1. Jumlah Populasi
Masalah kependudukan Indonesia yang pertama adalah tingginya populasi
penduduk. Tercatat, tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 243,3 juta jiwa,
menduduki peringkat ke-4 negara yang penduduknya terbanyak di dunia, dan ke-3 di
Asia. Jumlah penduduk di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Penduduk
Provinsi
1971 1980 1990 1995 2000 2010
Aceh
2008595 2611271 3416156 3847583 3930905 4494410
Sumatera Utara 6621831 8360894 10256027 11114667 11649655 12982204
Sumatera Barat 2793196 3406816 4000207 4323170 4248931 4846909
Riau 1641545 2168535 3303976 3900534 4957627 5538367
Jambi 1006084 1445994 2020568 2369959 2413846 3092265
Sumatera Selatan 3440573 4629801 6313074 7207545 6899675 7450394
Bengkulu 519316 768064 1179122 1409117 1567432 1715518
Lampung 2777008 4624785 6017573 6657759 6741439 7608405
Kepulauan Bangka Belitung - - - - 900197 1223296
Kepulauan Riau - - - - - 1679163
DKI Jakarta 4579303 6503449 8259266 9112652 8389443 9607787
Jawa Barat 21623529 27453525 35384352 39206787 35729537 43053732
Jawa Tengah 21877136 25372889 28520643 29653266 31228940 32382657
DI Yogyakarta 2489360 2750813 2913054 2916779 3122268 3457491
Jawa Timur 25516999 29188852 32503991 33844002 34783640 37476757
Banten - - - - 8098780 10632166
Bali 2120322 2469930 2777811 2895649 3151162 3890757
Nusa Tenggara Barat 2203465 2724664 3369649 3645713 4009261 4500212
Nusa Tenggara Timur 2295287 2737166 3268644 3577472 3952279 4683827
Kalimantan Barat 2019936 2486068 3229153 3635730 4034198 4395983
Kalimantan Tengah 701936 954353 1396486 1627453 1857000 2212089
Kalimantan Selatan 1699105 2064649 2597572 2893477 2985240 3626616
Kalimantan Timur 733797 1218016 1876663 2314183 2455120 3553143
Sulawesi Utara 1718543 2115384 2478119 2649093 2012098 2270596
Sulawesi Tengah 913662 1289635 1711327 1938071 2218435 2635009
Sulawesi Selatan 5180576 6062212 6981646 7558368 8059627 8034776
Sulawesi Tenggara 714120 942302 1349619 1586917 1821284 2232586
Gorontalo - - - - 835044 1040164
Sulawesi Barat - - - - - 1158651
1
Maluku 1089565 1411006 1857790 2086516 1205539 1533506
Maluku Utara - - - - 785059 1038087
Papua Barat - - - - - 760422
Papua 923440 1173875 1648708 1942627 2220934 2833381
INDONESIA 119208229 147490298 179378946 194754808 206264595 237641326
Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
Jumlah penduduk yang besar ini sebenarnya bisa menjadi masalah, bisa juga
menjadi aset suatu negara. Masalahnya adalah, penduduk bisa menjadi aset jikalau
kualitas penduduknya pun baik. Dengan menempati posisi ke-4 jumlah penduduk
terbanyak di dunia, Indonesia berada pada posisi 121 di dunia (2013) dalam kualitas
penduduknya. Masih sangat jauh dengan China yang memiliki penduduk terbanyak di
dunia, dan kualitas penduduknya yang sangat tinggi.
Masalah kualitas dalam jumlah penduduk yang besar sebenarnya kembali lagi
kepada dimana keseriusan pemerintah menangani kesejahteraan yang sebesar-besarnya.
Tercatat tahun 2013, 31,02 juta penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Angka
ini berkurang sedikit dari setahun sebelumnya, yakni 32 juta jiwa. Hal ini diperparah
dengan adanya kenaikan harga bbm, sembilan bahan pokok, serta krisis global.
Diprediksi beberapa tahun ke depan, masalah populasi yang terus bertambah akan
tetap terjadi, bahkan justru semakin parah jika tidak adanya keseriusan penanganan dari
pemerintah dan kesadaran dari masyarakat. Diprediksi pada tahun 2015 dan 2025
jumlah penduduk di Indonesia mencapai 255,7 dan 278 juta jiwa. Hal ini
mengakibatkan menumpuknya penduduk, dengan kualitas yang diragukan.
2. Prevalensi Kontrasepsi
Dalam kurun waktu 30 tahun, 1961-1990, jumlah penduduk Indonesia meledak 2
kali lipat, semula 97,1 juta jiwa menjadi 179,4 juta jiwa. Hal ini mengakibatkan pos
pelayanan terpadu (posyandu) sangat mengemuka dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Selain itu, posyandu juga berperan sebagai ujung tombak Keluarga Berencana
(KB), yang mengatur laju pertumbuhan jumlah penduduk melalui berbagai kontrasepsi.
Penggunaan KB di Indonesia menggunakan metode modern dan tradisional. Modern
2
berbentuk pil, spiral, dan iud, penggunaannya sebesar 57%, dan tradisioanl hanya 3-
4%. Indonesia menempati posisi ke-48 dalam penggunaan KB di dunia.
Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi adalah angka yang menunjukkan berapa
banyaknya PUS yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan
dengan seluruh PUS. Angka Prevelensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan CPR
(Contraceptive Prevalence Rate).
Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan
pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk
mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan
alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan
menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.(5)
Hasil Susenas 2002 menunjukkan bahwa Angka Prevalensi Kontrasepsi Indonesia
adalah 54,2%. Artinya satu diantara dua pasangan usia subur di Indonesia pada tahun
2002 sedang memaki sesuatu cara KB. Perbedaan Angka Prevalensi Kontrasepsi di
wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan amat kecil, yang menunjukkan bahwa
strategi pendekatan program KB di daerah perkotaan dan pedesaaan hampir sama
kuatnya.
3
belum nampak terlihat karena jumlah penduduk tetap besar dan keluarga kecil yang
terdiri dari dua anak pun masih jarang.
Di samping itu, hak-hak dan kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana
(KB) yang merupakan dasar terwujudnya keluarga kecil berkualitas belum dipahami
oleh sebagian masyarakat dan keluarga. Dari data SDKI 2002-03 hanya 60,3 persen
pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber-KB dapat terpenuhi permintaannya,
sedangkan 8,6 persen PUS yang sebenarnya tidak ingin anak atau menunda
kehamilannya, tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Sebagian masyarakat, orang
tua maupun remaja sendiri belum memahami hak-hak dan kesehatan reproduksi remaja.
Masyarakat dan keluarga masih enggan untuk membicarakan masalah reproduksi
secara terbuka dalam keluarga. Para anak dan remaja lebih merasa nyaman
mendiskusikannya secara terbuka dengan sesama teman. Hal ini disebabkan oleh
pemahaman nilai-nilai adat, budaya, dan agama yang menganggap pembahasan
kesehatan reproduksi sebagai hal yang tabu.
Sementara itu, pusat atau lembaga advokasi dan konseling hak-hak dan kesehatan
reproduksi bagi remaja yang ada saat ini masih terbatas jangkauannya dan belum
memuaskan mutunya. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui jalur sekolah
nampaknya juga belum sepenuhnya berhasil. Semua ini mengakibatkan banyaknya
remaja yang kurang memahami atau mempunyai pandangan yang tidak tepat tentang
masalah kesehatan reproduksi. Pemahaman yang tidak benar tentang hak-hak dan
kesehatan reproduksi ini menyebabkan banyaknya remaja yang berperilaku
menyimpang tanpa menyadari akibatnya terhadap kesehatan reproduksi mereka. (6)
Masalah ini kembali lagi kepada pemerintah selaku perencana dan penetap
kebijakan, yang seharusnya mengevaluasi efektifnya kebijakan ini. Kurangnya
ketegasan dari pemerintah mengenai prevelansi kontrasepsi menunjukan tidak adanya
pengaruh yang signifikan yang muncul dari diadakannya program ini, yang pada
awalnya bertugas mengendalikan kependudukan yang ada di Indonesia. Jika pemerintah
tidak segera mengatasi masalah ini, hal ini akan terus berlanjut di Indonesia hingga
beberapa tahun mendatang. Selain itu, peran masyarakat seperti keluarga dekat, teman,
dan lembaga advokasi atau konseling juga berpengaruh terhadap angka di luar
4
prevalensi kontrasepsi dalam menyadarkan mengenai pentingnya program Keluarga
Berencana di Indonesia.
Angka kematian kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kematian untuk setiap 1000 orang penduduk pada pertengahan tahun yang
terjadi pada suatu daerah pada waktu tertentu.(1)
𝐷
CDR = 𝑥 1000
𝑃
Keterangan :
CDR = angka kematian kasar
D = jumlah kematian pada tahun tertentu
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun itu
Angka kematian kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan
pengaruh umur penduduk. Sehingga angka ini berguna untuk memberikan gambaran
kepada kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila
dikurangkan dari angka kelahiran kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan
penduduk alamiah.(1)
Angka kematian kasar Indonesia menurut PBB adalah sebesar 6 dari 1000 penduduk
Indonesia. Angka kematian bayi saat ini di Indonesia sudah membaik, namun angka
kematian ibu melahirkan masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian
terhadap ibu hamil dan bayinya pada saat mengandung.
Dengan angka kematian kasar sebesar itu, Indonesia berada pada peringkat 52
diantara negara-negara di dunia. Namun di ASEAN, angka kematian kasar Indonesia
lebih baik dibandingkan Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Timor Leste.
Sedangkan angka kematian kasar terkecil di dunia diduduki oleh Timur Tengah.
Berdasarkan jumlah kematian pada tahun 2007. Angka kematian kasar menurut
jenis kelamin terlihat bahwa pada laki-laki AKK lebih tinggi yaitu 5,3 perseibu,
sedangkan pada perempuan 3,9 perseribu. Secara keseluruhan AKK di Indonesia berada
pada angka 4,6 perseribu.(2)
5
Ada beberapa provinsi yang mempunyai AKK berada pada urutan tinggi, seperti
Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat. Sedangkan AKK yang
termasuk rendah pada Provinsi Riau, Nangrue Aceh Darussalam, dan Jawa Tengah.
Angka kematian bayi dan angka kematian anak yang didapat dari cara perhitungan tidak
langsung hasilnya ditampilkan pada tabel 6. AKB di Indonesia didapatkan angka 22
perseribu sedangkan AKA 41 perseribu.(2)
6
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa angka kematian kasar di
Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya angka kelahiran. Hal ini terjadi
karena banyaknya penduduk Indonesia yang kurang memperhatikan dan mampu
mengendalikan tingkat kelahirannya yang dibarengi dengan kurangnya perhatian
terhadap janin maupun ibu hamil. Sehingga angka kematian ibu pun tidak dapat
dikendalikan dan menyebabkan angka kematian kasar semakin meningkat.
Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam memberikan kebijakan dan penyuluhan
tentang pentingnya mengendalikan tingkat kelahiran seperti program keluarga
berencana maupun pentingnya dalam memberikan perhatian terhadap janin dan ibu
hamil serta melakukan perbaikan di sektor kesehatan dimana kelahiran dapat ditekan,
kematian bayi dan ibu menurun sehingga penduduk Indonesia lebih mengerti tentang
pentingnya menekan angka kematian kasar yang tinggi tersebut dan kehidupan
penduduk Indonesia pun lebih sejahtera.
4. Angka Ketergantungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas
(keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk
usia 15-64 tahun (angkatan kerja).(3)
Keterangan:
RK = Rasio Ketergantungan
P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)
P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (Di atas 65 tahun)
P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun)
Diantara 116 juta angkatan kerja harus menanggung penduduk usia muda atau
anak-anak dan penduduk usia tidak produktif. Rasio ketergantungan nasional saat ini
masih 47% yang artinya adalah setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 47
penduduk usia muda dan tidak produktif, yaitu penduduk di bawah umur 15 tahun dan
7
di atas 65 tahun. Angka ketergantungan Indonesia terdapat pada peringkat 95 diantara
seluruh negara di dunia.
Untuk melihat Indonesia sebagai negara yang maju atau belum maju akan dilihat
rasio ketergantungan di Indonesia. Rasio ketergantungan Indonesia akan dihitung
berdasarkan data sensus, yaitu sensus tahun 1971, sensus tahun 1980, sensus tahun
1990, dan sensus tahun 2000. Karena data sensus tahun 2010 belum ada maka
selanjutnya akan digunakan data SUPAS tahun 2005.
Berdasarkan beberapa data ini akan dilihat pula bagaimana kecenderungan rasio
ketergantungan di Indonesia.
8
Dari Sensus tahun1971 dependency ratio sebesar 81,487, artinya setiap 100 orang
usia produktif menanggung 81 orang usia tidak produktif. Rasio ketergantungan pada
9
sensus 1971 tinggi, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1970 an
belum baik. Indonesia belum merupakan Negara maju. Sensus 1980 dependency ratio-
nya sebesar 79,117, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 79 orang usia
tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1980 masih tinggi, menunjukkan
bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1980 an belum juga baik. Indonesia masih
belum maju.
Tetapi dibandingkan dengan dependency ratio tahun 1971 tahun 1980 lebih baik,
walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Sensus 1990 dependency ratio-nya sebesar
67,830, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 68 orang usia tidak
produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1990 tidak tinggi lagi tetapi belum rendah
(menengah). Dibanding tahun 1971 dan 1980 rasio ketergantungan turun.
Kondisi ekonomi Indonesia tahun 1990-an sudah jauh lebih baik. Walaupun belum
merupakan Negara maju, tetapi Indonesia menuju ke Negara maju. Sensus 2000
dependency ratio-nya sebesar 53,783, artinya setiap 100 orang usia produktif
menanggung 54 orang usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 2000
masih diposisi menengah, tidak tinggi lagi tetapi belum rendah. Dibanding tahun 1990
sudah turun, yang berarti kondisi ekonomi Indonesia tahun 2000 sudah lebih baik dari
tahun 1990.
Apalagi bila dibanding tahun 1971 dan 1980 kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih
baik. Dependency ratio-nya sebesar, artinya setiap 100 orang usia produktig
menanggung orang usia tidak produktif Supas 2005 dependency rationya sebesar
50,812, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia tidak
produktif.(4)
Sebenarnya hal yang menyebabkan angka ketergantungan menjadi salah satu
masalah penting terkait kependudukan di Indonesia adalah tingginya tingkat kelahiran,
sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia, pendapatan yang relatif
rendah, dan rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki penduduk usia produktif.
Tingginya tingkat kelahiran menimbulkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk
usia produktif semakin tinggi pula. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di
Indonesia menimbulkan masalah pengangguran sehingga banyak penduduk usia
produktif tidak mampu menanggung biaya hidup penduduk usia muda dan usia tidak
10
produktif. Selain itu, rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh penduduk usia produktif
menimbulkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sanitasi, kesehatan, dan
kesejahteraan penduduk usia muda dan usia tidak produktif yang harus ditanggungnya.
Rendahnya pendapatan seseorang mempengaruhi kemampuan dalam memperoleh
pendidikan berkualitas tinggi sehingga mereka penduduk usia produktif pun sulit dalam
mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu, dapat kita ketahui bahwa pendidikan
yang tersedia di banyak daerah pedesaan di Indonesia tergolong rendah sehingga
penduduk usia produktif pun sulit untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang layak.
Diharapkan untuk tahun-tahun selanjutnya dependency ratio semakin kecil, karena
komposisi penduduk usia produktif semakin banyak dan komposisi penduduk usia tidak
produktif semakin menurun. Diprediksikan bahwa dependency ratio Indonesia tahun
2020-2030 disekitar 43 (sudah rendah). Hal ini merupakan hasil perbaikan di sektor
kesehatan dimana kelahiran dapat ditekan, kematian bayi menurun. Tetapi hal ini juga
dibarengi dengan banyaknya orang dapat mencapai usia tua (65 tahun +).(4)
Jadi nantinya dependency ratio akan semakin kecil dengan tanggungan terbesar
untuk kelompok usia 65 tahun+. Gambaran ini merupakan hasil dari kelompok usia
produktif besar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan
kelompok usia muda (0 – 15 tahun) menurun dan usia tua (65 tahun+) bertambah,
sehingga bentuk piramida penduduk akan berubah menjadi bentuk ke 3 (sarang
tawon).(4)
Selain itu, hal ini dapat terjadi apabila penduduk Indonesia mampu mengendalikan
tingkat kelahirannya yang didukung dengan kebijakan pemerintah seperti lebih
menegaskan dalam berjalannya program keluarga berencana, pemerintah dapat
menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan layak serta kemampuan
penduduk usia produktif untuk mengetahui bagaimana cara memperoleh pekerjaan yang
layak sehingga mampu menanggung kebutuhan penduduk usia muda dan usia produktif
dan mampu mencegah timbulnya masalah sosial yang terjadi di Indonesia.
11
pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar dihitung untuk mengetahui
tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. Angka
Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu
(B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P). (Triyuli, Kurnia.
2010)
Saat ini angka kelahiran kasar di Indonesia berada pada angka 21 di setiap 1000
penduduk di Indonesia. Negara Indonesia berada pada peringkat 104 di dunia bersama
dengan negara Maroko dan El Salvador. Menurut data BPS, Bappenas, UNSPA, angka
kelahiran kasar tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2010 dan terjadi paling banyak
di Maluku Utara, Maluku, Riau, dan Kepulauan Riau, sementara paling rendah berada
di Provinsi Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Utara. Setiap tahun, terjadi empat juta
kelahiran di Indonesia, dan angka ini setara dengan jumlah penduduk Singapura. BPS
telah meprediksikan angka kelahiran kasar di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan
berada pada angka 17 orang dari 1000 penduduk Indonesia.
12
TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau
tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan
program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.
Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil dan perawatan anak,
serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat. (7)
Dari angka kelahiran total, dapat diketahui indikator yang menyangkut kesehatan
ibu. Jika angka kelahiran total tinggi maka hal ini mencerminkan rata-rata usia kawin
yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, tingkat sosial ekonomi
rendah, dan tingkat kemiskinan tinggi. Total Fertility Rate pada tahun 2007 mencapai
2,6% per wanita, angka ini lebih baik daripada tahun 1970 yang mencapai 5,6% per
wanita.
Di Indonesia, angka fertilitas totalnya mencapai 2,5%, seorang wanita memiliki 2-3
anak dalam usia suburnya. Indonesia memiliki potensi untuk angka kelahiran yang
tinggi, dan berada pada peringkat 106 di dunia, setara dengan El Salvador dan
Bangladesh.
7. Harapan Hidup
Harapan hidup adalah jumlah diharapkan (dalam arti statistik) tahun kehidupan yang
tersisa pada usia yang diberikan. Ini dilambangkan oleh e'' x'', yang berarti rata-rata
jumlah tahun-tahun berikutnya kehidupan seseorang yang sekarang berusia '' x'',
menurut pengalaman kematian tertentu. Dalam literatur teknis, simbol ini berarti jumlah
rata-rata '' lengkap '' tahun hidup tersisa, termasuk pecahan setahun. Statistik terkait
termasuk pecahan tahun, arti normal harapan hidup, memiliki simbol dengan lingkaran
kecil '' e''.
Harapan hidup dari sekelompok individu bergantung pada perawatan. Istilah yang
dikenal sebagai harapan hidup ini paling sering digunakan dalam konteks populasi
manusia, tetapi juga digunakan dalam tanaman atau hewan ekologi; dihitung dengan
analisis kehidupan tabel (juga dikenal sebagai aktuaria tabel).
13
Istilah harapan hidup juga dapat digunakan dalam konteks benda-benda yang
diproduksi dan 49.0 tahun Jepang (2008 EST), meskipun Jepang tercatat harapan hidup
mungkin telah sangat sedikit meningkat oleh menghitung banyak kematian bayi sebagai
anaknya. Usia tertua rekaman dikonfirmasi untuk setiap manusia adalah 122 tahun
(Jeanne Calment). Ini disebut sebagai "maksimum harapan hidup", yang merupakan
batas atas kehidupan, jumlah maksimum tahun setiap manusia dikenal memiliki tinggal.
Dari film yang telah disaksikan, untuk Indonesia sendiri sekarang memiliki harapan
hidup rata-rata berumur 71 tahun yang sekrang berada di peringkat 109 dunia. Ini
menandakan kesehatan di Indonesia sendiri mulai meningka, mulai dari akses kesehatan
dan perbaikan gizi membuat angka harapan hidup menjadi bertambah.
Meningkatnya kesehatan bisa dilihat dari tabel jumlah akses kesehatan berikut:
Jumlah Sarana Kesehatan
Bidan/
Rumah
Puskesmas Pustu** Posyandu Apotik Tempat Tidur Dokter peraw
Sakit*
Satuan at
unit unit unit unit unit Unit orang orang
1 n 1 5 n. n n. n n
969 .a. 058 620 a. .a. a. .a. .a.
1 n 1 5 n. n n. n n
970 .a. 637 689 a. .a. a. .a. .a.
1 n 2 6 n. n n. n n
971 .a. 020 330 a. .a. a. .a. .a.
1 n 2 6 n. n n. n n
972 .a. 175 610 a. .a. a. .a. .a.
1 n 2 6 n. 1 n. n n
973 .a. 343 801 a. 105 a. .a. .a.
1 n 2 6 n. 1 n. 6 1
974 .a. 843 909 a. 267 a. 221 6059
1 n 2 6 n. 1 n. 7 1
975 .a. 843 909 a. 149 a. 644 7226
1 9 3 2 n. 1 7 8 2
976 98 679 744 a. 175 1350 279 0576
1 1 3 2 n. 1 8 8 2
977 083 893 412 a. 214 3091 977 3926
1 1 4 2 n. 1 9 9 2
978 168 053 412 a. 284 4831 805 7711
1 1 4 6 n. 1 9 1 3
979 181 353 632 a. 413 6540 0456 1061
1 1 4 7 n. 1 9 1 3
980 208 553 342 a. 532 8543 1681 2854
1 1 4 8 n. 1 1 1 3
981 220 753 342 a. 537 00166 2931 6673
1 1 4 1 n. 1 1 1 3
982 232 953 0342 a. 661 01789 5400 8517
1 1 5 1 n. 1 1 1 4
983 244 021 2342 a. 665 03412 6000 0000
1 1 5 1 n. 1 1 1 4
984 321 353 3635 a. 810 08511 7647 4113
1 1 5 1 n. 1 1 1 4
985 367 453 5136 a. 955 10426 8947 8270
14
1 1 5 1 n. 2 1 2 5
986 408 553 6636 a. 134 11300 0176 2131
1 1 5 1 n. 2 n. 2 5
987 456 639 7302 a. 163 a. 1493 6806
1 1 5 1 n. 2 n. 2 6
988 500 540 2894 a. 510 a. 3084 4087
1 9 5 1 n. 2 n. 2 7
989 24 563 3415 a. 620 a. 3367 6636
1 9 5 1 n. 2 1 2 9
990 50 656 5437 a. 741 09387 5752 8842
1 9 5 1 n. 3 1 2 1
991 82 976 5944 a. 223 11160 4354 06248
1 9 6 1 n. 3 1 2 1
992 94 224 8264 a. 520 12779 5135 18555
1 1 6 1 n. 3 1 2 1
993 026 954 9977 a. 868 14474 6140 22257
1 1 6 2 n. 3 1 2 1
994 039 984 0466 a. 988 16847 8989 38816
1 1 7 2 n. 4 1 3 1
995 062 105 0672 a. 572 18306 0402 38974
1 1 7 2 24 5 1 3 1
996 074 177 1071 4187 084 20083 1887 55911
1 1 7 2 24 5 1 3 1
997 090 175 1115 0054 440 21996 5173 64732
1 1 7 2 23 5 1 3 1
998 112 181 1503 4006 491 23186 4564 62060
1 1 7 2 23 5 1 3 1
999 111 195 1417 5133 695 23398 1603 08068
2 1 7 2 23 6 1 n n
000 145 237 1267 4526 043 25507 .a. .a.
2 1 7 2 23 6 1 n n
001 179 277 1587 1349 391 27217 .a. .a.
2 1 7 2 22 7 1 n n
002 215 309 1706 0190 767 30214 .a. .a.
2 1 7 2 24 8 1 4 2
003 234 413 1762 2221 368 31129 1212 08939
2 1 7 2 23 8 1 3 1
004 246 550 2002 8699 557 32231 5375 96894
2 1 7 2 31 9 1 4 1
005 268 669 2171 5921 143 37120 3014 84849
2 1 8 2 26 1 1 4 2
006 292 015 2502 9202 0322 38451 3430 03597
2 1 8 2 24 6 1 4 2
007 319 234 2832 4325 816 42707 3846 22345
2 1 8 2 24 1 1 5 2
008 371 548 3163 9951 0931 49538 2408 50283
2 1 8 2 26 1 1 5 2
009 523 737 2650 6827 3671 63680 1968 78221
2 1 9 2 26 1 1 4 2
010 632 005 3049 7633 6603 59144 2467 66348
2 1 9 n 26 1 1 5 3
011 721 321 .a. 8439 6735 70656 9492 58340
2 2 9 n 27 1 2 7 3
012 083 510 .a. 6392 7613 31432 6523 61772
Dari data diatas dapat dilihat bahwa akses kesehatan di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Maka dari itu kesehatan di Indonesia pun lambat laut
semakin meningkat dan sekaligus harapan hidupnya pun meningkat.
15
Nutrisi
1995
Indikator Terpilih 1992
Perempuan Laki-laki L+P
1995
Indikator Terpilih
Perkotaan +
Perkotaan Pedesaan
Pedesaan
% dari Perempuan Usia Hamil yang Ternutrisi dengan
78.98 74.21 76.04
Baik
Rata-rata Harian Konsumsi Kalori Per Kapita (tidak 1896.0 1869.5 1849.2
KKal
termasuk konsumsi kalori makanan jadi) 5 2 1
Dapat dilihat dari nutrisi di tahun 90an pun nutrisi di Indonesia sudah baik dan dari
beberapa indikator adanya peningkatan di 3 tahun terakhir. Kecuali pada indikator Rata-
rata Harian konsumsi kalori Per Kapita.
Sebenarnya hal ini akan terus menjadi masalah di Indonesia. Karena saat ini
pemerintah Indonesia akan terus berusaha meningkatkan kesehatan dan harapan hidup
masyarakat. Walaupun akses kesehatan dan nutrisi di Indonesia sudah baik, Indonesia
16
harus bisa terus meningkatkan angka harapan hidupnya seperti negara China yang sudah
mencapai angka 83 tahun.
8. Angka Pertumbuhan
Dari tabel diatas bisa dilihat fakta dari terus naiknya angka kelahiran di Indonesia
yang dikarenakan masih banyaknya yang tidak mengikuti program KB dan
menurunnya tingkat kematian dikarenakan akses kesehatan Indonesia yang semakin
membaik. Hal-hal tersebutlah yang membuat angka pertumbuhan di Indonesia terus
menanjak.
Masalah ini pun akan terus menjadi masalah jangka panjang di Indonesia. Hal ini
menurut kami mungkin dikarenakan semakin baiknya Indonesia untuk mengurangi
17
jumlah kematian dari perbaikan kesehatan. Sebenarnya itu hal yang baik, tetapi bisa
juga menjadi peledakan jumlah penduduk. Lalu dari jumlah kelahiranpun kemungkinan
masih sulit karena rakyat-rakyat di daerah masih banyak yang berpikir “banyak anak
banyak rejeki” sehingga merekapun masih banyak yang tidak mau mengikuti program
KB.
18
TABEL ANGKA KEMATIAN BAYI TAHUN 1997,2000,2002,2007 dan 2010
Angka Kematian Bayi
Provinsi
1997 2000 2002 2007 2010
Aceh 45.50 39.71 - 25.00 28.00
Sumatera Utara 45.20 43.69 42.00 46.00 25.67
Sumatera Barat 65.80 52.66 48.00 47.00 29.67
Riau 60.40 47.68 43.00 37.00 23.00
Jambi 68.30 52.66 41.00 39.00 29.00
Sumatera Selatan 53.00 52.66 30.00 42.00 25.33
Bengkulu 72.30 52.66 53.00 46.00 27.67
Lampung 48.20 47.68 55.00 43.00 23.00
Kepulauan Bangka Belitung - - 52.66 43.00 39.00 26.67
Kepulauan Riau - - - - 43.00 20.33
DKI Jakarta 26.10 24.79 35.00 28.00 14.00
Jawa Barat 60.60 56.65 44.00 39.00 26.00
Jawa Tengah 45.20 43.69 36.00 26.00 21.00
DI Yogyakarta 23.40 24.79 20.00 19.00 15.67
Jawa Timur 35.80 47.69 43.00 35.00 25.00
Banten - - 65.62 38.00 46.00 24.33
Bali 39.50 35.72 14.00 34.00 20.00
Nusa Tenggara Barat 111.00 88.55 74.00 72.00 48.33
Nusa Tenggara Timur 59.70 56.65 59.00 57.00 38.67
Kalimantan Barat 70.30 56.65 47.00 46.00 28.33
Kalimantan Tengah 55.30 47.68 40.00 30.00 23.33
Kalimantan Selatan 70.70 69.60 45.00 58.00 34.33
Kalimantan Timur 50.70 39.71 42.00 26.00 21.00
Sulawesi Utara 47.60 27.77 25.00 35.00 25.00
Sulawesi Tengah 94.50 65.62 52.00 60.00 45.00
Sulawesi Selatan 63.00 56.65 47.00 41.00 31.00
Sulawesi Tenggara 78.10 52.66 67.00 41.00 39.67
Gorontalo - - 56.65 77.00 52.00 56.33
Sulawesi Barat - - na 74.00 48.00
Maluku 29.50 60.63 na 59.00 45.00
Maluku Utara - - 74.59 na 51.00 39.67
Papua Barat - - na 36.00 28.00
Papua 64.70 56.65 na 41.00 19.00
INDONESIA 52.20 43.00 39.00 26.00
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi sehingga kematian bayi
masih merupakan masalah di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya pembangunnan di
bidang kesehatan, hal ini bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Dengan adanya upaya tersebut
19
diharapkan tercapainya kesehatan masyarakat yang baik. Bila pembangunan kesehatan
berhasil, maka secara langsung akan berefek langsung pada peningkatan kesejahteraan
di Indonesia. Karena pembangunan di bidang kesehatan mempunyai keterkaitan dengan
peningkatan mutu SDM, oleh sebab itu program kesehatan harusnya lebih di pusatkan
pada bayi dan balita.
10. Migrasi
Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap
pembangunan suatu wilayah. Menurut, Population Reference Bureau (PRB) (2011),
jumlah penduduk di dunia pada tahun 2011 sekitar 6,987 milyar dan diperkirakan
Jumlah penduduk dunia telah menembus 7 miliar jiwa pada tahun 2013 ini. Tahun 2011
jumlah penduduk Indonesia sekitar 238,2 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika daerah tersebut merupakan
daerah yang produktif, akan tetapi butuh modal yang sangat besar. Sehingga jika tidak
terpenuhi akan menjadi suatu masalah. Migrasi penduduk merupakan salah satu dari
tiga komponen demografi yang menyebabkan perubahan struktur penduduk, yaitu
perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dengan melewati batas
administrasi atau politik suatu negara (Salmah, 2010).
Perbandingan antara luas wilayah Indonesia dengan jumlah penduduk tidak
mengalami masalah, tetapi yang bermasalah dengan kependudukan di Indonesia yaitu
penyebaran penduduk yang tidak merata. Penyebaran penduduk yang tidak merata
dapat dilihat berdasarkan luas pulau di Indonesia, seperti Pulau Sumatera yang luasnya
25,2% dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3% penduduk, Jawa yang
luasnya 6,8% dihuni oleh 57,5% penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5% dihuni
oleh 5,8% penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9% dihuni oleh 7,3% penduduk, Maluku
yang luasnya 4,1% dihuni oleh 1,1% penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8% dihuni
oleh 1,5% penduduk (BPS, 2012).
Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2012) mencatat 5.396.419 penduduk atau 2,5%
penduduk merupakan migrant masuk risen antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant
masuk tertinggi di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat yaitu sekitar 1.048.964 jiwa,
sedangkan migrant keluar risen tertinggi dari Banten yaitu sebanyak 979.860 jiwa.
20
Penduduk yang merupakan migran seumur hidup juga mengalami peningkatan,
berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat 27.975.612 penduduk atau 11,8%
penduduk merupakan migrant masuk seumur hidup antar propinsi. Pada tahun 2010
migrant seumur hidup keluar tertinggi berada di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak
6.829.637 penduduk, sedangkan migrant masuk tertinggi berada di Propinsi Jawa Barat
yaitu sebanyak 5.225.271 penduduk (BPS, 2012).
21
TABEL MIGRASI SEUMUR HIDUP TAHUN 2000,2005,2010
Provinsi 2000 2005 2010 2000 2005 2010
Migrasi secara umum bukan merupakan masalah bagi Indonesia, tetapi migrasi
yang tidak merata lah yang menjadi masalah di Indonesia. Dilihat dari persentase
jumlah penduduk yang terpusat di Pulau Jawa yang menyebabkan pembangunan yang
tidak merata.
Saran kepada pemerintah untuk memperhatikan fasilitas tiap daerah, baik itu
fasilitas kesehatan, pendidikan, pembangunan, dan penyediaan lapangan pekerjaan
yang memadai di setiap daerah agar penduduk yang bermigrasi tidak terpusat di satu
daerah saja.
22
Kesimpulan & Saran
1. Kesimpulan
2. Saran
23
FOOTNOTES
24
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Arifin, dkk. 2012. Proyeksi Angka Migrasi Penduduk Indonesia Tahun
2005-2010. Dalam:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8502/JURNAL.pdf?sequ
ence=1. Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 12.44.
BPS. 2012. Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997,
2000, 2002, 2007, 2010 dan Kematian Dibawah Usia Lima Tahun menurut
Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 1999 dan 2007. Dalam:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=5,
Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 16.33.
BPS. 2012. Migrasi Risen (Recent Migration) Tahun 1980, 1985, 1990 , 1995, 2000,
2005, dan 2010. Dalam:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬a
b=9, Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 10.29.
BPS. 2012. Migrasi Seumur Hidup (Life Time Migration) Tahun 1971, 1980, 1985,
1990,1995, 2000, 2005, dan 2010 .
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬a
b=8 , Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014
25
indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=331&Itemid
=331 Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 21.32.
26