Disusun oleh :
1. Chyntia Retno Ningsih (15010014)
2. M. Samfiya Kurniawan (17010132)
3. Maurien Alfareza (17010124)
4. Nadya Paramita Rahayu (17010138)
5. Rina Karina (17010158)
6. Siti Thia Fitriany (17010166)
Dosen Pengampu:
Lilik Sulastri M. Farm
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya,
meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta
keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah
ini.Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang
membutuhkannya.
Penulis
2
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................ 4
B. Tujuan ............................................................................ 5
BAB 2 Dasar Teori............................................................................ 6
BAB 5 Pembahasan.......................................................................... 13
Bab 3 Penutup
Kesimpulan ..................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang terutama di bidang
farmasi, maka sangatlah penting bagi seorang calon farmasis muda untuk mengetahui
bagaimana suatu senyawa dengan senyawa lain dapat bereaksi serta bagaimana hasil dari
reaksi tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan salah satu percobaan yaitu titrasi Argentometri
dengan nama lain titrasi pengendapan. Tetapi reaksi pengendapan terbatas pada reaksi-
reaksi antara ion Ag+ dengan ion-ion halian, tiosianat dan sianida.
Argentometri merupakan salah satu metode dari titrasi penetapan. Titrasi dengan
metode ini digunakan dalam penentuan ion halogenida. Metode pengendapan digunakan
karena metode ini lebih mudah dilakukan dengan memisahkan suatu sampel menjadi
komponen-komponennya dan saat ini pengendapannya merupakan teknik pemisahan yang
luas penggunaannya.
Khusus dalam penetapan kadar senyawa yang sukar larut diterapkan metode tertentu
sebab sifat dari senyawa yang sukar larut memiliki sifat tertentu yang tidak dimiliki oleh
senyawa yang larut. Salah satu metode tersebut adalah argentometri. Metode ini hanya
ditekankan bagi senyawa yang diketahui sukar larut. Dengan adanya percobaan ini
diharapkan praktikan mampu menentukan kadar suatu senyawa yang tidak larut dalam air.
Oleh karena itulah diadakan percobaan ini.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titran dengan analit. Adapun macam-macam cara pengendapan dalam argentometri
adalah cara Mohr, cara volhard dan cara vajans. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang
titrasi dengan cara pengendapan, maka dilakukan percobaan argentometri berikut ini
Setiap senyawa berbeda dalam penetapan kadarya, senyawa yang sukar larut harus
berdasarkan metode tertentu, karena sifat dari senyawa yang mudah larut sangat berbeda
dengan yang sukar larut. Dimana salah satu metode tersebut adalah metode argentometri.
Argentometri adalah suatu titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana
akan terbentuk garam perak yang sukar larut.
4
B. Tujuan Praktikum
1. Menentukan pembakuan larutan Agno3 dengan NaCl dengan metode argentometri
2. Menetukan kadar NaCl dengan menggunakan metode argentrometri
5
BAB 2 DASAR TEORI
2. Metode Volhard
Prinsip: Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3 ditambahkan
secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida. Konsentrasi ion
klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan
larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada
larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan
menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan indicator ion
Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang
berwarna merah.(Mulyono,2005)
7
3. Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri. Argentometri
merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion
lainnya (CN-, CNS) dengan ion Ag+ dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk
endapan perak halida (AgX). Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat
ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat. Endapan putih
perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan
indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka
kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indicator
membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (Mulyono,2005)
8
BAB 3 ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Buret
2. Statif dan klem
3. Pipet volume
4. Labu ukur
5. Gelas ukur
6. Timbangan
7. Botol timbang
8. Erlenmeyer
9. Pipet tetes
10. Kertas perkamen
11. Mortir dan stamper
B. BAHAN
1. Larutan baku sekunder AgNO3 0,5 N
3. Indikator K2CrO4
4. Natrium Bicarbonat
5. Aquadest
6. Sampel infus
9
BAB 5 METODE KERJA
1. METODE KERJA
10
BAB 5 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Persamaan Reaksi :
Reaksi titrasi:
NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl(s) (putih)
Reaksi indikator:
2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4(s) (merah bata)
11
Pembakuan AgNO3 0.1 N dengan NaCl 0.05 N (10ml)
= 1,83 %
12
B. Pembahasan
Titrasi argentometri adalah yang pembentukkan endapan tidak mudah larut
antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl+ dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. Adapun reaksi yang terjadi adalah
;
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) ↓putih + NaNO3 (aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengani indikator. Indikator yang dipakai adalah ion kromat dimana
dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat
kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode
Mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna
larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik
ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan
munculnya endapan merah.
Indikator yang kami gunakan yaitu K2CrO4, hal ini karena Indicator ini
merupakan suatu senyawa organic yang kompleks dan digunakan untuk menentukan
titik akhir suatu reaksi netralisasi. Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan dimana
penambahan satu tetes larutan baku dapat menyebabkan perubahan warna pada
indikator. Perubahan warnna tersebut karena adanya pertukaran ion-ion antara ion-ion
pereaksi sehingga membentuk senyawa baru yang berbentuk endapan dan berwarna
merah-kemerahan. indicator K2CrO4 yang memiliki range pH 5-7,5. Perubahan
warna suatu indicator tergantung konsentrasi ion hydrogen(H+) yang ada dalam
larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksi atau ketetapan netralisasi.
Indikator pH asam basa adalah suatu idikator atau zat yang dapat berubah warna
apabila pH lingkungan berubah.
13
Larutan garam dimasukan ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 3 tetes
K2CrO4 5%, terjadi perubahan warna larutan yakni kuning.
14
Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion
bikromat dengan reaksi :
Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa dan
membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi H2O dengan
reaksi:
(indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah
bata dan terdapat endapan merah. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis
bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana
jumlah mol AgNO3 sama dengan jumlah mol NaCl, dimana volume titrasi AgNO3
adalah 4.53 mL.
15
Sehingga berdasarkan perhitungannya kita dapat menentukan kadar Cl
dalam garam dapur sesuai dengan rumus
Massa contoh
16
BAB 6 KESIMPULAN
1. Metode titrasi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode Mohr
karena menggunakan K2CrO4 dengan AgNO3 sebagai titrannya.
2. Larutan hasil titrasi terdapat endapat merah bata yang merupakan
Ag2CrO4 dan endapan putih merupakan garam NaCl.
3. Titik akhir titrasi ditentukan dengan berubahnya warna larutan dari
kuning menjadi merah bata.
4. Indikator K2CrO4 dipilih karena suasana system cenderung netral sebab
K2CrO4 hanya bisa digunakan dalam suasana netral.
5. Normalitas AgNO3 yang distandarisasi=0,1118 N.
6. % Cl dalam Larutan Infusan =1.83%
17
DAFTAR PUSTAKA
Day, RA. Jr dan Al Underwood., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima,
Erlangga: Jakarta.
Dirjen POM, 1979 , Farmakope Indonesia edisi III, Depatemen Kesehatan RI : Jakarta,
Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.
Khopkar, S., 199, Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik, Universitas Indonesia : Jakarta.
Skogg. 1965, Analytical Chemistry Edisi Keenam, Sounders College Publishing : Florida.