BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dan berpengaruh
individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar dapat diartikan sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk,
serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar.
yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman. Pendapat tersebut sejalan dengan Hanafiah dan Suhana
(2009: 25) yang menyatakan bahwa : experience is the best teacher . Pengalaman
10
pengertian belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi
stimulus dan respons serta dijadikan sebagai pengalaman interaksi dengan lingkungan.
B. Aktivitas Belajar
sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2010: 277), bahwa aktivitas adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam
dari kegiatan tersebut. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar
adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua
aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik fisik maupun
psikis. Fisik adalah peserta yang giat dan aktif dengan anggota badan, membuat
sesuatu, bermain atau bekerja, tidak hanya duduk mendengarkan, melihat atau pasif,
11
Lebih lanjut Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2011: 90) membagi kegiatan
Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik itu kegiatan jasmani maupun rohani
yang dapat memberikan nilai tambah bagi siswa ketika proses pembelajaran
dilaksanakan oleh guru, sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan,
mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (d) mengerjakan tes, (e) mengingat,
C. Hasil Belajar
Pada saat berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa akan memperoleh suatu
hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Di lihat dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pangkal dan
puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu
mental siswa (Dimyanti dan Mujiono, (2006: 3). Pendapat yang sedikit berbeda
dikemukakan oleh Bundu (2006: 14) bahwa hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Nasution (dalam
duniabaca.com: 2011), mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri
individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga
meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu
tersebut.
jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar ke dalam tiga ranah, diantaranya:
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan peserta
13
didik yang dilakukan melalui penilaian proses dan hasil belajar yang telah dilakukan
dilihat dari 3 ranah yaitu: (1). Kognitif berupa pengetahuan, pemahaman, penerapan,
dan analisi; (2). Afektif berupa sikap dan partisipasi; (3). Psikomotor berupa
D. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
peserta didik dan hakikat matematika. Hakikat matematika adalah memiliki objek
tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif
(Soedjadi dalam Heruman, 2007: 1), sedangkan matematika merupakan ilmu dasar
yang menjadi tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Sajaka, dkk., 2006: 2). Matematika lebih menekankan dari hasil
manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Russeffendi dalam
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah
dasar. Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan
itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Jadi, berdasarkan asal
katanya, maka kata matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dari
berfikir (Suwangsih, 2006: 3).
14
Menurut Johnson dan Rising dalam Murniati (2007: 46), menyatakan bahwa
matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logika;
matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol
mengenai arti daripada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada
unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan
matematika itu adalah suatu seni, keindahan terdapat pada keterurutan dan
keharmonisan.
bahwa matematika merupakan ilmu dasar yang didapat dengan berpikir yang
2. Tujuan Matematika
Setiap mata pelajaran yang ada di sekolah dasar memiliki tujuannya sendiri
yang berpusat pada peserta didik, begitu pula halnya pada mata pelajaran
matematika. Menurut Aisyah (2007: 1-4) Matematika bertujuan agar peserta didik
berhitung dalam kehidupan sehari-hari, dan membentuk sikap logis, kritis, cermat,
E. Model Pembelajaran
mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan pada siswa dengan
Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk mempresentasikan suatu hal, dan sesuatu yang nyata dan
16
dalam Trianto, 2010: 21). Arends dalam Suwarjo (2008: 97) menjelaskan bahwa
mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur.
Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu rasional teoritik
yang logis, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
sistematis.
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu konsep pembelajaran yang diterapkan oleh guru secara sistematis untuk
diinginkan.
untuk berpatisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
2014:190-191), yaitu:
a. Discovery Learning
menarik kesimpulan/generalisasi.
masalah yang nyata, proses dimana siswa belajar, baik ingatan maupun
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum
diperlukan untuk melengkapi materi ajar tersebut (Yunus Abidin, 2014: 175).
cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka
hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis
dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan
(Budiningsih, 2005: 43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and
Menurut Sund (dalam Roestiyah, 2008: 20) discovery adalah proses mental
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,
penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif
siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi,
seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri
pastinya terdapat suatu kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran yang
diterapkan tersebut. Begitu pula yang terjadi pada model discovery learning,
memiliki kelebihan dan kekurangan (Dr. J. Richard dalam Roestiyah, 2008: 20).
(problem solving).
sendiri.
12) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa
14) Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong
temukan).
penemuan.
berikut:
(2004: 244), ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
F. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Pada suatu pembelajaran, selain bahan ajar cetak guru juga perlu
menguasai bahan ajar jenis lainnya, karena dalam pembelajaran guru dituntut
untuk menyiapkan bahan ajar yang bervariasi, misalnya aja membuat suatu
media pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media
informasi visual atau verbal (Arsyad, 2009: 3). Sejalan dengan pendapat tersebut,
Gagne dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 10) mengartikan media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Sementara itu Briggs dalam Sadiman (2006: 6) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
Media juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
dan Kosasih, 2007: 10). Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas
media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dri tujuan
27
pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan
media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien (Djamarah dan Zain, 2006: 121).
bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan
pesan. Selain itu media secara mendasar berpotensi memberikan peluang bagi
media perlu diketahui fungsi media tersebut agar penggunaan media sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Djamarah dan Zain, 2006: 120).
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain
oleh guru. Menurut Angkowo dan Kosasih (2007: 22) media yang baik digunkan
3. Jenis-jenis Media
digunakan guru dalam mendukung pembelajaran di dalam kelas. Dick dan Carey
1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun,
dan komik. Media grafis sering disebut media dua dimensi, yaitu media
2) Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model
Salah satu jenis media pembelajaran adalah media tiga dimensi. Menurut
Nafi’ M Dawam (2012: 2) media tiga dimensi yaitu media yang tampilannya
dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai panjang, lebar, dan
tinggi. Seperti dikemukakan Sudjana dan Rivai (dalam Andi Prastowo, 2014:
285) media tiga dimensi adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata
yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau
terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud
tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara
visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli
baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili
aslinya.
visual tiga dimensional yang yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang
Muria Kudus dengan menggunakan model Discovery Learning pada mata pelajaran
matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Dersalam. Terjadi peningkatan hasil tes
30
formatif dari 67,33 pada siklus I menjadi 74,39 pada siklus II, sedangkan aktivitas
belajar siswa meningkat dari 2,46 pada siklus I menjadi 3,13 pada siklus II.
untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Kelas IV SD Negeri 02
discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan nilai
rata-rata motivasi siswa pada siklus I sebesar 61,58 menjadi 77,24 pada siklus ke II.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal siklus I sebesar 62,46 meningkat
peneliti adalah menggunakan model yang sama yaitu model Discovery Learning
sisw, jenjang kelas, dan siklus yang dilaksanakan pun sama. Berdasarkan uraian di
atas, kedua penelitian tersebut cukup relevan terhadap efektivitas penerapan model
Discovery Learning dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sekolah
dasar.
H. Kerangka Pikir
Negeri 10 Metro Pusat, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan untuk membenahai
31
pembelajaran agar menjadi lebih baik. Adapun dalam penelitian ini peneliti membuat
I. Hipotesis Tindakan
tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa