Anda di halaman 1dari 14

DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

MATERI 2
METODE TAMBANG TERBUKA

A. ISTILAH-ISTILAH PADA TAMBANG TERBUKA

1. Mining adalah istilah umum untuk suatu kegiatan pengambilan endapan-


endapan berharga dari dalam kulit bumi baik dengan penggalian pada (di
daerah) permukaan tanah maupun di bawah tanah.
2. Prospecting adalah kegiatan penyelidikan, pencarian dan atau penemuan
endapan-endapan mineral berharga.
3. Exploration adalah pekerjaan selanjtunya setelah ditemukannya endapan
mineral berharga yang antara lain meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk
mengetahui dan mendapatkan ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan
cadangan dari endapan tersebut.
4. Development adalah pekerjaan-pekerjaan persiapan untuk penambangan
dan pengangkutan yang antara lain meliputi pembuatan lubang-lubang ke
arah dan di dalam endapan bijih yang sudah pasti ada.
5. Exploitation adalah kegiatan penambangannya sendiri yaitu mengambil dan
membawa ke permukaan bumi, kadang-kadang sampai ke pemasarannya.
6. Mineral adalah suatu istilah umum untuk semua benda padatan anorganik
yang terbentuk di alam, mempunyai komposisi kimia tertentu dan sifat-sifat
phisik yang tetap.
7. Rock (batuan) adalah kumpulan mineral yang terdiri dari zat-zat anorganik
yang membentuk kulit bumi.
8. Ore (endapan bijih, cebakan bijih) adalah endapan dari kumpulan mineral
yang daripadanya dapat diambil (diekstrak) satu atau lebih logam dengan
menguntungkan berdasarkan keadaan teknologi dan ekonomi pada saat ini.
9. Country rock adalah semua lapisan batuan yang mengelilingi suatu endapan
bijih.
10. Gangue minerals adalah mineral-mineral pengganggu yang tidak berguna
yang terdapat bersama-sama mineral berharga atau bagian dari endapan
bijih yang kadarnya sangat rendah.
11. Waste (barren rock) adalah batuan yang tidak mengandung mineral berharga
atau bagian dari endapan bijih yang kadarnya sangat rendah.
12. Vein (urat bijih) adalah suatu daerah mineralisasi yang memiliki bentuk
menyerupai pipa atau urat dan umumnya miring agak tajam terhadap bidang
datar (lebih besar dari 45 º).
13. Out crop (singkapan) adalah bagian dari endapan bijih yang tersingkap di
permukaan bumi; seringkali bagian itu tertutup oleh tanah atau tumbuh-
tumbuhan yang tipis sehingga sukar dilihat.
14. Overburden (tanah penutup) adalah semua material atau batuan yang
menutupi bagian atas dari suatu endapan bijih.
15. Dip (kemiringan) adalah sudut terbesar yang dibentuk oleh suatu endapan
bijih atau lapisan batuan dengan bidang datar.

2-1
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

16. Strike (jurus) adalah arah mendatar dari suatu endapan atau suatu batuan
yang tegak lurus terhadap kemiringannya.
17. Crest adalah bagian tertinggi (puncak)
daripada jenjang.
18. Toe adalah bagian terendah (kaki) 17
daripada jenjang.
19. Bench adalah permukaan jenjang. 18
20. Berm adalah jarak antara toe suatu 23
jenjang ke crest jenjang di bawahnya,19 20 21
diukur tegak lurus jurus jenjang.
21.  = sudut jenjang tunggal
22.  = sudut jenjang keseluruhan 22
23. h = tinggi jenjang
24. working slope = jenjang kerja
25. final slope = jenjang akhir Gambar 2.1

Dalam desain geometri lereng, sudut


kemiringan lereng biasanya dinyatakan
dalam perbandingan antara jarak
horizontal terhadap jarak vertikal dari 1:2
lereng tersebut. Pada gambar di samping 2
ini, kemiringan lereng dinyatakan dengan
1 : 2.
Penggunaan perbandingan ini lebih praktis 1
untuk pekerjaan lapangan, karena lebih
mudah diperkirakan oleh petugas di
lapangan daripada besarnya sudut Gambar 2.2
kemiringan lereng ().

B. PENGGOLONGAN TAMBANG TERBUKA


Tambang terbuka adalah suatu sistem penambangan dimana seluruh
aktivitas kerjanya berhubungan langsung dengan atmosfir/udara luar.
Metoda tambang terbuka dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Berdasarkan mekanisme penggaliannya, diklasifikasikan menjadi :
a. Metode konvensional
1) Mekanis
a) Open Pit, Open Cut, Open Cast, Open Mine (Benching System)
b) Quarry
c) Auger Mining
2) Aqueous (Air)
a) Placer
- Hydraulicking
- Dredging
b) Solution Mining
- Bore Hole Mining
- Leaching

2-2
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

b. Metode Baru

METODA KOMODITAS LOKASI KEBERADAAN


RAPID
HARD ROCK BT E
EXCAVATION
AUTOMATION
SEMUA BT/P E
ROBOTIC
HYDRAULIC
BB/LUNAK BT E
MINING
METHANE
METHANE BT E
DRAINAGE
OCEAN MINING LOGAM/BUKAN P P
NUCLEAR MINING SEMUA BT/P Q
EXTRA
LOGAM/BUKAN BT/P Q
TRRESTRIIAL

2. Berdasarkan jenis endapan bahan galian yang ditambang, tambang terbuka


dapat dibagi menjadi :
a. Open pit / open cut / open cast / open mine
Adalah suatu sistem penambangan yang diterapkan untuk endapan bijih
yang mengandung mineral logam.
b. Quarry
Adalah suatu sistem penambangan yang diterapkan untuk endapan
mineral industri (mineral non logam).
c. Strip mining
Adalah suatu sistem penambangan yang diterapkan untuk endapan bijih
yang letaknya horizontal atau sedikit miring.
d. Alluvial mine
Adalah suatu sistem penambangan yang diterapkan untuk endapan
alluvial.

3. Berdasarkan metoda penggalian dan pengangkutannya :


a. Cyclic Mining (shovel-Dump Truck, Shovel-Mobile Crusher)
b. Continous Mining (BWE = Bucket Wheel Excavator)

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pemilihan dan karakteristik tambang


terbuka adalah :
 Ketebalan overburden dan sifat-sifat fisik dan mekanik country rock
 Ketebalan, bentuk, penyebaran dan struktur mineral deposits.
 Kondisi hidrogeologi
 Ketersediaan fasilitas teknis
 Iklim dan faktor lingkungan.

2-3
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

C. TAHAP-TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN

Tahap-tahapan kegiatan penambangan secara tambang terbuka terdiri dari :


1. Pekerjaan persiapan / Pengupasan tanah penutup.
Pekerjaan persiapan penambangan meliputi pembersihan daerah dari
tumbuh-tumbuhan, pembuatan jalan dan pengupasan tanah penutup.
Pekerjaan dilakukan dengan alat mekanis berupa bulldozer, wheel loader,
excavator dan dump truck sebagai alat angkut.
Bila tanah penutup keras dan tidak mampu digali dengan jenis/ type
alat mekanis yang digunakan, maka untuk menggalinya harus dilakukan
terlebih dahulu operasi peledakan.
Pada operasi peledakan terlebih dahulu dilakukan pemboran lubang
ledak dengan geometri yang tertentu, selanjutnya diisi bahan peledak dan
diledakkan dengan cara tertentu.

2. Penggalian
Pekerjaan penggalian bahan galian dilakukan dengan alat mekanis
dengan, spesifikasi yang sesuai dengan kondisi lapangan dan produksi yang
diinginkan.
Bila bahan galian keras dan tidak mampu digali dengan jenis/ type alat
mekanis yang digunakan, maka harus dilakukan operasi peledakan.
Pada operasi peledakan terlebih dahulu dilakukan pemboran lubang
ledak dengan geometri yang tertentu, selanjutnya diisi bahan peledak dan
diledakkan dengan cara tertentu.

3. Pengangkutan
Setelah bahan galian digali selanjutnya dimuat ke alat angkut untuk
diangkut ke tempat penumpukan (stock pile). Pengangkutan dilakukan
dengan alat angkut dengan spesifikasi yang sesuai dengan kondisi lapangan
dan target produksi yang diinginkan.
Alat angkut yang umum digunakan pada tambang terbuka adalah
dump truck dan belt conveyor

4. Pengolahan / Pencucian
Kegiatan pengolahan bahan galian bervariasi tergantung pada jenis
bahan galian yang ditambang dan produk yang diinginkan.
Pada penambangan batu kapur untuk pabrik semen, kegiatan
pengolahan berupa pengecilan ukuran (size reduction) dengan
menggunakan crusher (primary crusher dan secondary crusher) sehingga
ukuran batu kapur sesuai untuk dipakai pada pabrik.
Pada tambang batubara, kegiatan pengolahan dapat berupa pencucian
batubara untuk membebaskan batubara dari material pengotornya dengan
revolving screen.
Pada penambangan bijih logam, kegiatan pengolahan berupa
pengecilan ukuran dan proses pemisahan mineral berharga sebagai umpan
pada proses selanjutnya.

2-4
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

5. Penirisan tambang
Kegiatan penirisan tambang bertujuan agar lokasi tambang tidak
tergenang air, sehingga aktivitas penambangan dapat berlangsung dengan
baik.
Penirisan tambang dapat dilakukan dengan membuat parit-parit, dan
bila tidak mungkin dibuat penirisan alami perlu dibuat sumuran (sump) dan
dirancang instalasi pemompaan.
Untuk itu spesifikasi pompa yang dipakai perlu disesuaikan dengan
jumlah air yang akan dipompa (air permukaan dan air tanah) dan beda tinggi
antara air yang akan dibuang dan lokasi pembuangannya.

D. TEKNIS PENAMBANGAN
Teknis penambangan yang diterapkan tergantung pada karakteristik fisik
dan mekanik bahan galian yang akan ditambang dan country rock serta modal
yang tersedia.
Dalam menerapkan teknis penambangan perlu diperhatikan faktor
kemantapan lereng agar lereng yang dibuat tidak runtuh.
Beberapa teknis penambangan yang dikenal antara lain :

1. Side hill cutting


Metode penambangan side hill cutting pada umumnya merupakan
teknik penambangan untuk endapan bahan galian industri.
Penerapan metode ini dilaksanakan apabila kondisi lapangan atau
topografinya berbukit-bukit yang lerengnya terjal dan sempit, sehingga untuk
penambangannya mengalami masalah terutama dalam sistem transportasi
dan penempatan alat.
Sebelum dimulai kegiatan penambangan lebih dahulu diadakan
persiapan-persiapan guna mempermudah pekerjaan penambangan
sehingga dapat menghasilkan hasil yang diinginkan. Pekerjaan persiapan
pada penambangan ini dilakukan dengan membuat jalan menuju front
penambangan di tepi lereng bukit. Jalan tersebut digunakan untuk
membawa/menempatkan peralatan bor yang digunakan dalam kegiatan
penambangan. Ketinggian front kerja pada metode ini tidak lebih dari 40
meter, mengingat faktor keamanannya.
Untuk persiapan front kerja dilakukan dengan pengupasan tanah
penutup untuk front kerja yang masih tertutup. Front kerja dibuat mengarah
ke rock slide sehingga diharapkan endapan bahan galian yang jatuh secara
gravitasi ke loading area pada saat peledakan dilakukan. Dengan adanya
bahan galian yang jatuh secara gravitasi maka dapat mengurangi kerja di
front penambangan.
Selanjutnya pengangkutan dari loading area menuju unit crusher dapat
dilakukan antara lain dengan alat shovel-dump truck. Sketsa penambangan
metode side hill cutting dapat dilihat pada gambar berikut :

2-5
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

Front
Penambangan

Lubang ledak
Rock (Bor Tangan)
Slide

Broken
rock

Gambar 2.3 : Penambangan Side Hill Cutting

2. Top hill cutting


Metode top hill cutting yaitu penambangan yang dimulai dari puncak
bukit dengan kondisi lapangan sama dengan metode side hill cutting.
Penerapan metode top hill cutting dipakai apabila target produksi relatif
besar atau mulai meningkat pada skala menengah (5.000 – 10.000 ton per
hari) atau skala besar (> 10.000 ton per hari).
Aktivitas penambangan dengan metode top hill cutting meliputi :
a. Pembuatan jalan
Tahap pertama pada metode top hill cutting yaitu persiapan atau
pembuatan jalan menuju puncak bukit. Dalam hal ini jalan yang dibuat
hanya sebagai jalan untuk menaikkan peralatan ke puncak bukit.

b. Pengupasan tanah penutup.


Pada umumnya endapan bahan galian dilapisi tanah penutup, sehingga
untuk melakukan penambangannya terlebih dahulu dilakukan
pengupasan terhadap lapisan tanah penutup.

c. Pembuatan jenjang
Dalam metode ini front penambangan dibuat dengan sistem jenjang.
Jenjang dibuat berguna untuk dapat mengambil bahan galian secara
bertahap dan mempermudah pendorongan ke ujung rock slide dan
disamping itu juga untuk menahan bukit agar tidak longsor.

d. Pembuatan/perapian rock slide


Dengan kondisi area penambangan berupa bukit yang relatif terjal, maka
untuk pengangkutannya dilakukan dengan meluncurkan material yang
ditambang melalui rock slide. Pembuatan rock slide diusahakan dicari
pada lokasi yang terjal sehingga memungkinkan untuk meluncurkan
material yang ditambang ke tempat loading area.

e. Pembuatan loading area


Pada bagian bawah rock slide dipersiapkan bagi penempatan
penampungan material yang diluncurkan dari puncak bukit.

2-6
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

f. Operasi peledakan
Untuk endapan bahan galian yang sifat fisiknya relatif keras dan tidak
mampu digali oleh alat-alat mekanis maka untuk penambangannya harus
dilakukan operasi peledakan.

g. Pengangkutan
Pada metode penambangan top hill cutting sistem pengangkutan terdiri
dari dua tahap yaitu :
- Tahap pertama dari front penambangan menuju ke dumping point dan
diluncurkan melalui rock slide jatuh tertampung di loading area.
- Tahap kedua, pengangkutan dari loading area menuju unit crusher.

h. Penirisan tambang
Dengan kondisi area penambangan berupa bukit, maka untuk
penirisannya cukup dilakukan dengan membuat kanal atau parit-parit
yang kemiringannya diarahkan ke sungai.

Front
Penambangan

Lubang ledak
Rock (Crawler Dril )
Slide

Broken
rock

Gambar 2.4 : Penambangan Top Hill Cutting

Keuntungan dan kerugian metode side hill cutting dan top hill cutting
 Metode side hill cutting
Keuntungannya :
- Front kerja dapat dibentuk sejajar rock slide, sehingga dapat diharapkan
sebagian batuan terbongkar dan jatuh secara gravitasi tanpa pendorong.
- Produksi penambangan dapat lebih awal.
Kerugiannya :
- Produksi penambangan terbatas
- Keselamatan kerja kurang terjamin
 Metode top hill cutting
Keuntungannya :
- Front kerja penambangan yang luas sehingga mempermudah untuk
melakukan pemboran dan peledakan (dengan demikian hasil yang
didapatkan akan lebih banyak).

2-7
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

- Keselamatan kerja lebih terjamin


Kerugiannya :
- Jarak dorong alat semakin lama semakin jauh, sesuai dengan kemajuan
front penambangan sehingga mengurangi efisiensi daripada alat dorong.
Pada kondisi jarak angkut sudah berjarak 100 – 200 meter, maka sistem
pengangkutannya akan digunakan wheel loader dan untuk jarak > 200
meter akan digunakan shovel-dump truck.

3. Tambang semprot
Metode penambangan ini diterapkan pada endapan alluvial. Alat utama
pada penambangan jenis ini adalah monitor.
Penerapan metode ini ialah menyemprot bagian bawah dinding yang
mengandung bahan galian, selanjutnya dinding tersebut akan runtuh.
Runtuhan dinding tersebut diangkut ke unit pengolah untuk pemisahan
mineral berharga dari pengotornya dan siap diproses lebih lanjut.
Pada penerapan metode ini perlu diperhatikan jarak monitor dan
dinding yang akan disemprot tidak terlalu dekat untuk menghindari
keruntuhan. Namun juga jangan terlalu jauh karena akan mengurangi
tekanan air yang disemprotkan.

4. Sistem Shovel - Mobile Crusher


Penambangan bahan galian dengan menggunakan sistem
shovel–mobile crusher dilakukan pada jenjang tunggal dengan permukaan
lantai kerja yang relatif datar.
Pada umumnya penambangan bahan galian dengan sistem
konvensional menggunakan shovel-dump truck dan proses crushing
menggunakan stationary crusher dimana untuk kondisi area penambangan
yang relatif sempit dengan target produksi relatif besar sering mengalami
kendala pada sistem pengangkutannya yang mengakibatkan produktivitas
pengangkutan menurun. Disamping itu juga produktivitas crusher belum
optimum. Untuk meningkatkan efisiensi penambangan, maka sebagai
alternatif dapat diterapkan sistem shovel-mobile crusher dan sistem screen.
Desain mobile crusher saat ini dengan produksi yang relatif besar
dengan dilengkapi unit screen. Produksi sistem mobile crusher sebesar
2000 ton/jam yang terdiri dari material yang lolos unit screen sebesar
1100 ton/jam dengan ukuran – 300 mm dan yang masuk sebagai feed
crusher sebesar 900 ton/jam dengan ukuran + 300 mm.
Penerapan penambangan sistem shovel-mobile crusher dan unit
stationary crusher dapat dilakukan dalam satu area atau dua area dengan
level kerja yang berbeda. Dalam desain sistem shovel-mobile crusher faktor-
faktor yang perlu diperhatikan antara lain : desain peledakan (distribusi
fragmentasi, flying rock, toe, dan back break), parameter mobile crusher dan
parameter sistem screen.
Penambangan sistem shovel-mobile crusher dilakukan pada jenjang
tunggal dengan permukaan lantai kerja yang relatif datar. Kegiatan
penambangan ini meliputi : persiapan jenjang kerja, penambangan,
pengangkutan dan peremukan (crushing).

2-8
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

a. Persiapan jenjang kerja


Kegiatan ini meliputi persiapan jenjang kerja awal, dan jenjang
kerja level berikutnya. Desain geometri jenjang kerja ditentukan antara
lain oleh : type mesin bor dan type alat muat yang digunakan,
karakteristik fisik dan mekanik batuan, struktur geologi, dan lain-lain.
Tahap awal pembentukan jenjang kerja level berikutnya dapat
dilakukan/ dipersiapkan oleh alat bantu tambang (Bulldozer) sebelum
sistem shovel-mobile crusher mencapai batas blok penambangannya
dan selanjutnya dilakukan oleh unit mobile crusher sendiri karena jarak
front penggaliannya masih dekat dengan dumping point. Dalam
persiapan jenjang kerja tahap awal dengan Bulldozer tersebut sekaligus
untuk produksi dan desain fragmentasi hasil peledakannya
< 300 mm.
b. Penambangan
Teknik penambangan sistem shovel-mobile crusher dengan
proses secondary crushing menggunakan stationary crusher dapat
diterapkan pada dua kondisi kerja, yaitu unit mobile-crusher dan unit
stationary crusher terletak pada satu level area kerja atau unit mobile-
crusher dan unit stationary crusher terletak pada dua area kerja dengan
jenjang kerja yang berbeda (Gambar 2.5). Alat gali-muat untuk melayani
mobile crusher dapat digunakan excavator (back hoe/ front shovel). Arah
penambangan membentuk radius lingkaran. Pada saat pelaksanaan
peledakan unit mobile crusher dipindahkan/ diamankan minimal
50 meter dari area peledakan (TOHA, M.T, 1997).
Sebagai ilustrasi untuk spesifikasi mobile crusher dengan produksi
2000 ton/jam yang terdiri dari produk lolos screen –300 mm sebesar
1100 ton/jam (55%) dan material yang masuk sebagai feed crusher
dengan ukuran + 300 mm sebesar 900 ton/jam (45%) (Gambar 2.6),
maka desain peledakannya (ratio distribusi fragmentasi hasil peledakan)
harus sinkron dengan parameter mobile crusher dan parameter sistem
screen (bila menggunakan sistem screen) agar supaya efisiensi
penambangan optimum.
c. Sistem Pengangkutan
Sistem pengangkutan dari front penambangan ke dumping point
menggunakan belt conveyor (Gambar 2.5) dan dari loading area ke
dump hopper menggunakan wheel loader (load and carry) dan
selanjutnya diangkut ke unit secondary crusher menggunakan belt
conveyor .
d. Proses Peremukan (crushing)
Proses peremukan dapat dilakukan melalui beberapa tingkatan
tergantung dengan produk yang diinginkan. Untuk meningkatkan
produktivitas alat peremuk (crusher) dapat diterapkan sistem screen
(Gambar 2.7) untuk menyaring feed crusher sehingga fragmentasi yang
halus tidak perlu melalui proses crushing.

2-9
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

PIT LIMIT
+ 465

+ 435

+405

+390

Dump
Excavator
Dum Point I

Truck
ping

+385

Excavator Mobile
Crusher
2000 ton/jam +370

Hopper
Posisi mobile crusher
saat menunggu
peledakan
Hopper

+355
Hopper
Dumping
Point II

GAMBAR 2.5
TATA LETAK KOMBINASI SISTEM SHOVEL–MOBILE CRUSHER
DAN SISTEM SHOVEL–DUMP TRUCK

2 - 10
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

Excavator

Hopper

Laminated Feeder Screen

Feed Size ( +300 mm)

Feed Size
( -300 mm )
Jaw Crusher
Q = 1100 ton/jam
Q = 900 ton/jam Q = 2000 ton/jam

Belt Conveyor

GAMBAR 2.6
SKETSA SISTEM MOBILE CRUSHER DENGAN SCREEN

Dump Hopper

Belt Conveyor
Chain Screen
Conveyor 80 mm
50 mm
m
- 50 -300 + 5 0 m
mm Stationary
yor Crusher
1200 ton/jam Belt Conve 800 ton/jam

Belt Conveyor 2000 ton/jam

GAMBAR 2.7
SKETSA SISTEM SCREEN

E. KEMANTAPAN LERENG
Pada tambang terbuka, untuk menjamin keamanan para pekerja maupun
alat-alat, maka lereng-lereng pada tambang tersebut harus mantap agar tidak
terjadi longsoran. Untuk mengetahui lereng dalam keadaan mantap dipakai
istilah faktor keamanan (FK) yaitu perbandingan antara gaya-gaya penahan
dengan gaya-gaya penggerak, yang merupakan kondisi standar untuk
mengetahui mantap tidaknya suatu lereng. Secara matematis dinyatakan
sebagai berikut :

2 - 11
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

Gaya Penahan
FK 
Gaya Pendorong

Hubungan nilai FK dengan kemungkinan kelongsoran lereng menurut


Bowles, J.E, adalah sebagai berikut :
FK < 1,07, sering terjadi kelongsoran
1,07  FK  1,25, kelongsoran pernah terjadi
FK  1,25, kelongsoran jarang terjadi

1. Jenis-jenis longsoran
Jenis-jenis longsoran yang sering terjadi pada tambang terbuka, yaitu;
longsoran lingkaran, longsoran bidang, longsoran bajih dan longsoran guling
(Gambar 2.8).
a. Longsoran lingkaran (circular failure)
Longsoran dapat terjadi pada material homogen (tanah) atau batuan
dengan struktur joint rapat ke segala arah (rock-jointed) dengan
permukaan bidang longsoran berupa lingkaran

b. Longsoran bidang (plane failure)


Longsoran ini memerlukan suatu permukaan bebas pada kedua tepi
bidang gesernya. Umumnya longsoran jenis ini terjadi pada batuan yang
mempunyai bidang luncur bebas yang mengarah ke lereng. Mekanisme
dari longsoran bidang secara sederhana diumpamakan sebagai
peluncuran suatu blok benda yang terjadi pada suatu bidang miring dan
gaya-gaya yang bekerja pada kondisi dari batas keseimbangan. Hal ini
terjadi kalau jumlah gaya yang cenderung menahan lebih kecil dari gaya
luncur maka blok benda tersebut berada pada kondisi tidak mantap.

c. Longsoran bajih (wedge failure)


Longsoran ini terjadi pada batuan yang mempunyai lebih dari satu
bidang lemah atau bidang bebas. Sudut antara kedua bidang tersebut
membentuk sudut yang lebih besar daripada sudut geser dalam. Pada
massa batuan tertentu sering terdapat beberapa bidang lemah.
Pertemuan bidang-bidang lemah ini dapat menyebabkan kombinasi
longsoran baji.

d. Longsoran guling (toppling failure)


Longsoran guling biasanya terjadi pada lereng batuan yang kemiringan
bidang lemahnya berlawanan dengan kemiringan lereng. Berdasarkan
bentuk dan proses longsorannya, longsoran ini dibedakan menjadi tiga,
yaitu :

1) Longsoran guling setelah mengalami lenturan (flexural toppling).


2) Longsoran guling yang berupa blok-blok (block toppling).
3) Gabungan dari kedua longsoran di atas (block flexural toppling).

2 - 12
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

(a) Longsoran lingkaran (b) Longsoran bidang

(c) Longsoran bajih (d) Longsoran Guling

Gambar 2.8 : Jenis-jenis Longsoran pada Tambang Terbuka

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng


a. Geometri lereng
Geometri lereng adalah tinggi dan kemiringan dari suatu lereng. Makin
kecil kemiringan dan ketinggian lereng maka lereng tersebut akan
semakin mantap, sebaliknya makin besar kemiringan dan ketinggian
lereng maka lereng semakin tidak mantap.
b. Karakteristik fisik dan mekanik
Karakteristik fisik dan mekanik batuan dalam hubungannya dengan
kelongsoran adalah mempengaruhi kemantapan lereng. Karakteristik
berupa bobot isi, porositas maupun kandungan air, sedangkan
karakteristik mekanik berupa sudut geser dalam, kohesi dan
kekuatan/strength material lereng.
c. Struktur Geologi
Struktur geologi ini berupa kekar. Struktur tersebut sangat
mempengaruhi kekuatan batuan karena merupakan bidang-bidang
lemah pada batuan tersebut atau paling tidak merupakan tempat-tempat
rembesan air dan hal ini akan mempercepat pelapukan. Penentuan arah
jurus dari kemiringan bidang-bidang itu merupakan bagian yang sangat
penting dalam melengkapi data untuk analisis.
d. Hidrologi dan Hydrogeologi
Air hujan akan menyebabkan terjadinya erosi dan penambahan beban
pada lereng. Erosi akan menyebabkan perubahan geometri lereng dan
menyebabkan pendangkalan pada saluran-saluran air yang
menyebabkan terganggunya drainage, sehingga dengan adanya faktor
hidrologi akan menyebabkan tingkat pelapukan yang tinggi. Adanya
faktor hydrogeologi mempunyai dampak yang negatif terhadap

2 - 13
DASAR-DASAR TAMBANG TERBUKA METODE TAMBANG TERBUKA

kemantapan lereng. Hal ini disebabkan oleh adanya tekanan air pori.
Makin besar tekanan air pori, makin kecil kekuatan geser material
sehingga kemantapan lereng semakin rendah.
e. Pengaruh gaya-gaya luar
Pengaruh gaya-gaya luar ini adalah kecepatan seismik yang disebabkan
oleh adanya gempa bumi, kegiatan peledakan maupun trafik alat-alat
berat.
f. Waktu
Fungsi waktu dapat mempengaruhi kemantapan lereng, sedangkan
waktu dipengaruhi oleh musim atau iklim dan erosi. Bila iklim dan erosi
kuat, maka unsur waktu sangat berpengaruh.
Pada umumnya umur lereng pada tambang-tambang terbuka relatif
tidak begitu lama.
Dalam melakukan analisis kemamtapan lereng, waktu merupakan salah
satu faktor pertama dalam mempertimbangkan faktor keamanan lereng.
Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat kaitannya dengan jumlah tanah
penutup yang harus digali.

F. DAFTAR PUSTAKA

1. Hooke E., and Bray J. W., 1981, Rock Slope Engineering, third edition, the
Institution of Mining ang Metalurgycal, London.

2. Howard L. Hartman, 1987, Introductory Mining Engineering, Jhon Willey &


Sons, New York.

3. Partanto, Ir., 1993, Pemindahan Tanah Mekanis, Departemen Tambang,


Institut Teknologi Bandung.

4. Pfleider, Engene P., 1972, Surface Mining, The American Institut of Mining,
Metallurgical & Petroleum Engineer, Inc., New York.

5. Sweet. K.A., Mining I, 1984, Technical Publication Trust Prospect


Place, Perth.

6. Szwilski, A. B., 1976, Surface Mining, College of Engineering, University of


Kentucky, Lesington, Kentucky.

2 - 14

Anda mungkin juga menyukai