Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
penyakit yang bekaitan dengan musim yang ada di Indonesia dapat dilihat dari
diwaspadai pada saat musim hujan adalah ISPA, leptospirosis, penyakit kulit,
merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang,
penularan penyakit demam tifoid adalah air yang tercemar sedangkan di daerah
seperti diare, demam berdarah dengue, cacingan, demam tifoid serta berbagai
1
2
dampak negative akibat buruknya sanitasi. Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21
hari walaupun pada umunya adalah 10-12 hari. Demam tifoid dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari sebab dalam interaksi setiap hari banyak terjadi kontak secara
tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi
pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam
tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa, dihampir
semua daerah endemic insiden demam thypoid banyak terjadi pada anak usia 5-
berbagai Negara sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam tifoid di dunia
sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan
tersebar diseluruh wilayah dengan jumlah yang tidak berbeda jauh antar daerah.
Menurut data WHO tahun 2013, penderita demam tifoid di Indonesia cenderung
meningkat setiap tahun dengan rata-rata 800 per 100.000 penduduk (Depkes RI, .
2013).
proporsi demam tifoid dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah
3
sakit yaitu 8,5 % (1.681 kasus) dari 19.870 kasus. Menurut laporan surveilan
terpadu penyakit berbasis rumah sakit di Sumatera Utara tahun 2011, jumlah
kasus demam tifoid rawat inap yaitu 1.364 kasus. Berdasarkan profil kesehatan
propinsi Sumatera Utara tahun 2011, demam tifoid yang rawat jalan di rumah
sakit menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit terbesar yaitu 661 penderita dari
12.876 pasien rawat jalan (5.1%), sedangkan rawat inap di rumah sakit menempati
urutan ke-2 dari 10 penyakit terbesar yaitu sebanyak 1.276 penderita dari 11.182
dari lama hari rawat di rumah sakit. Lama hari rawat merupakan salah satu
indicator dari penilaian mutu dan efisiensi rumah sakit. Lama hari rawat
merupakan salah satu unsure atau aspek asuhan dan pelayanan di rumah sakit
yang dapat dinilai atau diukur. Bila seseorang dirawat di rumah sakit, maka yang
diharapkan baik oleh tenaga medis maupun oleh penderita itu sudah tercapai maka
tentunya tidak ada seorangpun yang ingin berlama-lama di rumah sakit. Lama hari
rawat secara signifikan berkurang sejak adanya pengetahuan tentang hal-hal yang
lama hari rawat itu meningkatkan efisiensi atau perawatan yang tidak tepat,
hasil dari perawatan. Standar lama hari rawat adalah 6-9 hari (Indradi, 2012).
Lama rawat pasien di rumah sakit secara garis besar ditentukan oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kondisi medis pasien yang
4
masalah medis pasien dibagi menjadi problem medis yang berkaitan dengan
penyakit, berkaitan dengan tenaga medis atau dokter yang merawat serta masalah
teknis medis yang diterapkan dalam menangani pasien tersebut. Hal-hal yang
dengan diagnose tunggal atau diagnose ganda. Dari sisi administrasi rumah sakit,
hambatan yang mengarah pada lambatnya kepulangan pasien dari rumah sakit.
Diluar faktor internal diatas, terdapat beberapa faktor lain yang menyangkut
kondisi pasien yang berkaitan dengan faktor sosio ekonomi, seperti; kelas
perawatan penanggung jawab biaya dan status kepulangan pasien. Semua kondisi
Hasil penelitian Mazidah (2014) lama dirawat untuk pasien BPJS dengan
dan maksimal 11 hari. Penelitian Rizka (2015) di RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Pontianak dengan kasus demam typoid diperoleh data bahwa minimal 3
hari dan maksimal 8 hari. Lama rawat pasien yang bervariasi dapat dikarenakan
pasien untuk pulang dan menjalani pengobatan rawat jalan. Demikian juga
kasus demam typoid diperoleh data bahwa lama rawat minimal adalah 1 hari dan
maksimal 10 hari.
5
di RSUD Salak, dari hasil wawancara diperoleh data bahwa 3 orang pasiendengan
lama rawat inap lebih dari 9 hari, dengan keterangan masih merasa kurang sehat
serta urusan administrasi yang masih belum selesai. Sedangkan 2 orang pasien
adalah pasien yang masih baru dirawat yakni sekitar 2 dan 3 hari.
Inap Pasien Demam Typoid di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah faktor apa saja yang
mempengaruhi lama hari rawat inap pasien demam typoid di ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah Salak Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2017?
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi lama hari rawat inap pasien
demam typoid di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Salak Kabupaten
rawat inap.
3. Mengetahui hubungan faktor hari masuk rumah sakit terhadap lama rawat
inap.
4. Mengetahui hubungan faktor hari pulang dari rumah sakit terhadap lama
rawat inap.
rawat inap.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit untuk
STIKes SU.
penelitian.