TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
PENDAHULUAN
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak (droplet) dari
penderita TB kepada individu yang rentan (daya tahan tubuh rendah). Pada
(TB) masih merupakan salah satu penyakit pada anak dengan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang masih tinggi. Diperkirakan, TB masih merupakan salah satu
dari tiga penyakit infeksi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas terbanyak
(391 per 100.000 penduduk) dengan 110.000 kematian (42 per 100.000
pengendalian TB karena jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50%
populasi dan terdapat 1 juta kasus TB baru pada anak di dunia pada tahun 2016
(Prasetyo, 2019).
1
teknologi telah memberi dukungan sebagai penunjang diagnosis. Namun, pada
penunjang diagnosis TB pada anak tidak mungkin dilakukan. Karena itu, sistem
2019).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberculosis. Bakteri ini dikenal sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penamaan ini
dengan fuschin yang disebabkan oleh tingginya kandungan lipid pada dinding sel.
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainya di luar paru - paru, seperti kelenjar getah bening(kelenjar), kulit,
2.2 Epidemiologi
8,8 juta kasus TB, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif
serta 1,4 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat TB termasuk 0,35 juta
TB tertinggi di dunia sebanyak 0,37 – 0,54 juta setelah India (2,0 – 2,5 juta), Cina
(0,9 – 1,2 juta), Afrika Selatan (0,40 – 0,59 juta). Penyakit ini merupakan
penyakit infeksi.
3
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya. TB pada anak terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Di negara –
dari jumlah seluruh populasi umum dan terdapat sekitar 500.000 anak di dunia
tahun 2010 adalah 9,4 %, kemudian menjadi 8,5 % pada tahun 2011, 8,2 % pada
tahun 2012, 7,9 % pada tahun 2013, 7, 16 % pada tahun 2014, dan 9 % pada tahun
2015. Proporsi tersebut bervariasi antar provinsi dari 1,2 % sampai 17,3 %
2.3 Etiologi
Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi bila dalam cairan akan mati pada
suhu 60°C dalam waktu 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun
(Bakhtiar, 2016).
4
Basil tuberculosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun
sehingga sebagian besar fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain
melalui udara, penularan dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung
basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga melalui luka atau
bersama-sama dengan zat asam lain dari kuman akan menyebabkan kuman
menjadi tahan asam. Polisakarida dari kuman bersifat sebagai hapten yang
(Bakhtiar, 2016).
faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit (resiko
1. Resiko infeksi TB
Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi yang tidak
5
membaik), tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti
perawatan lain) yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif (Safitri, 2011).
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih
tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas
atau kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif
dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa
imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut sudah mampu
menyebabkan sakit.
biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak
c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor
anak.
2. Resiko sakit TB
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB.
6
a. Usia
sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara
bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak berusia < 5 tahun memiliki
meningitis TB). Pada bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan
timbulnya sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala
yang akut.
a. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari negatif
2.5 Patogenesis
Paru merupakan port de entre lebih dari 98 % kasus infeksi TB. Kuman
TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil ( < 5 mm)
akan terhirup dan dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat
terjadi respons imunologi spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak
7
besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat
melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
(limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus bawah atau tengah,
kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
jumlah 103 − 104 , yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas
tuberkuloprotein, yaitu uji tuberculin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberculin
8
negative. Pada sebagian individu dengan system imun yang berfungsi baik, pada
saat system imun seluler berkembang, profilerasi kuman TB terhenti. Akan tetapi,
sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas
seluler terlah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera
setelah terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga
sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun – tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan
atau di kelenjar limfe regional. Focus primer di paru dapat membesar dan
yang ebrat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar mellaui bronkus sehingga
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada
bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
9
fistula. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga
langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh
sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.
limpa,dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ
lain seperti otak, hati, tulang, ginjal dan lain – lain. Pada umumnya, kuman di
sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula dengan
proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan focus simon, yang
kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dna terjadi TB apeks paru saat dewasa.
generalisa akur. Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan bererdar
didalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
10
manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata.TB
diseminata ini timbul dalam waktu 2 – 6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya
penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta
system imun pejamu dalam mengatasi infeksi Tb, misalnya pada anak bawah 5
spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu focus perkijuan di dinding
vaskuler pecah dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sejumlah besar kuman
TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat
penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalize hematogenic
11
Gambar 2.1 Patogenesis terjadinya TB
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB
anak).
Catatan:
hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), lirntangitis (2), dan limladenitis
regional (3).
12
3. TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran
positif
hari )
• Terdapat gejala umum TBC seperti batuk persisten, berat badan turun atau
Gejala Tb yang khas, yaitu menetap (lebih dari 2 minggu) walaupun sudah
diberikan terapi yang adekuat (misalnya antibiotika atau anti malaria untuk
demam, antibiotika atau obat asma untuk batuk lama, dan pemberian nutrisi yang
• Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi
• Demam lama dan/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid,
infeksi saluran kemih, malaria, dan lain - lain). Demam umumnya tidak
13
tinggi. Keringat malam saja merupakan gejala spesifik TB pada anak
• Batuk lama ≥ 2 minggu, batuk bersifat non – remitting (tidak pernah reda
atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah
Gejala spesifik
Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang
misalnya :
Ditandai dengan adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi
• TBC Otak dan Saraf : Meningitis dengan gejala iritabel kaku kuduk
• Tuberkulosis kelenjar
14
o Biasanya di daerah leher (region colli)
TB paling tepat adalah dengan ditemukan kuman TBC dari bahan yang diambil
dari penderita misalnya dahak bilasan lambung biopsi dll, tetapi pada anak hal ini
sulit dan jarang didapat sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan
1. Konfirmasi bakteriologis TB
15
3. Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberculin positif atau kontak erat dengan
pasien TB)
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
- Uji tuberculin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bias
negative pada anak dengan TB milier atau juga menderita HIV/AIDS, gizi
- Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat
Pemeriksaan penunjang
menegakkan diagnosis tuberkulosis. Uji multi punksi tidak seakurat uji Mantoux
16
karena dosis antigen tuberculin yang dimasukkan ke dalam kulit tidak dapat di
control.Uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui
adanya konvensi dari negatif. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan uji
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu dengan cara mono dengan
salep, dengan goresan disebut patch test cara von pirquet, cara mantoux dengan
berdasarkan cara Heat andTine. Uji kulit Mantoux adalah injeksi intradermal 0.1
PPD ) yang distabilkan dengan Tween 80.9 Sampai sekarang cara Mantoux masih
dianggap sebagai cara yang paling dapat dipertanggung jawabkan karena jumlah
mulai berindurasi lebih dari 72 jam sesudah perlakuan uji, ini adalah hasil positif.
Faktor – factor yang terkait hospes, termasuk umur yang amat muda, malnutrisi,
immunosupresi karena penyakit atau obat – obat, infeksi virus, vaksin virus hidup,
dan tuberculosis yang berat, dapat menekan reaksi uji kulit pada anak yang
17
terinfeksi dengan M.tuberculosis. Terapi kortikosteroid dapat menurunkan reaksi
Mycobacterium tuberculosis.
Arti klinis adalah kesalahan teknik atau memang ada infeksi dengan
Mycobacterium atypis atau setelah BCG. Perlu diulang dengan konsentrasi yang
sama. Kalau reaksi kedua menjadi 10 mm atau lebih berarti infeksi dengan
BCG, kalau tetap 6 – 9 mm tetapi ada tanda – tanda lain daritubeculosis yang
jelas maka harus dianggap sebagai mungkin sering kali infeksi dengan
Mycobacterium tuberculosis.
Reaksi positif palsu terhadap tuberculin dapat disebabkan oleh sensitisi silang
menimbulkan reaksi terhadap uji kulit tuberculin. Sekitar setengah dari bayi yang
mendapat vaksin BCG tidak pernah menimbulkan uji kulit tuberculin reaktif, dan
18
Gambar 2.3 Hasil Mantoux
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB
anak).
Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto
kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala lain dari foto rontgen yang
• Milier
• Konsolidasi ( lobus )
19
• Kalsifikasi
• Bronkiektasis
• Kavitas
• Destroyed lung
Bila ada diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus
20
Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan BTA secara biakan ( kultur ) memerlukan waktu yang lama cara
baru untuk mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR ( Polymery chain Reaction )
atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis (Kemenkes RI, 2016).
rifampicin.
Pemeriksaan biakan
21
Demikian juga pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot dan
lain-lain masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis
nekrosis perkijuan di tengahnya dan dapat pula ditemukan gambaran sel datia
dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor >6
(sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat
pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 tetapi
lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal,
22
Gambar 2.5 Alur diagnosis TB Paru Anak
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB
anak).
23
Gambar 2.6 Sistem Skoring TB Anak
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB
anak).
24
Klasifikasi Tuberkulosis
Tuberculosis paru :
kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan
tulang.
25
Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini
yaitu :
berobat).
Poli resisten ( TB PR) : resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT
bersamaan.
26
Extensive drug resistant (TB XDR) : TB MDR yang sekaligus juga
minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan ( Kanamisin,
konvesional).
HIV positif
HIV negative
2.8 Tatalaksana
monoterapi
2016).
27
Panduan Obat Terapi TB Anak
Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam
waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase
intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan (4 bulan kecuali pada
Sedangkan pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga
hari dengan paduan obat yaitu rifampisin, isoniazid dan pirazinamid. Pada fase
milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan
dengan dosis penuh dilanjutkan taffering off dalam jangka waktu yang sama.
Pengobatan saat ini yang cukup baik hasilnya adalah penggunaan obat anti
tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari INH, Rifampisin, dan pirazinamid. INH
pasien menelan obat, maka dibuat bentuk fixed dose combination (FDC) yaitu
28
FDC yang baik adalah bioavailabilitas dan bioekuivalennya harus baik yaitu tidak
ada perbedaan yang bermakna apabila dibandingkan dengan sediaan lepas obat
29
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan
komposisi dari tablet KDT tersebut.
Gambar 2.9 Kombinasi dosis tetap (KDT) atau Fixed drug combination (FDC)
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB
anak).
Keterangan :
- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk kerumah sakit
- Anak dengan BB > 33 kg, disesuaikan dengan dosis dewasa
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau digerus
Bila paket KDT belum tersedia dapat digunakan paket OAT Kombipak anak
dosisnya
30
Pemantauan Hasil Pengobatan
aktivitas, nafsu makan, kenaikan berat badan. Bila ada tuberkulosis ekstra
pulmonal diamati perbaikan yang terjadi. Respon klinis yang baik terhadap
terapi mempunyai nilai diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari
meningkat dengan cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak
merasa sakit. Respon yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase
intensif).
c. Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi pada anak.
hepatotoksik.
31
Gambar 2.10 Hasil akhir pengobatan pasien TB Anak
1. Jika anak tidak minum obat > 2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di
fase lanjutan dan menunjukkan gejala TB, ulangi pengobatam dari awal.
2. Jika anak tidak minum obat < 2 minggu di fase inetnsif atau < 2 bulan di
sampai selesai.
dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak tersebut menderita Tb. Evaluasi
32
Respon pengobatan dilakukan baik apabila gejala klinis membaik ( demma
menghilang dan batuk berkurang), nafsu makan meningkat dan berat badan
dilanjutkan dan pasien dirujuk ke sarana yang lebih lengkap untuk menilai
paru lain. Pada pasien TB anak dengan hasil BTA positif pada awal pengobatan.
Perbaikan radiologis akan terlihat dalam jangka waktu yang lama sehingga
tidak perlu dilakukan foto thoraks untuk pemantauan pengobatan, kecuali pada TB
minggu. Demikian pun pemeriksaan uji tuberculin karena uji tuberculin yang
perubahan yang berarti, tetapi apabila dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka
1. Vaksinasi BCG
Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
33
BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi
yang berat.
2. Kemoprofilaksis
tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor resiko menjadi
bulan.
2.10 Komplikasi
TB milier
Meningitis TB
Efusi pleura
Pneumotoraks
Bronkiektasis
Atelektasis
2.11 Prognosis
pengobatan adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare yang
34
BAB III
KESIMPULAN
yaitu merupakan satu diantara 10 penyebab kematian utama di dunia. Tahun 2010,
dunia.
merupakan bakteri tahan asam. Penyakit ini memerlukan pengobatan yang lama
dan teratur sehingga memerlukan kesabaran dan peran serta dari keluarga dan
vaksinasi BCG sewaktu anak baru lahir atau dengan kemoprofilaksis primer pada
anak yang belum terinfeksi (uji tuberkulin negatif) tetapi kontak dengan penderita
anak tidak sakit yang ditandai dengan uji tuberculin (+) tetapi gejala klinis dan
bulan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36