Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL

BELAJAR FISIKA KELAS XI MAN 1 MAKASSAR

PROPOSAL

Oleh
Hardi Wijaya
10539144315

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA KELAS XI MAN 1 MAKASSAR

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
Hardi Wijaya
10539144315

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Persetujuan ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 8
A. Kajian Pustaka.............................................................................................. 8
1. Pair Check ............................................... Error! Bookmark not defined.
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check .... Error!
Bookmark not defined.
b. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check ........ Error!
Bookmark not defined.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pair Check Error! Bookmark not
defined.
2. Hasil Belajar ........................................................................................... 14
a. Pengertian Hasil Belajar ..................................................................... 14
b. Taksonomi hasil belajar kognitif ........................................................ 16
c. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ......................................... 17
d. Indikator Hasil Belajar ........................................................................ 18
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 20
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 22
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian ....................................................... 22
B. Desain Penelitian ........................................................................................ 22
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 23
D. Defenisi Operasional Variabel ................................................................... 23
E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 24
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 26
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32
LAMPIRAN

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sarana pewarisan keterampilan hidup sehingga

keterampilan yang telah ada pada satu generasi dapat dilestarikan dan

dikembangkan oleh generasi sesudahnya sesuai dengan dinamika tantangan hidup

yang dihadapi oleh anak….

Dalam perkembangannya pendidikan tidak lagi bersifat natural-instinktif.

Prosesnya dapat dimanipulasikan untuk mengoptimalkan hasil belajar. Usaha-

usaha itu mendorong perkembangannya pendidikan sebagai ilmu yang sistematis.

Menurut Barnadib (1986: 5)

Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah


pendidikan secara umum, menyeluruh dan abstrak, disamping praktik
penggunaannya. Pedagogik selain mengandung jiwa yang teoritik, juga
praktis. Unsur teoritik mengutarakan hal-hal yang normatif, sedang yang
praktis menunjukkan sebagaimana pendidikan harus dilakukan.

Pendidikan dapat dibatasi dalam pengertiannya yang sempit dan luas.

Dalam arti sempit pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menolong

anak didik menjadi matang kedewasaanya. Pendidikan dalam pengertian ini

dilakukan oleh istitusi formal sekolah. Disekolah materi disiapkan dalam bentuk

kurikulum, strategi diorganisasikan dan evaluasi diselenggarakan untuk mengukur

penguasaan materi yang direncanakan dan disampaikan menggunakan strategi

tersebut. Dalam arti luas, semua semua manipulasi lingkungan yang diarahkan

untuk mengadaka perubahan perilaku anak merupakan pendidikan. Semua

perubahan kepribadian yang positif bukan karena kematangan merupakan hasil dari

1
2

proses pendidikan. Dalam pengertian ini pendidikan tidak terbatas pada usaha

pendewasaan yang dilakukan oleh sekolah tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat

(Purwanto, 2016: 19-20).

Membahas tentang pendidikan, berikut adalah Surah yang berhubungan

dengan ilmu pengetahuan:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,

“Berilah kelapangan dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”,

maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang

beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. dan Allah

maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Mujadalah ayat 11).

Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan peserta didik, dan

lingkungan yang ada disekitarnya, yang dalam proses tersebut terdapat upaya untuk

meningkatkan kualitas diri peserta didik menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pembelajaran merupakan perpaduan antara mengajar dalam konteks guru dan

belajar dalam konteks peserta didik (Priansa, 2017: 88).

Bentuk lain dari pembelajaran adalah modifikasi. Modifikasi sering kali

diasosiakan dengan perubahan, tetapi perubahan dalam hal apa? Para behavoris

akan menganggap pembelajaran sebagai perubahan dalam tindakan dan perilaku

seseorang (Huda, 2016: 3)


3

Purwanto (2016: 38-39) Belajar merupakan proses dalam diri individu yang

berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dan interaksi aktif degan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap (Winkel, 1999: 53).

Dunn dan Dunn dalam (Huda, 2016: 7) agar pembelajaran menjadi lebih

efektif dan afektif, pembelajaran seharusnya dipahami lebih dari sekedar penerima

pasif pengetahuan, melainkan seseorang yang secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran yang diarahkan oleh guru menuju lingkungan kelas yang nyaman dan

kondisi emosional, sosiologis, psikologis, dan fisiologis yang kondusif.

Selain itu, yang membuat pengajaran menjadi lebih efektif adalah

bagaimana guru berusaha menjadi panutan (modelling) dengan memperlihatkan

kepribadian dan sikapnya yang positif, berengalaman dalam mengajar, cakap dalam

menyampaikan informasi, reflektif, motivatoris, dan bergairah untuk juga turut

belajar (Borish, 2007)

Guru yang menyenangkan adalah guru yang memahami kebutuhan peserta

didik dalam setiap proses pembelajran peserta didik dan guru yang mampu

memotovasi dan menciptakan antusias peserta didik untuk mengikuti seluruh proses

pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan, guru harus memiliki berbagai keterampilan

pembelajaran, yang salah satunya berkaitan dengan model pembeajaran yang

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran akan memengaruhi ketercapaian serta

prestasi belajar peserta didik (Priansa, 2017: 187)


4

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat

operasional dikelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang

digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan member petunjuk

kepada guru dikelas (Suprijono, 2016: 64-65)

Dalam proses pembelajaran guru seharusnya memiliki kemampuan

memahami peserta didik dengan berbagai minat, bakat, kemampuan, potensi-

potensi dan keunikannya agar mampu membantu mereka dalam kesulitan belajar.

Untuk memberikan yang terbaik seorang guru harus menyiapkan materi, model,

strategi dan metode dengan baik. Dalam hal ini guru harus memiliki pengetahuan

yang luas mengenai model belajar, kondisi siswa dan cara melakukan pembelajaran

efektif dan bermakna agar dalam proses pembelajaran tidak membosankan.

Untuk mengatasi masalah dalam proses pembelajaran fisika, maka guru

harus dapat menentukan model pembelajaran yang sesuai serta mudah dipahami

oleh peserta didik dan menciptakan variasi (bentuk-bentuk) kegiatan pembelajaran

yang lebih menarik bagi peserta didik dalam upaya memotivasi peserta didik agar

lebih berkompetensi dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semakin pesat serta meningkatkan pemahaman aktivitas belajar, hasil belajar

dan meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Pemilihan model pembelajaran,

metode yang tepat serta media yang sesuai materi yang diajarkan akan

menghasilkan proses pembelajaran yang optimal.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkanka hasil belajar

fisika adalah model Problem Based Learning (PBL). Pada model ini pembelajaran
5

berfokus pada peserta didik. Dimana peserta didik dituntut untuk aktif dalam

pelaksanaan pembelajaran. Didalam kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat

mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara ilmiah melalui kegiatan

diskusi.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu salah satu

tindakan guru untuk mencari dan menerapkan model pembelajaran yang sekiranya

dapat meningkatkan hasil belajar terutama dalam mata pelajaran Fisika. Oleh

karena itu penulis merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh

Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar hasil belajar peserta didik yang menggunakan Model Problem

Based Learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MAN 1 Makassar?

2. Seberapa besar hasil belajar peserta didik yang tidak menggunakan Model

Problem Based Learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MAN 1

Makassar?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan model

Problem Based Learning dan model pembelajaran konvensional terhadap mata

pelajaran fisika kelas XI MAN 1 Makassar?


6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar peserta didik yang menggunakan

model Problem Based Learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MAN

1 Makassar

2. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar peserta didik yang tidak

menggunakan model Problem Based Learning terhadap mata pelajaran fisika

kelas XI MAN 1 Makassar

3. Untuk menguji ada tidaknya perbedaan hasil belajar peserta didik

menggunakan model Problem Based Learning dan model pembelajaran

konvensional terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MAN 1 Makassar

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1) Bagi peserta didik, agar dapat mempengaruhi pemahaman tentang materi

yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta memberi

pengetahuan yang bermamfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Bagi Guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam

memilih model pembelajaran yang tepat dan mendesain kegiatan belajar

mengajar guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang model pembelajaran agar

suatu saat ketika menjadi seorang guru akan sangat mudah membuat peserta

didik lebih bersemangat dalam pembelajaran.


7

4) Bagi pembaca, dapat memberikan wawasan dan pemahaman mengenai model

Problem Based Learning, sehingga dapat menjadi masukan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Problem Based Learning (PBL)/Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Problem Based Learning

Widiasworo (2018: 149) Problem Based Learning merupakan proses

pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu masalah sebelum

memulai proses pembelajaran. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah

nyata yang memacunya untuk meneliti, menguraikan, dan mencari

penyelesaiannya. Pembelajaran berbasis masalah sangat berkaitan dengan

realitas kehidupan nyata peserta didik sehingga peserta didik belajar tidak

hanya wilayah pengetahuan, tetapi juga mengalami dan merasakan.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang

menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk

belajar. Dalam penerapannya, peserta didik dikelompokkan kedalam tim-tim

yang bertugas untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Dengan kata lain, pembelajaran berbasis masalah merupakan

pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar

dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dan permasalahan dunia

nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat rasa ingin tahu

peserta didik tentang pembelajaran yang dimaksud.

Sedangkan menurut Barrow dalam (Huda, 2016: 271) Mendefinisikan

Problem Based Learning (PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui

8
9

proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut

dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

berbasis masalah merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigm

pengajaran menuju pardigma pembelajaran. Jadi, fokusnya pada pembelajaran

peserta didik dan bukan pada pengajaran guru.

Suprijono (2015: 90) dukungan teortis Jerome Bruner pada

pengembangan model pembelajaran berbasis masalah memberikan arti penting

belajar konsep dan belajar menggeneralisasi. Pembelajaran ini berorientasi

pada kecakapan peserta didik memproses informasi. Pemprosesan informasi

mengacu pada cara-cara menangani stimuli dari lingkungan, mengorganisasi

data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan

menggunakan masalah-masalah verbal dan non verbal. Model pembelajaran

berbasis masalah menekankan konsep-konsep dan informasi yang dijabarkan

dari disiplin-disiplin akademik.

Setiawan (2016: 11) menyatakan bahwa paedagogi pembelajaran

berbasis masalah membantu akan menunjukkan dan memperjelas cara berfikir

serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang terlibat didalamnya.

Pembelajaran berbasis masalah ini mengoptimalkan tujuan, kebutuhan,

motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai

macam kognisi pemecahan masalah. Inovasi pembelajaran berbasismasalah

menggabungkan penggunaan dari aksese-learning. Interdisipliner kreatif,

penguasaan, dan pengembangan keterampilan individu. pengajaran

berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa

mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun


10

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan

berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.

Suprijono (2015: 91) Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah

adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan. Peserta didik

mempunyai keterampilan mengatasi masalah. Peserta didik mempunyai

kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Peserta didik dapat menjadi

pembelajaran yang mandiri dan independen.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning) di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

berbasis masalah ini merupakan model pembelajaran dimana peserta didik

dituntut aktif untuk berfikir tingkat lebih tinggi dalam melakukan penyelidikan

terhadap masalah yang disajikan.

b. Karakteristik Pembelajjaran Berbasis Masalah

Menurut Widiasworo (2018: 151) menyatakan bahwa karakteristik

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Mengorientasikan peserta didik pada masalah yang sebenarnya terjadi dan

menghindari pembelajaran terisolasi.

2) Berpusat pada peserta didik.

3) Menciptakan pembelajaran interdisiplin.

4) Penyelidikan terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman dunia

praktis

5) Menghasilkan produk dan menyajikannya

6) Mengajarkan kepada peserta didik untuk mampu menerapkan ilmu yang

dipelajari dalam kehidupannya untuk jangka panjang


11

7) Pembelajaran secara kooperatif.

8) Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing

9) Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang

pembelajaran.

10) Masalah digunakan untuk pengembangan keterampilan pemecahan

masalah

11) Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri

Terdapat lima strategi dalam penggunaan model pembelajaran berbasis

masalah sebagai berikut: 1) Permasalahan sebagai kajian; 2) Permasalahan

sebagai penjajakan pemahaman; 3) permasalahan sebagai contoh; 4)

Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses; dan 5)

permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Menurut Setiawan (2016: 14) Sejumlah pengembang pembelajaran

berdasarkan masalah telah mendeskripsikan model pembelajaran berbasis

masalah dengan ciri-ciri atau fitur-fitur sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan atau masalah;

2) Berfokus pada interdisiplin;

3) Penyelidikan otentik;

4) Menghasilkan karya nyata dan memamerkan;

5) Kolaborasi.

Selain ciri-ciri diatas, pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki

ciri seperti berikut ini:

1) Berpusat pada peserta didik, guru sebagai fasilitator atau pembimbing;

2) Belajar melampaui konten.


12

c. Sintak Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Suprijono (2015: 93) Sintak model pembelajaran berbasis

masalah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintak model pembelajaran berbasis masalah


Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1 : Memberikan orientasi Guru menyampaikan tujuan
tentang permasalahnya kepada pembelajaran, mendeskripsikan berbagai
peserta didik kebutuhan logistik penting dan
memotivasi peserta didik untuk terlibat
dalam mengatasi masalah
Fase 2 : mengorganisasikan Guru membantu peserta didik untuk
peserta didik untuk meneliti mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar terkait dengan
masalahnya
Fase 3 : membantu investigasi Guru mendorong peserta didik untuk
mandiri dan kelompok mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi
Fase 4 : mengembangkan dan Guru membantu peserta didik dalam
mempersentasikan artefak dan merencanakan dan menyiapkan artefak-
exhibit artefak yang tepat, seperti laporan,
rekaman video, dan model-model serta
membantu mereka untuk menyampaikan
kepada orang lain
Fase 5: menganalisis dan Guru membantu peserta didik melakukan
mengevaluasi proses mengatasi refleksi terhadap investigasinya dan
masalah proses-proses yang mereka gunakan
Sumber. Suprijono (2015: 93)

Sedangkan menurut Aris Shoimin (2014:131) langkah-langkah model

Problem Based Learning yaitu:

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.


13

b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan

topik, tugas, jadwal, dll).

c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

d) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan serta menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas

dengan temannya.

e) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah adalah menumbuhkan

kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Permasalahan yang

diberikan dihubungkan dengan kondisi dan situasi riil peserta didik. Dalam

belajar, peserta didik mencari solusinya dengan berbagai sumber melalui

aktivitas belajar yang dilaksanakan secara berkelompok. Sehingga dalam hal

ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.

Didalam kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat mengembangkan

kemampuan berkomunikasi secara ilmiah melalui kegiatan diskusi. peserta

didik dapat saling membantu dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

Kelemahan model pembelajaran berbasis masalah yaitu model yang

tidak dapat diterapkan pada setiap materi pembelajaran karena model Problem
14

Based Learningpembelajaran berbasis masalah akan lebih cocok pada materi

yang menuntut peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam

kegiatan pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang cukup

banyak dan siswa pun memerlukan berbagai sumber belajar untuk menunjang

proses pembelajaran.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “Hasil” dan “Belajar”. Pengertian hasil (product)

menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional…. Belajar

dilakukan untuk menusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang

belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil

belajar. Menurut Winkel dalam (Purwanto, 2016: 39) mengatakan bahwa hasil

belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Menurut Suprijono (2016: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketermpilan.

Menurut pemikiran Gagne dalam (Purwanto, 2016: 5-6), hasil belajar beupa:

1) Informasi verbal yaitu kepabilitas mengungkap pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik

terhadap rangsangan spesifik, dimana kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol.


15

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambing. Yang terdiri dari kemampuan mengaterogasi, kemampuan

analisis, sintesis, fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. serta merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom dalam (Suprijono, 2016: 6-7) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru), dan evaluasi (menilai). Domain afektif adalah

receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),

organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain

psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga


16

mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

pencapaian prestasi belajar yang didapat peserta didik setelah melakukkan

kegiatan belajar mencakup ranah 3 ranah kemampuan yaitu penilaian kognitif,

afektif serta psikomotorik.

b. Taksonomi hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam

kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan

sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan

pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali

informasi ketika diperlakukan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena

belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya jugaterjadi dalam

otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah, oleh

Purwanto (2016: 50)

Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal, yakni

kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif

meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Banyak klasifikasi dibuat para ahli

psikologi dan pendidikan, namun klasifikasi yang paling banyak digunakan

adalah yang dibuat, oleh Purwanto (2016: 50-51).

Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar

kognitif mulai dariyang paling rendah dan sederhana yaitu hafalansampai yang

paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Semakin tinggi suatu tingkat maka

makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan


17

tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).

Kemampuan knowledge (menghapal) merupakan kemampuan kognitif

yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan memanggil

kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespons suatu

masalah. Kemampuan comperehension (pemahaman) adalah kemampuan

untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghapal fakta tidak lagi cukup

karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya.

Kemampuan application (penerapan) adalah kemampuan kognitif untuk

memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya dan menggunakan untuk

memecahkan masalah. Kemampuan analysis (analisis) adalah kemampuan

untuk memahami sesuatu dengan menguraikannya kedalam unsur-unsur.

Kemampuan synthesis (sintesis) adalah kemampuan memahami dengan

mengorganisasikan bagian-bagian kedalam satuan. Kemampuan evaluation

(evaluasi) adalah kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan

dari hasil penilaiannya.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Beberapa faktor internal yang memengaruhi proses belajar peserta didik

menurut Aunurrohman dalam (Priansa, 2017: 82), yaitu ciri khas/karakteristik

peserta didik, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar,

mengolah bahan belajar, menggali hasil belajar, rasa percaya diri, dan

kebiasaan belajar. Adapun faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar

peserta didik, yaitu guru, lingkungan sosial, kurikulum, sarana dan prasarana.
18

d. Indikator Hasil Belajar

Menurut Syah dalam (Priansa, 2017: 79-81) mengatakan bahwa hasil

belajar dapat diukut dengan indikator dan cara evaluasi seperti pada table

berikut:

Tabel 2.2 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar


Ranah Jenis Hasil
Indikator Cara Evaluasi
Belajar
Ranah cipta Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 1. Tes lisan
(kognitif) 2. Dapat 2. Tes tertulis
membandingkan 3. Observasi
3. Dapat
menghubungkan
Ingatan 1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan
2. Dapat menunjukkan 2. Tes tertulis
3. Observasi
Pemahaman 1. Dapat menjelaskan 1. Tes lisan
2. Dapat 2. Tes tertulis
mendefinisikan
dengan lisan sendiri

Penerapan 1. Dapat memberikan 1. Tes tertulis


contoh 2. Memberi
2. Dapat menggunakan tugas
secara tepat 3. Observasi
Analisis 1. Dapat menguraikan 1. Tes tertulis
(pemeriksaan 2. Dapat 2. Pemberian
dan mengkalsifikasikan/ tugas
pemeliharaan memilah-milah
secara teliti)
Sintesis 1. Dapat 1. Tes tertulis
(membuat memnghubungkan
panduan baru 2. Dapat 2. Pemberian
dan utuh) menyimpulkan tugas
3. Dapat
menggeneralisasikan
(membuat prinsip
umum)
Ranah rasa Penerimaan 1. Menunjukkan sikap 1. Tes tertulis
(afektif) menerima
2. Menunjukkan sikap 2. Tes skala
menolak sikap
19

Ranah Jenis Hasil


Indikator Cara Evaluasi
Belajar
3. Observasi

Sambutan 1. Kesediaan 1. Tes skala


berpartisipasi/ sikap
terlibat
2. Kesediaan 2. Pemberian
memanfaatkan tugas
3. Observasi
Apresiasi 1. Menganggap penting 1. Tes skala
(sikap dan bermanfaat sikap
menghargai) 2. Mengannggap indah 2. Pemberian
dan harmonis tugas
3. Mengagumi 3. Observasi
Intemalisasi 1. Mengaskui dan 1. Tes skala
(pendalaman) meyakini sikap
2. mengingkari 2. Pemberian
tugas,
ekspresif,
proyektif
3. Observasi
Karakterisasi 1. Melembagakan atau 1. Pemberian
(penghayatan) meniadakan tugas,
ekspresif,
proyektif
2. Menjelmakan dalam 2. Observasi
pribadi dan perilaku
sehari-hari
Ranah Karsa Keterampilan Mengoordinasikan 1. Observasi
(Psikomotorik) bergerak dan gerak mata, tangan,
bertindak kaki, dan anggota
tubuh lainnya
2. Tes tindakan
Kecakapan 1. Mengucapkan 1. Tes lisan
verbal dan 2. Membuat mimic dan 2. Observasi
non-verbal gerakan jasmani
3. Tes tindakan
Sumber. Aunurrohman dalam (Priansa, 2017: 82)
20

B. Kerangka Pikir

Sujarweni (2014: 60) pada dasarnya kerangka pemikiran diturunkan dari

beberapa teori maupun konsep yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti,

sehingga memunculkan asumsi-asumsi yang berbentuk bagan alur pemikiran, yang

kemudian kalau mungkin dapat dirumuskan kedalam hipotesis operasional atau

hipotesis yang dapat diuji.

Adapun karangka pikir yang digunakan dipenelitian ini adalah sebagai

berikut:

Pembelajaran Fisika MAN 1 Makassar

Kurangnya variasi dalam penggunaan model pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

(diterapkan model pembelajaran (diterapkan metode


berbasis masalaah) ceramah dan tanya jawab)

Hasil Belajar IPA Hasil Belajar IPA

Adanya perbadaan hasil belajar

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir


21

C. Hipotesis Penelitian

𝐻𝑎 = Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang diajar dengan

model pembelajran berbasis masalah dengan kelas yang diajar dengan

model pembelajaran konvensional.

𝐻0 = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang diajar

dengan model pembelajran berbasis masalah dengan kelas yang diajar

dengan model pembelajaran konvensional.


22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Kuasi Eksperimen dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol, dimana kelas eksperimen ini diterapkan model pembelajaran

berbasis masalah sedangkan kelas kontrol diterapkan model konvensional

untuk melihat adanya perbedaan hasil belajar fisika MAN 1 Makassar

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di MAN 1 Makassar

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Posttes Only

Control Group Design. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan diberikan

perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas

eksperimen dan pada kelas kontrol tanpa perlakuan (model konvensional). Setelah

pelaksanaan proses pembelajaran, maka diadakan posttest untuk melihat hasil

belajar peserta didik baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

Desain penelitian Posttes Only Control Group Design dapat dilihat sebagai

berikut, oleh Sukardi (2017: 185)


21
23

R X O1
R - O2

Dengan:
R = Kelas dipilih secara random (acak kelas)
O1 = Posttest (Pengukuran setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan
model pembelajran kooperatif tipe pair check)
X = Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe pair check
O2 = Posttest (Pengukuran setelahdiajar dengan menggunakan model
konvensional)
- = Tidak ada perlakuan (model konvensional)

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas : Model pembelajaran berbasis masalah dan model

konvensional

Variabel terikat : Hasil belajar Fisika

D. Defenisi Operasional Variabel

Variabel bebas

Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model

pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan dalam memecahkan

masalah dan berpikir kritis secara ilmiah serta mengembangkan pengetahuan

peserta didik untuk aktif dalam membangun pengetahuan secara mandiri

maupun kelompok. Langkah-langkah pada model PBL yang digunakan

meningkatkan keterampilan pemecahan masalah pada peserta didik yaitu (1)

orientasi dan mengorganisasi siswa pada masalah; (2) mengembangkan

rencana untuk memecahkan masalah; (3) pengumpulan dan analisis

data;dan(4) mengevaluasi.
24

Model konvensional adalah suatu model pembelajaran dimana metode

yang digunakan adalah metode yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan

seluruh peserta didik karena metode tersebut lebih didominasi oleh guru.

Variabel terikat

Hasil belajar adalah skor total atau nilai yang diperoleh peserta didik

setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan model

konvensional yang dilihat dari ranah kognitif.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tujuh

langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan perangkat dan

instrumen pembelajaran, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan

data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran fisika di

sekolah. Studi pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan observasi

pelaksanaan pembelajaran dan wawancara dengan guru fisika.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian

sebelumnya, mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator hasil belajar

IPA terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah

ditentukan. SK dan KD dikaji agar diperoleh konsep-konsep gerak yang

dituangkan dalam materi pokok melalui penjabaran indikator-indikator. Hasil


25

studi literatur digunakan sebagai landasan penerapan model pembelajaran

berbasis masalah

3. Penyusunan Perangkat dan Instrumen Pembelajaran

Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas

eksperimen dan kelas kontrol, lembar kerja peserta didik (LKPD) kelas

eksperimen dan kelas kontrol. RPP dan LKPD yang telah dibuat

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran IPA.

Selanjutnya dari indikator-indikator hasil belajar kognitif peserta didik dibuat

instrumen penilaian, dimana instrumen penilaian hasil belajar menggunakan

tes pilihan ganda.

4. Uji Coba Instrumen Tes

Instrumen tes sebelum digunakan, dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan taraf kesukaran. Pengujian Instrumen penelitian berupa tes

pilihan ganda dilakukan uji coba pada kelas yang bukan sampel penelitian.

5. Implementasi

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dilakukan pada kelas

eksperimen dan sebagai pembanding digunakan model pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol. Pada saat pelaksanaan pembelajaran

dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui

peningkatan pemahaman peserta didik. Lembar observasi yang digunakan

menggunakan kriteria penilaian yang disesuaikan dengan indikator hasil

belajar. Guru mata pelajaran melakukan observasi pada semua proses

pembelajaran, sedangkan peneliti melakukan observasi saat kegiatan


26

eksperimen, sehingga peneliti dapat mengetahui peserta didik yang aktif

bertanya saat kegiatan eksperimen.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan posttest untuk

mengetahui hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran fisika setelah

proses pembelajaran.

7. Analisis Hasil dan Penyusunan Laporan

Peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah diperoleh.

Selanjutkan data dianalisis untuk memperoleh temuan penelitian dan

pembahasan, sedangkan tahap terakhir adalah penyusunan laporan hasil

penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

hasil belajar untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar fisika yang diajar

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model konvensional yang

berbentuk multiple choice test (pilihan ganda)

1. Instrumen Penelitian

Tes akhir (posttest)

Tes posttest bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah

diajarkan model pembelajaran berbasis masalah dan model konvensional.


27

2. Validitas

Arikunto (2014: 24) Untuk pengujian validitas digunakan rumus sebagai

berikut:

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝛾𝑝𝑏𝑖 = √
𝑆𝑡 𝑞

dengan:

pbi = Koefisien korelasi biseral


Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya.
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi dari skor total
p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1 – p)

Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai  pbi (i)

dengan nilai rtabel pada taraf signifikan  = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika Nilai  pbi (i) ≥ rtabel, item dinyatakan valid

b. Jika Nilai  pbi (i) <rtabel, item dinyatakan invalid atau Drop

Item yang memenuhi kriteria valid dan mempunyai relibialitas tes yang

tinggi dan selanjutnya digunakan untuk tes hasil belajar fisika pada kelas

eksperimen.

3. Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, maka ditentukan

reliabilitasnya.
28

Untuk Perhitungan reliabilitas tes didekati dengan rumus Kuder dan

Richardson ( KR-20 dan KR-21), Purwanto (2016: 169)

𝑛 𝑆 2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟𝑖𝑖 = [ ][ ]
𝑛−1 𝑆2

dengan :

rii = Reliabilitas instrumen


n = jumlah butir pertanyaan
S = Standar deviasi dari tes
S2 = Variansi total
p = Proporsi subjek yang menjawab betul
q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q=1 – p)
Σpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

Tabel 3.1 Kriteria Relabilitas


Koefisien Reliabilitas (𝒓𝒊𝒊 ) Kriteria

0.80 ≤ 𝑟𝑖𝑖 < 1.00 Sangat Tinggi


0.60 ≤ 𝑟𝑖𝑖 < 0.80 Tinggi
0.40 ≤ 𝑟𝑖𝑖 < 0.60 Cukup
0.20 ≤ 𝑟𝑖𝑖 < 0.40 Rendah
0.00 ≤ 𝑟𝑖𝑖 < 0.20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2014: 89)

Instrumen dapat dikatakan mempunyai reliabilitas apabila nilai kriteria soal

yang digunakan dalam instrumen 0.6 sampai dengan 1.00.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan hasil belajar fisika yang diperoleh peserta didik yang diajar

dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk kelas eksperimen dan model
29

konvensional untuk kelas kontrol. Sedangkan analisis inferensial adalah uji

normalitas dan uji hipotesis.

a. Analisis Deskriptif

Dalam hal ini digunakan skor rata-rata, standar deviasi, skor tertinggi

(maksimum), skor terendah (minimum), serta distribusi frekuensi hasil belajar

peserta didik dalam ketiga aspek hasil belajar.

Purwanto (2016: 201) Skor rata-rata diperoleh dari persamaan:

∑𝑓𝑖 𝑥𝑖
𝑋̅ =
∑𝑓𝑖

dengan:

𝑥̅ = skor rata-rata
𝑥i = tanda kelas interval
𝑓i = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas 𝑥i

Sugiyono (2017: 58) Standar deviasi, dengan rumus:

2
2 (∑𝑓𝑖 𝑥𝑖 )

s= √∑𝑓𝑖 𝑥𝑖 − 𝑛
𝑛−1

dengan:

s = standar deviasi
xi = titik tengah kelas
fi = skor rata-rata
n = banyaknya subjek penelitian

Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor dikonversi

dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑆𝑆
𝑁= × 100
𝑆𝐼

dengan:

N = Nilai peserta didik


SS = Skor hasil belajar peserta didik
30

SI = Skor ideal

Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik


Interval Skor/Nilai Keterangan
Angka 0% - 20% Sangat Lemah
Angka 21% - 40% Lemah
Angka 41% - 60% Cukup
Angka 61% - 80% Kuat
Angka 81% - 100% Sangat Kuat
(Riduwan, 2018: 41)

b. Analisis Inferensial

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Sujarweni (2014: 102)

Untuk pengujian tersebut digunakan dengan rumus Chi- kuadrat yang

dirumuskan sebagai berikut :

2
(𝑓𝑖 − 𝑓ℎ )2
𝑥 =∑
𝑓ℎ

dengan:

𝑥 2 : Chi Kuadrat
𝑓𝑖 : frekuensi yang diobservasi
𝑓ℎ : frekuensi yang diharapkan

2) Uji Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah terdapat perbedaan yang signifikan

antar hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan model

pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar dengan

model pembelajaran konvensional


31

𝐻𝑎 = Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang diajar


dengan model pembelajran berbasis masalah dengan kelas yang
diajar dengan model pembelajaran konvensional.
𝐻0 = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang
diajar dengan model pembelajran berbasis masalah dengan kelas
yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≠ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑎 diterima, jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0

diterima, pada taraf signifikan ∝ = 0,05.

3) Uji perbedaan Dua rata-rata

𝐻𝑎 : 𝜇1 = 𝜇2
𝐻0 : 𝜇1 ≠ 𝜇2

Ha diterima bilamana – 𝑡(1−1/2𝛼) < 𝑡 < 𝑡(1−1/2𝛼) dimana 𝑡(1−1/2𝛼)

diperoleh dari daftar distribusi t dengan taraf signifikan 𝛼 = 0.05. Untuk

harga t lainnya, Ha ditolak pada taraf nyata 𝛼 = 0.05 atau H0 diterima.

Sugiyono (2012: 181) Untuk menguji hipotesis diatas digunakan uji t

sebagai berikut:

𝑥̅1 − 𝑥̅2
𝑡=
1 1
𝑠√𝑛 + 𝑛
1 2

dimana:

(𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2


𝑠=√
𝑛1 + 𝑛2 − 2

dengan:

𝑥̅1 = Rata-rata nilai kelas eksperimen


𝑥̅2 = Rata-rata nilai kelas kontrol
𝑛1 = Jumlah peserta didik kelas eksperimen
𝑛2 = Jumlah peserta didik kelas kontrol
𝑠1 2 = Varians kelas eksperimen
𝑠2 2 = Varians kelas kontrol
s = Standar deviasi
32

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta
Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an Terjemahan AL-IKHLAS. Jakarta:
SAMAD
Hasmah. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran
Langsung (Direc Instruction) Dengan Teknik Multilevel Learning Pada
Peserta Didik Kelas X MIA SMA Negeri 12 Makassar. Jurnal Pendidikan
Fisika, (online), vol. 5, no. 3, (https://journal.unismuh.ac.id, diakses
29 juli 2019)
Huda, Miftahul. 2016. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Kurniawan, Yudi. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair
Check dengan Pendekatan Open Ended Terhadap Motivasi dan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Al-Huda Bandung Tulungagung
Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi Pendidikan Matematika. (Online).
(http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5368/, diakses 6 Agustus 2019)
Priansa, Doni Juni. 2017. Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran.
Bandung: Pustaka Setia
Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Riduwan. 2018. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Rohmatika. 2017. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe pair check
berbentuk lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII MTs Ma’arif Udanawu. Skripsi Pendidikan Matematika.
(Online). (ttp://repo.iain-tulungagung.ac.id/id/eprint/7035, diakses 30 Juli
2019)
Setiawan, Sandi. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning
Menggunakan Simulasi Macromedia Flash Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Smk
Negeri Limboro Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Skripsi
Pendidikan Fisika. (http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2777/, diakses 07
September 2019)
Sukardi.2017. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widiasworo, Erwin. 2018. Strategi Pembelajaran Edutainment Berbasis Karakter.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai