Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BERMAIN PADA ANAK


DI RUANG MELATI 2 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun oleh :
1. Retno Budi C (B2014100)
2. Retno Pramesti (B2014101)
3. Ridwan (B2014102)
4. Rifa Nuraini S (B2014103)

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ‘AISYIYAH
SURAKARTA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BERMAIN PADA ANAK
DI RUANG MELATI 2 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Topik : Berkolase
Sub Topik : Menempelkan suatu benda ke suatu bidang gambar
Sasaran : Anak 6 tahun
Hari, tanggal : Selasa, 11 April 2017
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Melati 2

A. PENDAHULUAN
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan
orang tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa
nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis,
teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang
diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi
pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain
merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang
dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress yang dialami akan
terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit akan dapat dialihkan (distraksi)
pada permainannya dan terjadi proses relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan
suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar
mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta
kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan
fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan
juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain.
B. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan
bisa mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya, merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak
bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit, serta dapat melanjutkan tumbuh
kembang anak yang normal atau sehat.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
a. Bisa merasa tenang selama dirawat.
b. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
c. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
d. Pengembangan aspek kognitif
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat diruang
yang sama
f. Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
g. Mengembangkan bahasa, anak mengenal kata-kata baru.
h. Melatih sosial emosi anak.
C. MANFAAT TERAPI BERMAIN
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan.
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik
D. METODE
Metode yang digunakan yaitu demonstrasi
E. MEDIA
1. Gerabah
2. Kulit telur
3. Lem
F. ISI MATERI
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
Persiapan :
a. Menyiapkan ruangan
1. 5 menit
b. Menyiapkan alat-alat permainan
c. Menyiapkan anak dan keluarga
Pelaksanaan : a. Menjawab salam
a. Membuka proses terapi bermain dengan b. Memperkenalkan
mengucapkan salam, memperkenalkan diri
diri c. Memperhatikan
2. 15 menit b. Menjelaskan pada anak dan keluarga d. Bermain bersama
tentang tujuan dan manfaat bermain, dengan antusias
menjelaskan cara permainan dan
c. Mengajak anak bermain mengungkapkan
d. Mengevaluasi respon anak dan keluarga. perasaannya
Evaluasi : Memperhatikan

3. 8 menit Anak dapat menempelkan benda ke bidang


gambar
Penutup : Menjawab salam
4. 2 menit Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan
salam.
G. EVALUASI
1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat bantu/media, pengorganisasian, proses penyuluhan
2. Hasil kegiatan dengan memberikan pertanyaan pada anak yaitu sebagai berikut :
a. Apakah anak senang menempel?
b. Apakah anak senang dengan hasilnya sendiri-sendiri?
H. PENGORGANISASIAN DAN TUGAS
PENGORGANISASIAN
1. Penanggung Jawab : Bu Fatmawati
2. Leader : Ridwan
3. Co-leader : Retno Pramesti
4. Fasilitator : Rifa Nuraini S
5. Observer : Retno Budi C
6. Peserta anak dengan usia 6 tahun :
a.
b.
c.
d.
e.
TUGAS
1. Leader
a. Menjelaskan tujuan bermain
b. Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
c. Menjelaskan aturan bermain pada anak
d. Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co.Leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Fasilitator
a. Menyiapkan alat-alat permainan
b. Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang dijelaskan
c. Mempertahankan kehadiran anak
d. Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam
4. Observer
a. Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal.
b. Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku
c. Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain
I. EVALUASI YANG DIHARAPKAN
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai
c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana mestinya
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
4. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan anak dan mampu menjelaskan, mempraktikkan apa yang sudah
diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan
c. Anak menyatakan rasa senangnya

Mengetahui,
Pembimbing Praktek

(Fatmawati, Amd.Kep)
LAMPIRAN MATERI:

A. TERAPI BERMAIN
1. Definisi
Terapi bermian adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang dengan sengaja
direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi, dilaksanakan, diobservasi dan
evaluasi dalam hubungannya dengan objek yang dituju. Dalam kaitannya dalam
bermain pada anak dengan hospitalisasi didefinikan sebagai opermainan yang diberikan
dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal
lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staff rumah
sakit yang ada (Whaley & Wong, 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan di dalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).

2. Tujuan
Adapun tujuan bermain bagi anak dengan hospitalisasi antara lain :
a. Dapat lebih efektif dalam beradaptasi terhadap stress di rumah sakit
b. Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang selama perawatan di rumah sakit
c. Dapat mengembangkan kreativitas melalui bermain yang tepat
d. Mengatasi konflik yang dialami anak
e. Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di lingkungan
asing
f. Penurunan tingkat kecemasan pada anak

3. Fungsi terapi bermain


Menurut Suherman (2000) fungsi bermain diantaranya yaitu :
a. Perkembangan sensoris motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan di sekitarnya, terutama mengenai warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain anak akan melatih diri
untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
sosial dimana belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain anak akan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya
untuk semakin berkembang
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
tingkah laku
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua
dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain anak akan mendapatkan kesemapatan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan
dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada di lingkungannya
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak meyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan, anak akan terlepas dari ketegangan dan sterss yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainan (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangan melakukan permainan
4. Prinsip terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi
Dalam pelaksanaan terapi bermain perlu diperhatikan beberapa prinsip mendasar yaitu :
a. Bermain dalam kelompok umur yang sama
Permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat
perkembangan anak
b. Memperhatikan pertimbangan keamanan dan infeksi silang
Alat bermain yang digunakan merupakan alat bermain yang mudah dicuci dan aman
bagi anak sehingga infeksi silang dapat dihindari
c. Tidak banyak megeluarkan energi serta bermain dalam waktu yang singkat
Sakit menyebabkan anak kehilangan sebagian dari energi tubuhnya sehingga
permainan yang diberikan sebaiknya merupakan permainan yang tidak banyak
menghabiskan energi anak
d. Permainan sederhana, tidak kompleks dan tidak bertentangan dengan pengobatan dan
perawatan
e. Saat melakukan terapi bermain orang tua dilubatkan
Hubungan dengan orang tua dan anak akan lebih akarab dan terjalin kepercayaan
terhadap keduanya

B. PERMAINAN KOLASE
1. Definisi
Keterampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam menempelkan benda
yang berupa pecahan kulit telur potongan kertas, atau biji-bijian pada bidang gambar
yang menghasilkan sebuah karya seni yang menarik, membuat kolase dibutuhkan
koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi sehingga kolase cocok melatih anak dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus.
Menurut M. Saleh kasim (2008) kolase adalah menggambar dengan teknik tempelan.
Muharam E (3005) menyatakan bahwa kolase teknik melukis dan mempergunakan
warna kepingan benda lain yang ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang
diwujudkan dengan menyusun kepingan warna yang yang dioles lem kemudian
ditempelkan pada bidang gambar.
Budiono (2005) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat dari bahan
yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2008) menyatakan bahwa
ketrampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan komlpeks. Berbagai unsur
rupa yang yang berbeda karakternya di padukan dalam suatu komposisi untuk
mengekspresikan gagasan artristik atau makna tertentu.
Susanto M (2008) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari bahasa inggris
yaitu “collage” yang berarti merekat. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu tehnik
seni menempel berbagai macam materi selain cat seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit
telur, biji dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak)
atau tehnik lainnya.
2. Bahan yang digunakan
Bahan yang akan digunakan dalam latihan ketrampilan kolase adalah :
a. Gerabah
b. Kulit telur
c. Perekat (lem)
3. Prosedur
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase membutuhkan
langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan peningkatan dari
latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan ketrampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu :
a. Merencanakan gambar atau pola
b. Menyediakan alat-alat dan bahan
c. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk ketrampilan
kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
d. Membimbing anak untuk menempelkan kulit telur pada gambar yang ada digerabah
dengan cara menjimpit kulit telur, memberikan perekat denga lem lalu
menempelkannya dengan lem.
e. Menjelaskan posisi untuk menempelkan kulit telur yang benar sesuai dengan bentuk
gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil tempelannya tidak keluar garis.
f. Melibatkan orang tua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk dijadikan
rutinitas anak dirumah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
4. Prinsip terapi bermain
ketrampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit, mengelem, dan
menempel. Dalam tiga perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot jari tangan secara
perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian
anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menempel benda-
benda dalam ukuran kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Budiono MA. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas


Kasim, M Saleh. 2008. Kerajinan Tangan. Jakarta : Depdiknas
Nursalam. 2005. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga
Priyanto. 2010. Pendidikan Ketrampilan. Jakarta : Erlangga
SusantoM. 2008. Pemanfaatan Kolase. Jakarta : Erlangga
Whaley & Wong. 2008. Nursing Care of Infants & Children. Mosby Company.
St. Louis

Anda mungkin juga menyukai