Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk
komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana
mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di
luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi
yang akurat tentang situasi konflik.
Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada
kepercayaan terhadap pihak ketiga. Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik
merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam
rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau
tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan
keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku
dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen
pada Fakultas Ilmu Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan ingin
lebih mengetahui dan mengkaji mengenai manajemen konflik. Selain itu makalah ini
juga bertujuan :
1. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
2. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui
persetujuan damai.
3. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan
dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

Manajemen Keperawatan Page 1


4. Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun
hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompokkelompok yang
bermusuhan.
5. Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang
lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi
kekuatan sosial dan politik yang positif

Manajemen Keperawatan Page 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konflik

Deutsch dikutip dari Monica (1998) mendefinisikan konflik sebagai suatu


perselisihan atau perjuangan yang timbul akibat terjadinya ancaman keseimbangan
antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang. Konflik terjadi akibat
adanya pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri individu
ataupun pada tatanan yang lebih luas, seperti antar–individu, antarkelompok, atau
antar–masyarakat (Arwani, 2006).

Marquis & Huston (2010) mendefinisikan konflik sebagai perselisihan


internal atau ekternal akibat adanya perbedaan gagasan, nilai, atau perasaan antara
dua orang atau lebih. Walton dalam Winardi (2001) mengatakan konflik timbul
apabila terdapat ketidaksesuaian paham pada sebuah situasi sosial mengenai
persoalan-persoalan substansi dan atau antagonisme emosional. Konflik-konflik
substansi biasanya berpusat pada ketidakcocokan dengan tujuan-tujuan dan alat-
alat. Konflik-konflik emosional mencakup perasaan marah, ketidaksenangan,
perasaan takut, penolakan, dan benturan-benturan kepribadian. Berdasarkan uraian
di atas peneliti menyimpulkan bahwa konflik adalah suatu kondisi yang
ditimbulkan karena adanya perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang antara
individu yang saling berinteraksi yang dimulai dari dalam individu itu sendiri, antar
kelompok dan antar organisasi.

2.2 Kategori Konflik

Marquis & Huston (2010) mengatakan ada tiga kategori konflikyang utama
: intrapersonal, interpersonal, dan interkelompok.

1) Konflik intrapersonal : konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini
merupakan masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dan
konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari
kompetensi peran (Nursalam, 2009). Bagi manajer, konflik intrapersonal dapat
disebabkan oleh berbagai area tanggung jawab yang terkait dengan peran
manajemen (Marquis & Huston, 2010).

Manajemen Keperawatan Page 3


2) Konflik interpersonal : konflik terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,
tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang
secara konstan berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaan–
perbedaan (Nursalam, 2009). Ruang lingkup ini sangat tidak terbatas, konflik
bisa terjadi antara atasan dengan bawahan secara individu dalam suatu
perusahaan (Bachtiar, 2004).
3) Konflik interkelompok : konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari
kelompok orang, departemen, atau organisasi. Sumber konflik ini adalah
hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta
keterbatasan prasarana (Marquis & Huston, 2010). Konflik interkelompok
menyebabkan tugas koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan tugas menjadi
sulit (Winardi, 2007).

2.3 Penyebab Konflik

Konflik dapat terjadi karena manusia mempunyai sifat yang terbagi dalam
kuadran yaitu :

1) Dominasi (dominance), sifat yang paling mendasar dalam diri manusia yang
dapat menimbulkan konflik. Dominasi muncul karena manusia ingin
mempertahankan kehidupan pribadi dan sosialnya dimata orang lain atau ingin
menguasai orang lain agar menuruti keinginannya yang tujuannya untuk
mencapai kepuasan diri.
2) Kepengaruhan (persuasiveness), hal ini terjadi jika seseorang berusaha
mempengaruhi orang lain agar mau menuruti apa yang dipengaruhkan
kepadanya, jika pengaruh tersebut membawa dampak negatif pada dirinya
maka akan terjadi konflik.
3) Keteguhan hati (steadiness), merupakan cerminan sikap egois dalam diri
manusia, yang bila bersentuhan dengan kepentingan dan harga diri manusia lain
bisa menimbulkan konflik dan
4) kepatuhan (compliance), diartikan sebagai kepatuhan seseorang terhadap
nilainilai dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungannya. Jika ada karyawan
yang tidak patuh sedangkan karyawan yang lain sudah patuh akan memicu
timbulnya konflik (Bachtiar, 2004). Beberapa alasan yang paling umun yang
menyebabkan terjadinya konflik di lingkungan kerja yaitu : kompetisi diantara

Manajemen Keperawatan Page 4


kelompok, beban kerja yang meningkat, peran ganda, ancaman identitas
profesional dan lingkungan, ancaman keamanan dan keselamatan, sumber daya
yang kurang, budaya yang berbeda, dan kondisi ruangan (Tappen, 2004).
Arwani (2006) mengatakan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik diantaranya perilaku yang menentang, stress, kondisi ruangan,
kewenangan dokter-perawat, keyakinan, ekslusifisme, kekaburan tugas,
kekurangan sumber daya, proses perubahan, imbalan dan masalah komunikasi.

Berikut ini uraian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik


tersebut :

a. Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog, dapat
menimbulkan gangguan protokol penerimaan untuk berinteraksi dengan orang
lain. Perilaku ini dapat berupa verbal dan nonverbal. Terdapat tiga macam
perilaku menentang, yaitu : competitive bomber yang dicirikan perilaku yang
mudah menolak, menggerutu dan menggumam, mudah untuk tidak masuk
kerja, dan merusak secara agresif yang disengaja. Tipe perilaku menentang
kedua adalah martyred acomodation, yang ditunjukkan dengan penggunaan
kepatuhan semu atau palsu dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain,
namun sambil melakukan ejekan dan hinaan. Tipe perilaku menentang ketiga
adalah avoider, yang ditunjukkan dengan pengghindaran kesepakatan yang
telah dibuat dan menolak untuk berpartisipasi.
b. Banyaknya stressor yang muncul dalam lingkungan kerja seseorang
menimbulkan terjadinya stress. Stres dapat mengakibatkan tekanan fisik
maupun tekanan mental hal ini akan mudah memicu terjadinya konflik.
c. Kondisi ruangan yang terlalu sempit atau tidak kondusif untuk melakukan
kegiatan–kegiatan rutin dapat memicu terjadinya konflik. Hal yang
memperburuk keadaan dalam ruangan dapat berupa hubungan yang monoton
atau konstan diantara individu yang terlibat di dalamnya, terlalu banyaknya
pengunjung pasien dalam suatu ruangan atau bangsal mampu memperparah
kondisi ruangan yang mengakibatkan terjadinya konflik.
d. Kewenangan dokter–perawat yang berlebihan dan tidak saling mengindahkan
usulan–usulan di antara mereka, juga dapat mengakibatkan munculnya konflik.
Dokter yang tidak mau menerima umpan balik dari perawat, atau perawat yang

Manajemen Keperawatan Page 5


merasa tidak acuh dengan saran–saran dari dokter untuk kesembuhan klien
yang dirawatnya, dapat memperkeruh suasana.
e. Perbedaan nilai atau keyakinan antara satu orang lain dengan yang lainnya
dapat menyebabkan terjadinya konflik. Perawat begitu percaya dengan
persepsinya tentang pendapat kliennya sehingga menjadi tidak yakin dengan
pendapat yang diusulkan oleh profesi atau tim kesehatan lainnya. Keadaan ini
akan semakin kompleks jika perbedaan keyakinan, nilai, dan persepsi telah
melibatkan pihak di luar tim kesehatan yaitu keluarga pasien.
f. Ekslusifisme yaitu adanya pemikiran bahwa kelompok tertentu memiliki
kemampuan yang lebih dibandingkan kelompok lain.
g. Kekaburan tugas atau peran ganda yang disandang seseorang (perawat) dalam
bangsal keperawatan sering mengakibatkan konflik. Seorang perawat yang
berperan lebih dari satu peran pada waktu yang hampir bersamaan masih
merupakan fenomena yang jamak ditemukan dalam tatanan pelayanan
kesehatan baik di rumah sakit maupun komunitas.
h. Kekurangan sumber daya manusia sering memicu terjadinya persaingan yang
tidak sehat dalam suatu tatanan organisasi.
i. Proses perubahan yang terlalu cepat atau proses perubahan yang terlalu lambat
dapat memunculkan konflik. Individu yang tidak siap dengan perubahan
memandang perubahan sebagai suatu ancaman.
j. Imbalan jika dikaitkan dengan pembagian yang tidak merata antara satu orang
dengan orang lain dapat menyebabkan munculnya konflik.

Pemberian imbalan yang tidak didasarkan atas pertimbangan profesioanal


sering menimbulkan masalah yang pada akhirnya menimbukan suatu konflik.
Masalah komunikasi, penyampaian informasi yang tidak seimbang, hanya orang
tertentu yang diajak berbicara oleh manajer, penggunaan bahasa yang tidak efektif,
dan penggunaan media yang tidak tepat sering berujung terjadinya konflik.

2.4 Proses Konflik

Proses konflik ada enam tahapan yaitu : pertama, kondisi yang mendahului,
konflik yang dipersepsi, konflik yang dirasakan, perilaku yang dinyatakan,
penyelesaian atau penekanan konflik, dan penyelesaian akibat konflik (Filley
dikutip dari Monica 1998). Kondisi yang mendahului merupakan penyebab

Manajemen Keperawatan Page 6


terjadinya konflik (tahap kedua). Kondisi yang ada di antara pihak yang terlibat
atau di dalam diri dapat menyebabkan terjadinya konflik. Tahapan ketiga konflik
akan dipersepsikan adalah konflik intelektual dan sering melibatkan isu serta peran.
Konflik ini dikenali secara logis dan tidak melibatkan perasaan orang lain yang
terlibat konflik.

Konflik yang dirasakan ketika konflik melibatkan emosi. Emosi yang


dirasakan antara lain rasa bermusuhan, takut, tidak percaya dan marah. Konflik ini
mungkin juga dipersepsikan bukan dirasakan, karena orang juga dapat merasakan
konflik tetapi tidak mengetahui masalahnya (Marquis & Huston, 2010). Pada
tahapan keempat konflik akan dimanifestasikan ataupun ada perilaku yang
dinyatakan seperti agresif, pasif, asersif, persaingan, debat, atau beberapa individu
memecahkan konflik. Langkah selanjutnya (tahap lima) yang dilakukan terhadap
terjadinya konflik adalah perilaku untuk menyelesaikan atau menekan konflik
tersebut. Perilaku tersebut dapat berupa perjanjian di antara yang terlibat atau
kadang melakukan tindakan penaklukan salah satu pihak. Suatu penyelesaian
masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya dengan
prinsip win–win solution. Pada tahap terakhir dalam proses konflik adalah akibat
konflik. Konflik akan selalu menimbulkan dampak negatif dan positif. Jika konflik
dikelola secara baik, orang yang terlibat di dalam konflik akan percaya ia akan
diberlakukan secara adil. Jika konflik tidak terselesaikan akan menimbulkan
konflik yang lebih besar dari konflik yang utama (Nursalam, 2009).

2.5 Strategi Penyelesaian

Konflik Seorang pemimpin bertugas mengenali manajemen konflik atau


strategi penyelesaian masalah yang paling tepat untuk setiap situasi. Pilihan strategi
yang tepat tergantung pada banyak variabel, misalnya situasi itu sendiri, kekuatan
atau status pihak yang terlibat dan kedewasaan orang yang terlibat dalam konflik
(Marquis & Huston, 2010). Ada beberapa strategi yang digunakan dalam
penyelesain konflik yaitu kompromi atau negosiasi, kompetisi, akomodasi,
smoothing, menghindar, dan kolaborasi (Nursalam, 2009).

a. Kompromi atau negosiasi : suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua


yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama.
Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai lose–lose situation kedua

Manajemen Keperawatan Page 7


unsur yang terlibat menyepakati hal yang telah dibuat (Nursalam, 2009).
Kompromi bekerja menuju kepuasan parsial, semua pihak mencari sebuah
solusi yang dapat diterima dan bukan yang optimal dengan demikian tidak ada
pihak yang menang maupun kalah secara mutlak (Winardi, 2007). Strategi ini
dapat dilakukan ketika tujuan-tujuannya penting, ketika pihak lawan dengan
persamaan kekuasaan sepakat untuk mencapai tujuan bersama. Strategi ini
dapat dilakukan dengan tujuannya untuk mencapai penyelesaian sementara
untuk isu-isu yang kompleks, untuk mencapai solusi yang bijaksana, dan
sebagai cadangan ketika gaya kolaborasi dan kompetisi tidak berhasil (Rivai,
2003).
b. Kompetisi : strategi ini dapat diartikan sebagai win–lose penyelesaian konflik.
Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang
menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini
adalah kemarahan putus asa dan keinginan untuk memperbaiki di masa
mendatang (Nursalam, 2009). Strategi ini sering digunakan apabila keputusan-
keputusan cepat dan desisif diperlukan sekali misalnya dalam situasi darurat
dan persoalan-persoalan penting (Rivai, 2003).
c. Akomodasi : strategi ini digunakan untuk memfasilitasi dan memberikan wadah
untuk menampung keinginan pihak yang terlibat konflik. Dengan cara ini
dimungkinkan terjadi peningkatan kerjasama dan pengumpulan data–data yang
akurat dan signifikan untuk pengambilan suatu kesepakatan bersama (Arwani
& Supriyanto, 2006). Strategi ini bertujuan untuk memelihara kerjasama,
membangun penghargaan sosial bagi isu-isu berikutnya, meminimalkan
kerugian, keharmonisan dan stabilitas dipandang lebih penting, dan memberi
kesempatan kepada bawahan berkembang dengan belajar dari kesalahan (Rivai,
2003).
d. Smoothing : strategi ini sering digunakan manajer agar seseorang
mengakomodasikan atau bekerjasama dengan pihak lain. Smoothing terjadi
ketika satu pihak dalam konflik berupaya untuk memuji pihak lain atau
berfokus pada hal yang disetujui bersama, bukan pada perbedaan. Pendekatan
ini tepat digunakan pada perselisihan yang kecil (Marquis & Huston, 2010).
e. Menghindar : semua pihak yang terlibat dalam konflik menyadari masalah yang
dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah
(Nursalam, 2009). Strategi ini biasanya dipilih jika isu tidak gawat atau bila

Manajemen Keperawatan Page 8


kerusakan yang potensial tidak akan terjadi dan lebih banyak menguntungkan
(Swanburg, 2000).
f. Kolaborasi : strategi ini merupakan strategi win–win solution, dalam kolaborasi
kedua belah pihak menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan, karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu
tujuan yang telah ditetapkan dan masing–masing pihak yang terlibat
meyakininya (Nursalam, 2009).

Manajemen Keperawatan Page 9


BAB III

ANALISA KASUS

Anda adalah salah satu perawat lulusan S1 Ns yang sudah satu tahun bekerja di ruang
medikal bedah kelas II. Akhir-akhir ini anda sering diminta oleh kepala ruangan untuk
menggantikan ketua Tim yang sedang menjalankan cuti. Tidak jarang anda juga kadang
diminta menggantikan perawat lain diruang medikal bedah lain diruang VIP. Anda tetap
menjalankan tugas tersebut karena anda berfikir bahwa tugas tersebut mampu anda
jalankan dan masih sesuai dengan kompentensi anda walaupun ada perasaan enggan
karena berada pada situasi yang berbeda dari biasanya. Suatu hari ketika anda dinas sore
anda ditugaskan oleh perawat supervior membantu ruang bersalin karena diruangan
tersebut kekurangan tenaga. Anda merasa tidak setuju untuk bertugas diruangan bersalin
karena anda belum pernah melakukan perawatan diruang bersalin walaupun anda pernah
belajar ketika menjadi mahasiswa sehingga tidak mungkin anda mengambil tugas tersebut.
Perawat supervisi mengatakan anda harus menjalankan tugas ini karena anda dinilai paling
mampu di tugaskan dirungan tersebut. Anda merasakan ada konflik antara tugas
profesional, personal dan organisasi.

Apa yang harus anda lakukan ?

Berusaha untuk menyelesaikan konflik dengan beberapa strategi konflik yaitu :

1. Akomodasi
2. Smoothing
3. Menghindar
4. Berkompromi
5. Berkolaborasi
6. Berkompetisi

Dan memprioritaskan penyelesaian konflik dimulai dari yang profesional, organisasi dan
personal.

Manajemen Keperawatan Page 10


BAB IV

PEMBAHASAN

a. Akomodasi adalah seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan dan memberi


kesempatan orang lain untuk menang
Akomodasi dari kasus diatas : Akhir-akhir ini anda sering diminta oleh kepala
ruangan untuk menggantikan ketua Tim yang sedang menjalankan cuti
b. Smoothing adalah menekan atau mengurangi kelompok yang terlibat konflik
berupaya mencari kebersamaan dari pada perbedaan dengan intropeksi dan
kesadaran penuh.
Smoothing dari kasus diatas : Tidak jarang anda juga kadang diminta
menggantikan perawat lain diruang medikal bedah lain diruang VIP. Anda tetap
menjalankan tugas tersebut karena anda berfikir bahwa tugas tersebut mampu anda
jalankan dan masih sesuai dengan kompentensi anda walaupun ada perasaan
enggan karena berada pada situasi yang berbeda dari biasanya.
c. Menghindar kelompok yang terlibat menyadari masalah yang dihadapi, tetapi
memilih menghindar tidak menyelesaikan masalah.
Menghindar dari kasus diatas : Anda merasa tidak setuju untuk bertugas diruangan
bersalin karena anda belum pernah melakukan perawatan diruang bersalin
walaupun anda pernah belajar ketika menjadi mahasiswa sehingga tidak mungkin
anda mengambil tugas tersebut
d. Berkompromi adalah semua yang terlibat saling menyadari dan menyepakati
keiginan bersama.
Berkomptomi dari kasus diatas : Akhir-akhir ini anda sering diminta oleh kepala
ruangan untuk menggantikan ketua Tim yang sedang menjalankan cuti
e. Berkolaborasi adalah dua kelompok yang terlibat bersama-sama menentukan
tujuan, keduanya menyakini tujuan dapat dicapai
Berkolaborasi dari kasus diatas : Tidak jarang anda juga kadang diminta
menggantikan perawat lain diruang medikal bedah lain diruang VIP
f. Berkompetisi adalah hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Dampak dari strategi ini kemarahan, putus asa, ada
keinginan memperbaiki di masa mendatang

Manajemen Keperawatan Page 11


Berkompetisi dari kasus diatas : Perawat supervisi mengatakan anda harus
menjalankan tugas ini karena anda dinilai paling mampu di tugaskan dirungan
tersebut.

Manajemen Keperawatan Page 12


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Manajemen Konflik adalah suatu cara atau proses mengambil langkah-langkah
oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah
hasil yang positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan evaluasi untuk
mendapatkan penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam Manajemen konflik ada 2 aspek yang bisa muncul yaitu aspek positif dan
aspek negatif. Konflik bisa di sebabkna oleh beberapa hal yang mengakibatkan ke dua
aspek (posif/negatif) tersebut bisa terjadi, diantaranya :
 Batasan pekerjaan yang tidak jelas
 Hambatan komunikasi
 Tekanan waktu
 Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
 Pertikaian antar pribadi
 Perbedaan status
 Harapan yang tidak terwujud

Agar konflik tidak berlarut-larut maka konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :

 Disiplin
 Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
 Komunikasi
 Mendengarkan secara aktif
B. Saran
Untuk mengatasi konflik diperlukan pihak yang dapat bersikap netral dalam
mengambil sebuah keputusan sehingga konflik dalam manajemen dapat diatasi dan
diarahkan ke arah yang lebih baik.

Manajemen Keperawatan Page 13


DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta

Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Penerbit Erlangga – Jakarta

Griffin. 2003. Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga – Jakarta

Dr. H.B. Siswanto, M.Si. 2011. Pengantar Manajemen. Penerbit Bumi Aksara - Jakarta

Manajemen Keperawatan Page 14

Anda mungkin juga menyukai