Anda di halaman 1dari 6

PERDAMAIAN, KEADILAN DAN KELEMBAGAAN TANGGUH

KETEGASAN HUKUM AKHIRI KONFLIK PAPUA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
BAGIAN PROFIT
Ariq Akmal Suwandi 170310190069 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Fasya Radilia 130110190233 Fakultas Kedokteran
Kustiawan Triputra 200110190158 Fakultas Perternakan
Lauri Nurul Azkia 120404190023 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Ratu Wifaira Azzahra 260110190045 Fakultas Farmasi

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dengan judul “KETEGASAN HUKUM AKHIRI KONFLIK
PAPUA”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung,10 September 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. ………………...1
 Latar Belakang ………………………………………….. ……………2
 Identifikasi Masalah …………………………………………………...2
 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN……………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang
menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia
memnentukan pencapaian budaya atau individu. Bahwa suatu ras tertentu lebih
unggul atau superior dan memiliki hak untuk mengatur ras lainnya.
(Wikipedia,2019)
Belakangan ini marak terjadi kasus rasisme yang kian hari kian
memuncak frekuensinya. Entah itu dikalangan dewasa, remaja bahkan tak jarang
rasisme terjadi pada anak-anak. Mulai dari kasus penindasan atau yang sering
kita dengar dengan kata bullying sampai kasus yang mengancam keutuhan
NKRI.
Kasus yang menyangkut masyarakat Papua salah satunya. Akibat fatal
dari kasus ini sampai sampai warga Papua berunjuk rasa dan ingin melepaskan
diri sebagai bagian dari NKRI. Tak heran mengapa warga Papua ingin
memisahkan diri dari NKRI kita yang tercinta ini karena rasisme yang sudah
sangat fatal yang diberikan oleh aparat keamanan kepada saudara Papua kita di
salah satu asrama Papua di Surabaya.

1.2 Identifikasi Masalah


Rasisme terhadap masyarakat papua tak pernah siap diatasi oleh
pemerintah Indonesia di Ibukota. Hadiah HUT bagi indonesia yang sangat
memilukan ini pun diterimanya pada tanggal 19 Agustus 2019. Tak heran jika
kerusuhan di Jayapura dan Manokwari,Papua itu terjadi.
Awal mula permasalahan ini muncul pada tanggal 16 Agustus 2019.
Sekelompok personel TNI menggedor kamar sebuah asrama Papua di Surabaya.
Alasan mereka menghampiri asrama tersebut karena melihat bendera merah
putih yang mereka pasang jatuh ke selokan. Karena faktor emosi, tak lama
kemudian Satpol PP dan ormas berdatangan.
Ditangkapnya mahasiswa Papua sebanyak 43 orang karena tuduhan atas
kasus penghinaan terhadap lambang negara. Esoknya, mereka dibebaskan
karena polisi tidak memiliki bukti yang kuat atas tuduhan tersebut. Video amatir
yang beredar di dunia maya menyulut amarah rakyat Indonesia. Bukan tidak ada
sebab, melainkan perkataan sekumpulan orang yang tugasnya
melindungi,memberi rasa aman dan nyaman,justru mengeluarkan kata-kata
rasisme yang tidak pantas dikeluarkan oleh siapapun.
Obby Kogoya, salah satu mahasiwa yang ditangkap di asrama Papua
tersebut. Tubuhnya dibanting dan lehernya diapit sikut, seorang polisi
mengaitkan kedua jarinya ke lobang hidung Obby dan kemudian menariknya.
Polisi tersebut memborgol kedua tangannya kemudian kepalanya diinjak oleh
seorang polisi. Kejadian itu tersebar luas berkat foto yang diambil oleh Suryo
Wibowo (Fotografer berita Perancis AFP).
Kantor DPRD yang dirusak pun belum cukup untuk menyadarkan
pemerintah akan terinjaknya hak asasi manusia yang dimiliki oleh rakyat Papua.
Masalah yang dihadapi oleh rakyat Papua bukan satu masalah yang bisa
diselesaikan dengan saling memaafkan, saling menghormati, atau dengan lebih
banyak dialog.
Semua solusi ini mengasumsikan adanya ketidakmengertian dan
kesalahpahaman dari kedua pihak. Andai saja kedua pihak dengan hati dan
pikiran jernih bisa duduk bersama dan mencapai kesepakatan maka semua akan
beres. Begitu bayangannya.
Namun pendekatan ini sudah bukan lagi kenaifan semata tetapi usaha
sengaja dan tersistematis untuk menutupi akar permasalahan yang
sesungguhnya, bahwa ada penindasan satu bangsa terhadap bangsa lain di Papua,
ada penjajahan di Papua, dan penjajahan ini adalah fitur dari imperialisme dan
kapitalisme. Sembari mulut mereka meminta maaf dan mengumbar janji akan
menindak aparat-aparat yang rasis, di belakang rezim meningkatkan represi,
dengan mengirim lebih banyak tentara ke Papua dan menyensor internet.
1.3 Maksud dan Tujuan
Makalah ini dimaksudkan sebagai konsep penerapan pendidikan
kewarganegaraan dalam implementasi yang sesungguhnya terhadap maraknya
rasisme yang terjadi dan dilaksanakan dengan tujuan untuk :

1. Membahas pengaruh rasisme yang telah meluas sampai terancamnya


keutuhan NKRI.
2. Memberikan informasi penting tentang bahaya rasisme bagi siapapun.

Anda mungkin juga menyukai