PENGERTIAN
Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah
dengue (DBD)
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi :
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
- Uji tourniquet positif ( > 20 petekie dalam 2,54 )
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna bekas suntikan, atau tempat lain
- Hematemesis atau melena
Trombositopenia ( ≤ 100.000/ )
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage :
- Hematokrit meningkat ≥ 20 % dibanding hematokrit rata-rata pada usia, jenis kelamin
dan populasi yang sama
- Hematokrit turun hingga ≥ 20 % dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan
- Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites dan hipoproteinemia
Derajat
I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya
berupa uji tourniquet positif dan/atau mudah memar
III : Terdapat kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin
dan lembab serta gelisah
IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidal teratur DBD derajat III dan IV digolongkan dalam
sindrom renjatan dengue
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb, Ht, lekosit, trombosit, serologi dengue
TERAPI
Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak
Farmakologis :
EDUKASI
tirah baring, makanan lunak
KOMPLIKASI
Rejatan, peradarahan, KID
DAFTAR PUSTAKA
ANAMNESA :
Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau
remitmen pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.
PEMERIKSAAN FISIK
Febris, kesadaran berkabut, bradikardi relative (peningkatan suhu 1°C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta
tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang pada prang Indonesia).
LABORATORIUM
Hepatitis Tifosa
Bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla (1990) : hepatomegali, ikterik, kelainan laboratorium
(antara lain : bilirubin > 30,6 umol/l, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan indeks PT), kelainan
histopatologi.
Tifoid Karier
Ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan feses atau urin pada seseorang tanpa tanda
klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus, malaria
TERAPI
Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak
Farmakologis :
Simtomatis
Antimikroba :
- Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam.
- Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan
kloramfenikol)
- Kotrimaksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
- Ampisilin dan amolsisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu
- Sefalosporin generasi III ; yang terbukti lebih efektif adalah seftriakson 3-4
gram. Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x 1 gram
- Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV) :
o Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
o Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
o Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
o Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
o Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksik tifoid, peritosinis atau perforasi,
renjatan septik
Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid yang mengalami renjatan septik dengan
dosis 3 x 5 mg
EDUKASI
- Tirah baring
- Makanan lunak
KOMPLIKASI
Intestinal
PROGNOSIS
Baik. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak adekuat atau ada komplikasi berat,
prognosis meragukan/buruk
KEPUSTAKAAN
1. Harjanto PN, Penanganan malaria berat. Penerbit buku kedokteran EGC 2000: 224-236:
2. WHO.,Anti malaria drug combination therapy. Report of WHO. Technical consultations,
April 2001
3. PB PAPDI, Standar pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam,
April 2005
DISPEPSIA
DIAGNOSIS
Anamnesis terdapatnya kumpulan gejala tersebut di atas
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit refluks gastroesofageal
Irritable Bowel Syndrome
Karsinoma saluran cerna bagian atas
Kelainan pancreas dan kelainan hati
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Endoskopi saluran cerna bagian atas dan biopsy, pemeriksaan terhadap adanya infeksi
Helicobacter pylori, pemeriksaan fungsi hati, amilase dan lipase, fosfatase alkali dan gamma GT,
USG Abdomen
TERAPI
Suportif : nutrisi
Pengobatan empirik selama 4 minggu
Pengobatan berdasarkan etiologi
KOMPLIKASI
Tergantung etiologi dispepsia
PROGNOSA : Baik
DAFTAR PUSTAKA
Dalam keadaan invisible water loss yang normal, pasien membutuhkan 300 – 500 ml
electrolyte free water perhari sebagian bagian dari total cairan yang diperlukan
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
HIPERTENSI
(mmHg) (mmHg)
Diagnosis
Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah yang dilakukan minimal
2 kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff yang
meliputi minimal 80 % lengan atas pada pasien dengan posisi duduk dan telah
beristirahat 5 menit.
Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik = suara fase 5
Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk menghindarkan kelainan
pembuluh darah perifer
Pegukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan pada pasien dengan risiko
hipotensi postural (lanjut usia, pasien DM, dll)
Faktor risiko kardiovaskular :
- Hipertensi
- Merokok
- Obesitas (IMT > 30)
- Inaktivitas fisik
- Dislipidemia
- Diabetes melitus
- Mikroalbuminuria atau LFG < 60 ml/menit
- Usia (laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun)
- Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular dini (laki-laki > 55 tahun atau
perempuan > 65 tahun)
Kerusakan organ sasaran :
- Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina atau riwayat infark miokard, riwayat
revaskularisasi koroner, gagal jantung
DIAGNOSIS BANDING
Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertension, rasa nyeri peningkatan tekanan
intraserebral, ensefalitis, akibat obat, dll
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis, tes fungsi ginjal, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto toraks, EKG; Sesuai penyakit
penyerta : asam urat, aktivitas renin plasma, aldosteron, kotekolamin urin, USG pembuluh darah
besar, USG ginjal, ekokardiografi
Penghambat ACE penyekat bat ACE atau antagonis reseptor Obat antihipertensi lain biladibutuh
reseptor β, penghambat AII atau penyekat reseptor β atau kan (diuretik, antagonis reseptor
Gagal Jantung ѵ ѵ ѵ ѵ ѵ
Pasca Infark ѵ ѵ ѵ
Miokard
Risiko Tinggi ѵ ѵ ѵ ѵ
Peny. Koroner
DM ѵ ѵ ѵ ѵ ѵ
Penyakit ѵ ѵ
Ginjal Kronik
Pencegahan ѵ ѵ
Stroke
Berulang
TERAPI
Pada penggunaan penghambat ACE atau antagonis reseptor AII : evaluasi kreatinin dan
kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35 % atau timbul hiperkelami harus
dihentikan
Kondisi khusus lain :
- Obesitas dan sindrom metabolik (terdapat 3 atau lebih keadaan berikut : lingkar
pinggang laki-laki > 102 cm atau perempuan > 89 cm, toleransi glukosa terganggu
dengan gula darah puas 110 mg/dl, tekanan darah minimal 130/85 mmHg,
trigliserida tingg 150 mg/dl, kolesterol HDL rendah < 40 mg/dl pada laki-laki atau <
50 mg/dl pada perempuan) modifikasi gaya hidup yang intensif dengan pilihan
terapi utama golongan penghambat ACE. Pilihan lain adalah antagonis reseptor AII,
penghambat kalsium dan penghambat α
- Hipertrofi ventrikel kiri tatalaksana tekanan darah yang agresif termasuk
penuruna berat badan, restriksi asupan natrium, dan terapi dengan semua kelas
antihipertensi kecuali vasodilator langsung, hidralazin dan minoksidil
KOMPLIKASI
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinuria dan gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis pembuluh darah,
retinopati, strok atau TIA, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung
PROGNOSIS
Bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. PB PAPDI, Standar pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam,
April 2005
2. WHO-ISH. 2003.WHO-ISH International Society of Hipertention Statement of
Management hipertention. J Hipertens
3. Kaplan NM. Rose BD. Hypertention in renal disease. Up to date CD-ROM version. 2005
DIABETES MELITUS
1. Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi glukosa hepatik) dan di
jaringan perifer (otot dan lemak)
2. Sekresi insulin oleh sel beta pancreas
3. Atau keduanya
DIAGNOSIS
Terdiri dari:
Diagnosis DM
Diagnosis komplikasi DM
Diagnosis penyakit penyerta
Pemantauan pengendalian DM
ANAMNESA
Keluhan khas DM: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.
PEMERIKSAAN FISIK
termasuk
DIAGNOSIS BANDING
Hiperglekimia reaktif, toleransi glukosa terganggu (TGT), glukosa darah puasa terganggu
(GDPT)
TERAPI
Edukasi
Penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM
Intervensi farmakologis dan non-farmaologis
Hipoglikemia
Masalah khusus yang dihadapi
Cara mengembangkan system penduung dan mengajarkan ketrampilan
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Perencanaan makan
Karbohidrat 60 – 70 %
Protein 10 – 15 %
Lemak 20 – 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber
asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly
Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat 25 g/hr, diutamakan
serat larut.
Status gizi :
- BB gemuk - 20 %
- BB lebih - 10 %
- BB kurang +20%
Umur > 40 tahun : -5%
Stres metabolic (infeksi, operasi, dll) : + (10 s/d 30 %)
Aktivitas :
- Ringan + 10 %
- Sedang + 20%
- Berat + 30 %
Hamil :
- Trimester I,II + 300 kal
- Trimester III/laktasi + 500 kal
Rumus broca :
Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit). Prinsip: Continous-Rythmical-Interval-Progressive-Endurance
Terapi Farmakologis
Insulin
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Kalau dengan OHO tunggal sasaran
kadar glukosa darah belum tercapai, perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang
berbeda mekanisme kerjanya.
atau
atau
Insulin
Insulin, atau
Insulin
KOMPLIKASI
A. Akut :
Ketoasidosis diabetic
Hiperosmolar non ketotik
Hipoglikemia
B. Kronik :
Makroangiopati :
o Pembuluh koroner
o Vaskular perifer
o Vaskular otak
Mikroangiopati :
o Kapiler retina
o Kapiler renal
Neuropati
Gabungan :
o Kardiopati : penyakit jantung koroner, kardiomiopati
Rentan infeksi
Kaki diabetik
Disfungsi ereksi
PROGNOSIS
Dubia
DAFTAR PUSTAKA
1. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2002.
2. PERKENI. Petunjuk Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. 2002.
3. The Expert Committee on The Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Report
of The Expert Committee on The Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
Diabetes Care, Jan 2003:26(Suppl. 1):S5-20.
HIPOGLIKEMIA
PENGERTIAN
Kadar glukosa darah < 60 mg/dL, atau kadar glukosa darah < 80 mg/dL, dengan gejala klinis.
Hipoglikemia pada DM terjadi karena :
Kelebihan obat / dosis obat : terutama insulin, atau obat hipoglikemik oral
Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun : gagal ginjal kronik, pasca persalina
Asupan makan tidak adekuat : jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat
Kegiatan jasmani berlebihan.
ANAMNESA
Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik oral : dosis terakhir, waktu
pemakaian terakhir, perubahan dosis.
Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
Riayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
Lama menderita DM, komplikasi DM
Penyakit penyerta : ginjal, hati, dll
Penggunaan obat sistemik lainnya : penghambat adregenetik β, dll
PEMERIKSAAN FISIK
pucat, diaphoresis, tekanan darah, frekuensi denyut jantung, penurunan kesadaran, defisit
neurologik fokal transien
DIAGNOSIS BANDING
Hipoglikemia karena
Obat :
- (sering) : insulin, sulfonilurea, alcohol
- (kadang) : kinin, pentamidine
- (jarang) : salisilat, sulfonamide
Hiperinsulinisme endogen : insulinoma, kelainan sel β jenis lain, sekretagogue
(sulfonylurea), autoimun, sekresi insulin ektopik
Penyakit kritis : gagal hati, gagal ginjal, gagal jantung, sepsis, starvasi dan inanisi
Defisiensi endokrin : kortisol, growth hormone, glukagon, epinefrin
Tumor non-sel β : sarkoma, tumor adrenokortikal, hepatoma, leukemia, limfoma,
melanoma
PEMEKRISAAN PENUNJANG
Kadar glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, C-peptide
TERAPI
Stadium permulaan (sadar)
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen gula murni (bukan
pemanis pengganti gula atau gula diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung
karbohidrat
Hentikan obat hipoglikemik sementara
Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar)
Cari penyebab
KOMPLIKASI
Kerusakan otak, koma, kematian
PROGNOSIS
Dubia.
DAFTAR PUSTAKA
1. PERKENI. Petunjuk Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2002. Waspadji S. Kegawatan pada
Diabetes Mellitus. Dalam Prosiding Simposium Penatalaksanaan
2. Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta 15-16 April 2000:83-8.
3. Cryer PE. Hypoglicemia. In Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL,
Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 15th ed. New York: McGraw-Hill;
2001 .p. 2138-43.
PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih.
Kuman mencapai saluran kemih melalui cara hematogen dan asending.
Faktor risiko :
Kerusakan atau kelainan anatomi saluran kemih berupa obstruksi internal oleh jaringan parut,
endapan obat intrabular, refluks, instrumentasi saluran kemih, konstriksi arteri-vena, hipertensi,
analgetik, ginjal polikistik, kehamilan, DM, atau pengaruh obat-obat estrogen
ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi struktural
ataupun ginjal
ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil
DIAGNOSIS
Anamnesis : ISK bawah frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapublik. ISK atas :
nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria
Pemeriksaan Fisis : febris, nyeri tekan suprapublik, nyeri ketok sudut kostovertebra
Laboratorium : lekositosis, lekosituria, kultur urin (+) : bakteriuria > 1 /ml urin
DIAGNOSIS BANDING
ISK sederhana, ISK berkomplikasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, urinalisis, kultur urin dan tes resistensi kuman, tes fungsi ginjal, gula darah, foto BNO-IVP,
USG ginjal
TERAPI
Nonfarmakologis :
Farmakologis :
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada; Bila hasil tes resistensi kuman sudah
ada, pemberian antimikroba disesuaikan
makrokristal
1 mg/kgBB 8 jam
lanjut bakteriuria
ISK Berulang
Riwayat ISK berulang
Pengobatan 3 hari
Calon untuk terapi jangka Terapi 3 hari untuk kuman Terapi dosis tinggi
Terapi jangka panjang : trimetoprim-sulfametoksazol dosis rendah (40-200 mg) tiga kali
seminggu tiap malam, fluorokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100 mg
tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi
KOMPLIKASI
Batu saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multiresisten, gangguan
fungsi ginjal
PROGNOSIS
Bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. PB PAPDI, Standar pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam,
April 2005
2. Bass PF. Jarwis. Urinary trac Infections. Primary care: Clinical in office practice. Vol 30.
WB Sauders;2005
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Departemen Ilmu Penyakit dalam FK
UI. 2006
4. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 15th ed. New York: McGraw-Hill; 2001 .p. 2138-43
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, urinalisis, ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, EKG. Pemeriksaan sesuai indikasi : foto
toraks, ekokardiografi, aktivitas renin plasma, aldosteron, metanefrin/katekolamin, USG
abdomen, CT scan, dan MRI.
TERAPI
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolik kurang lebih 110 mmHg atau
berkurangnya mean arterial blood pressure 25 % (pada stroke penurunan hanya boleh 20 % dan
khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi >
220/130 mmHg) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ,
penurunan dapat dilanjutkan dalan 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan
tekanan darah pada hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
Hipertensi urgency :
Klonidin Dosis awal per oral 0,15 mg, selanjutnya 0,5 – 2 jam 6 – 8 jam
Diuretik :
Vasodilator :
KOMPLIKASI
Kerusakan organ target
PROGNOSIS
Dubia
DAFTAR PUSTAKA
1. PB PAPDI, Standar pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam,
April 2005
2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Departemen Ilmu Penyakit dalam FK
UI. 2006
3. Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta 15-16 April 2000:83-8.
4. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 15th ed. New York: McGraw-Hill; 2001 .p. 2138-43
DAFTAR PUSTAKA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, ureum, kreatinin, UL, CCT ukur, elektrolit (Na, K, Cl, Ca, P, Mg), profil lipid, asam urat
serum, gula darah, AGD, SI, TIBC, feritin serum, hormon PTH, albumin, globulin, USG ginjal,
pemeriksaan imunologi, hemostatis lengkap, foto polos abdomen, renogram, foto toraks, EKG,
ekokardiografi, biopsi ginjal, HBsAg, Anti HCV, Anti HIV.
TERAPI
Nonfarmakologis :
Farmakologis :
KOMPLIKASI
Kardiovaskular, gangguan keseimbangan asam basa, cairan, dan elektrolit, osteodistrofi renal,
anemia
PROGNOSIS
Dubia
DAFTAR PUSTAKA
1. Suwitra, K., 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Edisi keempat.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 570-573
2. Perazella, M.A., 2005. Chronic Kidney Disease. In: Reilly, R.F, Jr., Perazella, M.A., ed.
Nephrology In 30 Days . New York: Mc Graw Hill, 251-274
3. National Kidney Foundation, 2009. Chronic Kidney Disease. New york: National Kidney
Foundation. Available from: Noer, M.S., 2006. . Available from:[Accessed 29 April 2009]
4. K/DOQI, 2002. Clinical Practice Guidelines for CKD : Evaluation, Classification, and
Stratification, http://www.kdoqi.org. National Kidney Foundation
5. Loscalzoa, J., 2009. Acute Renal Failure, in D.L. Kasper, A.S. Fauci, D.L. Longo, E.
Braunwald, S. L. Hauster, J.L. Jameson, J. Loscalzo. Harrison’s Manual of Medicine
17th Ed, McGraw-Hill Medical, New York, pp 789
6. PB PAPDI, Standar pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam,
April 2005
KOMPLIKASI
Penyakit ginjal kronik, tromboemboli
PROGNOSIS
Tergantung jenis kelainan glomerular
DAFTAR PUSTAKA
1. PB PAPDI, Standar pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam,
April 2005
2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Departemen Ilmu Penyakit dalam FK
UI. 2006
3. D.L. Kasper, A.S. Fauci, D.L. Longo, E. Braunwald, S. L. Hauster, J.L. Jameson, J.
Loscalzo. Harrison’s Manual of Medicine 17th Ed, McGraw-Hill Medical, New York, pp
789
TIROTOKSIKOSIS
4. Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium: TSHs, T4 atau fT4, T3, atau fT3, TSH RAb,
kadar lekosit (bila timbul infeksi pada awal pemakaian obat
antitiroid).
- Sidik Tiroid/thyroid scan: terutama membedakan penyakit
Plummer dari penyakit Graves dengan komponen nodosa
- EKG
- Foto thoraks
9. Daftar Pustaka
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
11.Daftar Pustaka
DISLIPIDEMIA
.
1 Definisi : Kelainan metabolik lipid yang ditandai oleh kelainan
. ( peningkatan
atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma.
4 Pemeriksaan Penunjang : Kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida, glukosa darah,
. tes
fungsi hati, urin lengkap, tes fungsi ginjal, TSH, EKG
8..Daftar Pustaka
2 Kriteria Diagnosis : Nodul tunggal atau majemuk atau difus, nyeri tekan,
konsistensi, permukaan, perlekatan pada jaringan sekitarnya,
pendesakan atau pendorongsn trakea, pembesaran kelenjar
getah bening regional, pemberton’s sign
8..Daftar Pustaka
5. Terapi - Penyuluhan
- Proteksi terhadap sinar matahari, sinar uv, dan sinar fluoresin
- Pada manifestasi non-organ vital dapat diberikan klorokuin 4
mg/kgBB/hari
- Bila mengenai organ vital, berikan prednisone 1-1,5
mg/kgBB/hari selama 6 minggu kmdn tapering off
- Bila terdapat peradangan terbatas pada 1-2 sendi, dapat
diberikan injeksi steroid intraartikuler
- Pada kasus berat/mengancam jiwa: diberikan
metilprednisolon 1 gr/hr iv selam 3 hari berturut-turut lalu
prednisone 40-60 mg/ha p.o
- Bila glukokortikoid selam 4 mgg tdk memuaskan, maka
dimulai pemberian imunosupresif lain, missal siklofosfamid
7. Prognosa : Dubia
8..Daftar Pustaka
ARTRITIS SEPTIK
OA sendi tangan:
- Nyeri tangan atau kaku dan
- Tiga dari 4 kriteria berikut: pembesaran jaringan keras
dari 2 atau lebih dari 10 sendi tangan tertentu (DIP II
dan III kiri dan kanan, CMC I ki dan ka), pembesaran
jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP,
pembengkakan pada <3 sendi MCP, deformitas pada
minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu.
5. Terapi 1. Penyuluhan
2. Proteksi sendi terutama pada stadium akut
3. Obat antiinflamasi non-steroid
4. Obat remitif: klorokuin dengan dosis 1X250 mg/hr,
8..Daftar Pustaka
9. Penyulit : Gagal napas, gagal ginjal, gagal hati, KID, renjatan septic
ireversibel
10..Daftar Pustaka
MALARIA
2. Kriteria Diagnosis - Riwayat demam intermitten atau terus menerus, riwayat dari
atau pergi ke daerah endemic malaria, trias malaria
(menggigil diikuti demam dan kmdn berkeringat banyak,
pada daerah endemic malaria, trias malaria mungkin tidak
ada, diare dapat merupakan gejala utama)
- Konjungtiva pucat, sclera ikterik, splenomegali
4. Pemeriksaan Penunjang : Darah tebal dan tipis malaria, serologi malaria, DL, tes fungsi
ginjal, tes fungsi hati, gula darah, UL, AGD, elektrolit,
hemostasis, rontgen toraks, EKG