Anda di halaman 1dari 2

Dalam memahami perkembangan psikologis, ada baiknya diketahui apa yang

dimaksud dengan perkembangan, dimana dalam psikologi yang dibahas adalah


perkembangan rohani sejak manusia lahir sampai ia dewasa yang perubahannya secara terus
menerus dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Perkembangan tersebut tidak terlepas dari dua faktor, yaitu pengaruh keturunan atau
pembawaan dan pengaruh dunia lingkungan dimana seorang hidup dan dibesarkan. Dalam
perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan
tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukan pada perubahan-perubahan dalam suatu
arah yang bersifat tetap dan maju.
Dari pengartian diatas dapat diambil pengertian bahwa perkembangan merupakan
suatu proses atau tahapan pertumbuhan yang harus dilalui oleh Individu dalam setiap periode
perkembangannya yang diharapkan membawa perubahan kearah yang lebih maju.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan


berkaitan erat dengan proses belajar, karena pada intinya baik perkembangan atau belajar
mengacu kepada perubahan dari apa yang telah dipelajarinya, baik dari segi jasmani maupun
rohani yang diaktualisasikan melalui tingkah laku (behaviorisme) tanpa membedakan
organisme yang ada.

Psikologis yaitu berkaitan dengan psikologi, yaitu sifat kejiwaan seseorang.


Sedangkan psikologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa yang diamati melalui
tingkah laku seseorang. Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur bagi seluruh perbuatan-perbuatan sebagai hasil proses belajar yang
dimungkinkan oleh keadaan jasmaniah, rohaniah, sosial dan lingkungan.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikemukakan bahwa perkembangan psikologis adalah


suatu perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil dari proses belajar dan
disesuaikan dengan kondisi perkembangan psikologis siswa.

Tujuan mengetahui perkembangan psikologis siswa

Dilihat dari segi perkembangan psikologisnya keharusan bagi setiap guru untuk mengetahui
taraf kematangan yang telah dicapai serta taraf kesediannya untuk belajar adalah mutlak.
Guru harus menjaga taraf kematangan dan taraf kesediaan siswa pada setiap proses belajar
dan pada setiap pengalaman yang ingin dipelajarinya. Hal ini dilakukannya agar usahanya
berhasil dan menjamin siswa dapat mengambil menfaat dan unsur-unsur yang dilakukannya
dalam pengajaran, bimbingan dan pelatihannya.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan usaha untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik pada taraf tertentu oleh karena itu seorang guru
dituntut penguasaan terhadap kemampuan sebagai guru yang professional dalam bidangnya.
Ketidakmampuan guru dalam melihat perbedaan anak didik di dalam kelas yang dihadapi
banyak membawa pengaruh kegagalan dalam memelihara dan membina tenaga manusia
secara sfektif.

Dengan demikian, guru harus dapat memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak,


sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat diperoleh dengan sebaik-baiknya adapun
perbedaan-perbedaan itu antara lain:
a) Waktu dan irama perkembangan
b) Motif, inteligensi dan emosi
c) Kecepatan belajar atau menangkap pelajaran
d) Pembawaan dan lingkungan.

Oleh karena itu, guru berbicara dengan anak didiknya sesuai dengan akal, taraf kematangan
dan pemahaman mereka, disamping itu guru harus mengajar disesuaikan dengan kematangan
jasmani, akal dan emosi mereka sesuai dengan kondisi kejiwaannya. Banyaknya anak yang
gagal sekolah atau drop out dikarenakan juga sebagai akibat dari praktek mengajar yang
melupakan perbedaan individual anak, selain faktor lain seperti latar belakang sosial
ekonomi, keluarga atau sebab lain. Dengan memperhatikan segi psikologi siswa, maka ini
dapa memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat belajar sesuai dengan minat, bakat,
tempo dan cara belajar yang efektif bagi mereka.

Dari uraian di atas, dapat disiimpulkan bahwa tujuan mengetahui psikologis siswa ini
bermaksud agar seorang guru dapat berhati-hati dalam mengajar anak didik, sehingga anak
didik dapat diperlakukan sebagai manusia biasa dan bukanlah sebagai anak kecil, dengan
mengetahui kondisi ini maka proses kegiatan belajar mangajar (KBM) dapat berjalan secara
efektif dan efisien dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan sebaik-
baiknya dengan tetap memperhatikan dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan
psikologis siswa yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai