PENDIDIKAN PANCASILA
Andhika Nanda Perdhana S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
Marcella Valentina (18.I1.0015)
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
kelimpahan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Tindak Pidana Korupsi Mempengaruhi
Perekonomian Indonesia” dengan baik. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai pedoman dan petunjuk bagi para pembaca.
Penulis
2|Page
DAFTAR PUSTAKA
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sulista, T. dan Aria Z. (2011). Hukum Pirdana: Horizon Baru Pasca Reformasi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
2
Sahetapy, J.E. (1979). Kapita Selektra Kriminologi. Bandung: Alumni.
4|Page
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari korupsi?
1.2.2 Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya korupsi?
1.2.3 Apa saja macam-macam dari korupsi?
1.2.4 Aapakah dampak yang ditimbulkan dari korupsi?
1.2.5 Bagaimana upaya penanggulangan korupsi?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian dari korupsi
1.3.2. Mengetahui faktor yang menjadi penyebab atau latar belakang
terjadinya korupsi
1.3.3. Mengetahui macam-macam dari korupsi
1.3.4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari korupsi
1.3.5. Mengetahui upaya penanggulangan untuk memberantas korupsi.
1.4. Manfaat
1.4.1. Agar dapat mengetahui pengertian dari korupsi
1.4.2. Agar dapat mengetahui faktor yang menjadi penyebab atau latar
belakang terjadinya korupsi
1.4.3. Agar mengetahui macam-macam dari korupsi
1.4.4. Agar mengetahui dampak yang ditimbulkan dari korupsi
1.4.5. Agar mengetahui upaya penanggulangan untuk memberantas korupsi.
5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3
Shoim, M. (2009). Laporan Penelitian Individual (Pengaruh Pelayanan Publik Terhadap
Tingkat Korupsi pada Lembaga Peradilan di Kota Semarang). Semarang: Pusat Penelitian IAIN
Walisongo.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
6|Page
Apabila dilihat dari segi pelaku korupsinya, latar belakang seseorang
melakukan tindak pidana korupsi ialah berupa dorongan dari dalam dirinya.
Berikut ialah penyebab seseorang terdorong untuk melakukan tindak pidana
korupsi sebagi berikut :
a) Keserakahan Manusia
Kemungkinan seseorang melakukan korupsi ialah orang yang sudah
berpenghasilan cukup tinggi, bahkan sudah sangat mencukupi kebutuhan
hidupnya, tetapi tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Dalam hal
seperti ini, berapapun kekayaan atau penghasilan yang ia miliki, jika ada
kesempatan untuk melakukan korupsi, maka akan dilakukan juga.5
b) Moral yang Kurang Kuat Terhadap Godaan
Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung untuk berbuat tindak
kejahatan seperti korupsi karena adanya godaan. Godaan terhadap seorang
pegawai untuk melakukan korupsi bisa saja berasal dari atasannya, teman
setingkat, bawahan, atau bahkan pihak luar yang dilayani.6
c) Penghasilan Yang Kurang Mencukupi
Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup, maka mau tidak
mau harus mencari penghasilan tambahan agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Usaha untuk mencari penghasilan tambahan tersebut sudah
merupakan bagian dari korupsi, misalnya korupsi waktu, korupsi tenaga,
korupsi pikiran. Yang dimaksudkan disini ialah yang seharusnya pada jam
kerja, waktu, tenaga, dan pikiran dicurahkan untuk kepentingan utama tetapi
dipergunakan untuk keperluan lain.7
d) Kebutuhan Hidup Yang Mendesak
Contohnya ialah kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk membayar
hutang, untuk membayar pengobatan yang mahal, untuk membiayai sekolah
5
BPKP. (1999) . Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pengawasan BPKP, hal. 257.
6
Ibid, hal. 83.
7
Ibid, hal. 85.
7|Page
anaknya. Contoh tersebut mendorong seseorang yang berpenghasilan kecil
untuk melakukan korupsi.8
e) Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif seperti ingin memiliki barang-barang yang
mewah, pakaian yang mahal, mobil mewah, rumah mewah, dan lain
sebagainya mendorong seseorang melakukan korupsi.9
f) Malas atau Tidak Mau Bekerja Keras
Orang yang ingin mendapatkan sesuatu tetapi malas untuk bekerja keras
juga merupakan salah satu penyebab seseorang melakukan korupsi.10
g) Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar
Secara umum, para pelaku korupsi adalah orang-orang yang beragama.
Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang dianutnya, tetapi mereka yang
melanggar ajaran-ajaran agama tersebut. Ini menunjukkan bahwa ajaran-
ajaran agama yang tidak diterapkan secara benar oleh pemeluknya.11
8
Ibid.
9
Ibid, hal. 86.
10
Ibid.
11
Ibid, hal. 87.
12
Ibid, hal. 92.
13
Ibid, hal. 93.
8|Page
c) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Akan Berhasil Jika Masyarakat Ikut Berpartisipasi
Pada umumnya, masyarakat beranggapan bahwa pihak yang
bertanggung jawab ialah hanya pemerintah. Pemikiran seperti ini adalah
salah. Masyarakat secara nasional mempunyai berbagai potensi dan
kemampuan diberbagai bidang, sehingga jika dipergunakan secara terencana
dan terkoordinasi, akan memberikan hasil pada upaya pemberantasan
korupsi.14
Dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa penyebab terjadinya korupsi ialah :
- Konsumerisme dan globalisasi
- Kurangnya pendidikan agama dan etika
- Kurangnya pendidikan
- Kemiskinan
- Tidak adanya tindak hukuman yang keras
- Struktur pemerintahan
- Lemahnya atau tidak adanya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap
pemberantasan korupsi.
1. Graft, yaitu korupsi yang bersifat internal. Korupsi terjadi karena seseorang
memiliki kedudukan dan jabatan di suatu instansi. Dengan kekuasaan yang
dimiliki, para bawahan tidak bisa menolak permintaan atasannya.
2. Bribery (penyogokan), yaitu korupsi yang melibatkan orang lain di luar
instansi. Tindakan ini dimaksudkan agar dapat mempengaruhi objektivitas
dalam membuat keputusan.
3. Nepotism, yaitu tindakan korupsi yang berdasarkan atas pertimbangan
“nepotis” dan “kekerabatan”.
14
Ibid, hal. 96.
15
Shoim, M. Op.cit, hal. 18-19.
9|Page
Berdasarkan sifat korupsinya, korupsi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Korupsi Individualis, yaitu perilaku penyimpangan yang dilakukan secara
individu atau beberapa orang dalam suatu organisasi. Jika pelaku korupsi
tersebut ketahuan, maka akan terkena hukuman yang bisa disudutkan, dijauhi,
dicela, dan bahkan diakhiri karirnya.
2. Korupsi Sistemik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh sebagian besar orang
dalam suatu organisasi (melibatkan banyak orang).16
Korupsi bukanlah hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tanpa disadari,
korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap wajar oleh masyarakat umum.
16
Ibid, hal. 19-20.
17
Santoso, I. (2001). Memburu Tikus-Tikus Otonom. Yogyakarta: Penerbit Gava Media, hal. 9.
10 | P a g e
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk
menghindari tindakan korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan,
tetapi juga keluarga dan orang sekitarnya. Jika terus dibiarkan, rakyat Indonesia
akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan. Maka dari itu, berikut ialah
langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi:
11 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Korupsi adalah penyalahgunaan kewenangan, jabatan, atau amanah untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum. Terdapat dua aspek dalam perbuatan korupsi yaitu aspek
memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang
negara untuk kepentingannya sendiri. Penyebab seseorang melakukan tindakan
korupsi bermacam-macam, dapat dilihat dari aspek individu pelaku korupsi
maupun aspek masyarakat tempat individu atau organisasi berada. Korupsi
berdampak serius bagi kondisi ekonoi dan tingkat kehidupan rakyat.
3.2. Saran
Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi dapat dimulai dari diri kita
sendiri dan dapat dimulai dari hal yang kecil. Sikap tersebut dapat ditanamkan sejak
dini agar terbiasa dengan hal-hal yang jujur dan juga bermoral tinggi.
12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
13 | P a g e