rentang waktu singkat. Kata bom berasal dari bahasa Yunani βόμβος (bombos), sebuah istilah yang
meniru suara ledakan 'bom' dalam bahasa tersebut.
Ledakan yang dihasilkan bom dapat menyebabkan kehancuran dan kerusakan terhadap benda mati
dan benda hidup disekitarnya, yang diakibatkan oleh pergerakan tekanan udara dan pergerakan
fragmen-fragmen peledak yang terdapat di dalam bom, maupun serpihan fragmen benda-benda
disekitarnya. Selain itu, bom juga dapat membunuh manusia hanya dengan suara yang
dihasilkannya saja. Bom telah dipakai selama berabad-abad dalam peperangan konvensional
maupun non-konvensional.
Istilah "bom" jarang digunakan untuk menyebut bahan peledak yang dipergunakan untuk
keperluan sipil, misalnya dalam pembangunan dan penambangan. Alat peledak dalam militer juga
banyak yang tidak disebut "bom". Pemakaian kata "bom" dalam bidang militer biasanya digunakan
untuk menyebut senjata peledak yang dijatuhkan tanpa pemandu dari pesawat udara sementara
jenis senjata peledak militer lainnya misalnya granat, ranjau, peluru kendali, peluru, dan peledak
kedalaman tidak disebut "bom".
BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan. BOM dibuat
sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh manufacturing engineer untuk
menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi. Perencanaan pengendalian produksi
dan persediaan menggunakan BOM yang di-hubungkan dengan master production schedule,
untuk menentukan release item yang dibeli atau diproduksi.
1. Sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk
membuat suatu produk. BOM tidak hanya menspesifikasi produk tapi juga berguna untuk pembebanan
biaya dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau
perakitan.
2. Sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk
membuat suatu produk.
3. Sebuah daftar hierarki dari material (component, subassembles, ingredent..) yang dibutuhkan
untuk memproduksi sebuah produk, menunjukkan jumlah setiap item yang dibutuhkan. Informasi-
informasi lain mungkin juga dimasukkan dalam BOM untuk planning dan costing.
4. Sebuah daftar dari komponen-komponen yang menyusun sebuah sistem. Contohnya, sebuah BOM
dari sebuah RUMAH terdiri dari semen, balok, kayu, atap, pintu, jendela, listrik, pemanas dkk. Setiap
subassembly juga terdiri dari sebuah BOM; sistem pemanas disusun dari perapian, salutan pipa, dll.
5. Dokumen yang digunakan oleh sebuah perusahaan manufaktur atau bisnis lainnya untuk meminta
material dari inventory yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. BOM menunjukkan
spesifikasi dari setiap item dan ‘wakil’ dari perusahaan kepada pelanggan. Penghasil industri barang dan
bahan mentah dapat mendapat mengetahui kebiasaan membeli pelanggan-pelanggannya dari informasi-
informasi dalam BOM. BOM juga digunakan untuk keperluan accounting dengan tujuan untuk
mengkalkulasi harga dari produk yang dibuat.
6. Sebuah daftar dari raw materials, sub-assemblies, intermediate assemblies, sub-component, parts
dan jumlah dari kebutuhan untuk mengolah produk akhir.
7. Bill of Material (BOM) adalah sebuah daftar yang mencantumkan seluruh sub-assemblu, part, dan
bahan baku beserta jumlahnya masing-masing, yang diperlukan untuk membuat sebuah produk jadi.
Sebuah Bill of Material yang akurat menunjukkan informasi tentang masing-masing input produk, seperti
: nomor komponen, deskripsi komponen, jumlah yang diperlukan untuk setuap komponen, satuan
ukurannya, dan lead time pengerjaan/pemesanan. Seluruh item dan BOM harus diidentifikasi dan diberi
nomor secara unik.
Level 0
Sebuah produk jadi yang tidak digunakan sebagai komponen pembentuk dari produk lain
Level 1
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 0. Pada waktu bersamaan, komponen
ini juga dapat merupakan sebuah produk jadi. Sebagai gambaran, ban mobil juga dapat dijual terpisah
sebagai produk jadi yang siap pakai. Bagaimanapun, jika digunakan sebagai komponen pembentuk
langsing dalam pembuatan otomotif (mobil), maka akan digolongkan sebagai item dengan level 1
Level 2
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 1. Sebagaimana level 1, komponen
pada level 2 juga dapat digumakan sebagai komponen pembentuk langsung pada level 0 atau sebagai
produk jadi.
Level 3
Untuk selanjutnya, dapat didefinisikan dengan maksud yang sama.
Penggambaran Bill of Material dalam bentuk struktur prosduk seperti di atas memang lebih mudah
dimenegerti tetapi apabila jumlah dan level komponen sangat banyak maka penggambaran dengan
struktru produk menjadi tidak efisien. Oleh karena itu Bill of Material juga digambarkan dalam bentuk
tabel.
· Planning Bills dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk
buatan kepada bill of materialnya. Sedangkan Phantom Bill adalah bill of material untuk komponen,
biasanaya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk sementara waktu.
· Low-level coding atas suatu bahan dalam bill of material diperlukan apabila ada produk yang serupa
supaya dapat membedakannya diberikan kode.
Struktur Bill of Material (BOM)
Struktur standar (tree structure/pyramid structure)
Subassemblies lebih banyak dibandingkan dengan produk akhir dan komponen lebih banyak daripada
subassemblies. Hanya sedikit jumlah produk akhir yang dibuat dari komponen-komponen penyusunnya.
Produk akhir ini disimpan dalam stok untuk pengiriman.
Struktur produk :
Puncak adalah produk akhir
Bagian tengah adalah assemblies
Bagian bawah adalah komponen dan bahan baku
Struktur Inverted
Subassemblies lebih sedikit dibanding dengan produk akhir dan jumlah komponen dan bahan baku lebih
sedikit dibanding dengan subassemblies. Dalam struktur inverted banyak produk akhir dibuat dari
sejumlah raw material yang terbatas berdasarkan pada pesanan pelanggan.
Struktur produk :
Puncak adalah produk akhir
Bagian tengah adalah assemblies
Bagian bawah adalah komponen dan bahan baku
Cara Pembuatan Bill of Material (BOM):
Komponen-komponen yang terdapat atau indikator apa saja
yang harus di ketahui sebelum pembuatan bill of material :
· Menentukan tipe atau jenis bill of material yang sesuai dengan produk yang akan di buat.
· Data-data valid yang akan di gunakan sebagai referensi dalam pembentukan bill of material.
· Pahami dan kuasai sistem atau aplikasi yang di gunakan untuk pembuatan bill of material (contoh
aplikasi : SAAP, IFS, Aplikasi berbasis Web base, dan lain-lain).
· Tentukan penomoran sebagai pengganti kode suatu barang atau gambar, biasanya setiap
perusahaan memiliki format khusus dalam penomoran kode barang
· Pahami dan kuasai proses yang terdapat di dalam suatu komponen. (contoh : welding proses, painting
proses, machining proses dan lain-lain)
· Tentukan dan identifikasi item / barang sesuai fungsinya (contoh : barang di beli atau tidak dibeli,
barang di perlu di proses atau tidak di proses dan lain-lain).
Dalam pembuatan bill of material atau daftar order barang, perlu di ingat bahwa sebelum di lakukan nya
pembuatan kita harus pahami terlebih dahulu apa yang akan kita buat, daftar order barang harus sesuai
dengan yang di butuhkan. Pembuatan bill of material atau daftar order barang dapat di buat dengan cara
pembuatan baru atau memodifikasi bill of material yang sudah ada. Setiap perusahaan pastinya
memiliki sistem yang berbeda satu sama lain, itu disebabkan kebutuhan yang berbeda sesuai kategori
perusahaan masing-masing . Banyak pilihan aplikasi atau software yang dapat di gunakan dan
penanganannya pun berbeda-beda pada setiap system yang dipakai.
Pahami dan kuasai terlebih dahulu system aplikasi perusahaan anda sebelum anda melakukan
pembuatan bill of material dan Pelajari fungsi-fungsi dalam system aplikasi perusahaan anda.
Kumpulkan semua data-data pendukung atau referensi yang akan di implementasikan nanti ke dalam
bill of material, perhatikan dengan teliti setiap informasi yang di butuhkan agar sesuai dengan yang di
harapkan.
Sebelum memulai pembuatan bill of material, pastikan semua part nomer sudah terdaftar kedalam
system anda, setiap part nomer mewakili satu barang atau komponen. Pastikan bahwa part nomer
tersebut telah memiliki atributnya dengan lengkap, seperti : partnomer tersebut di beli atau tidak ,
memiliki proses atau tidak memiliki proses, harga barang atau komponen, kode vendor atau suplier dan
lain-lain. Semua informasi itu di butuhkan sebelum kita melakukannya. Atribut informasi tersebut dapat
di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan.
Setelah data-data lengkap part nomer sudah di buat, mulailah merangkai satu per satu part nomer
tersebut , untuk mempermudah mulailah dari level yang paling atas (contoh : nama produk)
Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut [Apple,1990, hal 139] :
1. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan lingkaran berdiameter
12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran tersebut.
2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm pada
bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada
proses tersebut.
3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri dengan lingkaran
berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri
dengan diameter 6 mm.
4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan garis tegak
pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang menunjukkan operasi rakitan
sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada langkah 2 dan langlah 3.
5. Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah tercantum,
masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika perlu), komponen yang terdaftar
di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah bagian sub assembly.
Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan-bagian tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun
kerja atau lintasan rakitan atau bahkan lintasan orang, tapi hanya benar-benar menunjukkan urutan
operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan akan
menetukan apa yang harus dilakukan operator.
Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat
juga digambarkan oleh sebuah ‘gambar-terurai’. Teknik-teknik ini dapat juga digunakan untuk mengajar
pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit.