut Perkeni (2006)
adalah meningkatkannya kualitas hidup penderita Diabetes. Penatalaksanaan
dikenal dengan empat pilar utama pengelolaan Diabetes Melitus, yang meliputi :
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama
beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan
secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan
yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
C. Penghambat glukoneogenesis
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum
kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung).
Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan
tersebut dapat
diberikan pada saat atau sesudah makan (PERKENI, 2006).
2.8. Komplikasi
2.8.1. Komplikasi akut Diabetes Mellitus
a) Hipoglikemi
b) Ketoasidosis – Ketoasidosis diabetikum (KAD)
- Hiperosmolar non ketotik (HONK)
Ketoasidosis
Kriteria diagnostik KAD:
- klinis: adanya riwayat diabetes mellitus sebelumnya, kesadaran menurun,
nafas kussmaul dan berbau aseton, adanya tanda-tanda dehidrasi.
- aktor pencetus yang biasa menyertai: infeksi akut, IMA dan stroke.
- Lab: Gula darah > 250mg/dl, asidosis metabolik (pH <7,3, bikarbonat < 15
meq/L), ketosis (ketonemia dan ketouria).
Kriteria diagnostik HONK:
- Orang tua umur > 40 tahun.
- Adanya hiperglikemia disertai osmolaritas darah yang tinggi >320 Osm.
- Tanpa disertai asidosis dan ketosis.
2. Komplikasi nonvaskuler
- Gastrointestinal: diare
gastroparesis
- Genitourinary: disfungsi ereksi
ejakulasi retrograde
- manifestasi dermatologik
Menurunkan berat badan dengan perlahan dan mulai dari yang terkecil
sekitar 4 – 6 kg dapat mengurangi risiko komplikasi dari diabetes. Hal ini sangat
membantu menurunkan gula darah dan tekanan darah. Dengan ini, kita akan
memiliki lebih banyak energi. Tujuannya untuk membakar lebih banyak kalori
yang makan. Untuk memulai, haruslah mengurangi makanan dengan kadar lemak
yang tinggi seperti keripik atau kentang goreng (Jevuska, 2010).
Tidur yang sangat sedikit dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
mendorong seseorang untuk makan makanan dengan karbohidrat tinggi. Ini dapat
menyebabkan penambahan berat badan, meningkatkan risiko komplikasi seperti
penyakit jantung dan ginjal. Jika seseorang memiliki kesulitan untuk tidur, dia
harus mengatasi dan konsultasi dengan ahlinya. Memperbaiki pola tidur dapat
menurunkan kadar gula darah (Jevuska, 2010).
Stres dapat menyebabkan kadar glukosa darah kita naik. Singkirkan sebisa
mungkin apa pun yang menekankan fisik atau mental. Teknik relaksasi seperti
latihan pernapasan, yoga, dan meditasi dapat sangat efektif jika seseorang
memiliki diabetes tipe 2 (Jevuska, 2010).
A1C level (Kadar hemoglobin). Ini menunjukkan ukuran rata-rata kontrol gula
darah selama 2-3 bulan.Seseorang yang menderita diabetes harus memeriksakan
dua kali atau lebih dalam setahun. Konsultasikan dengan dokter tentang
pengaturan dan tujuannya juga diperlukan.
Cholesterol (Kolesterol). Targetnya kadar LDL di bawah 100 mg/dl; HDL di atas
40 mg/dl, dan trigliserida di bawah 150 mg/dl (Jevuska, 2010).
Tidak makanan tunggal untuk diet diabetes. Tapi ada dasar-dasar diet yang
perlu kita ketahui: Nikmati makanan super seperti buah beri, kentang manis, ikan
yang kaya omega-3 fatty acids, sayur-sayuran dengan daun hijau tua. Hindari
makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans. Sebaliknya, pilihlan
makanan dengan lemak tak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda seperti
minyak zaitun. Seorang ahli diet yang terdaftar dapat membantu mengatur jenis
makanan yang cocok (Jevuska, 2010).
2.10. Pengetahuan
2.10.1. Pengertian Pengetahuan