Anda di halaman 1dari 23

Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya manusia yang berkualitas
akan mampu mengelola sumberdaya alam dan memberi layanan secara efektif dan
efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua
bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikannya termasuk Indonesia.

Kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat dari kemampuan atau kompetensi yang
dimiliki lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Sekolah memiliki tugas untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup
di masyarakat dan mensejahterakan masyarakat. Sekolah harus mengetahui potensi yang
dimiliki setiap peserta didiknya, dan untuk Selanjutnya sekolah merancang pengalaman
belajar yang harus diikuti peserta didik agar memiliki kemampuan yang diperlukan
masyarakat. Dengan demikian potensi peserta didik akan berkembang secara optimal.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi Bangsa
Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 sebagai
penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pada Pasal 3 undang-undang tersebut menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang dijelaskan diatas, maka Pemerintah


menetapkan standar nasional pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah
tersebut menjelaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar
kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.

Selanjutnya pasal 11 PP Nomor 19 tahun 2005 ini menjelaskan bahwa beban belajar
untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan
formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar
minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan Sistem Kredit Semester
(SKS) ditetapkan oleh Peraturan Menteri berdasarkan usul dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Pada ayat ini dijelaskan pula bahwa, sekolah khususnya SMA/MA/
SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu sekolah kategori standar dan sekolah kategori mandiri. Pengkategorian ini
didasarkan pada tingkat terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. Oleh karenanya
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berupaya agar sekolah/madrasah yang berada dalam
kategori standar meningkat menjadi sekolah/madrasah kategori mandiri. Lebih jauh, PP
Nomor 19 tahun 2005 , Peraturan Peralihan pasal 94 ayat b menyatakan bahwa 7(tujuh)
tahun sejak diterbitkannya PP tersebut semua sekolah harus memenuhi SNP. Dengan
demikian maka semua SMA wajib untuk mengupayakan pencapain 8 SNP ini, dengan
atau tanpa bantuan.

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 1-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Dalam rangka pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA, Direktorat PSMA
telah melaksanakan program bimbingan pendampingan secara bertahap, dimulai pada
tahun 2007 dengan 441 SMA rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM). Selanjutnya pada
tahun 2008 menjadi 2.465 SMA, dan pada tahun 2009 menjadi 3.252 SMA. Direktorat
PSMA secara terus menerus melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap SMA
tersebut dalam kurun waktu 3 tahun, baik berupa bantuan keuangan (block grant),
dokumen dan pedoman yang mendukung terhadap pencapain SNP, maupun berupa
kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
SMA. Kegiatan yang dilaksanakan berupa asistensi bagi SMA, Penanggung Jawab Program
tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Provinsi yang dilaksanakan langsung oleh Direktorat
PSMA. Selain itu, dilaksanakan juga asistensi melalui pengiriman fasilitator ke Provinsi
dalam kegiatan workshop/asistensi dan revisi proposal yang dilaksanakan oleh masing–
masing Provinsi. Untuk selanjutnya, agar diperoleh gambaran hasil implementasi
program rintisan SKM ini, maka dilakukan supervisi yang pada tahun 2009 melibatkan 170
SMA di seluruh Provinsi.

Kegiatan lain yang telah dilaksanakan oleh Direktorat PSMA adalah bimbingan teknis
KTSP (Bimtek KTSP) yang merupakan kegiatan bimbingan yang diberikan kepada
pendidik dan tenaga kependidikan SMA dalam rangka memberikan pemahaman konsep
dan teknis persiapan, pelaksanaan dan evaluasi KTSP yang dilaksanakan dalam bentuk
workshop. Tujuan dari program tersebut adalah : (1) mendiseminasikan landasan
hukum/peraturan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Permendiknas dan Panduan
yang diterbitkan BSNP) yang menjadi acuan dalam pencapaian Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dan pelaksanaan KTSP, (2) meningkatkan kemampuan/keterampilan
peserta diklat/ bimtek antara lain dalam : penyusunan rencana pencapaian SNP,
penyusunan KTSP, pengembangan perangkat dan pelaksanaan pembelajaran, penyiapan
perangkat dan pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik, dan penyusunan
program muatan lokal.

Seluruh SMA wajib mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berbasis kompetensi. Menurut Wilson (2001), paradigma pendidikan berbasis kompetensi
yang mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian menekankan pada standar atau
hasil. Hasil belajar yang berupa kompetensi dicapai peserta didik melalui proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi
mengajar atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan pembelajaran yang dicapai
peserta didik dapat dilihat pada hasil ulangan dan ujian, serta tugas-tugas yang
dikerjakan peserta didik. Selain itu, sekolah harus menyusun dan memiliki berbagai
panduan, program kerja sekolah, dan mengevaluasi hasil pencapaian kinerjanya dalam
rangka terpenuhinya 8 SNP.

Direktorat Pembinaan SMA telah melaksanakan bimtek pelaksanaan KTSP ini di SMA
sejak tahun 2006. Sampai dengan tahun 2009 pelaksanaan bimtek telah menjangkau
7.467 sekolah, dengan melibatkan 58.812 orang guru, kepala sekolah dan pengawas,
serta unsur Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota. Bimtek KTSP dilaksanakan secara
berjenjang dan bertahap, mulai dari penyiapan rancangan program, bahan/materi dan
strategi pelaksanaannya, sampai dengan bimtek di tingkat sekolah, dan supervisi
keterlaksanaan KTSP di sejumlah SMA.

Meskipun program dan kegiatan ini telah dilaksanakan lebih dari 3 tahun, tetapi masih
ditemukan permasalahan yang menghambat terhadap pencapaian SNP tersebut. Dari 170
SMA yang disupervisi pada tahun 2009, ditemukan hanya beberapa SMA yang sudah siap
untuk menjadi SKM. Beberapa hal yang ditemukan antara lain; (1) hampir semua SMA
sudah memiliki dokumen SNP, namun makna dan esensinya belum banyak dipahami, (2)
sekolah mendapat kesulitan dalam menentukan prioritas program, (3) sekolah belum
optimal dalam mempromosikan program sekolah ke lingkungan internal (warga sekolah +
komite sekolah) dan ekternal (Pemda), (4) Sekolah masih menemui kesulitan dalam
menyusun dan mengimplementasikan KTSP, (5) masih ada SMA yang menyusun KTSP
2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 2-23
Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

tanpa prosedur yang benar, dan (6) masih ada SMA yang mengadopsi KTSP SMA lain,
meskipun SMA yang KTSP nya diadopsi tersebut tidak memiliki karakteristik yang sama.

Selain dari itu, masih ada SMA yang memahami bahwa pemenuhan SNP adalah kewajiban
yang harus dicapai sekolah sesuai dengan tuntutan PP nomor 19 tahun 2005 , Peraturan
Peralihan pasal 94 ayat b yang menyatakan bahwa 7(tujuh) tahun sejak diterbitkannya
PP tersebut semua sekolah harus memenuhi SNP. Sementara itu, berbagai program yang
dilakukan oleh pusat, propinsi, kabupaten/kota baik yang berupa bantuan dana (block
grant) ataupun bantuan pendampingan yang berupa kegiatan, hanya sebagai stimulus
dalam pemenuhan SNP tersebut.

Memperhatikan berbagai permasalahan diatas, maka Direktorat Pembinaan SMA perlu


menyempurnakan Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM), sehingga lebih operasional dan
dapat membantu SMA dalam memanfaatkan seluruh sumberdayanya dalam mewujudkan
tuntutan PP nomor 19 tahun 2005 ini. Untuk selanjutnya, konsep ini juga diharapkan
dapat membantu SMA dalam memahami 8 (delapan) SNP, untuk kemudian dapat
menyusun strategi penyelenggaraan SKM agar pemenuhan SNP dapat terwujud dalam
waktu yang telah ditentukan.

Konsep SKM SMA pada dasarnya berisi tentang pengertian, karakteristik dan profil SKM di
SMA. Sebagai pendukung penerapan konsep ini, Direktorat Pembinaan SMA juga
menyusun naskah Pola Pembinaan SKM dan PBKL, Panduan Penyelenggaraan SKM lainnya
yang diperlukan. Melalui konsep dan panduan, serta juknis yang disusun, diharapkan
seluruh stakeholder pendidikan akan memahami konsep SKM, dan usaha–usaha serta
strategi apa yang harus dilakukan SMA, agar 8 SNP dapat dipenuhi.

B. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum Sekolah Kategori Mandiri (SKM) sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 huruf b dan huruf f, bab IX pasal 35.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bagian ketiga pada Pasal 10 dan 11
tentang beban belajar dalam bentuk sistem paket dan sistem satuan kredit
semester (SKS)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota
5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pembiayaan Pendidikan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
7. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
8. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
9. Permendiknas Nomor 6 tahun 2007, sebagai Penyempurnaan Permendiknas Nomor
24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006
10. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
11. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
12. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
13. Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan
14. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
15. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
16. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan
2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 3-23
Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

17. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses


18. Permendiknas Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/
Madrasah
19. Permendiknas Nomor 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah
20. Permendiknas Nomor 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah
21. Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Konselor Sekolah/
Madrasah
22. Permendiknas Nomor 39 tahun 2009 tentang Beban Kerja Guru
23. Permendiknas Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan
24. Permendiknas Nomor 69 tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia
tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB

C. LANDASAN OPERASIONAL

Landasan operasional Sekolah Kategori Mandiri (SKM) sebagai berikut :

1. Kewajiban satuan pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan


Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Aturan Peralihan Pasal 94, butir b, paling
lambat 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut
mencakup 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yaitu :

a. Standar Isi (Permendiknas Nomor 22 tahun 2006) meliputi :


§ Kerangka dasar dan struktur kurikulum
§ Beban belajar
§ Kurikulum tingkat satuan pendidikan
§ Kalender pendidikan
§ Lampiran Standar Isi tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) untuk setiap mata pelajaran
b. Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dan
Permendiknas Nomor 48 tahun 2008) meliputi :
§ Standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah
§ Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran
§ Standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran
c. Standar Proses (Permendiknas Nomor 41 tahun 2007) mencakup :
§ Perencanaan proses pembelajaran
§ Pelaksanaan proses pembelajaran
§ Penilaian hasil pembelajaran
§ Pengawasan proses pembelajaran
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup kualifikasi dan
kompetensi meliputi :
§ Standar Pengawas Sekolah (Permendiknas Nomor 12 tahun 2007)
§ Standar Kepala Sekolah (Permendiknas Nomor 13 tahun 2007)
§ Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Permendiknas Nomor
16 tahun 2007)
§ Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 24
tahun 2008)
§ Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 25
tahun 2008)
§ Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 26
Tahun 2008)
§ Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Permendiknas
Nomor 27 Tahun 2008)

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 4-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

e. Standar Sarana dan Prasarana (Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007) meliputi:


§ Satuan pendidikan
§ Lahan
§ Bangunan gedung
§ Kelengkapan prasarana dan sarana : ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium
kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang
konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang
sirkulasi, tempat bermain/berolahraga.
f. Standar Pengelolaan (Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007) meliputi :
§ Perencanaan program
§ Pelaksanaan rencana kerja
§ Pengawasan dan evaluasi
§ Kepemimpinan sekolah/madrasah
§ Sistem informasi manajemen
g. Standar Pembiayaan (PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 62; PP No. 48 Tahun 2008
tentang pendanaan pendidikan dan Permendiknas Nomor 69 tahun 2009)
meliputi :
§ Biaya investasi
§ Biaya operasi
§ Biaya personal
h. Standar Penilaian Pendidikan (Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007)
mencakup :
§ Prinsip penilaian
§ Teknik dan instrumen penilaian
§ Mekanisme dan prosedur penilaian
§ Penilaian oleh pendidik
§ Penilaian oleh satuan pendidikan
§ Penilaian oleh pemerintah
2. Pemetaan sekolah berdasarkan tingkat pemenuhan Standar Nasional Pendidikan
(Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Penjelasan Pasal 11 Ayat (2) dan
Ayat (3)) :
a. Berkaitan dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, Pemerintah
memiliki kepentingan untuk memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/
madrasah yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan
dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
b. Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau
hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri,
dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke
dalam kategori standar.
c. Berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya Pemerintah dan
Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah/madrasah yang
masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori
mandiri.
3. Peran pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan (PP No. 19
Tahun 2005, Pasal 50, butir 2, 4 dan 5) :
a. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan nasional
b. Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan
pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas
penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah
c. Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
5. Kebijakan dan program teknis Dinas Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota berkaitan dengan SNP
2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 5-23
Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

D. TUJUAN

Konsep SKM ini bertujuan untuk:

1. Memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar dapat


meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu.
2. Menjamin dan mengendalikan mutu pelaksanaan pendidikan berdasarkan kriteria
minimal penyelenggaraan pendidikan di SMA.
3. Memberikan pemahaman tentang SKM berkaitan dengan SNP.
4. Memberikan arahan kepada SMA untuk melakukan upaya–upaya dalam rangka
pemenuhan SNP.
5. Menjadi dasar dalam menjalin kerjasama dan meningkatkan peran serta
stakeholder pendidikan di SMA melalui pola pembinaan, di tingkat Pusat dan
Daerah dalam pemenuhan SNP.
6. Memberikan arahan kepada pembina pendidikan dalam rangka pembinaan terhadap
SMA dalam pemenuhan SNP.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari konsep SKM SMA adalah :

1. Terwujudnya hasil pendidikan yang bermutu dan terukur.


2. Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan sesuai tuntutan
Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang penjaminan mutu pendidikan.
3. Terpahaminya konsep dan karakteristik SKM oleh stakeholder pendidikan di SMA.
4. Adanya sejumlah SMA yang terdorong untuk melakukan upaya-upaya peningkatan
mutu dan penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi/hampir memenuhi standar
nasional pendidikan.
5. Terjalinnya kerjasama dan terlaksananya peran serta stakeholder pendidikan di
SMA antara pusat dan daerah sesuai tugas dan perannya masing-masing .

F. SASARAN

Dokumen ini dapat digunakan oleh seluruh SMA, baik yang sedang menjalankan program
Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) maupun secara mandiri sedang merintis untuk
menerapkan SNP.

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 6-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

BAB II
KONSEP SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SKM) SMA

A. PENGERTIAN

Undang–Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan


bahwa sekolah sebagai organisasi yang khas mempunyai tugas dan fungsi pelayanan
masyarakat yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Selain
itu, sekolah juga merupakan institusi yang melaksanakan proses pendidikan dalam
tataran mikro yang menempati posisi penting, karena di sekolah akan terjadi proses
pendidikan dan proses sosial sehingga peserta didik dapat tumbuh kembang, dan
memperoleh bekal untuk kehidupan di masyarakat. Berkaitan dengan peran dan
kedudukan penting seklah, Moris et. al (2001) mendefinisikan fungsi sekolah sebagai
berikut : school give opportunity for self-development an social mobility; school
develop the individual’s comptence as aworker, citizen and parent; school contribute to
the economic growth of a society; School help to solve pressing social problem.

Memperhatikan fungsi sekolah yang dikemukakan oleh Moris diatas, maka sekolah
berkewajiban memberikan pelayanan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya, baik potensi akademik maupun potensi sosial. Lebih jauh sekolah
sebagai unit pelayanan teknis juga memiliki tanggungjawab terhadap orang tua dan
lingkungan dalam mengembangkan peserta didik untuk dapat mengekpresikan dirinya
dalam kehidupan sosial, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Haris (2003)
memberikan ilustrasi tentang sekolah yang efektif sebagai berikut : focus closely on
clsassroom improvement; Utilize discretye instruction or pedagogical strategies; apply
pressure at the implementation stage to ensure adherence to the programme; collect
systematic evaluative evidence about the impact upon schools and classroom; mobilize
change at a numbers for levels within the organization; generate cultural as well as
structural change; engage teachers in professional dialogue and development; provide
external agency and support.

Berdasarkan pernyataan Haris diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sekolah
yang efektif dituntut untuk untuk memiliki program kegiatan, baik yang berkaitan
dengan proses pembelajaran maupun yang berkaiatan dengan lingkungan. Program dan
kegiatan tersebut direvisi, dikembangkan, dan dievaluasi terus menerus, agar dampak
dan manfaat dari program atau kegiatan yang telah dilaksanakan dapat teramati.
Sekolah juga harus mengembangkan sumberdayanya melalui berbagai kegiatan dan
dukungan, internal maupun eksternal. Sejalan dengan ini, Lightfoot (1993) mengatakan
bahwa sekolah yang baik tidak berarti “….. does not absolute or discrete qualities of
excellence and perfection, but on views of institution that anticipate changes, conflict,
and imperfection”. Dengan demikian maka sekolah yang baik itu belum tentu segalanya
baik, tetapi sekolah itu juga dapat mengantisipasi perubahan dan konflik yang dihadapi.

Berkaitan dengan kualitas sekolah ini, maka Pemerintah menuntut SMA yang ada di
seluruh wilayah hukum Republik Indonesia untuk mencapai target standar sebagaimana
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
dari standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 7-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,


dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu, dan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Ketentuan penerapan SNP tersebut telah diatur dalam beberapa pasal dan
penjelasannya pada PP tersebut sebagai berikut :

1. Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir


memenuhi SNP ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum
memenuhi SNP ke dalam kategori standar
2. Pemerintah mendorong dan memfasilitasi diberlakukannya sistem satuan kredit
semester (SKS) karena kelebihan sistem ini yaitu lebih mengakomodasikan bakat,
minat, dan kemampuan peserta didik. Dengan diberlakukannya sistem ini maka
satuan pendidikan tidak perlu mengadakan program pengayaan karena sudah
tercakup (built in) dalam sistem ini. Terkait dengan itu SMA atau bentuk lain yang
sederajat dapat menerapkan sistem SKS. Khusus untuk SMA atau bentuk lain yang
sederajat yang berkategori mandiri harus menerapkan sistem SKS jika
menghendaki tetap berada pada kategori mandiri.
3. Satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.

Berdasarkan pada ketentuan penerapan SNP di atas maka dapat disimpulkan bahwa SMA
kategori mandiri adalah SMA yang telah mampu memberikan layanan pendidikan minimal
sesuai dengan standar nasional pendidikan, dan dapat memanfaatkan sumberdaya
internal dan didukung oleh sumberdaya eksternal.

Sistem SKS menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pengertian SKM SMA, artinya bahwa
suatu SMA belum masuk kategori mandiri jika belum menerapkan SKS.
Mempertimbangkan bahwa sampai saat naskah ini disusun belum diterbitkan ketentuan
yang mengatur SKS maka ruang lingkup konsep ini dibatasi pada pemahaman SKM dalam
arti memenuhi atau hampir memenuhi SNP.

B. KARAKTERISTIK

Karakteristik adalah ciri-ciri khusus SKM di SMA yang perinciannya dijabarkan dalam
profil. Karakteristis tersebut adalah :

1. Memiliki dokumen KTSP yang penyusunannya dilakukan melalui proses analisis


konteks, validasi dan rekomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan
verifikasi serta penandatanganan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, dan
pemberlakuannya disahkan Kepala Sekolah dengan pertimbangan Komite Sekolah
2. Seluruh guru menyusun perencanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan
pembelajaran sesusai dengan RPP, melakukan penilaian dengan berbagai cara, dan
menerapkan pembelajaran berbasis TIK.
3. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh proses pendidikan
untuk mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan
4. Merumuskan dan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk semua mata
pelajaran masing–masing ≥ 75 %, dengan target kelulusan 100% dan lulusan yang
diterima di Perguruan Tinggi ≥ 75%.
5. Memiliki lebih dari 75% guru berkualifikasi minimal D-IV atau S-I dengan latar
belakang pendidikan sama dengan mata pelajaran yang diampunya.
6. Seluruh tenaga tata usaha, laboran, dan pustakawan sesuai kualifikasi dan dapat
mengaplikasikan komputer dalam administrasi sekolah/tugasnya.
7. Memiliki tenaga khusus yang berfungsi dan diberdayakan dengan optimal, sehingga
sekolah terpelihara dengan baik

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 8-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

8. Memiliki jumlah rombongan belajar maksimal 27 rombel dengan jumlah peserta


didik maksimal 32 orang/rombel
9. Memiliki ruang kelas minimal sama dengan jumlah rombongan belajar yang
dilengkapi oleh perabot dan alat/media pembelajaran, serta jaringan listrik dan
internet yang memadai dan dapat menunjang pembelajaran berbasis TIK
10. Memiliki ruang pembelajaran lainnya yaitu perpustakaan laboratorium biologi,
laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium komputer, dan laboratorium
bahasa, dilengkapi dengan perabot, peralatan dan bahan sesuai standar serta
difungsikan secara terjadwal dan optimal
11. Memiliki ruang Kepala Sekolah dan Guru dilengkapi dengan perabot dan terhubung
dengan internet dan LAN
12. Memiliki ruang administrasi, gudang, ibadah, konseling, UKS dan OSIS dilengkapi
dengan perabot dengan kondisi tertata rapih, nyaman, dan aman
13. Memiliki sanitasi, keamanan dan kesehatan dengan menyediakan toilet yang bersih
serta jumlah memadai, menjamin keamanan lingkungan sekolah dan menjaga
kebersihan
14. Seluruh ruang, bangunan, halaman, dan fasilitas dimanfaatkan secara optimal serta
dipelihara secara berkala, sehingga dapat berfungsi dengan baik, bersih, aman,
dan nyaman
15. Sekolah memiliki RKJM dan RKAS yang memuat semua kegiatan sekolah sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan sekolah yang ingin dicapai, disesuaikan dengan
program pemenuhan SNP dengan melibatkan semua personil sekolah berdasarkan
struktur organisasi yang ada dan uraian tuganya
16. Sekolah memiliki dokumen hasil evaluasi dan supervisi terhadap RJKM dan RKAS
sehingga pencapain sekolah dalam pemenuhan SNP dapat terukur dan terlihat, dan
dijadikan acuan dalam perbaikan program berikutnya
17. Seluruh guru memiliki program penilaian, melaksanakan penilaian sesuai program,
dan melakukan analisis terhadap hasil penilaian, serta melaksanakan program
perbaikan berdasarkan hasil analisis
18. Sekolah memiliki catatan pencapaian kemajuan seluruh peserta didik, hasil ujian,
dan analisis hasil ulangan dan ujian untuk dijadikan dasar dalam pengembangan
program penilaian berikutnya
19. Sekolah mengoptimalkan seluruh dukungan eksternal baik berupa moril/
pembimbingan maupun dukungan materil, serta melaksanakan program kemitraan
yang didokumentasikan dalam bentuk MOU

C. PENGORGANISASIAN PEMBINAAN SKM DI SMA

Berkaitan dengan pemetaan sekolah oleh Pemerintah berdasarkan tingkat pemenuhan


SNP menjadi kategori standar dan kategori mandiri, maka berbagai upaya ditempuh agar
alokasi sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu
sekolah/madrasah yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri
menuju kategori mandiri. Oleh karena itu pelaksanaan kebijakan tersebut di SMA
menjadi tanggung jawab bersama antara Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi,
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Sekolah didukung dengan pihak eksternal yang
terkait dengan SMA. Agar pelaksanaanya terkoordinasi dengan baik maka dikembangkan
model pengorganisasian pembinaan SKM di SMA dijelaskan dalam gambar berikut ini.

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 9-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Koordinasi dan Koordinasi dan


sinkronisasi program sinkronisasi program
pembinaan SKM 1. Kebijakan Rintisan SKM pembinaan SKM
2. Panduan-panduan pendukung SKM
3. Bimtek pengembangan program SKM
4. Supervisi dan evaluasi program SKM

1. Program pembinaan 1. Program Pembinaan


SKM SMA SKM SMA
2. Bantuan teknis, 2. Bantuan teknis,
manajerial, pendanaan manajerial, pendanaan
pemenuhan profil SKM pemenuhan profil SKM
3. Pemantauan, supervisi
SMA 3. Pemantauan, supervisi
dan evaluasi proses Kategori Mandiri dan evaluasi proses dan
dan hasil pelaksanaan hasil pelaksanaan
program SKM program SKM
4. Perluasan sasaran SKM Koordinasi Pembinaan SKM 4. Pengembangan
5. Pengembangan kerjasama pembinaan
kerjasama pembinaan SMA
SKM
Perguruan Tinggi/P4TK/LPMP/
Dewan Pendidikan dan Pemangku
Kepentingan Lainnya, antara lain:
Kemitraan, Pendampingan, Konsultasi,
Koordinasi, Narasumber, Bantuan
Pengembangan Pengembangan
kerjasama Material Pembelajaran kerjasama
pembinaan SKM pembinaan SKM

Gambar 1. Pengorganisasian pembinaan SKM di SMA


Penjelasan Gambar 1 di atas sebagai berikut :
1. Direktorat Pembinaan SMA sebagai pembina SKM SMA secara nasional memiliki
peran dan fungsi sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan program Rintisan SKM
b. Menyusun perangkat pendukung pelaksanaan program SKM
c. Mensosialisasikan program SKM kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/
Kota dan SMA sasaran
d. Memberikan bimbingan teknis dalam perencanaan dan pelaksanaan program
kerja SKM di SMA
e. Melaksanakan supervisi dan evaluasi pencapaian profil SMA
2. Dinas Pendidikan Provinsi sebagai pembina SMA di wilayahnya memiliki tugas
sebagai berikut :
a. Menyusun program pembinaan SKM di wilayahnya secara bertahap dan
berkelanjutan
b. Berperan dalam penyusunan dan pengembangan perangkat pendukung
pelaksanaan program SKM
c. Memberikan bimbingan teknis dan manajerial serta alokasi pendanaan dalam
rangka pemenuhan profil SKM mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi
d. Menambah jumlah SMA dengan kategori mandiri (SKM).
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai pembina SMA di wilayahnya memiliki
tugas sebagai berikut :
a. Menyusun program pembinaan SKM di wilayahnya secara bertahap dan
berkelanjutan
b. Berperan dalam penyusunan dan pengembangan perangkat pendukung
pelaksanaan program SKM
c. Memberikan bimbingan teknis dan manajerial serta alokasi pendanaan dalam
rangka pemenuhan profil SKM mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 10-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

d. Meningkatkan peran dan fungsi pengawas dalam pelaksanaan monitoring dan


supervisi pencapaian SNP oleh SMA
e. Menambah jumlah SMA dengan kategori mandiri (SKM)

4. SMA merupakan pelaksana program dengan tugas sebagai berikut:


a. Menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) untuk 4 tahun dan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk 1 tahun pelaksanaan
b. Menetapkan target pencapaian per tahun dan 4 tahun
c. Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proses dan
hasil program kerja
d. Melaksanakan program kerja tahunan seusai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
e. Optimalisasi pengggunaan dana sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
f. Optimalisasi peran dan fungsi personil sekolah sesuai dengan tupoksinya
masing–masing.
g. Melaksanakan evaluasi program secara berkala dan berkesinambungan
h. Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan program kerja kepada pihak–pihak
yang berwenang (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pemerintah Kab/Kota,
dan Komite Sekolah).

5. Dukungan Eksternal
Dukungan eksternal adalah peran serta pemangku kepentingan pendidikan di SMA
yang diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan dan pemenuhan SNP sesuai
dengan kebutuhan sekolah seperti dari Perguruan Tinggi, P4TK, LPMP, dan lain-
lain. Dukungan dapat diberikan dalam bentuk kemitraan, pendampingan,
konsultasi, koordinasi, narasumber, bantuan material pembelajaran dan
sejenisnya.

D. MODEL PENGEMBANGAN SKM DI SMA


Sekolah Kategori Mandiri merupakan kebijakan nasional dalam rangka menjamin dan
mengendalikan mutu pelaksanaan pendidikan berdasarkan kriteria minimal
penyelenggaraan pendidikan di SMA yang tertuang dalam 8 SNP. Mengacu pada
pengertian, tujuan dan pengorganisasian pembinaan SKM di SMA di atas maka
pengembangan SKM di SMA dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan
ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan sekolah. Model pengembangan SKM di SMA
digambarkan sebagai berikut :

2007-2009 2010-2012 Pembinaan Penguatan Penerapan SNP+SKS

RSKM 441 SMA 132 SMA Model SKM-PBKL-PSB

RSKM Provinsi

Pembinaan Penguatan Penerapan SNP+SKS


RSKM Mandiri oleh Sekolah

RSKM Kab/Kota
Pembinaan Penguatan Penerapan SNP+SKS
RSKM Mandiri oleh Sekolah

Penerapan 8 SNP Secara Bertahap dan Berkesinambungan


(Program Rintisan maupun Mandiri Sekolah) Penguatan Penerapan SNP+SKS

Gambar 2. Model pengembangan SKM di SMA

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 11-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Penjelasan Gambar 2. di atas sebagai berikut :

1. Pengembangan penerapan SKM di SMA dapat di bagi kedalam dua periode yaitu
periode rintisan (2007-2012) dan periode penguatan dimulai tahun 2013 dan
seterusnya.
2. Periode rintisan merupakan tahap pemahaman substansi SNP, konsolidasi kebijakan
ditingkat institusi pembina (Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), pembinaan terbatas pada sejumlah SMA, dan
penerapan secara bertahap di tingkat sekolah. Konsentrasi utama pada periode
rintisan adalah pemenuhan 8 SNP dan diharapkan dapat tercapai pada akhir tahun
2012 sebagaimana dipersyaratkan PP 19 tahun 2005 bahwa satuan pendidikan wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan SNP paling lambat 7 tahun setelah terbitnya
PP tersebut. Pada periode ini diharapkan seluruh SMA baik negeri maupun swasta
telah mulai merintis penerapan 8 SNP secara terprogram, bertahap dan terukur
dibawah pembinaan Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-
masing. Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan materi pendukung berupa
pedoman-pedoman pelaksanaan SKM, melaksanakan sosialisasi dan memberikan
bimbingan teknis rintisan pemenuhan SKM disejumlah SMA diseluruh provinsi. Dinas
Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merencanakan strategi
pencapaian SNP dan mengalokasikan sumberdaya untuk membantu SMA yang masih
dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri.
Pada akhir periode ini yaitu tahun 2012 Dit. Pembinaan SMA bersama-sama dengan
Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Sekolah
melakukan evaluasi keberhasilan pelaksanaan penerapan 8 SNP di sekolah.
3. Periode penguatan merupakan tahap pemantapan terhadap penerapan 8 SNP di
sekolah dengan menekankan pada penyempurnaan keterlaksanaan semua standar.
Pada periode ini jika telah tersedia perangkat pendukung SKS maka mulai dirintis
penerapannya. Secara bertahap sekolah diperkenalkan, diarahkan dan dibina untuk
menerapkan SKS. Dit. Pembinaan SMA mengembangkan pedoman-pedoman
pelaksanaannya, memprogramkan rintisan SKS dan memberikan bimbingan teknis
pelaksanaan SKS. Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
merencanakan strategi penyempurnaan keterlaksanaan semua standar dan
penerapan SKS didaerahnya masing-masing. Diharapkan dalam kurun waktu 4 tahun
setelah tahun 2013 lebih dari 75% SMA telah mencapai kategori mandiri yaitu
memenuhi/hampir memenuhi 8 SNP dan melaksanakan SKS.

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 12-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

BAB III
PENUTUP

1. Sekolah Kategori Mandiri bukan merupakan suatu program tetapi merupakan suatu
tahapan yang harus dicapai oleh semua SMA sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kewajiban untuk melaksanakan 8 SNP merupakan tanggungjawab bersama antara
Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan juga SMA itu sendiri. Dengan demikian
maka berdasarkan otonomi sekolah sesuai dengan PP nomor 19 tahun 2005 pasal 94 ayat
b, SMA harus berperan secara aktif dalam pemenuhan setiap SNP sesuai skala prioritas
yang ditentukan.

2. Keterbatasan infrastruktur, sarana prasarana, serta sumberdaya manusia yang dimiliki,


memungkinkan SMA untuk melaksanakannya secara bertahap sesuai dengan
kemampuannya. Meskipun demikian, pemenuhan Standar Isi, Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian harus menjadi
prioriras utama dalam pelaksanaannya.

3. Prioritas pentahapan tidak terbatas kepada standar yang masih kurang, tetapi juga harus
fokus kepada keajegan pencapaian standar, sehingga mutu sekolah dapat lebih
ditingkatkan, atau minimal dipertahankan.

4. Sekolah Kategori Mandiri bukan program Direktorat PSMA, Pemerintah Provinsi, ataupun
Pemerintah Kabupaten/Kota, tetapi merupakan program Pemerintah yang tertuang
dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Peralihan pasal 94 ayat b pada PP ini menjelaskan bahwa sekolah (dalam hal ini SMA)
harus sudah memenuhi atau hampir memenuhi 8 SNP tujuh tahun setelah PP tersebut
terbit. Dengan demikian maka kewajiban SMA untuk mencapai 8 SNP sesuai target waktu
yang ditetapkan (tahun 2012/2013) dengan atau tanpa bantuan Pusat atau Daerah.

5. Konsep SKM SMA ini dapat membantu Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan bantuan, bimbingan dan pembinaan terhadap SMA, sehingga 8 SNP dapat
dicapai sesuai waktu yang telah ditentukan.

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 13-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Lampiran 1. Profil Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

PROFIL SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SKM) SMA

Sekolah Kategori Mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi 8
SNP yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan dan melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS).
Kondisi tersebut digambarkan dalam bentuk profil yang menguraikan indikator-indikator
berupa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah. Profil SKM SMA merupakan gambaran
garis besar SMA yang telah memenuhi persyaratan sebagai SKM yang di jelaskan dalam bentuk
komponen, aspek dan indikator.

Komponen, Aspek, Indikator

1. Standar Isi
Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan isi sesuai
ketentuan dalam Panduan Penyusunan KTSP. Dokumen KTSP telah dinyatakan berlaku dan
digunakan oleh sekolah.
1.1 Dokumen KTSP
1.1.1 Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
penyusunannya dilakukan melalui proses analisis konteks, validasi dan
rekomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, verifikasi dan penanda
tanganan oleh Dinas Pendidikan Propinsi, serta pemberlakuannya disahkan
Kepala Sekolah dengan pertimbangan Komite Sekolah
1.1.2 Memiliki dokumen KTSP yang berisi visi, misi dan tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan; struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(mata pelajaran, mulok, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban
belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan,
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global),
kalender pendidikan, dan silabus
1.2 Dokumen silabus
1.2.1 Memiliki dokumen hasil pengkajian substansi SK/KD pada Standar Isi
1.2.2 Memilki dokumen hasil pemetaan Standar Isi untuk analisis SK/KD
1.2.3 Memiliki berbagai panduan dan contoh silabus yang dikembangkan oleh Pusat
sebagai referensi dalam penyusunan silabus yang dilakukan secara mandiri
1.2.4 Memiliki dokumen Silabus yang memuat pengalaman belajar yang luas
mencakup seluruh mata pelajaran, yang dikembangkan melalui proses
penjabaran SK/KD menjadi Indikator, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran
dan jenis penilaian

2. Standar Kompetensi Lulusan


Sekolah merumuskan dan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan menetapkan
kriteria kelulusan UN di atas kriteria kelulusan nasional dan US minimal sama dengan KKM.
Target kelulusan harus mencapai 100% dan mendorong siswa melanjutkan ke Perguruan Tinggi
mencapai lebih dari 75%.
2.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) :
2.1.1 Memiliki KKM berdasarkan hasil analisis kompleksitas materi, analisis intake
siswa, dan analisis daya dukung.
2.1.2 Menetapkan pencapaian rata-rata KKM peserta didik per mata pelajaran ≥75%
2.2 Kriteria kelulusan
2.2.1 Kriteria kelulusan US minimal sama dengan KKM setiap mata pelajaran
2.2.2 Persentase lulusan 100%
2.2.3 Persentase lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi ≥ 75%

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 14-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator

3. Standar Proses
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi
agar terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran dituangkan dalam bentuk
silabus dan dijabarkan ke dalam RPP serta dilengkapi degan bahan ajar. Proses pelaksanaan
pembelajaran mengacu pada persyaratan dan diawasi secara terprogram oleh kepala sekolah
serta dilakukan evaluasi.
3.1 Perencanaan Proses Pembelajaran
3.1.1 Memiliki dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) semua mata
pelajaran yang memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar
3.1.2 RPP merupakan penjabaran silabus dan disusun untuk setiap KD yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih dengan memasukkan
keunggulan lokal pada mata pelajaran yang relevan
3.1.3 Tersedia bahan ajar dalam bentuk (termasuk bahan ajar PBKL) : Bahan cetak
(modul, hand out, LKS, dll); Audio, visual, audio visual; Bahan ajar berbasis
TIK/multi media (CD interaktif, computer based)
3.2 Pelaksanaan proses pembelajaran
3.2.1 Pelaksanaan proses pembelajaran memenuhi persyaratan rombongan belajar (32
peserta didik), beban kerja minimal guru (24 jam tatap muka/minggu), rasio
minimal jumlah peserta didik terhadap guru 20:1, dan buku teks pelajaran
(rasio buku teks untuk peserta didik 1:1 per mapel dalam proses pembelajaran)
3.2.2 Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP
3.2.3 Menyusun jadwal pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan di luar jadwal rutin
3.2.4 Memiliki penasehat akademik yang dapat mendeteksi potensi peserta didik (bisa
dengan tes bakat disertai data prestasi belajar), memberikan bimbingan
akademik, membantu memecahkan masalah peserta didik
3.2.5 Menyusun dan melaksanakan program remedi sepanjang semester
3.2.6 Menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
3.3 Pengawasan proses pembelajaran
3.3.1 Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pemantauan proses pembelajaran
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran
dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawancara, dan dokumentasi
3.3.2 Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan supervisi proses pembelajaran pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dengan
cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi
3.3.3 Sekolah melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan cara membandingkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan
mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kompetensi guru
3.3.4 Guru memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan proses
pembelajaran (remedial dan pengayaan)
3.3.5 Memiliki laporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran dan dilaporkan kepada pemangku kepentingan
3.3.6 Memberikan penguatan dan penghargaan kepada guru yang telah memenuhi
standar dan teguran yang bersifat mendidik kepada guru yang belum memenuhi
standar

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 15-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
pendidik dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu tenaga pendidik secara kualitas harus
memenuhi kualifikasi akademik, sertifikasi profesi dan kesesuaian pendidikan dengan mata
pelajaran yang diajarkan. Sedangkan tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri dari
Kepala Sekolah, tenaga administrasi, pustakawan, tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan.
Tenaga kependidikan harus memenuhi persyaratan kompetensi yang dibutuhkan termasuk
kompetensi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran maupun administrasi sekolah.
4.1 Tenaga pendidik
4.1.1 Lebih dari 75% guru berkualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1)
4.1.2 Lebih dari 75% guru berlatar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
4.1.3 Lebih dari 75% guru bersertifikat profesi guru
4.2 Tenaga kependidikan
4.2.1 Tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium
4.2.2 Seluruh tenaga kependidikan memenuhi kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan yang sesuai
4.3 Tenaga layanan khusus
4.3.1 Satuan pendidikan memiliki tenaga layanan khusus meliputi penjaga sekolah,
tenaga kebersihan, pengemudi, tukang kebun, pesuruh.

5. Standar Sarana dan Prasarana


Sekolah memiliki sarana dan prasarana meliputi satuan pendidikan, lahan, bangunan gedung,
dan kelengkapan sarana dan prasarana. Aspek dan indikatornya adalah :
5.1 Satuan pendidikan
5.1.1 Memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar
5.2 Lahan
5.2.1 Luas lahan sekolah memenuhi rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik
(m2/peserta didik) (Lihat permendiknas No. 24/2007)
5.2.2 Lokasi sekolah berada pada lahan yang memenuhi persyaratan standar dalam
kesehatan, keamanan dan lingkungan
5.2.3 Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun
5.3 Bangunan gedung
5.3.1 Bangunan gedung memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap
peserta didik (m2/peserta didik) (Lihat permendiknas No. 24/2007)
5.3.2 Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, menyediakan
fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat, kenyamanan, sistem
keamanan, dan tersedia instalasi listrik sesuai kebutuhan (minimum 1.300 watt)
5.3.3 Bangunan secara berkala dilakukan pemeliharaan baik ringan maupun berat
5.4 Ruang kelas
5.4.1 Semua rombongan belajar mempunyai ruang kelas
5.4.2 Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik dengan rasio minimum luas
ruang kelas 2 m2/peserta didik
5.4.3 Ruang kelas dilengkapi sarana meliputi perabot (kursi dan meja peserta didik,
kursi dan meja guru, lemari dan papan pajang), media pendidikan (papan tulis),
perlengkapan lain (tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding, soket
listrik)

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 16-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator


5.5 Ruang perpustakaan
5.5.1 Luas minimum sama dengan luas satu ruang kelas
5.5.2 Ruang perpustakaan dilengkapi sarana meliputi buku (buku teks pelajaran 1:1
per peserta didik per mata pelajaran per pendidik dalam proses pembelajaran,
buku panduan pendidik, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar
lain), perabot (rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca,
kursi kerja, meja kerja, lemari katalog, lemari, papan pengumuman dan meja
multimedia), media pendidikan (peralatan multimedia), perlengkapan lain (buku
inventaris, tempat sampah, soket listrik dan jam dinding)
5.5.3 Memiliki Sistem Informasi Manajemen perpustakaan berbasis TIK
5.6 Laboratorium biologi
5.6.1 Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar
5.6.2 Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum 48 m2
termasuk ruang persiapan dan penyimpanan 18 m2
5.6.3 Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan
(alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, bahan habis pakai,
perlengkapan lain
5.7 Laboratorium fisika
5.7.1 Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar
5.7.2 Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik. Rombongan belajar
dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum 48 m2 termasuk ruang
persiapan dan penyimpanan 18 m2
5.7.3 Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan
(alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, perlengkapan lain
5.8 Laboratorium kimia
5.8.1 Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar
5.8.2 Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum 48 m2
termasuk ruang persiapan dan penyimpanan 18 m2
5.8.3 Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot termasuk almari asam
dan almari alat, peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan),
media pendidikan, perlengkapan lain
5.9 Laboratorium komputer
5.9.1 Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar yang
bekerja dalam kelompok @ 2 orang
5.9.2 Rasio minimum luas ruang laboratorium 2 m2/peserta didik
5.9.3 Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan
(alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, perlengkapan lain
5.9.4 Ruang laboratorium memiliki fasilitas pencahayaan dan pendingin ruangan
memadai yang disesuaikan dengan kondisi/kemampuan
5.9.5 Memiliki komputer minimal 20 unit yang terhubung dengan internet
5.9.6 Komputer terkoneksi dengan jaringan LAN
5.10 Laboratorium bahasa
5.10.1 Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar yang
bekerja dalam kelompok @ 2 orang
5.10.2 Rasio minimum luas ruang laboratorium 2 m2/peserta didik
5.10.3 Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan
(alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, perlengkapan lain
5.11 Ruang pimpinan
5.11.1 Luas minimum 12 m2 dan lebar minimum 3 m
5.11.2 Mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah
5.11.3 Ruang pimpinan dilengkapi sarana meliputi perabot, telekomunikasi, komputer,
internet dan perlengkapan lain

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 17-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator


5.12 Ruang guru
5.12.1 Rasio minimum luas ruang 4 m2/pendidik, luas minimum 72 m2
5.12.2 Mudah dicapai dari halaman sekolah atau dari luar lingkungan sekolah dan dekat
dengan ruang pimpinan
5.12.3 Ruang guru dilengkapi sarana meliputi perabot, telekomunikasi, komputer,
internet dan perlengkapan lain
5.12.4 Pengaturan ruang guru memungkinkan untuk mobilitas MGMP rumpun mata
pelajaran dan memberikan layanan konsultasi akademik siswa
5.13 Ruang tata usaha
5.13.1 Rasio minimum luas ruang 4 m2/petugas dan luas minimum 16 m2
5.13.2 Mudah dicapai dari halaman sekolah atau dari luar lingkungan sekolah dan dekat
dengan ruang pimpinan
5.13.3 Ruang tata usaha dilengkapi sarana meliputi perabot, dan perlengkapan lain
5.14 Tempat beribadah
5.14.1 Luas minimum 12 m2
5.14.2 Tempat ibadah dilengkapi sarana meliputi perabot, dan perlengkapan lain
5.15 Ruang konseling
5.15.1 Luas minimum 9 m2
5.15.2 Ruang koseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi
peserta didik
5.15.3 Ruang dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan konseling dan
perlengkapan lain
5.16 Ruang UKS
5.16.1 Luas minimum 12 m2
5.16.2 Ruang dilengkapi sarana meliputi perabot, dan perlengkapan lain
5.17 Ruang organisasi kesiswaan
5.17.1 Luas minimum 9 m2
5.17.2 Ruang dilengkapi sarana perabot
5.18 Jamban
5.18.1 Tersedia jamban dengan rasio 1 : 30 untuk peserta didik putri dan 1:40 untuk
peserta didik putra, dan minimal 1 unit untuk pendidik/ tenaga kependidikan
5.18.2 Luas minimum 2 m2/jamban
5.19 Gudang
5.19.1 Luas minimum 21 m2
5.19.2 Gudang dilengkapi sarana perabot
5.19.3 Berfungsi sebagai ruang penyimpanan alat–alat olah raga, alat–alat
kesenian/keterampilan, dan alat–alat/bahan lainnya
5.20 Ruang sirkulasi
5.20.1 Tersedia ruang sirkulasi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam
bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan
interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran
5.21 Tempat bermain/berolahraga
5.21.1 Memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta didik
5.21.2 Tempat bermain/berolahraga berupa ruang terbuka sebagian ditanami pohon
penghijauan
5.21.3 Dilengkapi dengan sarana yang meliputi peralatan pendidikan, perlengkapan lain
5.22 Kebersihan dan keindahan
5.22.1 Semua lahan, bangunan/gedung, sarana dan prasarana lainnya tertata rapih,
terpelihara, dan dalam keadaan bersih, aman dan nyaman

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 18-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator

6. Standar Pengelolaan
Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja,
pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah
mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana
kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan pedoman
pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan.
Disamping itu pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta
melibatkan peran serta masyarakat.
6.1 Perencanaan program :
6.1.1 Visi, misi dan tujuan sekolah yang telah disosialisasikan kepada warga sekolah
dan segenap pihak yang berkepentingan
6.1.2 Memiliki dokumen Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) empat tahunan yang
telah disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari
komite sekolah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota
bagi sekolah negeri dan oleh penyelenggara sekolah bagi sekolah swasta
6.1.3 Memiliki rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKA-S) yang telah disetujui rapat dewan pendidik setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah dan disahkan berlakunya oleh
dinas pendidikan kabupaten/kota bagi sekolah negeri dan oleh penyelenggara
sekolah bagi sekolah swasta
6.1.4 Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan serta
pengembangannya, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, budaya
dan lingkungan sekolah, peranserta masyarakat dan kemitraan, rencana-rencana
kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu
6.2 Pelaksanaan rencana kerja
6.2.1 Memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis
berupa : KTSP, kalender pendidikan/akademik, struktur organisasi sekolah,
pembagian tugas diantara guru dan tenaga kependidikan, peraturan akademik,
tata tertib sekolah, kode etik sekolah, biaya operasional sekolah
6.2.2 Memiliki Struktur organisasi sekolah berisi tentang sistem penyelenggaraan dan
administrasi dilengkapi dengan uraian tugas pimpinan, pendidik, dan tenaga
kependidikan tentang wewenang dan tanggung jawab
6.2.3 Melaksanakan program kerja tahunan sesuai dengan jenis kegiatan dan jadwal
yang telah ditetapkan
6.2.4 Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional proses
penerimaan peserta didik, melakukan orientasi peserta didik baru, memberikan
layanan konseling kepada peserta didik, melaksanakan kegiatan ekstra dan
kokurikuler, melakukan pembinaan prestasi unggulan, melakukan pelacakan
terhadap alumni
6.2.5 Melaksanakan KTSP, kalender pendidikan, program pembelajaran, penilaian
hasil belajar peserta didik, peraturan akademik sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan
6.2.6 Melaksanakan program pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan meliputi pembagian tugas, sistem penghargaan, pengembangan
profesi, promosi, mutasi
6.2.7 Melaksanakan program pengelolaan sarana prasarana sekolah meliputi
pemenuhan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan, melengkapi
sarana pembelajaran pada setiap kelas, pemeliharaan fasilitas fisik dan
peralatan; pengelolaan perpustakaan, pengelolaan laboratorium dan
pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 19-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator


6.2.8 Melaksanakan pengelolaan pembiayaan sesuai dengan pedoman pengelolaan
pembiayaan meliputi sumber pemasukkan, pengeluaran dan jumlah dana yang
dikelola; penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana diluar
dana investasi dan operasional; penggunaan anggaran keuangan sesuai dengan
RKA-S; dan pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan
anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah serta institusi di atasnya
6.2.9 Tercipta suasana, iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk
pembelajaran yang tercermin dari pelaksanaan tata tertib pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik; tersedianya petunjuk, peringatan dan larangan
dalam berperilaku di sekolah serta pemberian sangsi bagi warga yang melanggar
tata tertib; pelaksanaan kode etik peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan
6.2.10 Menjalin kemitraan dengan lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang
relevan berkaitan dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan yang
ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis
6.3 Pengawasan
6.3.1 Memiliki program pengawasan pengelolaan sekolah meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan
6.3.2 Komite sekolah melakukan pemantauan pengelolaan sekolah secara teratur dan
berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan
6.3.3 Kepala sekolah dan pengawas sekolah melaksanakan supervisi pengelolaan
akademik secara teratur dan berkelanjutan
6.3.4 Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir
semester yang ditujukan kepada kepala sekolah dan orang tua/wali peserta
didik
6.3.5 Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing
sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah
6.3.6 Kepala sekolah melaporkan hasil evaluasi kepada komite sekolah dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan sekurang-kurangnya setiap akhir semester
6.4 Evaluasi
6.4.1 Melakukan evaluasi diri kinerja sekolah untuk mengukur, menilai kinerja dan
melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan standar nasional pendidikan
secara periodik sekali setahun
6.4.2 Melaksanakan evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang
kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester akademik
6.4.3 Melaksanakan evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang
kurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah
6.4.4 Melakukan evaluasi keterlaksanaan dan pengembangan KTSP secara berkala
untuk merespon perubahan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta
perubahan sistem pendidikan, maupun perubahan sosial
6.4.5 Melakukan evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan secara
komperhensif pada setiap akhir semester, meliputi kesesuaian penugasan
dengan keahlian, keseimbangan beban kerja, kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan dalam pelaksanaan tugas, dengan memperhatikan pencapaian
prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik
6.4.6 Hasil akreditasi sekolah A
6.5 Kepemimpinan sekolah
6.5.1 Kepala Sekolah dibantu minimal tiga wakil kepala sekolah untuk bidang
akademik, sarana-prasarana, dan kesiswaan
6.5.2 Wakil kepala sekolah dipilih oleh dewan pendidik dan proses pengangkatan serta
keputusannya dilaporkan secara tertulis oleh kepala sekolah kepada institusi di
atasnya (untuk sekolah swasta institusi yang dimaksud adalah penyelenggara
sekolah)
6.5.3 Warga sekolah mengapresiasi secara positif kepemimpinan Kepala dan Wakil
Kepala sekolah

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 20-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator


6.6 Sistem Informasi Manajemen (SIM)
6.6.1 Menerapkan SIM untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien,
dan akuntabel
6.6.2 Menyediakan fasilitas informasi yang efisien, efektif, dan mudah diakses
6.6.3 Menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk melayani permintaan
informasi maupun pemberian informasi atau pengaduan dari masyarakat
berkaitan dengan pengelolaan sekolah baik secara lisan maupun tertulis dan
semuanya direkam dan didokumentasikan
6.6.4 Melaporkan data informasi satuan pendidikan yang telah terdokumentasikan
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

7. Standar Pembiayaan
Pembiayaan Sekolah didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja tahunan
meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal. Sumber pembiayaan
sekolah dapat berasal orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya.
Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara transparan dan akuntabel.
7.1 Jenis pembiayaan
7.1.1 Sekolah mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi : penyediaan
sarana prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, modal kerja tetap
7.1.2 Sekolah mengalokasikan biaya operasi meliputi : gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai; biaya operasi pendidikan tak langsung berupa
daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya
7.1.3 Sekolah mengalokasikan biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan
7.2 Sumber pembiayaan
7.2.1 Memiliki program dan upaya sekolah menggali dan mengelola serta
memanfaatkan dana dari berbagai sumber (orang tua peserta didik, masyarakat,
pemerintah dan donatur lainnya) melalui program yang rasional
7.2.2 Penghitungan standar biaya disesuaikan dengan biaya daerah dengan mengacu
kepada Permendiknas Nomor 69 tahun 2009 tentang standar biaya operasi non
personalia tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan
SMALB, pasal 2 ayat 3
7.3 Pelaporan
7.3.1 Membuat laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan

8. Standar Penilaian Pendidikan


Sekolah melaksanakan penilaian pendidikan melalui proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian mengacu pada
prinsip penilaian dengan menggunakan teknik dan instrumen penilaian yang sesuai berdasarkan
mekanisme dan prosedur penilaian terstandar. Penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan, dan pemerintah.
8.1 Prinsip penilaian
8.1.1 Seluruh Guru memiliki program penilaian, remedial dan pengayaan untuk semua
mata pelajaran dan diinformasikan kepada peserta didik
8.1.2 Menetapkan dan melaksanakan petunjuk pelaksanaan operasional yang
mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik dan
penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar
8.1.3 Semua RPP mencantumkan kegiatan dan program penilaian
8.2 Teknik dan instrumen penilaian
8.2.1 Teknik penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa, dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan
perseorangan atau kelompok

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 21-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator


8.2.2 Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi
persyaratan substansi (merepresentasikan kompetensi yang dinilai), konstruksi
(memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan),
bahasa (menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan taraf perkembangan peserta didik)
8.3 Mekanisme dan prosedur penilaian
8.3.1 Mengembangkan program penilaian menggunakan lima langkah yaitu menyusun
kisi-kisi tes, mengembangkan instrumen, melaksanakan tes, mengolah dan
menentukan kelulusan siswa dari sekolah, dan melaporkan dan memanfaatkan
hasil penilaian
8.3.2 Melakukan penilaian siswa pada pertengahan semester dan akhir semester untuk
semua siswa
8.3.3 Melakukan penilaian internal untuk semua mata pelajaran yang tidak dites
dalam UN
8.3.4 Guru Agama melakukan penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif
dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
8.3.5 Guru Pendidikan Kewarganegaraan melakukan penilaian kepribadian, dengan
memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang
relevan.
8.3.6 Menerbitkan surat keterangan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan
pengembangan diri yang ditandatangani oleh pembina kegiatan dan kepala
sekolah
8.3.7 Seluruh guru mata pelajaran menginformasikan hasil ulangan harian kepada
peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya
8.3.8 Seluruh guru mata pelajaran memberi remedi kepada peserta didik yang belum
mencapai KKM
8.3.9 Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam
bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan
deskripsi kemajuan belajar
8.4 Penilaian oleh pendidik
8.4.1 Guru menginformasikan silabus mata pelajaran kepada peserta didik pada awal
semester
8.4.2 Guru mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk
dan teknik penilaian yang dipilih
8.4.3 Guru melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
Diperlukan sesuai dengan RPP
8.4.4 Guru mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan
kesulitan belajar peserta didik
8.4.5 Guru mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai
balikan/komentar yang mendidik
8.4.6 Guru memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran
8.5 Penilaian oleh satuan pendidikan
8.5.1 Menetapkan dan mendokumentasikan KKM setiap mata pelajaran, kriteria
kenaikan kelas, dan kelulusan peserta didik
8.5.2 Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan
pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik
8.5.3 Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui
rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik
dan nilai hasil ujian sekolah

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 22-23


Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA

Komponen, Aspek, Indikator

9. Kesiapan Sekolah dan Dukungan Eksternal


Pelaksanaan program SMA Model RSKM/RSSN memerlukan kesiapan dari seluruh warga dalam
pemenuhan SNP, pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal, pelaksanaan pembelajaran
berbasis TIK dan pelaksanaan KTSP. Di samping itu dalam pelaksanaannya perlu mendapat
dukungan dari pihak luar sekolah. Dukungan tersebut sangat diperlukan karena SKM/SSN
merupakan peningkatan mutu sekolah berdasarkan delapan standar nasional pendidikan yang
memerlukan kerjasama dengan pihak di luar sekolah. Beberapa aspek dan indikator yang dapat
menjadi indikator dukungan tersebut antara lain :
9.1 Kesiapan sekolah
9.1.1 Melakukan analisis kondisi satuan pendidikan yang mencakup peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya dan program-
program untuk memperoleh kondisi riil satuan pendidikan terhadap kondisi ideal
sesuai tuntutan standar, sehingga diperoleh kesenjangan yang menjadi bahan
dalam penyusunan rencana kegiatan tindak lanjut
9.1.2 Memiliki program optimalisasi seluruh sumberdaya pendukung untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dalam pemenuhan SNP
9.1.3 Mendapat dukungan penuh dari seluruh pendidik dan tenaga kependidikan untuk
mencapai SKM
9.2 Dukungan Eksternal
9.2.1 Melakukan analisis kondisi lingkungan satuan pendidikan, mencakup komite
sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri
dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya, sehingga diperoleh
peluang dan tantangan untuk dijadikan bahan rencana kegiatan tahun
berikutnya
9.2.2 Melaksanakan program kemitaraan dengan pihak yang relevan sesuai dengan
rencana dan kebutuhan sekolah secara tertulis
9.2.3 Mendapat dukungan penuh dari Komite Sekolah
9.2.4 Mendapat dukungan penuh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
9.2.5 Melibatkan Perguruan Tinggi, LPMP, P4TK/PPPG dalam rangka pendampingan
dan pembimbingan proses pengembangan SKM-PBKL-PSB (persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi)
9.2.6 Melibatkan asosiasi profesi, organisasi non struktural (MKKS, MGMP, Dewan
Pendidikan, dan lembaga pendidikan lain) dalam proses pengembangan dan
pelaksanaan SKM

2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 23-23

Anda mungkin juga menyukai