BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya manusia yang berkualitas
akan mampu mengelola sumberdaya alam dan memberi layanan secara efektif dan
efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua
bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikannya termasuk Indonesia.
Kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat dari kemampuan atau kompetensi yang
dimiliki lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Sekolah memiliki tugas untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup
di masyarakat dan mensejahterakan masyarakat. Sekolah harus mengetahui potensi yang
dimiliki setiap peserta didiknya, dan untuk Selanjutnya sekolah merancang pengalaman
belajar yang harus diikuti peserta didik agar memiliki kemampuan yang diperlukan
masyarakat. Dengan demikian potensi peserta didik akan berkembang secara optimal.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi Bangsa
Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 sebagai
penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pada Pasal 3 undang-undang tersebut menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selanjutnya pasal 11 PP Nomor 19 tahun 2005 ini menjelaskan bahwa beban belajar
untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan
formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar
minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan Sistem Kredit Semester
(SKS) ditetapkan oleh Peraturan Menteri berdasarkan usul dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Pada ayat ini dijelaskan pula bahwa, sekolah khususnya SMA/MA/
SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu sekolah kategori standar dan sekolah kategori mandiri. Pengkategorian ini
didasarkan pada tingkat terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. Oleh karenanya
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berupaya agar sekolah/madrasah yang berada dalam
kategori standar meningkat menjadi sekolah/madrasah kategori mandiri. Lebih jauh, PP
Nomor 19 tahun 2005 , Peraturan Peralihan pasal 94 ayat b menyatakan bahwa 7(tujuh)
tahun sejak diterbitkannya PP tersebut semua sekolah harus memenuhi SNP. Dengan
demikian maka semua SMA wajib untuk mengupayakan pencapain 8 SNP ini, dengan
atau tanpa bantuan.
Dalam rangka pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA, Direktorat PSMA
telah melaksanakan program bimbingan pendampingan secara bertahap, dimulai pada
tahun 2007 dengan 441 SMA rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM). Selanjutnya pada
tahun 2008 menjadi 2.465 SMA, dan pada tahun 2009 menjadi 3.252 SMA. Direktorat
PSMA secara terus menerus melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap SMA
tersebut dalam kurun waktu 3 tahun, baik berupa bantuan keuangan (block grant),
dokumen dan pedoman yang mendukung terhadap pencapain SNP, maupun berupa
kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
SMA. Kegiatan yang dilaksanakan berupa asistensi bagi SMA, Penanggung Jawab Program
tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Provinsi yang dilaksanakan langsung oleh Direktorat
PSMA. Selain itu, dilaksanakan juga asistensi melalui pengiriman fasilitator ke Provinsi
dalam kegiatan workshop/asistensi dan revisi proposal yang dilaksanakan oleh masing–
masing Provinsi. Untuk selanjutnya, agar diperoleh gambaran hasil implementasi
program rintisan SKM ini, maka dilakukan supervisi yang pada tahun 2009 melibatkan 170
SMA di seluruh Provinsi.
Kegiatan lain yang telah dilaksanakan oleh Direktorat PSMA adalah bimbingan teknis
KTSP (Bimtek KTSP) yang merupakan kegiatan bimbingan yang diberikan kepada
pendidik dan tenaga kependidikan SMA dalam rangka memberikan pemahaman konsep
dan teknis persiapan, pelaksanaan dan evaluasi KTSP yang dilaksanakan dalam bentuk
workshop. Tujuan dari program tersebut adalah : (1) mendiseminasikan landasan
hukum/peraturan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Permendiknas dan Panduan
yang diterbitkan BSNP) yang menjadi acuan dalam pencapaian Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dan pelaksanaan KTSP, (2) meningkatkan kemampuan/keterampilan
peserta diklat/ bimtek antara lain dalam : penyusunan rencana pencapaian SNP,
penyusunan KTSP, pengembangan perangkat dan pelaksanaan pembelajaran, penyiapan
perangkat dan pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik, dan penyusunan
program muatan lokal.
Seluruh SMA wajib mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berbasis kompetensi. Menurut Wilson (2001), paradigma pendidikan berbasis kompetensi
yang mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian menekankan pada standar atau
hasil. Hasil belajar yang berupa kompetensi dicapai peserta didik melalui proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi
mengajar atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan pembelajaran yang dicapai
peserta didik dapat dilihat pada hasil ulangan dan ujian, serta tugas-tugas yang
dikerjakan peserta didik. Selain itu, sekolah harus menyusun dan memiliki berbagai
panduan, program kerja sekolah, dan mengevaluasi hasil pencapaian kinerjanya dalam
rangka terpenuhinya 8 SNP.
Direktorat Pembinaan SMA telah melaksanakan bimtek pelaksanaan KTSP ini di SMA
sejak tahun 2006. Sampai dengan tahun 2009 pelaksanaan bimtek telah menjangkau
7.467 sekolah, dengan melibatkan 58.812 orang guru, kepala sekolah dan pengawas,
serta unsur Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota. Bimtek KTSP dilaksanakan secara
berjenjang dan bertahap, mulai dari penyiapan rancangan program, bahan/materi dan
strategi pelaksanaannya, sampai dengan bimtek di tingkat sekolah, dan supervisi
keterlaksanaan KTSP di sejumlah SMA.
Meskipun program dan kegiatan ini telah dilaksanakan lebih dari 3 tahun, tetapi masih
ditemukan permasalahan yang menghambat terhadap pencapaian SNP tersebut. Dari 170
SMA yang disupervisi pada tahun 2009, ditemukan hanya beberapa SMA yang sudah siap
untuk menjadi SKM. Beberapa hal yang ditemukan antara lain; (1) hampir semua SMA
sudah memiliki dokumen SNP, namun makna dan esensinya belum banyak dipahami, (2)
sekolah mendapat kesulitan dalam menentukan prioritas program, (3) sekolah belum
optimal dalam mempromosikan program sekolah ke lingkungan internal (warga sekolah +
komite sekolah) dan ekternal (Pemda), (4) Sekolah masih menemui kesulitan dalam
menyusun dan mengimplementasikan KTSP, (5) masih ada SMA yang menyusun KTSP
2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 2-23
Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA
tanpa prosedur yang benar, dan (6) masih ada SMA yang mengadopsi KTSP SMA lain,
meskipun SMA yang KTSP nya diadopsi tersebut tidak memiliki karakteristik yang sama.
Selain dari itu, masih ada SMA yang memahami bahwa pemenuhan SNP adalah kewajiban
yang harus dicapai sekolah sesuai dengan tuntutan PP nomor 19 tahun 2005 , Peraturan
Peralihan pasal 94 ayat b yang menyatakan bahwa 7(tujuh) tahun sejak diterbitkannya
PP tersebut semua sekolah harus memenuhi SNP. Sementara itu, berbagai program yang
dilakukan oleh pusat, propinsi, kabupaten/kota baik yang berupa bantuan dana (block
grant) ataupun bantuan pendampingan yang berupa kegiatan, hanya sebagai stimulus
dalam pemenuhan SNP tersebut.
Konsep SKM SMA pada dasarnya berisi tentang pengertian, karakteristik dan profil SKM di
SMA. Sebagai pendukung penerapan konsep ini, Direktorat Pembinaan SMA juga
menyusun naskah Pola Pembinaan SKM dan PBKL, Panduan Penyelenggaraan SKM lainnya
yang diperlukan. Melalui konsep dan panduan, serta juknis yang disusun, diharapkan
seluruh stakeholder pendidikan akan memahami konsep SKM, dan usaha–usaha serta
strategi apa yang harus dilakukan SMA, agar 8 SNP dapat dipenuhi.
B. LANDASAN HUKUM
C. LANDASAN OPERASIONAL
D. TUJUAN
F. SASARAN
Dokumen ini dapat digunakan oleh seluruh SMA, baik yang sedang menjalankan program
Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) maupun secara mandiri sedang merintis untuk
menerapkan SNP.
BAB II
KONSEP SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SKM) SMA
A. PENGERTIAN
Memperhatikan fungsi sekolah yang dikemukakan oleh Moris diatas, maka sekolah
berkewajiban memberikan pelayanan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya, baik potensi akademik maupun potensi sosial. Lebih jauh sekolah
sebagai unit pelayanan teknis juga memiliki tanggungjawab terhadap orang tua dan
lingkungan dalam mengembangkan peserta didik untuk dapat mengekpresikan dirinya
dalam kehidupan sosial, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Haris (2003)
memberikan ilustrasi tentang sekolah yang efektif sebagai berikut : focus closely on
clsassroom improvement; Utilize discretye instruction or pedagogical strategies; apply
pressure at the implementation stage to ensure adherence to the programme; collect
systematic evaluative evidence about the impact upon schools and classroom; mobilize
change at a numbers for levels within the organization; generate cultural as well as
structural change; engage teachers in professional dialogue and development; provide
external agency and support.
Berdasarkan pernyataan Haris diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sekolah
yang efektif dituntut untuk untuk memiliki program kegiatan, baik yang berkaitan
dengan proses pembelajaran maupun yang berkaiatan dengan lingkungan. Program dan
kegiatan tersebut direvisi, dikembangkan, dan dievaluasi terus menerus, agar dampak
dan manfaat dari program atau kegiatan yang telah dilaksanakan dapat teramati.
Sekolah juga harus mengembangkan sumberdayanya melalui berbagai kegiatan dan
dukungan, internal maupun eksternal. Sejalan dengan ini, Lightfoot (1993) mengatakan
bahwa sekolah yang baik tidak berarti “….. does not absolute or discrete qualities of
excellence and perfection, but on views of institution that anticipate changes, conflict,
and imperfection”. Dengan demikian maka sekolah yang baik itu belum tentu segalanya
baik, tetapi sekolah itu juga dapat mengantisipasi perubahan dan konflik yang dihadapi.
Berkaitan dengan kualitas sekolah ini, maka Pemerintah menuntut SMA yang ada di
seluruh wilayah hukum Republik Indonesia untuk mencapai target standar sebagaimana
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
dari standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Berdasarkan pada ketentuan penerapan SNP di atas maka dapat disimpulkan bahwa SMA
kategori mandiri adalah SMA yang telah mampu memberikan layanan pendidikan minimal
sesuai dengan standar nasional pendidikan, dan dapat memanfaatkan sumberdaya
internal dan didukung oleh sumberdaya eksternal.
Sistem SKS menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pengertian SKM SMA, artinya bahwa
suatu SMA belum masuk kategori mandiri jika belum menerapkan SKS.
Mempertimbangkan bahwa sampai saat naskah ini disusun belum diterbitkan ketentuan
yang mengatur SKS maka ruang lingkup konsep ini dibatasi pada pemahaman SKM dalam
arti memenuhi atau hampir memenuhi SNP.
B. KARAKTERISTIK
Karakteristik adalah ciri-ciri khusus SKM di SMA yang perinciannya dijabarkan dalam
profil. Karakteristis tersebut adalah :
5. Dukungan Eksternal
Dukungan eksternal adalah peran serta pemangku kepentingan pendidikan di SMA
yang diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan dan pemenuhan SNP sesuai
dengan kebutuhan sekolah seperti dari Perguruan Tinggi, P4TK, LPMP, dan lain-
lain. Dukungan dapat diberikan dalam bentuk kemitraan, pendampingan,
konsultasi, koordinasi, narasumber, bantuan material pembelajaran dan
sejenisnya.
RSKM Provinsi
RSKM Kab/Kota
Pembinaan Penguatan Penerapan SNP+SKS
RSKM Mandiri oleh Sekolah
1. Pengembangan penerapan SKM di SMA dapat di bagi kedalam dua periode yaitu
periode rintisan (2007-2012) dan periode penguatan dimulai tahun 2013 dan
seterusnya.
2. Periode rintisan merupakan tahap pemahaman substansi SNP, konsolidasi kebijakan
ditingkat institusi pembina (Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), pembinaan terbatas pada sejumlah SMA, dan
penerapan secara bertahap di tingkat sekolah. Konsentrasi utama pada periode
rintisan adalah pemenuhan 8 SNP dan diharapkan dapat tercapai pada akhir tahun
2012 sebagaimana dipersyaratkan PP 19 tahun 2005 bahwa satuan pendidikan wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan SNP paling lambat 7 tahun setelah terbitnya
PP tersebut. Pada periode ini diharapkan seluruh SMA baik negeri maupun swasta
telah mulai merintis penerapan 8 SNP secara terprogram, bertahap dan terukur
dibawah pembinaan Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-
masing. Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan materi pendukung berupa
pedoman-pedoman pelaksanaan SKM, melaksanakan sosialisasi dan memberikan
bimbingan teknis rintisan pemenuhan SKM disejumlah SMA diseluruh provinsi. Dinas
Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merencanakan strategi
pencapaian SNP dan mengalokasikan sumberdaya untuk membantu SMA yang masih
dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri.
Pada akhir periode ini yaitu tahun 2012 Dit. Pembinaan SMA bersama-sama dengan
Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Sekolah
melakukan evaluasi keberhasilan pelaksanaan penerapan 8 SNP di sekolah.
3. Periode penguatan merupakan tahap pemantapan terhadap penerapan 8 SNP di
sekolah dengan menekankan pada penyempurnaan keterlaksanaan semua standar.
Pada periode ini jika telah tersedia perangkat pendukung SKS maka mulai dirintis
penerapannya. Secara bertahap sekolah diperkenalkan, diarahkan dan dibina untuk
menerapkan SKS. Dit. Pembinaan SMA mengembangkan pedoman-pedoman
pelaksanaannya, memprogramkan rintisan SKS dan memberikan bimbingan teknis
pelaksanaan SKS. Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
merencanakan strategi penyempurnaan keterlaksanaan semua standar dan
penerapan SKS didaerahnya masing-masing. Diharapkan dalam kurun waktu 4 tahun
setelah tahun 2013 lebih dari 75% SMA telah mencapai kategori mandiri yaitu
memenuhi/hampir memenuhi 8 SNP dan melaksanakan SKS.
BAB III
PENUTUP
1. Sekolah Kategori Mandiri bukan merupakan suatu program tetapi merupakan suatu
tahapan yang harus dicapai oleh semua SMA sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kewajiban untuk melaksanakan 8 SNP merupakan tanggungjawab bersama antara
Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan juga SMA itu sendiri. Dengan demikian
maka berdasarkan otonomi sekolah sesuai dengan PP nomor 19 tahun 2005 pasal 94 ayat
b, SMA harus berperan secara aktif dalam pemenuhan setiap SNP sesuai skala prioritas
yang ditentukan.
3. Prioritas pentahapan tidak terbatas kepada standar yang masih kurang, tetapi juga harus
fokus kepada keajegan pencapaian standar, sehingga mutu sekolah dapat lebih
ditingkatkan, atau minimal dipertahankan.
4. Sekolah Kategori Mandiri bukan program Direktorat PSMA, Pemerintah Provinsi, ataupun
Pemerintah Kabupaten/Kota, tetapi merupakan program Pemerintah yang tertuang
dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Peralihan pasal 94 ayat b pada PP ini menjelaskan bahwa sekolah (dalam hal ini SMA)
harus sudah memenuhi atau hampir memenuhi 8 SNP tujuh tahun setelah PP tersebut
terbit. Dengan demikian maka kewajiban SMA untuk mencapai 8 SNP sesuai target waktu
yang ditetapkan (tahun 2012/2013) dengan atau tanpa bantuan Pusat atau Daerah.
5. Konsep SKM SMA ini dapat membantu Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan bantuan, bimbingan dan pembinaan terhadap SMA, sehingga 8 SNP dapat
dicapai sesuai waktu yang telah ditentukan.
Sekolah Kategori Mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi 8
SNP yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan dan melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS).
Kondisi tersebut digambarkan dalam bentuk profil yang menguraikan indikator-indikator
berupa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah. Profil SKM SMA merupakan gambaran
garis besar SMA yang telah memenuhi persyaratan sebagai SKM yang di jelaskan dalam bentuk
komponen, aspek dan indikator.
1. Standar Isi
Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan isi sesuai
ketentuan dalam Panduan Penyusunan KTSP. Dokumen KTSP telah dinyatakan berlaku dan
digunakan oleh sekolah.
1.1 Dokumen KTSP
1.1.1 Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
penyusunannya dilakukan melalui proses analisis konteks, validasi dan
rekomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, verifikasi dan penanda
tanganan oleh Dinas Pendidikan Propinsi, serta pemberlakuannya disahkan
Kepala Sekolah dengan pertimbangan Komite Sekolah
1.1.2 Memiliki dokumen KTSP yang berisi visi, misi dan tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan; struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(mata pelajaran, mulok, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban
belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan,
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global),
kalender pendidikan, dan silabus
1.2 Dokumen silabus
1.2.1 Memiliki dokumen hasil pengkajian substansi SK/KD pada Standar Isi
1.2.2 Memilki dokumen hasil pemetaan Standar Isi untuk analisis SK/KD
1.2.3 Memiliki berbagai panduan dan contoh silabus yang dikembangkan oleh Pusat
sebagai referensi dalam penyusunan silabus yang dilakukan secara mandiri
1.2.4 Memiliki dokumen Silabus yang memuat pengalaman belajar yang luas
mencakup seluruh mata pelajaran, yang dikembangkan melalui proses
penjabaran SK/KD menjadi Indikator, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran
dan jenis penilaian
3. Standar Proses
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi
agar terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran dituangkan dalam bentuk
silabus dan dijabarkan ke dalam RPP serta dilengkapi degan bahan ajar. Proses pelaksanaan
pembelajaran mengacu pada persyaratan dan diawasi secara terprogram oleh kepala sekolah
serta dilakukan evaluasi.
3.1 Perencanaan Proses Pembelajaran
3.1.1 Memiliki dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) semua mata
pelajaran yang memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar
3.1.2 RPP merupakan penjabaran silabus dan disusun untuk setiap KD yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih dengan memasukkan
keunggulan lokal pada mata pelajaran yang relevan
3.1.3 Tersedia bahan ajar dalam bentuk (termasuk bahan ajar PBKL) : Bahan cetak
(modul, hand out, LKS, dll); Audio, visual, audio visual; Bahan ajar berbasis
TIK/multi media (CD interaktif, computer based)
3.2 Pelaksanaan proses pembelajaran
3.2.1 Pelaksanaan proses pembelajaran memenuhi persyaratan rombongan belajar (32
peserta didik), beban kerja minimal guru (24 jam tatap muka/minggu), rasio
minimal jumlah peserta didik terhadap guru 20:1, dan buku teks pelajaran
(rasio buku teks untuk peserta didik 1:1 per mapel dalam proses pembelajaran)
3.2.2 Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP
3.2.3 Menyusun jadwal pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan di luar jadwal rutin
3.2.4 Memiliki penasehat akademik yang dapat mendeteksi potensi peserta didik (bisa
dengan tes bakat disertai data prestasi belajar), memberikan bimbingan
akademik, membantu memecahkan masalah peserta didik
3.2.5 Menyusun dan melaksanakan program remedi sepanjang semester
3.2.6 Menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
3.3 Pengawasan proses pembelajaran
3.3.1 Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pemantauan proses pembelajaran
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran
dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawancara, dan dokumentasi
3.3.2 Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan supervisi proses pembelajaran pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dengan
cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi
3.3.3 Sekolah melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan cara membandingkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan
mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kompetensi guru
3.3.4 Guru memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan proses
pembelajaran (remedial dan pengayaan)
3.3.5 Memiliki laporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran dan dilaporkan kepada pemangku kepentingan
3.3.6 Memberikan penguatan dan penghargaan kepada guru yang telah memenuhi
standar dan teguran yang bersifat mendidik kepada guru yang belum memenuhi
standar
6. Standar Pengelolaan
Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja,
pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah
mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana
kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan pedoman
pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan.
Disamping itu pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta
melibatkan peran serta masyarakat.
6.1 Perencanaan program :
6.1.1 Visi, misi dan tujuan sekolah yang telah disosialisasikan kepada warga sekolah
dan segenap pihak yang berkepentingan
6.1.2 Memiliki dokumen Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) empat tahunan yang
telah disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari
komite sekolah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota
bagi sekolah negeri dan oleh penyelenggara sekolah bagi sekolah swasta
6.1.3 Memiliki rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKA-S) yang telah disetujui rapat dewan pendidik setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah dan disahkan berlakunya oleh
dinas pendidikan kabupaten/kota bagi sekolah negeri dan oleh penyelenggara
sekolah bagi sekolah swasta
6.1.4 Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan serta
pengembangannya, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, budaya
dan lingkungan sekolah, peranserta masyarakat dan kemitraan, rencana-rencana
kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu
6.2 Pelaksanaan rencana kerja
6.2.1 Memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis
berupa : KTSP, kalender pendidikan/akademik, struktur organisasi sekolah,
pembagian tugas diantara guru dan tenaga kependidikan, peraturan akademik,
tata tertib sekolah, kode etik sekolah, biaya operasional sekolah
6.2.2 Memiliki Struktur organisasi sekolah berisi tentang sistem penyelenggaraan dan
administrasi dilengkapi dengan uraian tugas pimpinan, pendidik, dan tenaga
kependidikan tentang wewenang dan tanggung jawab
6.2.3 Melaksanakan program kerja tahunan sesuai dengan jenis kegiatan dan jadwal
yang telah ditetapkan
6.2.4 Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional proses
penerimaan peserta didik, melakukan orientasi peserta didik baru, memberikan
layanan konseling kepada peserta didik, melaksanakan kegiatan ekstra dan
kokurikuler, melakukan pembinaan prestasi unggulan, melakukan pelacakan
terhadap alumni
6.2.5 Melaksanakan KTSP, kalender pendidikan, program pembelajaran, penilaian
hasil belajar peserta didik, peraturan akademik sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan
6.2.6 Melaksanakan program pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan meliputi pembagian tugas, sistem penghargaan, pengembangan
profesi, promosi, mutasi
6.2.7 Melaksanakan program pengelolaan sarana prasarana sekolah meliputi
pemenuhan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan, melengkapi
sarana pembelajaran pada setiap kelas, pemeliharaan fasilitas fisik dan
peralatan; pengelolaan perpustakaan, pengelolaan laboratorium dan
pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler
7. Standar Pembiayaan
Pembiayaan Sekolah didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja tahunan
meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal. Sumber pembiayaan
sekolah dapat berasal orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya.
Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara transparan dan akuntabel.
7.1 Jenis pembiayaan
7.1.1 Sekolah mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi : penyediaan
sarana prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, modal kerja tetap
7.1.2 Sekolah mengalokasikan biaya operasi meliputi : gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai; biaya operasi pendidikan tak langsung berupa
daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya
7.1.3 Sekolah mengalokasikan biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan
7.2 Sumber pembiayaan
7.2.1 Memiliki program dan upaya sekolah menggali dan mengelola serta
memanfaatkan dana dari berbagai sumber (orang tua peserta didik, masyarakat,
pemerintah dan donatur lainnya) melalui program yang rasional
7.2.2 Penghitungan standar biaya disesuaikan dengan biaya daerah dengan mengacu
kepada Permendiknas Nomor 69 tahun 2009 tentang standar biaya operasi non
personalia tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan
SMALB, pasal 2 ayat 3
7.3 Pelaporan
7.3.1 Membuat laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan