Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA 1

PROSES KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO


BUNUH DIRI

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Dya Sustrami, S.Kep., M.Kes

DISUSUN OLEH:
Agung Prassetia Aji 151.0001
Aida Berlian 151.0002
Aisyah Putri Aritami 151.0003
Aril Eki Kriswanti 151.0004
Asmaul Husna 151.0005
Brahmayda Wiji Lestari 151.0006
Cahyani Tri Fajarwati 151.0007

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berkenaan dengan Resiko Bunuh Diri.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata
kuliah JIWA 1 di Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terimakasih tersebut
ditujukan kepada :
1. Ns. Sukma Ayu Candra K. M.Kep., Sp.Kep.J. Selaku penanggung jawab dan dosen
mata kuliah Jiwa 1 STIKES Hang Tuah Surabaya.
2. Ns. Dya Sustrami, S.Kep., M.Kes. Selaku dosen mata kuliah Jiwa 1 STIKES Hang
Tuah Surabaya.
3. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Surabaya, 19 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bunuh Diri ................................................................................. 3
2.2 Rentang Respon Protektif Diri .................................................................... 3
2.3 Tanda dan Gejala Bunuh Diri ................……………….............................. 4
2.4 Faktor-Faktor Risiko Bunuh Diri ................................................................. 4
BAB III : TINJAUAN KASUS .............................................................................
BAB IV : PEMBAHASAN....................................................................................
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 6
B. Saran ........................................................................................................... 6
Daftar pustaka ......................................................................................................... 7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan angka kematian dalam kasus bunuh diri yang
cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005,
sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan
demikian, diperkiraan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Namun
laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh
diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per
100.000 penduduk. Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti
Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China
yang mencapai 250.000 per tahun.
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah
mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alkohol, orang-orang yang berpisah
atau bercerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang kara, kaum
pendatang, para penghuni daerah kumuh dan miskin, kelompok professional tertentu,
seperti dokter, pengacara, dan psikolog. Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada
pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15-24 tahun).
Percobaan bunuh diri dan bunuh diri yang berhasil dilakukan, memiliki hubungan
yang kompleks (Maris dkk.,2000). Hal tersebut ada interaksi dan komorbid antara
etiologi kedua perilaku tersebut. Pada umumnya pelaku bunuh diri melakukan beberapa
percobaan bunuh diri sebelum akhirnya berhasil bunuh diri. Beck (dalam Salkovskis,
1998) mendefinisikan percobaan bunuh diri sebagai situasi dimana seseorang telah
melakukan sebuah perilaku yang tampak mengancam hidup dengan menghabisi
hidupnya, tetapi belum berakibat pada kematian.
Perawat ataupun tenaga kesehatan lain hendaknya memberikan saran, motivasi
bahkan cara yang dapat meminimalkan dan mencegah terjadinya bunuh diri pada klien
sehingga klien dapat menyalurkan kemarahan pada tempat dan situasi yang benar dan
positif sehingga tidak membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan
aktivitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan resiko bunuh
diri klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Oleh sebab itulah peran
dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat berpengaruh pada timbulnya risiko
bunuh diri yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari risiko bunuh diri?
2. Bagaimana rentang respon protektif diri?
3. Bagaimana etiologi dalam risiko bunuh diri?
4. Apa tanda dan gejala risiko bunuh diri?
5. Apa faktor-faktor risiko bunuh diri?
6. Bagaimana proses terjadinya risiko bunuh diri?
7. Bagaimana tipe bunuh diri?
8. Bagaimana gambaran pohon masalah risiko bunuh diri?
1.3 Tujuan
1.

1.4 Manfaat
1.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bunuh Diri

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Stuart, 2007, dikutip Dez, Delicious, 2009). Bunuh diri adalah berisiko
menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa (Nanda-1, 2012). Bunuh diri
adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan
(Wilson dan Kneils, 1988).

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa bunuh diri adalah kematian dengan cara melukai, meracuni, atau
mencekik atau menenggelamkan diri (mati lemas) dan ada fakta yang menunjukan hal
tersebut (apakah jelas ataupun tidak jelas) dimana hal-hal tersebut menyebabkan
penderitaan pada diri sendiri (self-inflicted) dan hal-hal tersebut secara pasti dilakukan
untuk membunuh diri sendiri (Hoeksema, 2001).

Menurut beberapa sumber yang telah mengemukakan pendapatnya tentang definisi


bunuh diri, dapat disimpulkan bahwa bunuh diri adalah segala tindakan yang dilakukan
untuk mengakhiri hidupnya dikarenakan sebab-sebab tertentu.

2.2 Rentang Respon Protektif Diri

RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh diri


Diri peningkatan beresiko destruktif-diri diri
2.3 Etiologi

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan
bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.

2.4 Tanda dan Gejala Bunuh Diri

Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala dari resiko bunuh diri adalah:
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan
d. Impulsif
e. Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kemtian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan)
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri)
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikois
dan menyalah gunakan alkohol)
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal)
k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karir)
l. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
n. Pekerjaan
o. Konflik interpersonal
p. Latar belakang keluarga
q. Orientasi seksual
r. Sumber-sumber personal
s. Sumber-sumber sosial
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

2.5 Faktor-Faktor Risiko Bunuh Diri

Menurut Nanda-1 (2012), faktor-faktor risiko bunuh diri adalah:


a. Perilaku
 Membeli senjata,
 Mengubah surat warisan
 Memberikan harta milik/kepemilikan
 Riwayat upaya bunuh diri sebelumnya
 Impulsif
 Membuat surat warisan
 Perubahan sikap yang nyata
 Perubahan perfoma/kinerja di sekolah secara nyata
 Membeli obat dalam jumlah banyak
 Pemulihan euforik yang tiba-tiba depresi mayor
b. Demografik
 Usia (mis, lansia, pria dewasa muda, remaja)
 Perceraian
 Jenis kelamin
 Ras (mis, orang kulit putih, suku asli-amerika)
 Janda/duda
c. Fisik
 Nyeri kronik
 Penyakit fisik
 Penyakit terminal
d. Psikologis
 Penganiayaan masa kanak-kanak
 Riwayat bunuh diri dalam keluarga
 Rsa bersalah
 Remaja homoseksual
 Gangguan psikiatrisk
 Penyakit psikiatrik
 Penyalah gunaan zat
e. Situasional
 Remaja yang tinggal di tatanan tradisional (mis, penjara anak-anak,
penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok)
 Ketidakstabilan ekonomi
 Institusionalisasi
 Tinggal sendiri
 Kehilangan otonomi
 Kehilangan kebebasan
 Adanya senjata di dalam rumah
 Relokasi/pindah rumah
 Pensiun
f. Sosial
 Bunuh diri massal/berkelompok
 Ganggaun kehidupan keluarga
 Masalah disiplin
 Berduka
 Tidak berdaya
 Putus asa
 Masalah legal
 Kesepian
 Kehilangan hubungan yang penting
 Sistem dukungan yang buruk
 Isolasi sosial
g. Verbal
 Menyatakan keinginan untuk mati
 Mengancam bunuh diri

2.6 Proses Terjadinya Perilaku Bunuh Diri

Penjabaran Krisis Tindakan


Mo
Motivasi Niat
gagasan bunuh diri bunuh diri
Hidup Konsep - Jeritan minta tolong
atau mati bunuh diri - Catatan bunuh diri

Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawasi dengan adanya motivasi untuk
bunuh diri dengan berbagai alasan, berniat melaksanakan bunuh diri, mengembangkan
gagasan sampai akhirnya melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, adanya percobaan
bunuh diri merupakan masalah keperawatan yang harus mendapatkan perhatian serius.
Sekali pasien mencoba bunuh diri, maka selesai riwayat pasien.

2.7 Tipe Bunuh Diri

Menurut Shneidman (dalam Barlow dan Durand, 2002), tipe-tipe bunuh diri adalah:

 Pencari kematian (death seekers)


Individu yang secara jelas dan tegas mencari serta menginginkan untuk
mengakhiri kehidupannya. Keinginan tersebut sudah ada sejak lama dan sudah
dipersiapkan dengan matang.
 Inisiator kematian (death initiators)
Sama halnya dengan pencari kematian, inisiator kematian juga mempunyai
keinginan yang jelas untuk mati, tetapi mereka percaya jika kematian mau tidak
mau akan segera mereka rasakan. Tipe ini biasanya dialami oleh orang yang
sedang menderita penyakit serius.
 Pengabai kematian (death ignores)
Individu yang meyakini bahwa kematian merupakan awal dari kehidupan
mereka yang baru dan lebih baik. Tipe ini biasanya dialami oleh kelompok
keagamaan tertentu.
 Penantang kematian (death dares)
Individu ini ragu-ragu dalam memandang kematian, dan mereka bertindak jika
kesempatan untuk mati bertambah besar. Tapi hal tersebut bukanlah suatu
jaminan jika mereka akan mati. Orang-orang yang termasuk death dares adalah
orang-orang yang membutuhkan perhatian atau membuat seseorang merasa
bersalah.

2.8 Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain

Risiko bunuh diri

Harga diri rendah

Koping Individu tidak efektif

Penolakan atau duka disfungsional atau


kehilangan
BAB 3

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Kaji keluhan utama klien.
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
c. Konsep diri : Harga diri rendah. (umumnya pasien mengatakan hal yang negatif tentang
dirinya, yang menunjukkan harga diri yang rendah)
d. Alam perasaan:
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) gembira berlebihan
(pasien pada umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat mendalam)
e. Interaksi selama wawancara:
( ) bermusuhan ( ) Tidak kooperatif
( ) Defensi ( ) Kontak mata kurang
( ) mudah tersinggung ( ) curiga
(pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)
f. Afek:
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
(pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)
g. Mekanisme koping maladaptive:
( ) minum alkohol ( ) bekerja berlebihan
( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri
( ) menghindar ( ) lainnya
(pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan mencederai
diri)
h. Masalah psikososial dan lingkungan:
( ) masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan
Tabel 1. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri

Perilaku atau Intensitas resiko


Gejala
Rendah Sedang tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat
3. Isolasi-menarik Perasaan depresi yang Perasaan tidak berdaya, Tidak berdaya, putus
diri samar, tidak menarik putus asa, menarik diri asa, menarik diri,
diri protes pd diri sndiri
4. Fungsi sehari- Umumnya baik pada Baik pada beberapa Tidak baik pd semua
hari semua aktivitas aktivitas Aktivitas
5. Sumber-sumber Beberapa Sedikit Kurang
6. Strategi koping Umumnya konstruktif Sebagian konstruktif Sebagian bsr destruktif
7. Orang Beberapa Sedikit atau hanya satu Tidak ada
penting/dekat
8. Pelayanan Tidak, sikap positif Ya, umumnya memuaskan Bersikap negatif
psikatri yang terhadap pertolongan
lalu
9. Pola hidup Stabil Sedang (stabil tak stabil) Tidak stabil

10. Pemakai Tidak sering Sering Terus menerus


alkohol dan
obat
11. Percobaan Tidak, atau yang tidak Dari tidak sampai dengan Dari tidak, sampai
bunuh diri fatal cara yang agak fatal berbagai cara yang
sebelumnya fatal
12. Disorientasi Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
dan
disorganisasi
13. Bermusuhan Tidak atau sedikit Beberapa Jelas atau ada
14. Rencana bunuh Samar, kadang-kadang Sering dipikirkan kadang- Sering dan konstan
diri. ada pikiran, tidak ada kadang ada ide untuk dipikirkan dengan
rencana merencanakan rencana spesipik
Tabel 2. SIRS (suicidal intention rating scale)
Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”.
Skor 4 : aktif mencoba bunuh diri.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri

3. Rencana Keperawatan
TUM: Klien tidak mencederai diri sendiri.
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
1) Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.

TUK 2: Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri.

Kriteria evaluasi: Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri.

Rencana Tindakan:

a. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.


b. Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.

TUK 3: Klien dapat mengekspresikan perasaannya.

Kriteria evaluasi: Klien dapat mengekspresikan perasaannya.

Rencana Tindakan:

a. Dengarkan keluhan yang dirasakan klien.


b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
c. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaannya.
d. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.

TUK 4: Klien dapat meningkatkan harga diri.

Kriteria evaluasi: Klien dapat meningkatkan harga dirinya.

Rencana Tindakan:

a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.


b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan).

TUK 5: Klien dapat menggunakan koping yang adaptif.

Kriteria evaluasi: Klien dapat menggunakan koping yang adaptif.

Rencana Tindakan:

a. Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.


b. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan pentingnya terhadap kehidupan orang
lain.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.

TUK 6: Klien dapat menggunakan dukungan sosial.

Kriteria evaluasi: Klien dapat menggunakan dukungan sosial.

Rencana Tindakan:

a. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.


b. Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien.
c. Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).

TUK 7: Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

Kriteria evaluasi: Klien dapat menggunakan obat dengan tepat.

Rencana Tindakan:

a. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, dan efek samping).


b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh klien.
d. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

4. Tindakan Keperawatan: Tindakan keperawatan dilakukan secara bertahap, mulai dari


orientasi, kerja, dan terminasi disetiap TUK-nya.

5. Evaluasi: Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien resiko bunuh diri dan
keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat pasien resiko bunuh diri.
BAB 4

PEMBAHASAN

Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Bagindo.
Status menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami
masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja
(PHK), termasuk salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan Tn. B memburuk,
sehingga membuat istrinya meminta cerai karena Tn. B tidak bisa memberikan nafkah lagi
kepada istrinya. Dan Tn. B pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.

Jaya, Kusnadi. 2015. Keperawatan Jiwa. Tangerang: Binarupa Aksara.

Yusuf, AH dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai