INTERPERSONAL
Disusun Oleh :
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH Subhanahu wataalla atas
nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan Tema
Komunikasi antar pribadi sebagai proses.Salam dan sholawat selalu untuk Nabi
Muhammad shalallohi alaihi wasssalam.Suri tauladan kita,yang membawa cahaya
iman dan islam.
Semoga makalah Komunikas antar pribadi dengan ini dapat dipahami oleh siapapun
yang melihat dan membacanya. Serta dapat berguna dalam menambah pengetahuan
dan wawasan,
Kami menyadari sepenuhnya mungkin tugas makalah ini jauh dari kata sempurna,
masih mempunyai banyak kekurangan, untuk itu kami sangat menerima kritikan serta
saran, demi perbaikan dimasa yang akan datang serta sebagai sarana untuk
membangun suatu kesempurnaan.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat
dan berguna bagi orang - orang yang membacanya maupun kami sendiri yang
membuatnya. Kami selaku penyusun makalah ini, memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA
PENGANTAR……………………………………………................................i
DAFTAR ISI
…………………………………………….........................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang....…………………………………………….....................................1
1.2 Rumusan masalah...
……………………………………………....................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………............................ 10
3.2 Saran……………………………………………...................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................... 11
ii
BAB I
3
PENDAHULUAN
Dalam setiap hidup manusia pasti membutuhkan yang namanya suatu hubungan,
interaksi yakni komunikasi dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan secara berkelompok. Pada faktanya sekarang tidak adapun suatu makhluk
social yang tidak berkomunikasi walaupun makhluk tersebut mempunyai kekurangan
ataupun gangguan untuk berkomunikasi, hal ini dikarenakan dunia semakin maju
sehingga orang bisupun punya cara berkomunikasinya sendiri, pada masyarakat
awam tentu tidaklah terlalu penting bagi mereka untuk belajar tentang proses yang
terjadi pada komunikasi, tetapi pada kita kalangan akademis sangatlah penting untuk
mempelajari segala sesuatu yang menyangkut tentang komunikasi, khususnya proses
komunikasi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Termasuk pula dengan salah satu model komunikasi yang kerap digunakan
dalam model komunikasi antar pribadi, yaitu model komunikasi sirkuler. Dalam
kesempatan kali ini akan dibahas mengenai model komunikasi sirkuler beserta
dengan manfaat model komunikasi.
Sama halnya dengan jenis model komunikasi menurut para ahli lainnya, komunikasi
sirkuler juga memiliki fungsi atau manfaat yang sama dengan yang telah disebutkan
sebelumnya. Lantas apa yang sebenarnya disebut dengan model komunikasi
sirkuler dan bagaimana aplikasinya dalam proses komunikasi?. Model komunikasi
sirkuler merupakan salah satu model proses komunikasi yang digambarkan oleh
Osgood dan Scrhamm, dimana model ini banyak diberlakukan dalam bentuk
komunikasi antar pribadi.
Setidaknya ada dua proses penting didalam model komunikasi sirkuler yang juga
membedakan dari model komunikasi linear, kedua proses tersebut adalah :
Proses pertama adalah ketika komunikator atau sumber pesan akan menyampaikan
pesannya melalui suatu saluran komunikasi tertentu, agar pesannya tersampaikan
kepada komunikan. Saluran komunikasi yang dimaksudkan bisa secara bertatap
muka langsung, maupun dengan bantuan media lainnya seperti telepon, surat, dan
lain sebagainya.
Proses kedua adalah setelah komunikan atau penerima pesan mendapatkan
pesannya maka seharusnya dapat mengartikan maupun menginterprestasikan
pesan yang telah diterimanya. Kemudian komunikan akan memberikan respon atau
reaksi terhadap pesan tersebut, sehingga komunikan akan berubah menjadi
komunikator dan menyampaikan pesan kepada komunikator yang kemudian
berubah menjadi komunikan.
Kedua proses tersebut akan terus berlangsung dan bergantian satu sama lain
sehingga membentuk suatu pola sirkuler yang kemudian di sebut sebagai suatu
model komunikasi sirkuler. Proses tersebut akan terus berlangsung selama feed
back masih ada dan mencapai kesepakatan bersama sehingga
tercapailah komunikasi yang efektif. Demikian penjelasan mengenai model
komunikasi sirkuler, semoga informasi diatas dapat bermanfaat.
ads
6
Proses Komunikasi yang Bersifat Kooperatif
Melalui beberapa macam penjelasan di atas, bisa dijelaskan juga bahwa komunikasi
transaksional ini memiliki sifat yang kooperatif. Baik pengirim atau pun penerima
pesan harus saling bertanggung jawab terhadap pesan yang disampaikan. Karena
proses ini terjadi secara terus menerus, maka proses komunikasi pun menjadi lebih
interaktif. Komunikasi tidak dilakukan hanya secara sepihak, melainkan juga
dilakukan dengan respon atau timbal balik dari orang yang akan diajak
berkomunikasi. Itulah mengapa jenis komunikasi ini kemudian disebut kooperatif dan
saling bertanggung jawab.
Sebagai contoh, pada saat seseorang menyampaikan sebuah ide kemudian ditanggapi
dengan anggukan kepala oleh orang lain, maka terjadi sebuah transaksi pesan di sana.
Anggukan kepala sebagai bentuk respon nonverbal penerima pesan akan dinilai oleh
pemberi pesan berdasarkan judgement pribadinya. Ia akan mengartikan sebagai suatu
tanda setuju atau tanda keraguan, tergantung oleh penilaiannya sendiri.
Mengingat dalam model komunikasi ini merupakan sebuah proses yang berlangsung
secara terus menerus, maka pencarian makna tadi menjadi suatu esensi yang lebih
penting lagi. Apabila dalam pencarian makna tadi tidak dilandasi oleh suatu
kesepakatan, maka komunikasi yang berlangsung tidak akan terjadi dengan cukup
efektif. Akan lebih baik bila proses komunikasi tersebut saling mencari makna
bersama sehingga bisa terjadi komunikasi yang efektif. Ini artinya, akan ada
7
kesepakatan-kesepakatan bersama yang muncul sebagai kesimpulan dari hasil
komunikasi tersebut.
Proses komunikasi yang berlangsung dengan model transaksional ini memang banyak
sekali aplikasinya. Kelebihannya adalah, dalam satu episode komunikasi, sebuah
kesimpulan bisa didapatkan meski kesimpulan tersebut ada yang bersifat penilaian
pribadi.
Namun pada dasarnya, model ini sangat bagus diterapkan terutama ketika akan
mencari kesepakatan bersama atau menyamakan persepsi. Proses komunikasi yang
bisa diamati secara langsung baik dari reaksi verbal dan nonverbal menjadikan model
komunikasi transaksional ini cenderung efektif dan efisien untuk dilakukan.
4 Pesan dan saluranPesan dapat berupa verbal maupun non verbal, dan
dapat disengaja(intentional) atau tdk disengaja(untentional)Hampir semua
rangsangan wicara(communicative stimuli) yg disadari, masuk ke dalam
kategori pesan verbal yg disengaja/usaha yg dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dng orang lainPesan verbal tak disengaja : sesuatu yang
dikatakan tanpa bermaksud mengatakan hal tsb.
8
6 Lingkungan/konteks komunikasi
Dimensi fisik/tangible, sosial psikologis dan temporal dimana komunikasi itu
terjadi dan yg mempengaruhi bentuk dan isi komunikasiDimensi fisik :
ruang/bangsal/taman dimana komunikasi berlangsung.Dimensi sosial
psikologis : tata hubungan diantara mereka yg terlibat, peran dan permainan
yg dijalankan orang serta aturan budaya masyarakat dimana mereka
berkomunikasi. Rasa persahabatan/permusuhan/formalitas/informalitas ,
serius/senda gurauDimensi temporal/waktu mencakup dalam sehari atau
waktu dalam hitungan sejarah dimana komunikasi berlangsung.
16 Persepektif Pragmatis
Sikap yakin : tidak mempunyai perasaan malu dan gelisah dalam
menghadapi orang lain, rasa percaya diriKebersamaan : Adanya hubungan
dan rasa kebersamaan dengan mempertimbangkan perasaan dan
kepentingan orang lain.Manajemen Interaksi : Mengontrol & menjaga
interaksi dengan maksud utk memuaskan kedua belah pihak, yg ditunjukkan
dng mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan yg konsisten.Perilaku
ekspresif : keterlibatan sungguh- sungguh dalam interaksi dng orang lain yg
diekspresikan secara verbal maupun non verbalOrientasi pada orang lain :
kemampuan seseorang utk beradaptasi pada orang lain selama interaksi dng
menunjukkan perhatian, kepentingan dan pendapat orang lain.
10
Komunikasi antar pribadi di lihat dari proses pengembangannya
Komunikasi Antar Pribadi dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari
komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat
KAP berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi sehingga merubah
sikap.
Dalam ruang lingkup sederhana, manusia membutuhkan manusia lainnya, maka untuk
mencapai kondisi tersebut dibutuhkan bentuk komunikasi efektif. Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak akan bisa lepas dari manusia lainnya, komunitas dan lingkungan
tempat dia berdiri. Untuk bisa bersinergi dengan tiga hal diatas maka, diperlukan sebuah
proses komunikasi. Kualitas komunikasi tergantung dari individu masing-masing dalam
mengolahnya, bisa baik, biasa-biasa saja atau bahkan buruk sekalipun. Bisa dikatakan
komunikasi berlangsung sesuai dengan kebutuhannya.
Pengaruh konsep diri pada perilaku manusia sangat erat kaitannya dengan proses
hubungan antarpribadi yang vital bagi perkembangan kepribadian. Bagaimana kita
11
memandang diri kita dan bagaimana orang lain memandang kita, tentu saja akan sangat
mempengaruhi pola interaksi kita dengan orang lain. Menurut Jalaluddin Rakhmat, konsep
diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh
bersifat psikologi, sosial dan fisis. Ada faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu:
1. Orang Lain
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling
berengaruh yaitu orang-orang yang dekat dengan diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka
adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita.
Dari merekalah secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian,
pelukan meraka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Ejekan, cemoohan dan
hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif.
2. Kelompok Rujukan
Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap konsep diri
kita. Misalkan kita bergabung dengan sebuah kelompok dan setiap kelompok mempunyai
norma-norma, maka norma-norma dalam ikatan ini sebagai ukuran perilaku kita.
Tiap saat kita melakukan komunikasi dengan dua cara, yaitu komunikasi verbal dan
nonverbal. Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata,
pengungkapannya baik lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat
dari gerak wajah atau gerak tubuh. Namun timbul pertanyaan, sejauh mana efektifitas
komunikasi yang kita lakukan? Mungkin jawabannya hanya kita yang tau. Komunikasi verbal
dan nonverbal akan menjadi efektif ketika kita mampu mengkondisikannya. Kita harus
mampu membaca lawan bicara kita terlebih dahulu, agar pesan yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik. Sebagian orang menganggap bahasa adalah faktor yang paling utama
untuk mencapai sebuah komunikasi efektif, tapi jangan lupakan komunikasi non verbal.
Seperti diulas diatas, komuniasi nonverbal terdapat petunjuk-petunjuk yang sangat
mendukung terciptanya komunikasi efektif. petunjuk-petunjuk tersebut diantaranya adalah
:
12
1. Petunjuk proksemik (penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan)
3. Petunjuk wajah
Komunikasi antarpribadi bisa menjadi sebuah komunikasi yang efektif atau sangat tidak
efektif. Durasi proses komunikasi tidak selamanya menjadi tolak ukur efektifitas komunikasi.
Komunikasi efektif artiya jika komunikan, mengerti, mempersepsi dan melaksanakan reaksi
(action) atau tugas-tugas sesuai dengan pesan yang diberikan oleh komunikatornya dan
ada feed back-nya.
13
Komunikasi tatap muka yang dilakukan berulang-ulang dan bergantian dapat
meningkatkan mutu komunikasi antarpribadi, dengan mampu menjalin suatu kontak
dikarenakan ada rangkaian pertukaran pesan antara dua orang secara langsung. Komunikasi
tatap muka mempunyai keistimewaan dimana efek dan umpan balik, aksi dan reaksi
langsung terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat. Aksi maupun reaksi verbal dan
nonverbal, semuanya terlihat dengan jelas secara langsung. Oleh karena itu tatap muka
yang dilakukan terus-menerus kemudia dapat mengembangkan kumunikasi antar pribadi
yang memuaskan dua pihak dan menjadi komunikasi yang efektif.
3. Mempergunakan kata-kata dan kalimat yang mudah dipahami dan persepsinya jelas
9. Jika dipahami, maka terjadi reaksi (action) dan feed back positif yang menimbulkan
interaksi.
A. Humanistik
14
Humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat
kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang
sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih
potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab
terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.
Dalam ancangan humanistic ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu:
1. Keterbukaan
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan
membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai
dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman
dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap difensif dan lebih cermat
memandang diri kita dan orang lain. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga
aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, mengacu kepada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga,
menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik anda dan
anda bertanggungjawab atasnya.
2. Empati
Empati dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memposisikan diri terhadap
apa yang sedang dialami orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalami orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka
untuk masa mendatang. Perasaan empati ini akan membuat seseorang mampu
menyesuaikan komunikasiya.
3. Sikap Mendukung
15
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan yang dimana terdapat sikap
mendukung. Sikap terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Sikap mendukung ini dapat diperlihatkan dalam bentuk sikap yang:
4. Sikap positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal
yang baik. suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang
menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme. Sikap
positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar
bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokan fokus mental seseorang pada
yang negatif. Bagi orang yang berpikiran positif mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir
buruk maka ia akan segera memulihkan dirinya. Yaitu yang sudah menuju ke arah negatif
untuk kembali ke arah positif. Banyak orang dan ahli terutama para motivator yang
membuat pengertian sikap positif. Ada dua cara dalam mengkomunikasikan sikap positif
yaitu, menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman
kita berinteraksi.
Sikap. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi.
Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif.
Dorongan. Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosa kata umum, yang dipandang
sangat penting dalam analisi transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum.
Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan dan terdiri ataas perilaku
yang biasa kita harapkan, kita nikmati dan kita banggakan. Dorongan positif mendukung
citra pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. Sedangkan dorongan negaif bersifat
menghukum dan menimbulkan kebencian.
16
5. Kesetaraan
Dalam setiap situasi, memungkinkan terjadi ketidaksetaraan. Tidak pernah ada dua orang
yang setara dalam segala hal. Terlepas dari itu, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif
bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak
sama-sama bernilai dan berharga dan kedua pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.
B. Pragmatis
Ancangan pragmatis, keperilakuan atau sering dikatakan sebagai ancangan “keras” untuk
efektifitas antarpribadi, adakalanya dinamai model kompetensi, memusatkan pada perilaku
spesifik yang harus digunakan oleh komunikator untuk mendapat hasil yang diinginkan.
Model ini menawarkan lima kualitas efektifitas : kepercayaan diri, kebersatuan, manajemen
interaksi, daya pengungkapan dan orientasi ke pihak lain. (Spitzberg & Cupach, 1989;
Spitzberg & Hecht, 1984 dalam Devito 1997)
Kepercayaan diri.
Bisa diartikan keberanian individu untuk melakukan sesuatu hal yang menurut anggapannya
benar atau sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang
dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten
melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi
sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut
dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena
didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap
diri sendiri. Sedangkan orang yang kurang percaya diri sedapat mungkin akan cenderng
menarik diri atau menghindari situasi komunikasi. Komunikator yang efektif mempunyai
kepercayaan diri yang sosial. Komunikator yang secara sosial memiliki kepercayaan diri
bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, tidak terpaku pada nada
suara tertentu dan gerak tubuh tertentu, terkendali dan tidak gugup atau canggung.
Sehingga perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat orang.
17
Kebersatuan.
Mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar sehingga tercipta rasa
kebersamaan dan kesatuan. Komunukator yang memperlihatkan kebersatuan
mengisyaratkan minat dan perhatian. Bahasa yang menunjukan kebersatuan umumnya
ditanggapi lebih positif ketimbang bahasa yang tidak menunjukan kebersatuan. Kebersatuan
menyatukan pembicara dan pendengar.
Manajemen Interaksi.
Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam
manalemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi
tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi. Menjaga
peran sebagai pembicara dan pendengar dan melalui gerakan mata, ekspresi vocal, serta
gerakan tubuh dan wajah yang sesuai, saling memberikan kesempatan untuk berbicara
merupakan keterampilan manajemen interaksi.
Manajemen interaksi yang efektif menyampaikan pesan-pesan verbal dan nonverbal yang
saling bersesuaian dan saling memperkuat. Layak dikemukakan di sini bahwa wanita pada
18
umumnya menggunakan ekspresi nonverbal yang lebih positif dan lebih menyenangkan
ketimbang pria. Sebagai contoh, wanita lebih banyak tersenyum, lebih banyak mengangguk
tanda setuju, dan lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan positif. Tetapi, ketika
mengungkapkan perasaan marah atau kekuasaan yang dimiliki, banyak wanita yang tetap
menggunakan isyarat-isyarat nonverbal positif ini, sehingga melemahkan ekspresi
kemarahan atau kekuasaan tersebut. Hasilnya adalah bahwa wanita demikian seringkali
canggung dalam memperlihatkan emosi negatif, dan lawan bicara karenanya kurang bisa
mempercayai mereka atau merasa terancam oleh perilaku ini.
Pemantauan Diri
19
Daya Orientasi Kepada Orang Lain.
Mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama
perjumpaan antar pribadi. Orientasi ini mencakup pengkomunikasian perhatian dan minat
terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. Kita mengkomunikasikan orientasi kepada orang
lain melalui verbal dan nonverbal. Komunikator yang berorientasi kepada lawan bicara
melihat situasi dan interaksi dari sudut pandang lawan bicara dan menghargai perbedaan
pandangan dari lawan bicara ini. Begitu juga orang berorientasi pada lawan
bicara mengkomunikasikan pengertian empatik dengan menggemakan perasaan pihak lain
atau mengungkapkan pengalaman atau perasaan yang sama. Bentuk perwujudan empati,
orang yang berorientasi pada lawan bicara mendengarkan dengan penuh perhatian dan
memperlihatkan perhatian ini secara verbal dan nonverbal. Orientasi kepada lawan bicara
memberikan umpan balik yang cepat dan pantas yang menunjukan pemahaman mendalam
tentang perasaan dan pikiran.
Teori Kesetaraan. Teori ini dilandasi oleh teori pergaulan sosial dan mengatakan bahwa
kita tidak saja berusaha membina hubungan yang menfaatnya melampaui biayanya,
melainkan juga bahwa kita mengalami kepuasan dari suatu hubungan bila ada kesetaraan
atau pemerataan dalam distribusi imbalan dan biaya diantara kedua pihak yang
berhubungan (Berscheid & Walster, 1978 ; Hatfield & Traupman, 1981 dalam Devito,
1997). Artinya bukan saja menginginkan manfaaat yang lebih besar daripada biaya yang kita
20
keluarkan, tetapi tetapi juga menghendaki manfaat yang sebanding dengan pengorbanan
yang kita keluarkan.
Thibault dan Kelley (Rakhmat, 2011;119) berasumsi dasar bahwa, setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut
cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Ganjaran, biaya, laba dan tingkat
perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Tingkat perbandingan
menunjukan ukuran baku/ standar yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan
individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada
masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka. Bila masa lalu individu mengalami
hubungan antarpribadi yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis
pernah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur
ganjaran hubungan antarpribadi dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya
dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan antarpribadi sebelumnya,
makin tinggi tingkat perbandingannya, berarti makin sukar ia memeroleh hubungan
antarpribadi yang memuaskan. Ada beberapa pedoman praktis untuk komunikasi
antarpribadi yang efektif dalam konsep ini, berikut ini adalah empat diantaranya:
- Bertukar Manfaat
Dalam setiap hubungan selalu ada biaya, masalah keuangan, ketegangan pekerjaan, konflik
antarpribadi. Imbangilah biaya ini dengan mempertukarkan manfaat atau kesenangan,
khususnya perilaku saling mengasihi (lederer, 1984 dalam Devito, 1997). Perilaku mengasihi
adalah dukungan-dukungan kecil yang kita terima dengan senang hati dari mitra hubungan
kita. Pada saat pertama perilaku ini terasa dibuat-buat, tetapi dengan berjalannya waktu
perilaku tersebut akan menjadi bagian normal dari interaksi dan akan berlangsung terus
mengimbangi biaya yang selalu ada dalam setiap hubungan.
Seperti teori kesetaraan, kita merasa tidak puas bila kita harus memikul bagian biaya secara
tidak adil. Ingatlah bahwa mitra kita juga merasakan hal yang sama. Bila mitra anda memikul
beban biaya yang lebih besar, pikulah sebagian darinya agar hubungan lebih setara.
21
Bila suatu hubungan mengalami masalah (artinya biaya melampaui batas), banyak orang
yang bereaksi pasif, menanti situasi berubah dengan sendirinya atau membiarkan hubungan
memburuk lebih jauh. Seharusnya inilah saatnya untuk menerapkan ancangan aktif dan
untuk mengintensifkan pertukaran manfaat dan dukungan.
Bila biaya suatu hubungan melampaui manfaatnya, daya tarik alternative meningkat. Tetapi
bila manfaatnya melebihi biayanya, daya tarik alternative turun. Misalnya bila mitra anda
kehilangan pekerjaan dan masalah keuangan terjadi, maka tetangga yang kaya raya dapat
menjadi semakin menarik sebagai alternative.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
10
23
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu, S.P., 1996. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi Kedua, Jakarta: Toko
Gunung Agung.
Rakhmat, Jalaluddin., 2011. Psikologi Komunikasi, cetakan keduapuluhtujuh, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Liliweri, Alo., 1991. Komunikasi Antarpribadi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
Devito, Joseph., 1997. Memperbaiki Komunikasi Antarpribadi, Terjemahan, Edisi Kelima, Jakarta:
Profesional Book.
24
11
25