Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN PENYAKIT ANAK AIDS

OLEH:
Putra Pradana: 717620916
Angga Varodan : 717620908

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan PENYAKIT ANAK
AIDS.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun dapat
bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan untuk kami dan orang
pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.

Sumenep, 14 September 2019


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 DEFINISI ................................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 ETIOLOGI................................................. Error! Bookmark not defined.
1.3 PATOFISIOLOGI..................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 WOC/PATHWAY ..................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI .................... Error! Bookmark not defined.
2.1 PENGKAJIAN........................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN .............. Error! Bookmark not defined.
2.3 PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASIError! Bookmark not defined.
2.4 EVALUASI ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.5 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….17
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap
yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV).
(Mansjoer, 2000:162) AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh
yaitu system kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus
HIV, yaitu dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T). (Tambayong, J:2000)
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan
imunitas seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal
secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis
dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn,
M.H.1996:601)
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan
kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri,
jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 :
354) Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap
yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena
berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus.
1.2 Etiologi
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat
dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit
CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan orang itu mengalami destruksi sel
CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi HIV disebabkan oleh
masuknya virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke
dalam tubuh manusia (Pustekkom, 2005).
1.3 Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan
CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup
limfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas
imun, juga meperlihatkan pengurangan bertahap
bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV
yang menyebabkan penurunan sel CD4. HIV secara istimewa menginfeksi
limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral.
Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong dengan peran kritis
dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini
tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu
sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai
superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun
antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel
asesorius pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis
sel selain limfosit.
Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4,
tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang
sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa
virus ke organ, terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi
memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel
glomerular dan tubular dan astroglia. Pada jaringan janin, pemulihan virus
yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru.
Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit
untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus
local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun. Stadium tanda infeksi HIV
pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering simtomatik, disertai
viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada replikasi viral,
selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan imun
sitomatik progresif, dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase
asitomatik kedua-bertahap dan dan progresif, kelainan fungsi imun tampak
pada saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya stabil. Fase akhir, dengan
gangguan imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan keganasan
terkait HIV, dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan sering
dengan perubahan pada jenis vital, pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan
dan infeksi aportunistik.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir,
meskipun “ priode inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi
HIV, secara umum lebih singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada
infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi imun sering tampak
pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih
universal diantara anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering
meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan. Ketidak mampuan untuk berespon
terhadap antigen baru ini dengan produksi imunoglobulin secara klinis
mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya, berperang pada
infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
pediatrik.
Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan
mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak
dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15%
pasien dengan AIDS periatrik mungkin memiliki resiko limfosit CD4
terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk beberapa alasan
menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan kerentanan
perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati
yang terjadi pada infeksi HIV anak.
1.4 Pathway

Transfusi darah Penularan secara Secara parenteral


yang terpapar virus vertikal dari ibu melalui tusukan
HIV dengan HIV jarum

Pasien terinfeksi
HIV

Virus beredar dalam darah


atau jaringan mukosa

Virus menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4


(Limfosit T4, Monosit, Sel Dendrit, Sel Langerhans)

Masuk kedalam sel target &


mereplikasi diri

Sel yang terinfeksi


mengalami apoptosis/mati

Imunitas tubuh menurun

Tubuh rentan terhadap infeksi

Infeksi pada sistem Infeksi pada sistem


pernafasan pencernaan

Adanya Peradangan saluran


sekresi di Infeksi bakteri Infeksi jamur
pernafasan dan Suhu ↑
jalan napas jaringan paru
Diare Diare kronis Peradangan
Hipertermi mulut
Lisis dinding alveoli
Tidak dapat a Output cairan ↑
mengeluarkan Sulit menelan
Kerusakan alveoli
sekret Risiko kerusakan Turgor kulit ↓
integritas kulit mukosa kering Ketidakseimbang
Kolaps saluran napas
kecil saat ekspirasi Nutrisi Kurang Da
bersihan jalan Kebutuhan Tubu
Kekurangan
napas in efektif Gangguan Penurunan perfusi Volume Cairan
pertukaran O2 O2 ke jaringan
dan CO2
Intoleransi
Gangguan Mengantuk, lesu
Aktivitas
Pertukaran Gas
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK


DENGAN HIV-AIDS

2.1 Pengkajian

1.Data Subjektif, mencakup:


a) a.Pengetahuan klien tentang AIDS

b) b.Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun

c) c. Dispneu (serangan)

d) d.Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)

2. Data Objektif, meliputi:


a) Kulit, lesi, integritas terganggu

b) Bunyi nafas

c) Kondisi mulut dan genetalia

d) BAB (frekuensi dan karakternya)

e) Gejala cemas

3. Pemeriksaan Fisik
a) Pengukuran TTV

b) Pengkajian Kardiovaskuler

c) Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal


jantung kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.

d) Pengkajian Respiratori
e) Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia,
nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.

f) Pengkajian Neurologik

g) Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot,


kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran,
delirium, meningitis, keterlambatan perkembangan.

h) Pengkajian Gastrointestinal

i) Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak


putih kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus,
candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah,
colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.

j) Pengkajain Renal

k) Pengkajaian Muskuloskeletal

l) Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)

m) Pengkajian Hematologik

n) Pengkajian Endokrin

4.Kaji status nutrisi


a) Kaji adanya infeksi oportunistik

b) Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Wong (2004) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan
pada anak dengan HIV antara lain:
1) Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan akumulasi secret sekunder
terhadap hipersekresi sputum karena proses inflamasi
2) Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus
sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody (Proses inflamasi)

3) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan


pemasukan dan pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan
diare

4) Perubahan eliminasi (diare) yang berhubungan dengan peningkatan motilitas


usus sekunder proses inflamasi system pencernaan

5) Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dermatitis


seboroik dan herpers zoster sekunder proses inflamasi system integument
6) Risiko infeksi (ISK) berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh,
adanya organisme infeksius dan imobilisasi
7) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral
8) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik,
hospitalisasi, stigma sosial terhadap HIV
9) Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK sekunder proses penyakit
(misal: ensefalopati, pengobatan).
10) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan
penyakit yang mengancam hidup.

2.3 intervensi Keperawatan


Menurut Wong (2004) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi diagnosa keperawatan pada anak yang menderita HIV antara
lain
(Rencana Keperawatan Terlampir)
Menurut Betz dan Sowden (2002) intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat terhadap anak dan ibu yang sudah menderita
infeksi HIV antara lain :
1. Lindungi bayi, anak atau remaja dari kontak infeksius, meskipun kontak
biasa dari orang ke orang tidak menularkan HIV

2. Cegah penularan infeksi HIV dengan membersihkan bekas darah atau cairan
tubuh lain dengan larutan khusus, pakai sarung tangan lateks bila akan
terpajan darah atau cairan tubuh, pakai masker dengan pelindung mata jika
ada kemungkinan terdapat aerosolisasi atau terkena percikan darah atau
cairan tubuh, cuci tangan setelah terpajan darah atau cairan tubuh dan
sesudah lepasa sarung tangan, sampah-sampah yang terrkontaminasi darah
dimasukkan ke dalam kantong plastik limbah khusus.

3. Lindungi anak dari kontak infeksius bila tingkat kekebalan anak rendah
dengan cara lakukan skrining infeksi, tempatkan anak bersama anak yang non
infeksi dan batasi pengunjung dengan penyakit infeksi.

4. Kaji pencapaian perkembangan anak sesuai usia dan pantau pertumbuhan


(tinggi badan, berat badan, lingkar kepala

5. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat


kepatuhan terhadap perencanaan pengobatan
6. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila
terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi, ajarkan pada anak dan keluarga
memberitahu dokter tentang adanya efek samping
7. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadualan pemeriksaan tindak
lanjut : nama dan nomor telepon dokter serta anggota tim kesehatan lain
yang sesuai, tanggal dan waktu serta tujuan kunjungan pemeriksaan tindak
lanjut.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu dan anak yang belum
terinfeksi HIV antara lain :
1. Ibu jangan melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa
kondom
2. Gunakan jarum suntik steril, dan tidak menggunakan jarum suntik secara
bersama secara bergantian atau tercemar darah mengandung HIV.

3. Tranfusi darah melalui proses pemeriksaan terhadap HIV terlebih dahulu.

4. Untuk Ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan
spontan/normal sebaiknya tidak menyusui bayi dengan ASInya

5. HIV tidak menular melalui : bersentuhan, bersalaman dan berpelukan


(kontak sosial), berciuman (melalui air liur), keringat, batuk dan bersin,
berbagi makanan atau menggunakan peralatan makan bersama, gigitan
nyamuk atau serangga lain, berenang bersama, dan memakai toilet
bersama sehingga tidak perlu takut dan khawatir tertular HIV.
DAFTAR PUSTAKA
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994 ,Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992 ,Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4 th edition, Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa :
I Made Kariasa dan
Ni Made S, EGC, Jakarta
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St.
Louis.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai