Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AFTER CARE

VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)

Disusun oleh:
Rr. Hanna Puspitaningrum
1820221063

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

AFTER CARE
VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Oleh :
Rr. Hanna Puspitaningrum
1820221063

Jakarta,17 September 2019


Telah dibimbing dan disahkan oleh :

Pembimbing

(dr. Endang Prasetyowati, Sp.A)


BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit jantung kongenital merupakan kelainan struktur atau fungsi system


kardiovaskular yang ditemukan saat lahir maupun setelah dewasa. Secara umum penyakit
jantung congenital atau dikenali juga sebagai penyakit jantung bawaan (PJB) dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis: Penyakit Jantung Bawaan biru (PJB sianosis) dan Penyakit
Jantung Bawaan tidak biru (PJB non-sianosis). Penyakit Jantung Bawaan tidak biru merupakan
kelompok Penyakit Jantung Bawaan terbanyak ditemukan, yakni sekitar 75% dari semua
Penyakit Jantung Bawaan, sisanya merupakan kelompok Penyakit Jantung Bawaan biru.
Penyakit Jantung Bawaan biru ditandai dengan warna kebiruan tampak pada bibir,
ujung jari dan kuku, sehingga lebih mudah dikenali oleh orangtua. Warna kebiruan disekitar
bibir kuku ini sebagai akibat darah yang mengalir di dalam tubuhnya didominasi oleh sel darah
merah yang kandungan oksigennya rendah akibat pencampuran darah bersih dan darah kotor
(kurang oksigen). Penyakit Jantung Bawaan yang tidak biru bukan berarti lebih ringan
penyakitnya, hanya saja kadar oksigen dalam darahnya sama dengan normal. Pada penyakit
jantung bawaan yang tidak biru, mekanisme terjadinya adalah aliran darah terjadi dari kiri ke
kanan melalui kebocoran sekat antara jantung kanan dan jantung kiri, baik pada tingkat serambi
maupun bilik jantung. Dapat pula karena tidak menutupnya PDA pembuluh yang meng
hubungkan aorta dan arteri pulmonal (ductus arteriosus), yang pada bayi normal pembuluh
darah tersebut menutup beberapa saat setelah bayi lahir. Akibatnya darah yang dipompa ke
paru-paru menjadi berlebihan karena sebagian darah di ruang jantung kiri masuk ke bagian
jantung kanan. Beberapa contoh yang termasuk kelompok ini adalah kebocoran sekat serambi
yang disebut Atrial Septal Defect (ASD), kebocoran sekat bilik disevut ventricular septal defect
(VSD), dan duktus arteriosus yang tetap terbuka disebut sebagai patent ductus arteriosus
(PDA). Kasus yang dibawakan di atas merupakan salah satu dari penyakit jantung bawaan
tidak biru dan akan di diskusikan lebih lanjut.
BAB II
IDENTITAS PASIEN DAN RESUME

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. D
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Asinan RT 5/RW 2, Kecamatan Bawen

2.2 Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 40 tahun
Alamat : Jl. Asinan
Pekerjaan : Buruh penggilingan padi
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa

2.3 Resume Penyakit


 Pasien datang ke RSUD Ambarawa (13 Maret 2019) dengan keluhan demam sejak 3
hari SMRS, demam naik turun , pasien sudah sempat minum obat tetapi demam masih
naik turun, keluhan disertai dengan batuk berdahak namun dahak tidak dapat keluar,
batuk sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan sesak saat bernafas. Terdapat
penurunan berat badan pada pasien. Keluhan BAB cair disangkal. Pasien juga terdapat
keluhan malas menyusu. Keluhan bitnik kemerahan di tubuh disangkal.
 Sebelumnya pasien belum pernah mangalami hal serupa. Riwayat keluhan serupa di
keluarga disangkal, riwayat tekanan darah tinggi disangkal, riwayat konsumsi obat TB
disangkal, riwayat penyakit jantung dan ginjal disangkal, riwayat kejang disangkal.
 Pada hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu yang meningkat, yaitu 37,9 C,
Respiratory rate 60x/menit, heart rate 142x/menit, BB 5.4 kg. Pada hasil pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi dada, ictus kordis terlihat kuat angkat dan bergeser ke kiri di
ICS V linea aksilaris anterior sinistra.
 Pada hasil pemeriksaan penunjang seperti darah rutin didapatkan kadar Hb rendah
yaitu 9,9, Trombosit meningkat 408.000, monosit meningkat 0,908, eosinophil
menurun 0,779, anti salmonella Ig M 0, Anti dengue Ig G dan Ig M negative, dan
Morfologi Darah Tepi normal. Hasil dari foto thorax terdapat gambaran
bronkopneumonia.
 Kemudian pasien didiagnosis oleh dokter Pneumonia
 Selama di rawat di RSUD Ambarawa pasien telah diberikan terapi
- O2 2 LPM
- Infus KAEN 3A
- Injeksi vicilin 3x175 mg
- PO Paracetamol 60 mg/8 jam
- Nebul ventollin 1/3 (siang) tiap 4 jam
- Nebulizer Ventolin 1/3 + flexotide 1/3 amp + suction
- PO digoxin 2 x 0.01 mg
- Diit 8 x 60 – 90 cc OGT
 Pasien direncanakan unruk kontrol ke poli anak di RSUD Ambarawa tanggal 27
Maret 2019.

2.4 Edukasi Sebelum Pulang


 Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita anaknya yaitu pneumonia,
penyebabnya, perjalanan penyakit, dan komplikasinya
 Menjelaskan kepada keluarga pasien cara mengurangi atau mencegah kekambuhan
antara lain dengan melindungi anak dari ciuman di daerah wajah (pipi, dahi) dan
menggunakan bedak bayi karena dapat menyebabkan bakteri dan kuman masuk melalui
saluran pernafasan. Serta edukasikan kepada orang di rumah, jika keluarga ada yang
batuk atau pilek, gunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut sehingga
mengurangi factor resiko timbulnya radang paru. Edukasikan juga kepada keluarga
yang merokok supaya dapat berhenti merokok atau merokok diluar rumah dengan jarak
sejauh 25 meter.
 Menjelaskan pada keluarga mengenai cara mencegah terjadinya infeksi berulang,
pengaturan diet agar tidak kekurangan berat badan, osteoporosis, atau terjadi gizi
kurang maupun gizi buruk.
 Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pengobatan pada penyakit ini bersifat
jangka panjang, serta perlu sekali dilakukan pemantauan penyakitnya.
 Menjelaskan pada keluarga untuk kontrol rutin ke dokter dan minum obat secara
teratur.

2.5 Kontrol di Poli Anak


 Pasien datang dengan keluhan batuk dan sesak berkurang, namun masih terdapat
gejala anak malas menyusu dan berat badan sulit naik.
 Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan heart rate 138x/menit, respiratory rate
50x/menit, suhu 37.6, BB 6.1 kg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya retraksi
dada dan ictus cordis terlihat kuat angkat dan bergerser ke linea aksilaris anterior
sinistra di ICS 5. Tidak terdapat kebiruan pada mulut dan ektremitas.
 Kemudian pasien didiagnosa adanya PJB yaitu Ventricular Septal Defect (VSD).
Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Kariadi untuk mendapatkan pemeriksaan dan
penatalaksanaan lebih lanjut.
 Pasien dijadwalkan untuk kontrol 2x dalam 1 bulan, namun saat ini pasien kontrol
menjadi 2 bulan sekali.
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Profil Keluarga Yang Tinggal Satu Rumah


3.1.1 Tabel Daftar Anggota Keluarga
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung
No. Nama Kedudukan Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (tahun) terakhir
1 Ny.D Ibu Perempuan 35 SMK buruh di
garmen
2 Tn. A Ayah Laki-laki 40 SMP Buruh
penggilingan
padi
3 An. L Anak Perempuan 12 SMP Pelajar
4 An. D Anak Perempuan 1 - -

3.1.2 Genogram Keluarga

Keterangan :
Laki laki Pasien

Perempuan
3.2 Denah Rumah

WC DAPUR

Jemur pakaian

Kamar kamar
Kedua ketiga

ruang
keluarga

kamar
utama ruang tamu

3.3 Edukasi Saat Kunjungan

 Menjelaskan kembali kepada keluarga tentang penyakit yang diderita anaknya yaitu
VSD, penyebabnya, perjalanan penyakit, dan komplikasinya
 Menjelaskan kepada keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat memicu perburukan
penyakit anaknya.
 Menjelaskan pada keluarga mengenai cara mencegah terjadinya perburukan
penyakitnya.
 Menjelaskan untuk tetap konsumsi makanan yang sehat dan menjaga berat badan agar
tidak terjadi kekurangan berat badan karena akan makin memperburuk kondisi
penyakitnya.
 Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pengobatan pada penyakit ini bersifat
jangka panjang dan perlu sekali dilakukan pemantauan penyakitnya.
 Menjelaskan pada keluarga untuk kontrol rutin ke dokter dan minum obat secara
teratur.
3.4 Faktor Pendukung Keberhasilan After Care Patient
 Keluarga bersedia untuk didatangi rumahnya
 Keramahan keluarga menyambut kedatangan saya
 Keluarga mengikuti saran untuk dirujuk ke RS. Kariadi
 Keluarga memperhatikan dengan baik ketika diberikan penjelasan mengenai keadaan
anaknya
 Keluarga berkeinginan dan berusaha untuk selalu membawa pasien ke RS untuk
berobat meskipun jauh.

3.5 Faktor Penghambat Keberhasilan Pasien


 Tempat tinggal pasien bertetangga dengan penduduk desa yang halus tutur kata,
sehingga pasien terkadang sungkan untuk menjuhkan anaknya dari tetangganya jika
akan dicium di bagian wajah.
 Faktor Ekonomi menyebabkan pasien harus mengeluarkan biaya transportasi setiap kali
ingin kontrol ke RS Kariadi dengan jarak rumah ke RS yang jauh.

3.6 Identifikasi Fungsi-fungsi Keluarga


- Fungsi Biologis
Pasien perempuan berusia 1 tahun, post opname dengan PJB dan pneumonia.
Keadaan pasien sudah membaik. Saat ini berat badan pasien sudah naik dari berat
sebelumnya. Saat ini pasien sedang belajar berjalan dengan bantuan barang
disekitarnya. Keluhan sesak sudah tidak dirasakan dan retraksi dada sudah tidak terlalu
Nampak. Saat ini pasien batuk dan pilek sejak 1 minggu yang alu namun sudah berobat
ke dokter keluarga, keluhan membaik.

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 14 September 2019


- Kesadaran : E4 V6 M5
- Keadaan umum: tampak sakit ringan

Tanda-tanda vital :
- Frekuensi Nadi : 138 kali/menit, kuat angkat, irama teratur (reguler), isi cukup
- Frekuensi Nafas : 32 kali/menit, teratur
- Suhu : 36,6 oC
Data Antropometri
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- BB sekarang : 7.1 kg
- TB sekarang : 70 cm
- LK : 43 cm
- LD : 47 cm
- LP : 43 cm
- LILA : 11 cm
- IMT : 14.5 kg/m2
- BB/U : dibawah -2 SD
- TB/U : dibawah -2 SD
- IMT/U : 0 s/d -1 SD
- Kesan : Status gizi kurang

Kepala : Mikrocephal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah


dicabut, kulit kepala sehat.
Wajah : Tidak tampak adanya edema, tidak pucat, tidak kuning,
Mata : Kedudukan simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik tidak
ada, pupil bulat, isokor, 2mm/2mm, reflex cahaya langsung (+/+),
reflex cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung : Bentuk dan posisi normal, napas cuping hidung tidak ada, tidak
terdapat deviasi septum nasi ,ada sekret, tidak ada epistaksis.
Telinga : Bentuk normal, tidak ada sekret, nyeri tekan tragus tidak ada, tidak
ada tanda-tanda peradangan.
Mulut : Mukosa bibir licin, bibir tidak sianotik, perdarahan gusi tidak ada,
atrofi papil lidah tidak ada, stomatitis tidak ada.
Leher : Tidak ada kelainan bentuk leher, kelenjar getah bening tidak teraba
membesar. Trakea berada di tengah, tidak ada deviasi. Tidak teraba
massa lainnya. JVP (5+-2) cmH20
Thoraks : bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri saat statis dan
dinamis. Tidak terdapat jaringan parut.
Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
- Palpasi : Vocal fremitus sama kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, tidak ada rhonki dan tidak ada wheezing.
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis (+) di ICS 5 linea aksilaris anterior sinistra
- Palpasi :lIctus kordis teraba (+) di ICS 5 linea aksilaris anterior sinistra
- Perkusi : redup, batas jantung kasar kesan jantung tidak membesar.
- Auskultasi: Bunyi Jantung I-II regular, murmur (+) pansistolik
Abdomen :
- Inspeksi : Datar, tidak ada luka,tidak ada sikatrik
- Auskultasi: Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen.
- Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan abdomen, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
- Ekstemitas Atas : Akral hangat, tidak edema, CRT < 2 detik.
- Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema, CRT < 2 detik

- Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama ibu, ayah, dan omnya dengan jumlah anggota keluarga
sebanyak 5 orang. Sehari hari, pasien tidur bersama Ibunya. Pasien adalah anak kedua
dari 2 bersaudara. Oleh karena itu, pasien sangat disayang oleh ibu dan ayahnya.

- Fungsi Ekonomi
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Dengan kondisi rumah yang tidak
terlalu besar dan sudah mendapatkan listrik. Biaya kehidupan sehari-hari untuk anak-
anak berasal dari pekerjaan ayah dan ibunya sebagai buruh padi dan buruh garmen.

- Fungsi Religius
Pasien dan keluarganya adalah seorang muslim. Pasien biasanya selalu
beribadah bersama dengan ayah dan ibunya, terkadang juga pasien sering beribadah ke
masjid bersama Ibunya.
- Fungsi Sosial Budaya
Kedudukan keluarga pasien di tengah lingkungan sosial adalah warga biasa.
Keluarga pasien sering bersosialisasi dengan dengan tetangga sekitarnya.

- Pola Konsumsi Pasien


Ibu pasien mengatakan anaknya sudah semakin membaik. Di rumah biasanya
Ibunya memasak makanan sendiri. Makanan yang biasa dikonsumsi seperti tempe,
tahu, ayam, ikan (bergantian) dengan sayur mayur seperti sawi, bayam, kangkung dll.
Keluarga pasien memang jarang dalam mengkonsumsi buah-buahan. Ibunya juga
memasak makanan khusus untuk pasien yaitu nasi, wortel, bayam, ikan yang diblener
sebagai makanan padat tambahan untuk pasien.

3.7 Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan


- Faktor Perilaku
 Pasien selalu dijaga higienitasnya oleh ibu
 Ibu pasien sangat memperhatikan asupan makan pasien
 Keluarga rajin dalam menjaga kebersihan rumah
- Faktor Non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan disekitar rumah pasien dekat. Jarak
pelayanan kesehatan terdekat dari rumah pasien yaitu sekitar 5 meter dari
rumah. Sarana pelayanan kesehatan tersebut adalah Bidan.

3.8 Identifikasi Lingkungan Rumah


Rumah pasien memasuki jalanan yang bergang, letak rumahnya berada di kiri jalan
setelah masuk gang, dekat dengan jalan raya. Rumah pasien berada di kiri jalan setapak
setelah melewati sedikit tanjakan. Depan rumah pasien terdapat jalan setapak dan
berseberangan dengan rumah warga lainnya. Samping rumah pasien terdapat tanah kosong
yang digunakan untuk tempat bermain anak-anak penduduk sekitar. Rumah pasien terletak
tidak jauh dari pusat kota, terdapat teras dibagian depan rumah, saat masuk kedalam rumah
terdapat ruang keluarga dan terdapat 3 kamar tidur. Di dalam kamar utama terdapat
jendela,1 kasur dan 1 lemari, di kamar anak tidak terdapat jendela dan di kamar bermain
terdapat jendela. Didekat kamar bermain terdapat dapur dan terdapat alat-alat untuk masak.
Dibelakang terdapat jamban dan sekitar 5 meter dari jamban terdapat sumur.
Dinding rumah sebagian dengan tembok di cat. Ventilasi udara sangat cukup, dimana
sirkulasi udara melalui jendela dan pintu rumah yang lebar. Cahaya matahari dapat masuk
ke rumah melalui jendela dan pintu, pintu yang berada di ruang keluarga sering dibuka,
cahaya dan udara masuk melalui pintu yang terbuka. Saat masuk ke dalam rumah sinar
matahari hanya masuk sampai batas ruang keluarga.
Dapur dan wc letaknya berdekatan. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari
air sumur, sumber listrik dari PLN, sampah dibuang ke tempat sampah yang terletak di
depan rumah.

3.9 Tabel Permasalahan

Permasalahan Penyelesaian

- Kurangnya pengetahuan - Memberikan penjelasan yang dapat diterima oleh


keluarga mengenai penyakit keluarga mengenai penyakit dan dampak bila tidak
pasien ditangani
- Edukasi mengenai faktor-faktor yang dapat memicu
kekambuhan penyakit pasien
- Edukasi mengenai cara mencegah kekambuhan penyakit
pasien.
- Edukasi untuk memperhatikan dan memilih asupan
makanan yang sesuai untuk pasien
- Edukasi untuk tetap rutin kontrol ke RS dan konsumsi obat
rutin yang dianjurkan oleh dokter.

- RS Jauh untuk pengambilan - Saat kontrol meminta dianterkan oleh suaminya


obat (kontrol)
BAB IV
KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

Hasil pembinaan keluarga dilakukan pada tanggal 14 September 2019. Dari


pembinaan keluarga tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :
IV.1 Tingkat pemahaman
Orang tua pasien cukup paham mengenai penyuluhan yang diberikan oleh
dokter muda. Terbukti dengan tercapainya perubahan sikap dan perilaku sesuai yang di
harapkan.

IV.2 Hasil pemeriksaan


Keadaan pasien sudah membaik, namun karena penyakit VSDnya,
perkembangan pasien tertinggal dengan teman sebayanya. Keluhan lainnya yang
didapatkan saat dirawat di RSUD Ambarawa sudah mengalami perbaikan yang
signifikan. Penarikan dinding dada saat bernafas sudah sangat berkurang, dan pasien
terlihat lebih aktif dari sebelumnya.

IV.3 Faktor Pendukung


◦ Keluarga bersedia untuk didatangi rumahnya.
◦ Keramahan keluarga menyambut kedatangan kami.
◦ Keluarga mengikuti saran untuk dirujuk ke RS. Kariadi
◦ Keluarga memperhatikan dengan baik ketika diberikan penjelasan mengenai
keadaan anaknya.
◦ Keluarga berkeinginan dan berusaha untuk selalu membawa pasien ke RS
untuk berobat
IV.4 Faktor Penghambat Keberhasilan Pasien
- Lingkungan rumah pasien yang berada di pedesaan sehingga masih sangat
sungkan kepada tetanggany untuk menjauhkan anaknya dari cium di daerah
wajah.
- Faktor Ekonomi menyebabkan pasien harus mengeluarkan biaya transportasi
setiap kali ingin kontrol ke RS Kariadi dengan jarak rumah ke RS yang jauh.
LAPORAN FOTO KUNJUNGAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Frederick J.Schoen, Richard N.Mitchell. "The Heart." In Robbins Basics Pathology 8th
Editions, by Abil K.Abbas, Nelson Fausto, Richard N.Mitchell Vinay Kumar, 400-407. India:
Saunders, 2007.

2. Ammash NM, Warnes CA. Ventricular Septal Defects in Adults. Ann Intern Med.
2001;135:812-24.

3. Ramaswamy P, editor. Ventricular Septal Defects. USA: WebMD LLC; 2013. [cited.
http://emedicine.medscape.com/article/892980-medication#showall

4. Berg DD, Brown DW. Congenital Heart Disease. Pathophysiology of Heart Disease:
A Collaborative Project of Medical Students and Faculty. 5 ed. Lilly LS, editor.
London: Lippincott Williams & Wilkins; 2011; pg 372-374

5. Madyono, B. Kardiologi anak masa lampau, kini, dan masa mendatang: perannya
dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskular. Pidato pada upacara
pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam Ilmu Kardiologi Anak pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 11 Juni 1997.
6. Lancet 2005;365:891-900
7. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. Vol 2.
Saunders. 2004.
8. Tanner, K. Sabrine, N. Wren, C. Cardiovascular physiology, in neonatal cardiology.
The McGraw-Hill Companies pp.39-61 (2002).
9. Sastroasmoro S, Nurhanah W, Madiyono B Oesman IN, Putra ST. Association
between maternal hormone exposure and the debvelopment of congenital heart disease
of the conotruncal type A case control study. Paediatr Indones 1993;33;291-300.
10. Wren C, Richmond S, Donaldson L : Presentation of congenital heart disease in infancy
: implications for routine examination. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 1999 : 80 :
F49-F53.
11. Dinarevic S, Kurtagic S, Maksic H : Use of prostaglandins in neonatal Cardiology.
Med Arh. 2000 :54(5-6):279-82
12. Jordan SC,Scot O.Heart Disease in pediatrics 3rd.Butterworth&Co Publisher,Ltd
London 1989:71-169.

Anda mungkin juga menyukai