Anda di halaman 1dari 30

Modul 4

PENGELOMPOKAN SISWA

Kegiatan Belajar 1

Setelah mempelajari materi matakuliah ini mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menjelaskan ciri-ciri kelompok yang belajar yang baik.
2. Menjelaskan pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan kemampuan.
3. Menjelaskan pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran.
4. Menjelaskan pengelompokan siswa berdasarkan kompatibilitas.
5. Menjelaskan pengelompokan siswa berdasarkan kebutuhan pembelajaran.

Pendahuluan
Dalam setiap proses kegiatan pembelajaran di kelas, kemampuan
mengelompokkan siswa merupakan sesuatu kegiatan yang sangat penting.
Hal ini disebabkan ada banyak kegiatan didalam pembelajaran, yang menuntut
proses pelaksanaan secara berkelompok. Dengan kata lain ada banyak materi
pembelajaran yang harus difahami oleh siswa dengan cara bekerjasama di
dalam suatu kelompok belajar/kegiatan. Suatu kelompok belajar yang baik
dapat dilihat dari beberapa indikator seperti:

a. Anggotanya kompak
b. Semua anggota aktif dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing
c. Tertib dengan mematuhi norma yang ada
d. Proses kegiatan lancar
e. Hasil yang dicapai baik atau sesuai dengan tujuan semula.

Kegiatan mengelompokkan siswa untuk suatu kegiatan, sebenarnya


bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan karena guru harus
memadukan siswa dengan karakteristik masing-masing untuk melakukan
suatu kegiatan tertentu.
Dengan kata lain guru harus mampu memberdayakan kemampuan setiap
siswa yang berbeda-beda untuk suatu kegiatan yang harus diselesaikan.
4.1
Berikut ini akan diuraikan tentang cara pengelompokkan siswa agar sesuai
dengan tujuan kegiatan yang dilaksanakan.

1. Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan kemampuan


Jenis pengelompokkan model ini dilakukan dengan patokan kemampuan
dari setiap siswa. Kemampuan ini lebih bersifat kemampuan akademik yang
diketahui dengan cara mengadakan tes kemampuan awal atau hasil catatan
guru mengenai prestasi setiap siswa. Dengan mengadakan tes kemampuan
awal atau catatan guru, maka peta kemampuan setiap siswa dalam suatu kelas
dapat diketahui, misalnya: ada siswa yang memiliki kemampuan dengan
kategori:
a. Kelompok di atas kemampuan rata-rata
b. Kelompok dengan kemampuan rata-rata
c. Kelompok di bawah kemampuan rata-rata
Berdasarkan kategori kemampuan siswa seperti telah di sebutkan di
atas, guru dapat membentuk kelompok siswa untuk menyelesaikan suatu tugas
atau kegiatan, sesuai dengan kemampuan dari setiap siswa. Sebagai
konsekuensinya, maka baik kualitas maupun kuantitas tugas atau kegiatan
setiap kelompok sudah tentu akan berbeda-beda.
Untuk lebih jelas mengenai model pengelompokkan berdasarkan kemampuan
dapat dilihat pada gambar berikut.

S
t R
R
t
S R
S
t

Kel.Sedang Kel. Rendah


Kel. Tinggi

Gambaran 4.1 Cara Pengelompokan Berdasarkan Kesamaan Kemampuan Siswa

4.2
Sehubungan Dengan uarai di atas, maka pada keswempatan ini akan diberikan
Contoh penngelompkkan siswa dengan berdasarkan kesamaan kemampuan, seperti
pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Perbandingan Bobot Tugas Kelompok Berdasarkan

kesamaan Kemampuan Siswa

Kelompok dengan Kelompok dengan Kelompok dengan


Kemampuan Kemampuan rata-rata Kemampuan di
dibawah rata-rata Atas rata-rata

Kuantitas Tugas: Kuantitas Tugas: Kuantitas Tugas:

 Tidak  Jumlah sedang  Jumlah banyak


banyak
 Tidak sering  Frekuensi sedang  Frekuensi sering
 Sederhana
 Cukup bervariasi  Multi variasi

Kualitas Tugas: Kualitas Tugas: Kualitas Tugas:

Tingkat kedalaman Tingkat kedalaman dan Tingkat kedalaman dan


dan keluasan serta keluasan serta kompleksitas keluasan serta kompleksitas
kompleksitas relative sedang relative tinggi
relative rendah,
dan cukup
sederhana

Bagaimana perbandingan kualitas dan kuanlitas tugas untuk setiap kelompok


yang dibentuk berdasarkan kesamaan kemampuan siswa, dapat dilihat pada contoh
kegiatan belajar kelompok berikut ini. Misalnya: apabila tugas yang diberikan kepada
kelompok siswa berhungan dengan topik atau tema ‘’Penyakit menular’’, maka
perbandingan tugas untuk setiap kelompok siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

4.3
Tabel 4.2 Perbandingan Bobot Tugas Kelompok Berdasarkan

Kesamaan Kemampuan Siswa

Kelompok Kelompok dengan Kelompok dengan Kemampuan di


dengan Kemampuan rata-rata Atas rata-rata
Kemampuan
dibawah rata-
rata
Tugas: Tugas: Tugas:
1. Mengidentifik 1. Menjelaskan 1. Menjelaskan cara pencegahan
asi dan penyebab penyakit penyakit menular tersebut
mencatat 3 menular tersebut 2. Menjelaskan cara pengobatan
jenis penyakit 2. Menjelaskan cara penyakit menular tersebut
menular penularan penyakit
2. Mengidentifik menular tersebut
asi gejala-
gejala 3 jenis
penyakit
menular

2. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran


Jenis kelompok berdasarkan kemampuan campuran efektif untuk
mengerjakan tugas berupa proyek belajar yang menuntut berbagai bakat dan
kemampuan yang berbeda-beda. Inti dari pengelompokan model ini adalah
mengerjakan tugas yang cukup kompleks dan tidak mungkin dikerjakan dengan
baik apabila dikerjakan tanpa kemampuan tertentu. Untuk itu guru
memberdayakan setiap siswa sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan
masing-masing, agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Sebagai contoh
misalnya; apabila ada tugas “merancang sebuah bangunan”, maka sudah tentu
memerlukan berbagai bidang kemampuan. Untuk itu dalam satu kelompok
paling tidak membutuhkan tiga orang anggota dengan tiga jenis kemampuan
yang berbeda. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah: (a) kemampuan
membaca-menulis, (b) kemampuan melukis-menggambar, dan (c) kemampuan
berhitung (matematika). Untuk lebih jelas mengenai pengelompokan
berdasarkan kemampuan campuran dapat dilihat pada gambar berikut.

4.4
Tulis-baca

Gambar-lukis Kelompok A

Berhitung

Tulis-baca

Kelompok B
Gambar-lukis

Berhitung

Gambar:4.2 Pengelompokan berdasarkan kemampuan campuran

Tabel 4.3 Uraian tugas dalam Kelompok Siswa dengan Beragam Kemampuan

Jenis Kemampuan Tugas dan pekerjaan

Siswa yang memiliki kemampuan Menggambar gedung yang akan dibangun.


melukis.
Siswa yang memiliki kemampuan Menghitung biaya pembangunan
Berhitung. Gedung yang akan dibangun.
Siswa yang memiliki kemampuan Menulis laporan rencana membangun
Menulis/membaca gedung.
Melaporkan kegiatan dan hasil tugas yang yang
telah dilakukan, di depan kelas.

3. Pengelompokan berdasarkan kompatibilitas siswa

Jenis pengelompokan ini biasanya terjadi lebih bersifat alami, yang


bertumbuh dari kehidupan sosial siswa. Pengelompokkan ini berangkat dari
kehidupan siswa yang bisa saja terjadi dari kelompok pertemanan yang saling
menyukai satu dengan yang lainnya, berangkat ke sekolah bersama-sama,
memiliki tempat tinggal yang berdekatan, atau memiliki tempat duduk
berdekatan di dalam kelas.
Pengelompokan jenis ini sangat sesuai apabila tugas yang diberikan ada
hubungannya dengan lingkungan tempat tinggal siswa, misalnya: tugas
membuat denah tempat tinggal di lingkungan Rukun Tetangga, Rukun Warga,
4.5
atau kampung dimana siswa tinggal. Sehingga diharapkan tugas dapat
dilaksanankan dengan lancar serta mendapat hasil yang baik, karena siswa
sudah mengenal lingkungannya. Selain itu, model pengelompokkan siswa
yang seperti ini, juga akan memudahkan koordinasi antara anggota kelompok.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengelompokan ini dapat dilihat pada gambar
berikut.

Oki Rina Oling

Tesa
Oca
Besa

Aza Gera
Siska

Kel. A Kel. B Kel. C

Gambar: 4.3 Pengelompokkan Siswa berdasarkan tempat Tinggal (kompatibilitas)

4.Pengelompokan Siswa Berdasarkan kebutuhan pembelajaran


Selain cara-cara pengelompokkan siswa seperti telah diketenggahkan di atas,
pengelompokkan siswa juga dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran. Atau dengan kata lain pengelompokkan siswa dilakukan untuk
mendukung pencapai suatu topik pembelajaran tertentu. Dalam proses
pembelajaran ada kalanya dilaksanakan kegiatan bermain peran dan simulasi,
bahkan karyawisata.

4.6
Kegiatan tersebut memerlukan banyak peran yang harus dimainkan oleh siswa,
misalnya: ada yang demonstrasi, ada yang mengamati, ada yang mengadakan
wawancara, ada yang mencatat, ada yang mengambil gambar (foto), dan
sebagainya.
Apabila dicemari keempat jenis pengelompokkan siswa seperti yang telah
diutarakan di atas, maka terlihat bahwa yang mendasar pertimbangan
pengelompokkan semuanya mengarah kepada dua dimensi tujuan, yaitu: dimensi
proses dan dimensi hasil. Tujuan yang mengarah kepada dimensi proses
mengandung maksud yaitu agar proses kegiatan pelaksanaan tugas kelompok harus
dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan prosedur yang sebenarnya. Prosedur
yang benar bukan saja bermanfaat untuk mempelancar pencapaian tujuan kegiatan,
tetapi pada hal-hal tertentu dapat menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan (misalnya: kecelakaan).

Sedangkan tujuan yang mengarah kepada dimensi hasil mengandung makna


bahwa dengan adanya kegiatan kelompok maka hasil yang dicapai dapat sesuai
dengan apa yang diharapkan, bermanfaat bagi kelompok dan juga bagi setiap
anggota kelompok. Artinya, manfaat pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan
tersebut akan semakin memperluas dan memperdalam pemahaman serta
keterampilan siswa terhadap apa yang mereka pelajari. Secara skematis cara-cara
pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

4.7
Kemampuan
sama Kebutuhan
Pembelajaran

Jenis dan Tujuan atau


Proses Hasil yang
Kegiatan Diharapkan

Kemampuan
Kompatibilitas
Campuran

Gambar: 4.4 Hubungan pengelompokkan Siswa dengan Proses dan tujuan Kegiatan

Metode yang digunakan : ceramah bervariasi, diskusi, simulasi, latihan dan tugas kelompok.
Media yang digunakan : media klasikal, gambar-gambar, dan OHV.

Tugas: Coba anda mengingat-ingat cara yang biasa anda lakukan dalam membentuk kelompok
belajar siswa, kemudian jelaskan termasuk kelompok apa yang anda gunakan dalam
mengelompokan siswa tersebut.

Tes Formatif 10

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat:

1. Bila suatu kelompok terdiri dari siswa yang pintar, siswa yang sedang, dan siswa yang lemah
kemampuan akademiknya, maka dasar pengelompokan ini adalah…
a. kesamaan kemampuan
b. kemampuan campuran
c. kompatibilitas
d. tujuan pembelajaran

2. Bila dalam satu kelompok ada siswa yang pintar, kelompok sedang dan kelompok dengan
kemampuan akademik yang rendah, maka dasar pengelompokan ini adalah…
a. kesamaan kemampuan
b. kemampuan campuran
c. kompatibilitas
d. tujuan pembelajaran

4.8
3. Bila dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang tempat tinggalnya berdekatan, dasar
pengelompokan ini dinamakan…
a. kesamaan kemampuan
b. kemampuan campuran
c. kompatibilitas
c. tujuan pembelajaran

4. Bila dalam satu kelompok mengerjakan tugas masing-masing sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, dasar pengelompokan ini dinamakan…
a. kesamaan kemampuan
b. kemampuan campuran
c. kompatibilitas
d. tujuan pembelajaran

5. Kegiatan belajar kelompok yang dapat memupuk perkembangan pribadi anak, kecuali...
a. demokrasi
b. sosial
c. kerjasama
d. artistik

6. Kegiatan kelompok belajar yang memperhatikan dan mengoptimalkan potensi setiap anak
adalah melalui kelompok berdasarkan...
a.kemampuan sama
b.kemampuan campuran
c. kompatibilitas
d.berdasar tujuan

7. Kelompok yang memungkinkan siswa yang cerdas dapat membimbing dan membantu siswa
lain dalam belajar adalah berdasarkan...
a.kemampuan sama
b.kemampuan campuran
c. kompatibilitas
d.berdasar tujuan

8. Kelompok belajar yang efektif untuk melakukan tugas di luar jam sekolah dan untuk kelas-
kelas rendah adalah berdasarkan...
a.kemampuan sama
b.kemampuan campuran
c. kompatibilitas
d.berdasar tujuan

4.9
Modul 4

DISIPLIN SEKOLAH DAN DISIPLIN KELAS

Kegiatan Belajar 2

Setelah mempelajari materi matakuliah ini mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menjelaskan pengertian disiplin
2. Menjelaskan tujuan disiplin
3. Menjelaskan jenis-jenis disiplin
4. Menjelaskan factor-faktor yang menyebabkan ketidakdisiplinan.

Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan suatu bentuk kepatuhan untuk menghormati dan sekaligus


melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan seseorang tunduk terhadap keputusan
perintah dan peraturan yang berlaku. Jadi disiplin dapat diartikan juga sebagai sikap
mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan tulus atau tanpa
pamrih. Melengkapi pemahaman mengenai disiplin, berikut akan dipaparkan beberapa
definisi tentang disiplin menurut beberapa ahli.

Menurut Prawirosentono (1999) disiplin adalah taat kepada hukum dan


peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin kerja, atau lebih tepatnya disiplin kerja
pegawai dapat dikatakan ketaatan pegawai yang bersangkutan dalam menghormati
perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia bekerja. Menurut Robert E. Quin dkk,
(dalam Prawirosentono,1999) dikatakan:“Discipline implies obedience and respect
for the agreement between the firm and its employee.”. Sedangkan menurut
Suradinata (1996), disiplin pada dasarnya mencakup pelajaran, patuh, taat, kesetiaan,
hormat kepada ketentuan/peraturan/norma yang berlaku. Dalam hubungannya dengan
disiplin kerja, disiplin merupakan unsur pengikat, unsur integrasi dan merupakan
unsur yang dapat menggairahkan kerja bahkan dapat pula sebaliknya.

4.10
Berdasarkan pengertian disiplin tersebut di atas dapat digarisbawahi bahwa
disiplin itu sendiri menunjuk kepada ketaatan dan kesetiaan yang tulus dari seseorang
terhadap seperangkat peraturan, norma atau ketentuan yang berlaku didalam suatu
situasi serta kondisi (tempat) dimana yang bersangkutan berada. Dengan demikian
orang yang disiplin dapat digambarkan sebagai orang yang setia, taat, tunduk terhadap
peraturan, norma atau ketentuan yang berlaku didalam suatu situasi serta kondisi
(tempat) dimana orang yang bersangkutan berada. Namun yang perlu diingat bahwa
kepatuhan yang dimaksud dilandasi oleh kesadaran diri sehingga dilakukan secara
tulus, bukan karena paksaan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, istilah disiplin juga


mengalami perkembangan dalam hal makna, sehingga menjadikan disiplin itu dapat
dimaknai dari dua sisi pemaknaan. Pertama; disiplin diartikan sebagai kepatuhan dan
ketaatan terhadap ketentuan, peraturan dan norma-norma yang berlaku. Kedua;
disiplin dimaknai sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat
berperilaku tertib. Makna disiplin seperti di atas menjelaskan bahwa disiplin itu
sesungguhnya disamping sebagai kesetiaan dan ketaatan terhadap aturan dan norma-
norma yang berlaku, juga sebagai suatu bentuk upaya atau proses (melatih) agar
perilaku kita menjadi tertib.

Dalam dunia pendidikan umumnya dan dunia persekolahan pada khususnya,


kata “disiplin” sangat akrab didengar. Setiap kepala sekolah maupun guru semuanya
menginginkan agar seluruh siswa dapat menjadi individu-individu yang disiplin baik
pada saat jam sekolah maupun di luar jam sekolah. Hal ini berarti bahwa salah satu
tugas penting dari sekolah dan tidak terkecuali orang tua siswa adalah bagaimana
menjadikan anak-anak untuk secara ihlas mentaati dan setia terhadap semua
peraturan, norma atau ketentuan yang berlaku di sekolah/kelas serta yang berlaku
didalam keluarga dan masyarakat. Hal ini sangat penting mengingat hanya dengan
kedisiplinan saja akan tercipta suatu keteraturan didalam menjalani hidup dan
kehidupan ini. Karena hanya dengan keteraturan saja segala aktivitas yang kita jalani
dapat mencapai arah dan tujuan yang diharapkan.

4.11
Jenis-jenis Disiplin
Berdasarkan sipat dan tujuannya, disiplin dapat dibedakan menjadi beberapa
macam atau beberapa jenis, yaitu:
a. Disiplin dalam penggunaan waktu,
b. Disiplin dalam beribadah’
c. Disiplin dalam bermasyarakat, dan
d. Displin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Disipilin penggunaan waktu yang dimaksud dalam tulisan ini menunjukan


bagaimana kesesuaian antara suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dilihat dari
waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan atau ditentukan. Sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak jarang mendengar kalimat yang berbunyi kegiatan itu
dilaksanakan “tidak tepat waktu” atau sebaliknya dikatakan kegiatan itu dilaksanakan
“tepat waktu”. Pernyataan di atas menunjukan bahwa disiplin yang dimaksud adalah
disiplin yang berkaitan dengan penggunaan waktu. Dengan demikian apabila ada
kalimat yang mengatakan bahwa kegiatan “tidak tepat waktu”, maka ini berarti bahwa
para pelaksana atau para peserta kegiatan dimaksud tidak taat atau tidak setia terhadap
waktu yang telah ditetapkan untuk kegiatan yang dilakukan (jam karet). Dalam dunia
pendidikan dan persekolah terdapat beberapa contoh mengenai kedisiplinan dalam
penggunaan waktu, diantaranya: kesesuaian atau ketepatan waktu masuk sekolah,
waktu belajar di kelas, waktu penyelesaian tugas, waktu istirahat, dan sebagainya.

Disiplin dalam beribadah menjelaskan bagaimana insan manusia sebagai


mahluk ciptaan Yang Maha Kuasa mentaati, setia dan tunduk terhadap Sang
Penciptanya. Kesetiaan dan ketaatan yang dimaksud diwujudnyatakan dengan
melaksanakan ajaran-ajaran kepercayaan/agama (beribadah), sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan secara tulus. Selain itu tentu saja didalam kesetiaan dan ketaatan
terhadap ajaran-ajaran agama, manusia juga dituntut untuk selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan antara sesam. Dengan demikian akan tercipta kerukunan,
toleransi diantara sesama, meskipun dalam keragaman kepercayaan dan cara ibadah
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan bahwa ibadah yang dimaksud sesungguhnya
memiliki tujuan yang mulia yaitu semua tertuju kepada Allah yang satu.
4.12
Disiplin dalam masyarakat dapat diartikan sebagai ketaatan atau kesetiaan yang
membuat seseorang tunduk terhadap peraturan-peraturan, nilai-nilai, norma-norma
yang berlaku di masyarakat dimana yang bersangkutan berdomisili. Berkaitan dengan
dengan disiplin dalam masyarakat, maka kita mengenal ada pepatah “di mana bumi
dipijak di sana langit dijunjung”. Dengan demikian, apabila kita menginginkan
kehidupan yang aman, tertib dan damai serta bermakna dalam suatu masyarakat,
maka adalah kewajiban bagi kita untuk mematuhi secara tulus segala peraturan-
peraturan, nilai-nilai, norma-norma yang berlaku di masyarakat, dimana kita
berdomisili.

Displin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan perilaku


berkehidupan yang menggambarkan ketaatan, kesetiaan setiap warga negara terhadap
undang-undang, hukum-hukum, peraturan-peraturan, nilai-nilai, norma-norma yang
berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini patut dipahami mengingat
negara yang kita cintai ini adalah negara hukum dimana semua perilaku masyarakat
diatur berdasarkan hukum. Sebagai konsekuensinya, maka setiap pelanggaran
terhadap hukum akan dapat dikenakan sanksi secara hukum.

Disiplin Sekolah dan Disiplin Kelas

Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying


with a code of behavior often known as the school rules”. Disiplin sekolah dapat
diartikan sebagai suatu usaha sekolah untuk menjaga atau memelihara perilaku siswa
agar tidak menyimpang, serta mendorong siswa agar berperilaku sesuai dengan
norma-norma, peraturan-peraturan, serta tata tertib yang berlaku di sekolah yang
bersangkutan. Sedangkan aturan sekolah (school rule) yang dimaksud diantaranya:
aturan tentang standar berpakaian, aturan tentang waktu, perilaku sosial dan etika
dalam belajar serta dalam melakukan tugas/pekerjaan. Didalam sebuah sekolah dasar
terdiri dari beberapa jenjang atau tingkat kelas yang biasanya terdiri dari kelas I
sampai dengan kelas VI.

4.13
dalam proses pembelajaran, kelas merupakan tempat yang sangat berpengaruh
terhadap proses serta hasil pendidikan dan pembelajaran suatu sekolah. Karena itu
setiap guru dituntut untuk dapat menciptakan, mengubah, serta mempertahankan
situasi dan kondisi kelas agar kondusif dan menyenangkan untuk belajar siswa.

Salah satu faktor penentu situasi dan kondisi kelas yang kondusif untuk belajar
siswa adalah disiplin kelas. Kelas yang disiplin akan tergambar melalui perilaku siswa
yang taat, setia serta tunduk terhadap peraturan, norma, dan nilai-nilai yang berlaku
didalam kelas. Ketaatan dan kesetiaan terhadap peraturan, norma, dan nilai-nilai yang
berlaku didalam kelas dapat menyebabkan kelas menjadi aman, tertib dan nyaman
untuk belajar siswa. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Wikipedia (1993)
yang menyatakan “tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan
lingkungan belajar yang nyaman, terutama di kelas”. Dibawah ini akan diutarakan
secara lengkap mengenai tujuan disiplin sekolah, yaitu:

(1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,

(2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,

(3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan


lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh
sekolah,

(4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat
baginya serta lingkungannya (Maman Rachman,1993).

Menurut para ahli, ada beberapa penyebab atau sumber ketidakdisiplinan


siswa di sekolah, antara lain: faktor lingkungan, faktor keluarga, dan faktor
sekolah. Pernyataan ini berarti bahwa ketaatan dan kesetiaan siswa dapat
dipengaruhi oleh faktor dimana siswa itu tinggal (lingkungan masyarakat),
perilaku hidup keluarga, dan dipengaruhi oleh lingkungan sekolah/warga sekolah
dimana siswa yang bersangkutan bersekolah. Pernyataan di atas mengingatkan
bahwa tanggung jawab pendidikan termasuk upaya untuk membuat anak/siswa
menjadi orang yang disiplin, sesungguhnya terletak pada lingkungan
(masyarakat), keluarga, dan sekolah.

4.14
Sehingga didalam upaya mendisiplinkan anak/siswa ketiga pihak ini seharusnya
saling mendukung dan bersinergis secara berkelanjutan sesuai dengan
proporsinya atau kewenangan masing-masing. Menurut Brown dan Brown
(1973) perilaku ketidakdisiplinan (indisiplin) siswa disebabkan beberapa hal,
yaitu:

1. Bersumber dari guru.


2. Bersumber dari lingkungan sekolah (kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku
yang kurang atau tidak disiplin).
3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang terlalu
kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa
menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada
khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
4. Bersumber dari siswa.

Metode yang digunakan : ceramah bervariasi, diskusi, simulasi, latihan dan tugas kelompok.
Media yang digunakan : media klasikal, gambar-gambar, dan OHV.

Tugas: Jelaskan bagaimana cara anda untuk menanamkan sikap hidup disiplin pada diri setiap siswa.

Tes Formatif 11

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat:

1. Berikut adalah unsur yang menggambarkan sikap disiplin, kecuali..


a. setia
b. taat
c. tunduk
d. setuju

2. Berikut adalah jenis-jenis disiplin, kecuali…


a. disiplin waktu
b. disiplin beribadah
c. disiplin dalam bermasyarakat
d. disiplin dalam bermusyawarah

3. Ketaatan terhadap aturan yang berlaku di lingkungan tempat tinggal, termasuk disiplin...
a. disiplin waktu
b. disiplin beribadah
c. disiplin dalam bermasyarakat
d. disiplin dalam bermusyawarah

4.15
4. Selalu datang sesuai jadwal pelajaran termasuk jenis disiplin...
a. disiplin waktu
b. disiplin beribadah
c. disiplin dalam bermasyarakat
d. disiplin dalam bermusyawarah

5. Tujuan disiplin bagi siswa adalah, kecuali…


a. mendorong siswa melakukan hal yang baik
b. membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. membiasakan siswa hidup dengan cara yang baik
d. membuat siswa memperoleh penghargaan

6. Berikut adalah sumber-sumber penyebab siswa tidak disiplin, kecuali…


a. guru
b. siswa
c. lingkungan
d. letak sekolah

7. Kedisiplinan yang baik adalah lahir dari...


a. ketulusan
b. rasa ingin dihargai
c. rasa bersaing
d. harapan

8. Dalam memupuk sikap disiplin pada diri siswa sebaiknya guru bukan sebagai pembicara tentang
bagaimana disiplin, tetapi harus bisa sebagai...
a. penasehat
b. pelaku
c. tauladan
d. pengawas

9. Terjadinya keterlambatan proses pembelajaran dalam suatu kelas, adalah contoh disiplin yang
bersumber dari...
a. guru
b. siswa
c. lingkungan sekolah
d. kurikulum

10. Terlalu padatnya kegiatan akademik yang tidak dibarengi dengan waktu istirahat yang cukup
dapat menimbulkan ketidakdisiplinan siswa, sumber ketidakdisiplinan ini adalah...
a. guru
b. siswa
c. lingkungan sekolah
d. kurikulum

4.16
Modul 4

TATA TERTIB SEKOLAH

Kegiatan Belajar 3

Setelah mempelajari materi matakuliah ini mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menjelaskan pengertian tata tertib sekolah
2. Menjelaskan tujuan tata tertib sekolah
3. Menjelaskan fungsi tata tertib sekolah
4. Menjelaskan hal-hal penting yang perlu diperhatikan guru dalam tata tertib
sekolah
5. Menjelaskan tujuan pendidikan karakter
6. Menjelaskan prinsip-prinsip pendidikan karakter

Dalam kehidupan sebuah organisasi, termasuk sekolah dan kelas terdapat


beberapa peraturan dan norma yang harus ditaati oleh semua anggota
organisasi. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Indrakusumah (1973), yang
mengartikan tata tertib sebagai “sederetan peraturan yang harus ditaati dalam
suatu situasi atau dalam tata kehidupan tertentu”. Secara khusus dalam
kehidupan sekolah/kelas sudah pasti ada peraturan dan norma yang harus
dipatuhi oleh seluruh siswa. Peraturan-peraturan dan norma-norma inilah yang
berperan sebagai dasar sekaligus pedoman untuk semua siswa dalam
berperilaku di sekolah/kelas.
Dengan adanya tata tertib sekolah/kelas, diharapkan seluruh kegiatan
yang dilakukan di kelas maupun di sekolah tertata secara teratur sehingga dapat
terlaksana dengan sebaik-baiknya. Pernyataan ini sesuai dengan pengertian dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998) yang menyebutkan bahwa
“peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap
tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk menciptakan suasana
yang mendukung pendidikan”.

4.17
Dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi atau iklim sekolah/kelas
yang dapat mendukung proses pendidikan dan pembelajaran, tata tertib
memiliki andil yang sangat besar. Hal ini disebabkan didalam tata tertib itu
ditulis dan ditetapkan dua hal penting, yaitu: (1) perilaku apa dan bagaimana
yang wajib dilakukan oleh siswa, dan (2) perilaku apa dan bagaimana yang
tidak boleh (dilarang) dilakukan oleh siswa.

Tujuan Tata Tertib Sekolah


Menurut Hurlock (1990), “peraturan bertujuan untuk membekali anak
dengan pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu”. Pendapat
di atas memiliki makna bahwa tujuan tata tertib sekolah adalah:

1. Agar siswa mengetahui tugas, hak dan kewajibannya.

2. Agar siswa mengetahui hal–hal yang diperbolehkan dan kreatifitas


meningkat serta terhindar dari masalah–masalah yang dapat menyulitkan
dirinya.

3. Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik dan sungguh–


sungguh seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah baik
intrakurikuler maupun ekstra kurikuler.
Menurut Kusmiati (2004: 22), bahwa tujuan tata tertib adalah untuk:
a. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan sehat yang
terasa dan nampak pada seluruh warga.
b. Tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur yang
mencerminkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada tata ruang,
tata kerja, tata pergaulan bahkan cara berpakaian.
c. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan yang baik
sehingga menimbulkan rasa keindahan bagi yang melihat dan
menggunakannya.
d. Tujuan peraturan kekeluargaan adalah untuk membina tata hubungan yang
baik antar individu yang mencerminkan sikap dan rasa gotong royong,
keterbukaan, saling membantu, tenggang rasa dan saling menghormati.

4.18
Berdasarkan uraian diatas, maka setiap warga negara bertanggung jawab
untuk menciptakan suasana yang aman, tertib, bersih, indah dan penuh
kekeluargaan, agar proses interaksi antar warga dalam rangka penanaman dan
pengembangan nilai, pengetahuan, keterampilan dan wawasan dapat dilaksanakan.

Peran, Fungsi, dan Kepatuhan terhadap Tata Tertib Sekolah


Menurut Soelaeman (1985) peraturan tata tertib itu merupakan alat guna
mencapai ketertiban”. Pendapat diatas sesuai dengan pendapat Hurlock (1990),
yang mengatakan bahwa: “peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak
dan sebagai sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial”.
Selanjutnya dikatakan bahwa tata tertib memiliki dua fungsi, yaitu:
a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada
anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. Misalnya anak
belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas
sekolahnya, bahwa menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya
cara yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.
b. Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar tata
tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata tertib itu
harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau siswa. Bila tata
tertib diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib
tidak berharga sebagai suatu pedoman perilaku.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa antara
disiplin dan tata tertib memiliki hubungan yang sangat kuat. Artinya adalah,
apabila tata tertib merupakan peraturan, norma, dan nilai-nilai yang berlaku
dalam suatu sekolah/kelas, maka disiplin merupakan gambaran perilaku
ketaatan, kesetiaan, dan kepatuhan seseorang (siswa) terhadap peraturan,
norma, dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu sekolah/kelas. Dengan
demikian apabila siswa dikatakan disiplin, maka ini berarti bahwa siswa yang
bersangkutan memiliki dan menunjukan perilaku yang sesuai dengan tata tertib
sekolah/kelas.

4.19
Dengan kata lain siswa yang disiplin adalah siswa yang taat, setia dan patuh
terhadap seluruh peraturan, norma, dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu
sekolah/kelas.
Disamping melaksanakan tugas pokok sebagai pengajar, guru juga
memiliki fungsi sebagai pengatur atau pengelola kelas dengan tujuan agar kelas
dimana guru yang bersangkutan mengajar, dapat tertib dalam arti kondusif dan
menyenangkan untuk belajar siswa. Untuk maka salah satu kemampuan guru
adalah bagaimana membuat atau menyusun tata tertib sekolah/kelas, serta
dengan cara bagaimana agar tata tertib tersebut dipatuhi dan ditaati oleh semua
siswa. Berkaitan dengan tata tertib, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh guru, diantaranya adalah:

(a)Tata tertib sebaiknya disusun dan disepakati secara bersama (guru-


siswa).
(b) Tata tertib seharusnya dibuat secara tertulis.
(c)Tata tertib harus disosialisasi, dikomunikasi, dan selalu diingatkan
secara terus menerus, agar diketahui dan dipahami oleh semua siswa.
(d) Tata tertib harus dilengkapi dengan sanksi yang jelas, apabila terbukti
terjadi pelanggaran oleh siswa.
(e) Guru wajib sebagai model/tauladan.
(f) Utamakan kesadaran diri, bukan paksaan kepada siswa.
(g) Perlu sistem monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan terhadap
tata tertib.
Mengapa tata tertib sebaiknya disusun dan disepakati secara bersama
(guru-siswa)? Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa tata tertib merupakan
dasar dan pedoman siswa dalam berperilaku di sekolah/kelas. Karena itu
sebaiknya harus ada kesepakatan antara guru dengan siswa mengenai apa dan
bagaimana perilaku yang diharapkan oleh semua warga kelas. Disamping itu
perlu dirumuskan juga tentang apa dan bagaimana perilaku yang tidak
diharapkan atau dilarang. Dengan cara demikian akan dapat menumbuhkan
rasa tanggung jawab bagi semua warga kelas untuk mentaati dan tunduk

4.20
terhadap tata tertib, karena sudah dirumuskan dan disepakati secara bersama-
sama dan secara transfaran. Berkaitan dengan uraian diatas, pertanyaan yang
muncul adalah: apakah untuk siswa kelas rendah (kelas I s/d III) cara demikian
dapat dilakukan? Jawabnya tentu dapat, tetapi tentu dengan cara-cara khusus
yang tidak sama dengan di kelas tinggi (kelas IV s/d VI). Artinya adalah, guru
akan lebih mendominasi dalam menawarkan rumusan tata tertib dengan
menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa
(bahasa anak).
Sebagai contoh misal: anak-anak supaya bunga yang ada di halaman
tumbuh subur, apa yang harus kita lakukan? Dapat dipastikan akan muncul
jawaban siswa seperti: “disiram bu”. Lalu yang menyiramnya siapa saying?
Pada saat inilah guru mengarahkan agar petugas yang menyiram bunga itu
adalah siswa yang piket (dibuat jadwal). Atau misalnya guru bertanya:
apakah anak-anak senang apabila ada temanmu yang menyontek?
Selanjutnya ketika dijawab “tidak bu guru”, “saya tidak senang”. Lalu guru
mengatakan, bagus….., nah sekarang kalau ada yang menyontek diberikan
apa ya? Mungkin jawaban siswa, “dihukum saja bu guru”. Lalu guru
bertanya lagi: hukumannya apa sayang?

Demikianlah gambaran proses untuk memperoleh kesepakatan yang dapat


menjadi contoh untuk perumusan tata tertib di kelas rendah. Selanjutnya
mengapa tata tertib harus dibuat secara tertulis? Tata tertib yang dibuat secara
tertulis akan menjadi lebih pasti serta akan bersipat resmi (formal). Selain itu
tata tertib yang tertulis akan mudah untuk ditempel/dipasang, sehingga dapat
dengan mudah dilihat (dibaca), setiap saat. Sehingga dengan cara ini semua
siswa akan selalu melihat kemudian mengingat apa dan bagaimana perilaku
yang diharapkan untuk kenyamanan kelas.
Mengapa tata tertib harus harus disosialisasi, dikomunikasi, dan selalu
diingatkan secara terus menerus? Sebagai suatu kesepakatan, tata tertib
diharapkan selalu dikomunikasikan dan disosialisasikan secara terus menerus.
Maksudnya adalah, disamping dilihat dan dibaca oleh siswa, akan semakin
baik apabila setiap ada kesempatan guru untuk selalu mengingatkankan para
siswa tentang perilaku yang telah disepakati bersama (tata tertib). Cara yang
demikian akan memberikan pengaruh kepada siswa, karena melalui suara dan

4.21
mimik serta penekanan suara (intonasi) dari guru, tentu akan lebih efektif
dibandingkan dengan apabila siswa hanya membaca tata tertib yang ditulis.
Mengapa tata tertib harus dilengkapi dengan sanksi yang jelas, apabila
terbukti terjadi pelanggaran oleh siswa? Pada dasarnya tata tertib adalah
pedoman perilaku siswa yang diharapkan, disamping perilaku yang tidak
diharapkan (larangan). Karena itu didalam tata tertib yang telah disusun,
sebaiknya ditetapkan juga secara bersama-sama serta secara transfaran bentuk
sanksi yang terdapat dibalik tata tertib tersebut. Istilah sanksi dalam tulisan ini
dapat dilihat dari dua sipat, yaitu ada yang bersipat positif dan ada yang
bersipat negatif. Sanksi dengan sipat positif adalah bentuk reaksi atau respon
yang diberikan kepada siswa yang telah menunjukan ketaatan dan
kepatuhannya terhadap tata tertib. Pemberian sanksi positif akan memberikan
dampak positif bagi pelakunya, yaitu perasaan senang/dihargai karena sudah
secara tulus mentaati dan tunduk terhadap tata tertib. Sedangkan bagi siswa
lain, sanksi positif dapat menjadi peringatan dan mendorong mereka untuk
melakukan hal yang sama.
Baik sanksi yang bersipat positif maupun yang bersipat negatif, semuanya
akan memperkuat motivasi pada diri setiap siswa untuk melakukan perilaku
yang baik, sebagaimana tata tertib yang disepakati. Apabila dicermati secara
mendalam, sanksi yang bersipat positif memiliki kemiripan/persamaan dengan
imbalan atau tepatnya mirip dengan “penguatan”. Sedangkan sanksi yang
ersipat negatif adalah tindakan yang diberikan kepada siswa sebagai respon
atau reaksi bagi siswa yang tidak taat dan tidak patuh terhadap tata tertib.
Dengan sanksi tersebut diharapkan tidak akan terjadi lagi perilaku yang tidak
diharapkan atau yang melanggar tata tertib. Dalam sanksi yang bersipat
negative terkandung makna bahwa apabila terjadi pelanggaran tata tertib,
maka bagi pelanggarnya akan diberikan ganjaran/hukuman.
Selanjutnya mengapa guru wajib sebagai model/tauladan? Didalam
sebuah sekolah/kelas, guru merupakan sosok individu yang selalu dan paling
dekat dengan siswa. Peran ini membuat banyak ahli manajemen pendidikan
mengatakan bahwa guru adalah “urat nadi dan darah kehidupan sekolah”.

4.22
Jadi, kehidupan sekolah/kelas dalam arti yang luas, sesungguhnya sangat
dipengaruhi oleh bagaimana perilaku guru (orang yang patut digugu dan
ditiru). Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebaik/selengkap apapun tata
tertib sekolah/kelas apabila tidak memiliki model atau sosok yang menjadi
panutan, maka semua tata tertib yang ada hanya akan menjadi rangkaian kata-
kata yang indah, tanpa makna.
Pernyataan diatas mengingatkan bahwa ketaatan dan kepatuhan siswa
terhadap tata tertib (disiplin), akan dapat terwujud apabila setiap guru dapat
menunjukan bahwa dirinya sebagai sosok yang memiliki perilaku yang sesuai
dan menjadi saksi hidup dalam penegakan disiplin. Karena ketaatan dan
kepatuhan terhadap peraturan, norma dan nilai hidup yang baik, bukan untuk
diucapkan atau ditulis, namun yang lebih penting adalah untuk dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat menjadi panutan/tauladan bagi orang
lain pada umumnya dan siswa pada khususnya.
Selanjutnya mengapa dalam hal tata tertib yang diutamakan kesadaran
diri, bukan paksaan kepada siswa? Dalam mewujudkan siswa yang taat dan
patuh terhadap perilaku hidup yang baik, adalah lebih tepat apabila apa yang
diperbuat siswa merupakan kemauan, ketulusan, dan muncul dari kesadaran
diri sendiri, bukan karena merasa dipaksa, apalagi karena merasa takut. Untuk
itu setiap guru semestinya memiliki sikap yang sabar, ulet dalam memberikan
pengertian dan pemahaman kepada setiap siswa, agar pemahaman dan
kesadaran terhadap pentingnya sikap hidup yang tertib (disiplin), sehingga
menjadi suatu kebiasaan yang kemudian bermuara pada suatu kebudayaan
hidup bagi siswa.
Berikut yang terakhir mengapa perlu sistem monitoring dan evaluasi
secara berkelanjutan terhadap tata tertib? Untuk memastikan bagaimana
pelaksanaan tata tertib disekolah/kelas, perlu dilakukan pemantauan. Dengan
cara ini akan diketahui dengan jelas bagaimana sesungguhnya tata tertib
tersebut diberlakukan atau dilaksanakan, kendala-kendalanya apa saja, atau
bagaimana dampaknya. Semua ini perlu dilakukan, sehingga akan diperoleh
data yang dapat menjadi bahan perbaikan selanjutnya.

4.23
Hubungan Disiplin, Tata Tertib dan Pendidikan Karakter
Karakter dapat diartikan sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi nilai-nilai kebajikan (virtues)
yang diyakini dan digunakannya sebagai landasan cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan
karakter adalah upaya atau proses menanamkan nilai-nilai kebajikan kepada
peserta didik agar memiliki pola pikir, pola rasa, dan pola tindak yang sesuai
dengan kebajikan.
Dalam praktiknya pendidikan karakter tidak berbasis pada materi yang
lebih bersipat teoritis, tetapi lebih menekan pada aktivitas atas proses dari
pendidikan itu sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan karakter
memberi tekanan pada bagaimana proses latihan dan pembiasaan terhadap
peserta didik, melalui pendidikan. Dengan kata lain, proses pendidikan
karakter lebih banyak melalui latihan, pembiasaan, contoh dan tauladan,
ketimbang menghafal materi tentang apa itu karakter.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan pendidikan karakter
adalah:

(a) Pendidikan Karakter bertujuan untuk membantu siswa untuk mengembangkan


potensi kebajikan sehingga terwujud dalam kebisaan baik (hati, pikiran,
perkataan, sikap, dan perbuatan),
(b) Menyiapkan siswa menjadi warga negara (Indonesia) yang baik dan
Mengarahkan siswa agar mampu membangun kehidupan yang baik, berguna dan
bermakna,

Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan karakter seperti di atas, maka


dapat ditarik kesimpulan bahwa antar pendidikan karakter, disiplin, dan tata tertib
memiliki hubungan yang erat. Untuk menjelaskan keterkaitan antara ketiga hal
(karakter, disiplin, dan tata tertib) dapat dilihat dalam uraian berikut. Bahwa pada
dasarnya tata tertib yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bahagian dari watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
4.24
nilai-nilai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakannya sebagai landasan
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak, sebagaimana pengertian dari
karakter. Hal ini disebabkan didalam tata tertib itu sendiri terkandung peraturan,
hukum, norma dan nilai yang apabila dipatuhi dan ditataati, maka akan menjadi
bahagian yang tidak terpisahkan dari karakter seseorang. Artinya adalah, apabila
seseorang memiliki perilaku yang sesuai dengan peraturan, hukum, norma dan nilai
yang berlaku, maka hal ini juga berarti orang tersebut telah menggambarkan nilai-
nilai kebijakan didalam kehidupannya. Atau dengan kata lain orang tersebut sudah
memiliki sebagian dari unsur karakter seperti yang dimaksudkan pada definisi
karakter. Perilaku tersebut juga menjadi indikator tentang bagaimana individu yang
dikatakan disiplin.
Menurut Puskur, karakter yang dikembangkan minimal mencakup: (a) Nilai-
nilai Jujur (religius, adil, ikhlas, berpikir positif), (b) Cerdas (kreatif,
mengendalikan diri, rendah hati, hemat), (c) Tangguh (mandiri, percaya diri,
tanggung jawab, disiplin, kerja keras, pantang menyerah) dan (d) Peduli (kasih
sayang, toleransi, santun, cinta damai, kerjasama, cinta tanah air). Apabila
diperhatikan didalam praktik persekolahan ada banyak kegiatan sekolah yang
memiliki keeratan dengan makna karakter yang akan dikembangkan. Sebagai
contoh misalnya; pada waktu akan memulai dan mengakhiri pelajaran, sering
ditemukan guru mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama. Contoh lain, pada
saat kegiatan diskusi, guru mengatur giliran setiap siswa untuk mengajukan
pendapat atau pertanyaan. Atau pada saat kerja kelompok, guru menunjuk salah
seorang siswa menjadi ketua kelompok. Atau dalam kegiatan pembelajaran guru
menugaskan setiap siswa untuk mempraktekan/memperagakan contoh-contoh
sikap sopan santun, dan sebagainya. Contoh-contoh di atas menegaskan bahwa
pendidikan karakter lebih banyak dilakukan melalui latihan dan pembiasaan,
selanjutnya diharapkan akan menjadi suatu kebudayaan. Dalam pendidikan
karakter sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Berkelanjutan;
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri (ekstra kurikuler), dan budaya
sekolah;

4.25
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
4. Proses pendidikan melibatkan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

Prinsip berkelanjutan mengandung pengertian bahwa proses pendidikan


karakter tidak boleh dilakukan hanya pada saat-saat tertentu yang terbatas dengan
ruang dan waktu. Artinya adalah pendidikan karakter harus dilakukan secara terus-
menerus tanpa batas ruang dan waktu dengan tanpa henti serta penuh ketulusan dan
keuletan. Hal ini mengingat pendidikan karakter tidak cukup hanya memberi
tekanan pada materi, tetapi lebih mengutamakan latihan-latihan dan pembiasaan diri
siswa.

Pada prinsip yang kedua, pendidikan karakter tidak hanya terbatas pada
beberapa mata pelajaran saja, tetapi dikemas secara apik oleh guru didalam seluruh
mata pelajaran, termasuk didalam kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah.
Misalnya melalui kegiatan kesenian, pramuka, pecinta alam, kelompok karya ilmiah,
kerohanian, PMI, dan sebagainya. Melalui kegiatan inilah para siswa dilatih dan
dibiasakan melakukan perilaku yang syarat dengan nilai-nilai kebajikan. Dalam
pendidikan karakter perlu diingat juga bahwa nilai-nilai kebajikan tidak untuk dihafal
(bukan untuk diketahui) sebagai pengetahuan semata-mata, tetapi dikembangkan
agar nyata terwujud dalam perilaku hidup siswa. Kata dikembangkan memiki makna
bahwa sesungguhnya nilai-nilai kebajikan yang dimaksud sebagian besar sudah
diketahui oleh siswa, sehingga yang terpenting adalah mengembangkan nilai-nilai
kebajikan tersebut melalui latihan yang berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan
dalam diri siswa. Pelibatan siswa dalam situasi dan kondisi yang menyenangkan,
merupakan salah satu prinsip pendidikan karakter. Pernyataan diatas menjelaskan
bahwa dalam proses latihan dan pembiasaan kepada siswa diupayakan selalu dalam
suasana yang menyenangkan. Dengan situasi menyenangkan akan dapat memicu
keterlibatan dan partisipasi aktif seluruh siswa dalam latihan dan pembiasaan. Hal ini
mengingatkan bahwa semua kegiatan harus dikemas dalam situasi yang gembira,
sehingga tidak ada perasaan terpaksa atau terbebani pada diri siswa.

4.26
Metode yang digunakan : ceramah bervariasi, diskusi, simulasi, latihan dan tugas kelompok.
Media yang digunakan : media klasikal, gambar-gambar, dan OHV.

Tugas: Coba anda jelaskan bagaimana cara untuk menanamkan sikap hidup disiplin dan tertib di
lingkungan kelas yang anda ajarkan.

Tes Formatif 12

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat:

1.Berikut ini adalah hal-hal yang termasuk dalam pengertian tata tertib sekolah, kecuali…
a. norma-norma
b.aturan-aturan
c. nilai-nilai
d. hukuman

2.Berikut ini adalah tujuan tata tertib bagi siswa, kecuali…


a. terhindar dari masalah
b. mengetahui tugas dan kewajiban
c. kegiatan terlaksana dengan baik
d. hasil belajar meningkat

3. Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang
disetujui oleh anggota kelompok tersebut, pernyataan ini merupakan..
a. fungsi tata tertib
b. tujuan tata tertib
c. pengertian tata tertib
d. prinsip tata tertib

4. Dalam membina siswa agar kehidupan kelas dan sekolah tertib, guru harus memperhatikan hal-hal
berikut ini, kecuali…
a. tata tertib sebaiknya disusun dan disepakati bersama antara guru dan siswa
b. guru wajib sebagai model/tauladan.
c. utamakan kesadaran diri, bukan paksaan kepada siswa.
d. tata tertib disusun seluruhnya oleh siswa

5. Upaya atau proses menanamkan nilai-nilai kebajikan kepada peserta didik agar memiliki pola pikir,
pola rasa, dan pola tindak yang sesuai dengan kebajikan, dinamakan...
a. pendidikan akhlak
b. pendidikan budi pekerti
c. pendidikan kepribadian
d. pendidikan karakter

6. Membantu siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan sehingga terwujud dalam kebiasaan baik
(hati, pikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan), adalah tujuan pendidikan…
a. pendidikan akhlak
b. pendidikan budi pekerti
c. pendidikan kepribadian
d. pendidikan karakter

4.27
7. Menurut Puskur, karakter yang dikembangkan minimal mencakup unsur-unsur, kecuali…
a. nilai-nilai jujur (religius, adil, ikhlas, berpikir positif),
b. kecerdasan (kreatif, mengendalikan diri, rendah hati, hemat),
c. tangguh (mandiri, percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, pantang menyerah)
d. tangguh dalam persaingan, sikap mandiri yang ditekankan, dan loyal terhadap kelompok

8. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam pendidikan karakter, kecuali…


a. melalui semua matapelajaran di sekolah
b. berkelanjutan
c. tidak diajarkan tetapi dikembangkan
d. diajarkan serta dikembangkan

9. Pendidikan karakter yang efektif sebaiknya dilakukan melalui...


a.latihan dan pembiasaan
b. penekanan dan latihan
c.pembiasaan dan pengawasan
d. tekanan dan paksaan

10. Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan:


a. prinsip pendidikan karakter
b. fungsi pendidikan karakter
c.tujuan pendidikan karakter
d.manfaat pendidikan karakter

4.28
DAFTAR PUSTAKA

Ametembun, N.A. 1981. Manajemen Kelas . Bandung : Suri.

Badafal, I. 2003. Manajemen peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta:


Bumi Aksara.

Depdikbud. 1985. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta: Dirjen Dikti.

Depdikbud. 1993.Petunjuk peningkatan Mutu Pendidikan Dasar . Jakarta:


Dikdasmen.

Goleman. 1995. Emotional Intelligence; Why it can matter more than EQ,
New York : Bantam Books.

Goleman, 1999. Working With Emotional Intelligence, London: Blooombury


Publishinnng Pic.

Guruberbagirasa.blogspot.com/. (diambil 8 Okt. 2013)

Hadiat. 1984.Pengelolaan Kelas. Bandung : PPPG Bandung.

Hamalik, O. 1993. Psikologi Manajemen.Bandung: Trigendakarya.

Hasibuan. J.J., dan Moedjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Karya.

………….Ibnufajar75.wordpress.com/.../empat-kompetensi (Diambil 3 Desember 2013)

Imron, A., Maisyaroh., dan Burhanuddin. 2003. Manajemen Pendidikan.


Malang: UM

Kertonoegoro, S. 1985. Prinsif dan Teknik Manajemen. Yogyakarta: Ananda.

Pengertian Disiplin Dalam Proses Pendidikan, ) akrizz.blogspot.com › Pendidikan


(Diambil 3 Desember 2013).

Pengertian Disiplin Dan Meningkatkan Disiplin Siswa


https://www.facebook.com/permalink.php?id.. (Bayu Rinaldi. Diambil 3 Desember 2013)

Sion, H. 2005. Manajemen Kelas. Malang: UM

Soetjipto, dan Kosasi. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Stoner, A.F. Management. Prentice –Hill International, Inc., London.

Supriiyanto, A. 2003. Manajemen Kelas. Malang. UM.

Swastha, B. 1985. Azas-Azas Manajemen Modern. Yogyakarta: Liberti.


Tim Dosen Jurusan A.P. FIP. IKIP Malang. 1989. Administrasi Pendidikan.
Malang: IKIP Malang.

Yulk, G 1998. Leadership inOrganizations. Alih bahasa: Udaya, J. Jakarta:


Prenhallindo.

yayasankurniaalam.blogspot.com/.../makalah-tata-tertib (Diambil 3 Desember 2013).

Anda mungkin juga menyukai