Hampir tidak ada aspek kehidupan di negeri ini yang tidak tersentuh oleh
kemungkaran. Hampir tidak ada kementrian yang tidak tersentuh oleh pelanggaran. Hampir tidak
ada proyek yang tidak tersentuh penyelewengan.
Kerakusan manusia terhadap harta dunia, kekuasaan, pangkat dan jabatan menjadikannya enteng
untuk melakukan berbagai pelanggaran. Orang-orang seperti itu telah menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya.
Mereka tidak lagi peka terhadap hak dan kewajiban, kejujuran, kebenaran, nilai-nilai moral, dan
tatanan sosial yang berlaku di tengah masyarakat. Yang ada dalam benak mereka adalah
bagaimana memanfaat kesempatan untuk mendapatkan keuntungan besar, tidak peduli halal
haram.
Padahal Allah telah menetapkan ketentuan untuk menyesatkan manusia yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya.
Yang menjadi pertanyaan adalah: “Siapa yang mampu menyelamatkan bangsa ini, kalau Allah
telah memutuskan untuk menyesatkannya?”
Saudaraku, nafsu memang selalu mengajak kepada kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati
Allah.
Artinya kalau nafsu kita tidak kita bimbing untuk selalu mengikuti petunjuk Allah, maka nafsu
kita itu akan menjadi liar, semakin liar dan sulit dikendalikan. Sehingga uang pajak diembat,
dana proyek disikat, uang negara disantap, dan kekayaan alam dilahap.
Di mata orang yang rakus seperti ini berapapun banyaknya uang yang tersedia tetap saja kurang.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sekiranya anak Adam memiliki
sebukit emas, niscaya ia akan mengharapkan bukit emas lagi yang kedua“.
Dan tidak ada yang menghentikannya melainkan kematian, kecuali mereka yang bertaubat.
Sayangnya, setelah ketahunan perbuatan jahatnya dan diusut oleh KPK mereka kong kali kong
bersama kroni-kroninya berteriak lantang: “Bubarkan KPK“. Na’udzubillah.
Manusia akan kehilangan jati dirinya dan tidak mendengar bisikan kebaikan yang disuarakan hati
nuraninya, bila senantiasa mengikuti hawa nafsunya. Dia akan berpikir, bertutur kata, dan
bertindak seperti binatang buas.
Serakah, rakus, tidak mengenal aturan, dan tidak takut dosa. Segala rintangan akan
disingkirkannya, kalau perlu dengan suap. Semua yang menghadang akan diterjangnya, kalau
perlu dengan membunuhnya. Telah menjadi catatan sejarah bahwa Qabil membunuh Habil
karena dia dikuasai oleh hawa nafsunya.
Sejarah berdirinya kerajaan Singosari juga diawali dengan pembunuhan Tunggul Ametung oleh
Ken Arok, lalu diikuti oleh tindakan saling bunuh anak-anak mereka. Dunia tanpa agama
bagaikan taman indah yang berubah menjadi hutan belantara yang dihuni binatang buas yang
ganas. Manusia tanpa kethaatan dalam beragama bagaikan musang berbulu ayam.
Maka tidaklah mengherankan kalau pada masa seperti ini para pejuang kebenaran menghadapi
banyak kesulitan. Mereka diejek, dihinakan, difitnah dan diintimidasi oleh orang yang
menuhankan hawa nafsunya. Memegang kebenaran pada masa seperti itu bagaikan memegang
bara api. Namun Rasulullah SAW menjanjikan keberuntungan bagi orang yang menghidupkan
sunnah rasul pada saat orang-orang lain memadamkannya. Semoga Allah memilih kita menjadi
hamba-Nya yang selalu istiqamah dalam menegakkan kebenaran, aamiin.