Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak berlakunya SDGs, kebijakan pemerintah dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua siklus kehidupan,
mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja,
maternal dan kelompok lansia. Dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah menurunkan angka
kematian ibu dari 359 per 100.000 (SP 2010), 346 menjadi 306 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Menurunkan angka kematian bayi
dari 32 menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, meningkatkan upaya
promosi kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan
upaya perilaku hidup bersih dan sehat.
Peran bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi
sangat strategis karena bersentuhan langsung dengan objek ditengah
mayarakat terutama di desa. Bidan diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme agar mampu memberikan pelayanan sesuai standar profesi
dan kewenangan.
Kematian ibu dan bayi pada dasanya dapat dicegah apabila ada
pengetahuan yang cukup pada ibu dan keluarga. Upaya ini merupakan
suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh bidan pada masyarakat
sejak ibu hamil dan bersalin, diantaranya dengan intervensi 1000 hari
pertama kehidupan anak, jaminan mutu ANC terpadu, meningkatkan
persalinan difasilitas kesehatan, penyelenggara program pemberian
makanan tinggi kalori, protein dan mikronutrien (TKPM) serta
pemberantasan kecacingan.
Kebijakan mengenai penempatan bidan didesa perlu didukung oleh
penyediaan tenaga bidan profesional secara utuh, tidak hanya kompeten
dalam memberikan pelayana klinis tetapi juga kemampuan leadership dan
manajerial. Hal ini diperlukan karena bidan dituntut memiliki kemampuan
sebagai penggerak pembangunan kesehatan khususnya dibidang kesehatan

1
reproduksi perempuan dan keluarga berencana, serta kesehatan bayi dan
balita.
Saat ini tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan yang
bermutu semakin tinggi terutama yang berkaitan dengan hak – hak
kesehatan reproduksi perempuan. Untuk mengantisipasi kebutuhan
tersebut diperlukan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, agar menghasilkan bidan yang berkualitas, dengan tingkat
pengetahuan keterampilan dan sikap profesional yang tinggi serta
memiliki kemampuan manajerial dan leadership atau kepemimpinan.
Pendidikan bidan saat ini diarahkan untuk mengahasikan bidan
yang mampu bekerja didesa. Pendidikan tersebut adalah diploma III
Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK
mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan
sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan
pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama didesa.
Salah satunya mata kuliah kurikulum program pendidikan DIII
kebidanan adalah asuhan kebidanan komunitas dengan kode mata kuliah
Bd 5.308. Mata kuliah ini dalam proses pendidikan dan pembelajarannya
terdiri dari pembelajaran teori dan praktik. Kegiatan pembelajaran
dilakukan secara bertahap mulai dari pertemuan dikelas, laboratorium dan
dilanjutkan dengan praktik dilapangan. Pada pembelajaran praktik
lapangan mahasiswa ditempatkan dikomunitas dengan harapan mahasiswa
dapat mempelajari secara konkret teori yang telah didapat dikelas. Praktik
kebidanan komunitas memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
mengembangkan kembali kemampuan pada situasi yang nyata. Mahasiswa
dituntut untuk melaksankan praktik secara komprehensif dengan melihat
budaya setempat dan melibatkan masyarakat secara aktif untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Strategi kebidanan komunitas dalam hal ini perencanaan terdiri
dari pembekalan secara rinci dilanjut dengan pembagian kelompok sesuai
dengan kondisi masyarakat di lahan praktek. Tahap pelaksanaan di awali

2
dengan orientasi SMD, FGD dan MMD serta dilakukan implementasi
sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
Praktek kebidanan komunitas ini dilakukan di desa Nagrak tanggal
21 Maret 2019 s/d 03 April 2019 di RW 06 RT 13 & 14.

B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum:
Memberi kemampuan pada mahasiswa untuk melaksanakan
praktik Kebidanan secara komprehensif dengan memperhatikan
budaya di komunitas melalui pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas ini,
diharapkan mahasiswa mampu:
a. Menerapkan strategi pelayanan kebidanan di komunitas untuk
memberikan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan
masyarakat melalui analisis sosial dan analisis situasi secara
partisipatif, analisis masalah dan analisis gender dalam layanan
kebidanan komunitas serta perencanaan pelayanan kebidanan
komunitas yang tanggap gender dan partisipatif.
b. Melaksanakan manajerial asuhan kebidanan di komunitas.
c. Melakukan pengelolaan program KIA/KB.
d. Menggerakkan dan meningkatkan Peran Serta Masyarakat.
e. Melakukan asuhan pada keluarga dalam lingkup kebidanan
komunitas.
f. Mengidentifikasi dan menerapkan pola keluarga sehat dalam
lingkup kebidanan komunitas.

3
C. Manfaat
1. Manfaat bagi Pelaksana (Mahasiswa)
Manfaat untuk mahasiswa atau peserta PKL Kebidanan
Komunitas, diharapkan dapat memahami dan menerapkan teori-teori
mengenai asuhan kebidanan di komunitas yang telah didapatkan dari
bangku perkuliahan secara langsung kepada masyarakat, sehingga
dapat menjadi bekal pengalaman kerja nyata.
2. Manfaat bagi Institusi Penyelenggara
Diharapkan institusi penyelenggara acara PKL Kebidanan
Komunitas dalam hal ini adalah pihak kampus Poltekkes Kemenkes
Bandung Program Studi Kebidanan Karawang dapat menjadikan hasil
kegiatan sebagai tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
khususnya dalam hal pembelajaran mata kuliah kebidanan komunitas,
sehingga dapat terus memperbaiki proses pembelajaran baik di kelas
maupun di lapangan agar dapat menghasilkan bidan yang profesional.
3. Manfaat bagi Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten
Subang, diharapkan mampu mempertemukan instansi terkait untuk
mendukung masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan yang ada
di desanya dengan mengintegrasikan program yang sedang berjalan di
sektor pemerintah daerah dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan untuk masa yang akan datang.
4. Manfaat bagi Kecamatan
Kecamatan dalam hal ini adalah Kecamatan Ciater, Kabupaten
Subang, dapat mengetahui masalah yang terjadi di wilayahnya dan
mampu mendukung program yang telah ada untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
5. Manfaat bagi Desa
Desa dalam hal ini adalah Desa Nagrak, Kecamatan Ciater,
Kabupaten Subang, diharapkan mendapatkan data-data kesehatan yang

4
nyata dan bersumber dari data primer (masyarakat wilayah setempat)
dan data sekunder, serta akan mendapatkan solusi dan intervensi dari
masalah yang timbul di masyarakat melalui kegiatan dan implementasi
hasil musyawarah masyarakat desa.

6. Manfaat bagi Masyarakat


Masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat Desa Nagrak,
Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, diharapkan dapat mengetahui
dan memecahkan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya, serta
mampu melaksanakan seluruh kegiatan yang telah direncanakan
berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa.

Anda mungkin juga menyukai