Anda di halaman 1dari 7

Bonsai (盆栽) adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan

membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai, 栽)
dilakukan di pot dangkal yang disebut bon (盆). Istilah bonsai juga dipakai
untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan
apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi
wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa
Jepang untuk penzai (盆栽).
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan
(pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan
ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu. Pembuatan bonsai memakan waktu yang
lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan,
pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon
dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat
pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting
pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai
atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan
alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.

Daftar isi

 1Jenis
 2Bentuk dasar
 3Sejarah
 4Ukuran
 5Referensi
 6Pranala luar

Jenis[sunting | sunting sumber]


Pohon yang paling umum dibonsai adalah berbagai spesies pinus. Jenis tanaman dan pohon
dipakai untuk mengelompokkan jenis-jenis bonsai:[1]

 Bonsai pohon pinus dan ek: tusam, cemara cina, cemara duri, sugi, dan lain-lain.
 Bonsai pohon buah untuk dinikmati keindahan buahnya (Ilex serrata, kesemek, Chaenomeles
sinensis, apel mini, dan lain-lain).
 Bonsai tumbuhan berbunga untuk dinikmati keindahan bunganya (Prunus mume,Chaenomeles
speciosa, sakura, azalea satsuki).
 Bonsai pohon untuk dinikmati bentuk daunnya (maple, Zelkova serrata, Rhus
succedanea, bambu).
Ada banyak sekali tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk dibonsai, di
antaranya asam jawa, beringin, cemara udang, waru, dan jambu biji.[2]

Bentuk dasar[sunting | sunting sumber]


Tegak Lurus (Chokkan)

Tegak Berkelok-kelok (Moyogi)

Sarung Angin/Tertiup Angin (Fukinagashi)

Menggantung (Kengai)

Setengah Menggantung (Han Kengai)

Batang Bergelung (Bankan)


Sapu Tegak (Hōkidachi)

Berbatang Dua (Sōkan)

Pohon Sastrawan (Bunjinki)

Tegak Lurus (直幹 Chokkan)


Batang pohon tegak lurus vertikal ke atas. Pohon dikatakan memiliki batang yang ideal bila
pohon memiliki diameter batang yang makin ke atas makin mengecil, dimulai dari bagian
batang yang dekat dengan akar. Pohon dikatakan memiliki dahan yang ideal bila dahan ada
di sisi depan-belakang atau kiri-kanan saling bersilangan satu sama lainnya. Jarak
antardahan makin ke atas makin sempit. Bentuk akar ideal adalah akar yang bila dilihat dari
atas, menjalar ke segala penjuru.
Tegak Berkelok-kelok (模様木 Moyogi)
Batang pohon tegak berkelok-kelok ke kiri dan ke kanan. Diameter batang makin ke atas
makin mengecil dengan keseimbangan kiri dan kanan yang baik. Dahan yang baik adalah
dahan yang ada di bagian puncak lengkungan batang pohon. Dahan yang berada di bagian
dalam lengkungan dipotong. Dari pangkal batang hingga bagian puncak pohon dapat ditarik
garis lurus, dan orang yang melihat tidak merasa khawatir dengan keseimbangan pohon
tersebut.
Miring (斜幹 Shakan)
Batang pohon miring ke satu sisi bagaikan terus menerus ditiup angin ke arah tersebut.
Bagaikan ada benda yang menghalangi di salah satu sisi, batang pohon tumbuh
mencondong ke sisi lain. Ciri khas bentuk ini berupa dahan yang ada hanya di bagian
puncak lengkungan batang, dan berselang-seling di sisi kiri-kanan dan depan-belakang.
Sarung Angin (吹流し Fukiganashi)/Tertiup Angin[2]
Dibandingkan bonsai bentuk Miring, pohon tumbuh sambil mengalami paksaan yang lebih
kejam. Batang dan dahan pohon hanya condong ke satu arah. Batang dan dahan pohon
yang condong ke satu sisi jauh lebih panjang daripada tinggi pohon yang diukur dari pangkal
batang ke puncak pohon. Posisi batang dan dahan mirip dengan bonsai gaya Setengah
Menggantung, tetapi batang dan dahan terlihat membentuk garis paralel.
Menggantung (懸崖 Kengai)
Pohon diibaratkan tumbuh di permukaan dinding terjal yang berada di tebing tepi laut atau
dinding lembah terjal. Batang pohon tumbuh bagaikan menggantung ke bawah tebing.
Puncak pohon tersebut menggantung jauh hingga melebihi dasar pot. Bila puncak pohon
tidak melebihi dasar pot maka bonsai disebut Setengah Menggantung (Han Kengai).
Batang Bergelung (蟠幹 Bankan)
Batang pohon terlihat sangat dipilin, atau pohon tumbuh dengan kecenderungan memilin
diri. Batang pohon begitu terlihat dipilin bagaikan ular yang sedang bergelung.
Sapu Tegak (箒立ち Hōkidachi)
Batang tegak lurus hingga di tengah sebelum dahan dan ranting tumbuh menyebar ke
segala arah. Puncak pohon sulit ditentukan dari sejumlah puncak dahan yang ada sehingga
bentuk bonsai ini mirip sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini dinilai dari percabangan
dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan dan ranting ke segala arah, tinggi
pohon, dan keseimbangan unsur-unsur tersebut.
Menonjolkan Akar (根上り Neagari)
Akibat pohon dipelihara di lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal akar yang
bercabang-cabang di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas tanah bagaikan akibat
diterpa angin dan hujan.
Berbatang Banyak (多幹 Takan)
Dari satu pangkal akar tumbuh tegak lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh dua batang
pohon, maka bonsai disebut Berbatang Dua (Sōkan). Bila ada tiga batang pohon, maka
disebut Berbatang Tiga (Sankan). Bonsai berbatang lima atau lebih disebut Tunggul
Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjil lebih disukai. Selain bonsai berbatang dua,
bonsai dengan batang berjumlah genap tidak disenangi dan tidak dibuat.
Akar Terjalin (根連なり Netsuranari)
Akar dari sejumlah batang pohon dari satu spesies (tiga batang pohon atau lebih) saling
melekat dan berhubungan satu satu sama lainnya. Bentuk ini juga dapat berasal dari batang
pohon yang tadinya tegak, tetapi roboh dan terkubur di dalam tanah. Bagian yang dulunya
adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai batang pohon. Dari batang pohon
tersebut keluar akar, dan akar tersebut terjalin dengan akar pohon asal. Bentuk yang mirip
dengan Akar Terjalin disebut Rakit atau Tumbuh dari Batang (Ikadabuki). Bonsai berbentuk
Tumbuh dari Batang juga berasal dari pohon yang tadinya tegak, tetapi roboh dan dahan
berubah peran menjadi batang. Perbedaannya dengan Akar Terjalin terletak pada akar yang
hanya ada di satu tempat. Seperti halnya bonsai Berbatang Banyak, pohon berbatang genap
tidak disukai.
Kelompok (寄せ植え Yoseue)
Lebih dari satu pohon ditanam bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di atas batu.
Pohon yang ditanam dapat saja beberapa pohon dari satu spesies, atau campuran dari
beberapa spesies berbeda. Nilai kreativitas karya dapat ditinggikan dengan perpaduan
benda-benda hiasan yang diletakkan sebagai tambahan.
Pohon Sastrawan (文人木 Bunjinki)/Bebas[2]
Bentuk bonsai ini asal usulnya dari meniru bentuk pohon dalam nanga. Dinamakan bonsai
bentuk Pohon Sastrawan karena sastrawan zaman Meiji sangat menggemari bonsai bentuk
ini. Pada zaman sekarang, batang kurus, jumlah dahan sedikit, dan dahan pendek juga
disebut Pohon Sastrawan.
Pohon Tak Lazim (代わり木 Kawariki)
Bentuk ini dipakai untuk menyebut bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam bentuk-
bentuk bonsai yang lazim.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Bonsai berasal dari seni miniaturisasi tanaman
yang disebut penjing (盆景) dari
periode Dinasti Tang. Di makam putra dari
Maharani Wu Zetian terdapat lukisan dinding
yang menggambarkan pelayan wanita yang
membawa pohon berbunga dalam pot
dangkal. Pot dangkal berukuran kecil ini
merupakan miniaturisasi dari pemandangan
alam.[3]
Kalangan bangsawan di Jepang mulai
mengenal penjing sekitar akhir zaman Heian.
Aksara kanji untuk penjing (盆景) dilafalkan
orang Jepang sebagai bonkei. Sama halnya
dengan di Cina, bonkei di Jepang juga
merupakan miniaturisasi dari pemandangan
alam. Seni yang hanya dinikmati kalangan
atas, terutama kalangan pejabat istana
dan samurai, dan baru
disebut bonsai pada zaman Edo[4]
Menanam bonsai adalah pekerjaan sambilan
samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai
puncak kepopuleran. Sejak zaman Meiji,
bonsai dianggap sebagai hobi yang bergaya.
Namun pemeliharaan bonsai dan penyiraman
memakan banyak waktu. Sejalan dengan
lingkungan tempat tinggal di Jepang yang
makin modern dan tidak memiliki halaman,
penggemar bonsai akhirnya terbatas pada
kalangan berusia lanjut.

Ukuran[sunting | sunting sumber]


Bonsai di "Foire du Valais", Swiss, 2005.

Bonsai dikelompokkan menjadi enam


kelompok berdasarkan tinggi tanaman dari
pangkal batang hingga bagian puncak
tanaman:

 raksasa: tinggi pohon lebih dari 101 cm.


 sangat besar: tinggi pohon antara 76–
100 cm.
 besar: tinggi pohon antara 46–75 cm
 sedang: tinggi pohon antara 31–45 cm
 kecil: tinggi pohon antara 16–30 cm
 sangat kecil: tinggi pohon kurang dari
15 cm.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ "盆栽 (Bonsai)". 日本文化いろは事典
(Nihon Bunka Iroha Jiten). Diakses
tanggal 2009-12-24.
2. ^ a b c d Sulistyo, Budi. Bonsai. Kanisius.
hlm. 9-7921-1783-0.
3. ^ "壱のツボ 盆栽には悠久の時が宿る
(Ichi no Tsubo: Bonsai ni wa Yūkyū no
Toki ga Yadoru)". NHK. Diakses
tanggal 2009-12-24.
4. ^ "盆栽の歴史を知ろう (Bonsai no rekishi
o shirou)". Garden x Garden. Diakses
tanggal 2009-12-24.
Pranala luar[sunting | sunting
sumber]

 (Inggris) Museum Nasional Bonsai &


Penjing U.S. National Arboretum,
Washington, D.C.
 (Inggris) Galeri berbagai bentuk bonsai
(The Art of Bonsai Project)
 (Inggris) Sejarah lengkap bonsai (Magical
Miniature Landscapes)
Kategori:
 Budaya Jepang
 Kata dan frasa Jepang

Anda mungkin juga menyukai