Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
Andhika Nanda Perdhana S.Pd, M.Pd

TINDAK PIDANA KORUPSI


MEMPENGARUHI PEREKONOMIAN
INDONESIA

Disusun oleh :
Marcella Valentina (18.I1.0015)

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
kelimpahan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Tindak Pidana Korupsi Mempengaruhi
Perekonomian Indonesia” dengan baik. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai pedoman dan petunjuk bagi para pembaca.

Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan juga


membantu menambah wawasan kepada para pembaca mengenai tindak
pindana korupsi yang terjadi di Indonesia. Makalah ini bisa menjadi bahan
refleksi dan juga pembangkit semangat bagi kita semua dalam upaya
melawan korupsi yang terjadi di Indonesia.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan


yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada
kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 15 Desember 2018

Penulis

2|Page
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 5
1.4. Manfaat ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1. Pengertian Korupsi ................................................................................ 6
2.2. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi ................................................. 6
2.3. Macam-Macam Korupsi ........................................................................ 9
2.4. Dampak Korupsi .................................................................................. 10
2.5. Upaya Penanggulangan Korupsi ........................................................ 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 12
3.2. Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dari sekian negara yang
menempati bumi ini. Suatu negara dikatakan maju jika berhasil dalam
pembangunan. Tetapi, pembangunan Indonesia selalu terhambat yang dikarenakan
oleh beberapa faktor. Salah satunya ialah dikarenakan kualitas sumber daya
manusia yang rendah. Yang perlu diketahui ialah, kualitas sumber daya manusia
mencakup kualitas moral dan kepribadiannya juga, bukan hanya aspek pengetahuan
ataupun intelektualnya saja. Penghambat pembangunan tersebut dapat berupa
tindak kejahatan atau tindak pelanggaran hukum. Tindak kejahatan yang seringkali
terjadi di tanah air Indonesia ini ialah korupsi.
Dalam kepustakaan kriminologi, korupsi termasuk salah satu kejahatan kerah
putih atau kejahatan jenis white collar crime. Pelaku dalam kejahatan jenis ini ialah
orang-orang yang cukup terpandang atau terkenal di ruang lingkup masyarakat.1
Timbulnya kejahatan seperti ini menunjukkan bahwa kemewahan juga merupakan
faktor pendorong orang melakukan kejahatan, selain kemiskinan.2
Saat ini, korupsi yang terjadi di Indonesia sudah berada dalam posisi yang
sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan
korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dalam kuantitas (jumlah
kerugian negara) ataupun kualitas (semakin canggih dan sistematis). Meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana terhadap
kehidupan perekonomian nasional, terutama pada kehidupan berbangsa dan
bernegara. Maraknya kasus tidak pidana korupsi di tanah air ini tidak lagi mengenal
batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Dari pemangku jabatan maupun sektor
publik serta publik pun melakukan tindak pidana korupsi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.

1
Sulista, T. dan Aria Z. (2011). Hukum Pirdana: Horizon Baru Pasca Reformasi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
2
Sahetapy, J.E. (1979). Kapita Selektra Kriminologi. Bandung: Alumni.

4|Page
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari korupsi?
1.2.2 Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya korupsi?
1.2.3 Apa saja macam-macam dari korupsi?
1.2.4 Aapakah dampak yang ditimbulkan dari korupsi?
1.2.5 Bagaimana upaya penanggulangan korupsi?

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian dari korupsi
1.3.2. Mengetahui faktor yang menjadi penyebab atau latar belakang
terjadinya korupsi
1.3.3. Mengetahui macam-macam dari korupsi
1.3.4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari korupsi
1.3.5. Mengetahui upaya penanggulangan untuk memberantas korupsi.

1.4. Manfaat
1.4.1. Agar dapat mengetahui pengertian dari korupsi
1.4.2. Agar dapat mengetahui faktor yang menjadi penyebab atau latar
belakang terjadinya korupsi
1.4.3. Agar mengetahui macam-macam dari korupsi
1.4.4. Agar mengetahui dampak yang ditimbulkan dari korupsi
1.4.5. Agar mengetahui upaya penanggulangan untuk memberantas korupsi.

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, korupsi diartikan buruk, rusak, suka memakai barang (uang)
yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi). Jika diartikan secara harfiah, korupsi adalah perilaku
seseorang yang tidak wajar ataupun tidak legal dengan memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan cara menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.3 Adapun pengertian secara
teminologinya, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang) untuk
kepentingan pribadi atau orang lain.4 Kata “korupsi” telah dikenal luas oleh
masyarakat. Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang tidak hanya
merugikan keuangan negara, tetapi juga dapat menimbulkan kerugian-kerugian
pada perekonomian rakyat. Oleh karena itu, perbuatan ini tidak lagi dapat
digolongkan sebagai kejahatan biasa, melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar
biasa (extraordinary crime). Dari beberapa definisi yang ada, dapat disimpulkan
bahwa secara implisit, korupsi adalah penyalahgunaan kewenangan, jabatan, atau
amanah untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok tertentu yang dapat
merugikan kepentingan umum.

2.2. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi


Penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi diantaranya adalah :
1. Aspek Individu Pelaku Korupsi

3
Shoim, M. (2009). Laporan Penelitian Individual (Pengaruh Pelayanan Publik Terhadap
Tingkat Korupsi pada Lembaga Peradilan di Kota Semarang). Semarang: Pusat Penelitian IAIN
Walisongo.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

6|Page
Apabila dilihat dari segi pelaku korupsinya, latar belakang seseorang
melakukan tindak pidana korupsi ialah berupa dorongan dari dalam dirinya.
Berikut ialah penyebab seseorang terdorong untuk melakukan tindak pidana
korupsi sebagi berikut :
a) Keserakahan Manusia
Kemungkinan seseorang melakukan korupsi ialah orang yang sudah
berpenghasilan cukup tinggi, bahkan sudah sangat mencukupi kebutuhan
hidupnya, tetapi tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Dalam hal
seperti ini, berapapun kekayaan atau penghasilan yang ia miliki, jika ada
kesempatan untuk melakukan korupsi, maka akan dilakukan juga.5
b) Moral yang Kurang Kuat Terhadap Godaan
Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung untuk berbuat tindak
kejahatan seperti korupsi karena adanya godaan. Godaan terhadap seorang
pegawai untuk melakukan korupsi bisa saja berasal dari atasannya, teman
setingkat, bawahan, atau bahkan pihak luar yang dilayani.6
c) Penghasilan Yang Kurang Mencukupi
Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup, maka mau tidak
mau harus mencari penghasilan tambahan agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Usaha untuk mencari penghasilan tambahan tersebut sudah
merupakan bagian dari korupsi, misalnya korupsi waktu, korupsi tenaga,
korupsi pikiran. Yang dimaksudkan disini ialah yang seharusnya pada jam
kerja, waktu, tenaga, dan pikiran dicurahkan untuk kepentingan utama tetapi
dipergunakan untuk keperluan lain.7
d) Kebutuhan Hidup Yang Mendesak
Contohnya ialah kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk membayar
hutang, untuk membayar pengobatan yang mahal, untuk membiayai sekolah

5
BPKP. (1999) . Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pengawasan BPKP, hal. 257.
6
Ibid, hal. 83.
7
Ibid, hal. 85.

7|Page
anaknya. Contoh tersebut mendorong seseorang yang berpenghasilan kecil
untuk melakukan korupsi.8
e) Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif seperti ingin memiliki barang-barang yang
mewah, pakaian yang mahal, mobil mewah, rumah mewah, dan lain
sebagainya mendorong seseorang melakukan korupsi.9
f) Malas atau Tidak Mau Bekerja Keras
Orang yang ingin mendapatkan sesuatu tetapi malas untuk bekerja keras
juga merupakan salah satu penyebab seseorang melakukan korupsi.10
g) Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar
Secara umum, para pelaku korupsi adalah orang-orang yang beragama.
Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang dianutnya, tetapi mereka yang
melanggar ajaran-ajaran agama tersebut. Ini menunjukkan bahwa ajaran-
ajaran agama yang tidak diterapkan secara benar oleh pemeluknya.11

2. Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi Berada


Penyebabnya antara lain:
a) Nilai-Nilai Yang Berlaku
Misalnya, dalam pergaulan sehari-hari, banyak anggota masyarakat
yang menghargai seseorang berdasarkan kekayaan yang dimilikinya. 12
b) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Yang Dirugikan Adalah Masyarakat
Sendiri
Masyarakat akan beranggapan bahwa yang dirugikan ialah negara atau
pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa apabila negara atau
pemerintah dirugikan, maka masyarakat pun akan dirugikan juga.13

8
Ibid.
9
Ibid, hal. 86.
10
Ibid.
11
Ibid, hal. 87.
12
Ibid, hal. 92.
13
Ibid, hal. 93.

8|Page
c) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Akan Berhasil Jika Masyarakat Ikut Berpartisipasi
Pada umumnya, masyarakat beranggapan bahwa pihak yang
bertanggung jawab ialah hanya pemerintah. Pemikiran seperti ini adalah
salah. Masyarakat secara nasional mempunyai berbagai potensi dan
kemampuan diberbagai bidang, sehingga jika dipergunakan secara terencana
dan terkoordinasi, akan memberikan hasil pada upaya pemberantasan
korupsi.14
Dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa penyebab terjadinya korupsi ialah :
- Konsumerisme dan globalisasi
- Kurangnya pendidikan agama dan etika
- Kurangnya pendidikan
- Kemiskinan
- Tidak adanya tindak hukuman yang keras
- Struktur pemerintahan
- Lemahnya atau tidak adanya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap
pemberantasan korupsi.

2.3. Macam-Macam Korupsi


Berdasarkan proses terjadinya, korupsi dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:15

1. Graft, yaitu korupsi yang bersifat internal. Korupsi terjadi karena seseorang
memiliki kedudukan dan jabatan di suatu instansi. Dengan kekuasaan yang
dimiliki, para bawahan tidak bisa menolak permintaan atasannya.
2. Bribery (penyogokan), yaitu korupsi yang melibatkan orang lain di luar
instansi. Tindakan ini dimaksudkan agar dapat mempengaruhi objektivitas
dalam membuat keputusan.
3. Nepotism, yaitu tindakan korupsi yang berdasarkan atas pertimbangan
“nepotis” dan “kekerabatan”.

14
Ibid, hal. 96.
15
Shoim, M. Op.cit, hal. 18-19.

9|Page
Berdasarkan sifat korupsinya, korupsi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Korupsi Individualis, yaitu perilaku penyimpangan yang dilakukan secara
individu atau beberapa orang dalam suatu organisasi. Jika pelaku korupsi
tersebut ketahuan, maka akan terkena hukuman yang bisa disudutkan, dijauhi,
dicela, dan bahkan diakhiri karirnya.
2. Korupsi Sistemik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh sebagian besar orang
dalam suatu organisasi (melibatkan banyak orang).16

2.4. Dampak Korupsi

Korupsi dapat berdampak sangat buruk terutama bagi kehidupan berbangsa


dan bernegara. Apapun alasan atau latar belakang seseorang melakukan korupsi,
korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dalam segala aspek.
Kepentingan publik ditelantarkan dan juga kerugian negara yang sangat besar
akibat dari korupsi itu sendiri. Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif
lainnya seperti :

- Runtuhnya akhlak, moral, integritas, dan religiusitas bangsa.


- Perekonomian bangsa yang semakin memburuk
- Matinya etos kerja masyarakat
- Terjadinya eksploitasi SDA (Sumber Daya Alam) oleh segelintir orang
- Memiliki dampak sosial yaitu merosotnya human capital.
Dampak negatif yang diakibatkan dari tindak korupsi ini telah mendelegetimasi dan
mengurangi kepercayaan publik terhadap proses politik melalui money-politics.
Selain itu, korupsi menyebabkan berbagai projek pembangunan dan fasilitas umum
terhambat sehingga hasilnya bermutu rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan
yang semestinya.17

2.5. Upaya Penanggulangan Korupsi

Korupsi bukanlah hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tanpa disadari,
korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap wajar oleh masyarakat umum.

16
Ibid, hal. 19-20.
17
Santoso, I. (2001). Memburu Tikus-Tikus Otonom. Yogyakarta: Penerbit Gava Media, hal. 9.

10 | P a g e
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk
menghindari tindakan korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan,
tetapi juga keluarga dan orang sekitarnya. Jika terus dibiarkan, rakyat Indonesia
akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan. Maka dari itu, berikut ialah
langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi:

1. Melakukan perbaikan politik agar terbentuk situasi kondusif bagi


pemberantasan korupsi. Partisipasi rakyat dan penguatan orientasi politik
antikorupsi adalah prasyarat untuk menciptakan situasi yang kondusif.
2. Perlunya partisipasi rakyat untuk menyatukan pandangan dan menjalin
kerjasama politik yang lebih erat dalam menguatkan orientasi politik
antikorupsi.
3. Diperlukannya partai politik yang berkomitmen dan tekad dalam upaya
pemberantasan korupsi dengan melancarkan kampanye serta memberlakukan
sanksi bagi mereka yang terlibat korupsi.
4. Meningkatkan prestasi reformasi hukum. Harus terdapat sanksi yang setimpal
dengan perilaku korupsi.
5. Memperkuat Undang-Undang (UU). Hal ini akan berdampak positif terhadap
pemberantasan korupsi yang dilakukan aparat penegak hukum.
6. Bentuk-bentuk pengawasan harus lebih ditingkatkan. Bentuk pengawasan ini
dapat pula melibatkan unsur masyarakat, khususnya mereka yang aktif dalam
memonitor dan menyuarakan kampanye antikorupsi.
7. Peningkatan pelayanan publik dan transparansi maupun kebijakan pemerintah
mengenai antikorupsi.

11 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Korupsi adalah penyalahgunaan kewenangan, jabatan, atau amanah untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum. Terdapat dua aspek dalam perbuatan korupsi yaitu aspek
memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang
negara untuk kepentingannya sendiri. Penyebab seseorang melakukan tindakan
korupsi bermacam-macam, dapat dilihat dari aspek individu pelaku korupsi
maupun aspek masyarakat tempat individu atau organisasi berada. Korupsi
berdampak serius bagi kondisi ekonoi dan tingkat kehidupan rakyat.

Korupsi yang terjadi di Indonesia dapat diberantas melalui beberapa cara,


yakni dapat dimulai dari masyarakat Indonesia sendiri, yaitu adanya gerakan
bersama (social movement) untuk memberantas korupsi, selanjutnya peran dari para
aparat negara yaitu menjalin kerjasama politik yang lebih erat dalam menguatkan
orientasi politik antikorupsi dan juga partai politik yang berkomitmen dalam
pemberantasan korupsi. Selain dari masyarakat dan juga aparat negara,
mengadakan reformasi terhadap UU antikorupsi juga diperlukan agar sanksi pidana
dapat mencegah orang melakukan tindak pidana korupsi. Disamping itu semua,
peningkatan dalam hal pengawasan dan juga penyelenggaraan pemerintahan yang
baik dan bersih diperlukan agar dapat memberantas korupsi dengan tuntas.

3.2. Saran
Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi dapat dimulai dari diri kita
sendiri dan dapat dimulai dari hal yang kecil. Sikap tersebut dapat ditanamkan sejak
dini agar terbiasa dengan hal-hal yang jujur dan juga bermoral tinggi.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

BPKP. (1999). Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional. Jakarta: Pusat


Pendidikan dan Pengawasan BPKP, hal. 257.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1995). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sahetapy, J.E. (1979). Kapita Selektra Kriminologi. Bandung: Alumni.
Santoso, I. (2001). Memburu Tikus-Tikus Otonom. Yogyakarta: Penerbit Gava
Media, hal. 9.
Shoim, M. (2009). Laporan Penelitian Individual (Pengaruh Pelayanan Publik
Terhadap Tingkat Korupsi pada Lembaga Peradilan di Kota Semarang).
Semarang: Pusat Penelitian IAIN Walisongo.
Sulista, T. dan Aria Z. (2011). Hukum Pirdana: Horizon Baru Pasca Reformasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai