Anda di halaman 1dari 2

MENDESKRIPSIKAN DAN RESOLUSI KONFLIK YANG BERSIFAT

DISFUNGSIONAL
Oleh Siti Aisyah, Siti Munawaroh, Sri Maria Ulfah, Sucilia, Tati Hartati

A. Latar Belakang
Sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut
dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota
organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru
sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai
pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang berkembang.
Konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan
kelompok. Menurut D. Deni Koswara (1994: 2) Jika konflik disfungsional tidak
diselesaikan maka dapat menghambat komunikasi, mengganggu kohesi
(keeratan hubungan), mengganggu kerjasama atau “team work”, menumbuhkan
ketidakpuasan terhadap pekerjaan., individu atau personil mengalami tekanan
(stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, dan apatisme.
Bagaimana cara menyelesaikan konflik yang bersifat disfungsional ?
B. Konsep dan Teori Konflik
Konflik didefinisikan sebagai suatu proses interaksi sosial di mana dua
orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih, berbeda atau bertentangan dalam
pendapat atau tujuan mereka (Cummings, P. W. dalam Wahyudi, 2006).
Secara teoretik Robbins (1996: 438) mengemukakan dua tipe konflik,
yaitu konflik fungsional dan konflik disfungsional. Konflik fungsional adalah
sebuah konfrontasi di antara kelompok yang menambah keuntungan kinerja
organisasi. Konflik disfungsional adalah setiap konfrontasi atau interaksi di
antara kelompok yang merugikan organisasi atau menghalangi pencapaian
tujuan organisasi.
Beberapa Pendekatan untuk Mengelola Konflik, yaitu :
 Problem Solving : Pendekatan ini disebut juga dengan win-win solution.
 Superordinate Goals : Pengalihan pada tujuan yang lebih tinggi dapat menjadi
metode pengurangan konflik yang efektif
 Expansion of Resources: Diperlukan upaya perluasan sumber daya.
 Avoidance: Manajer melakukan penghindaran, seolah-olah tidak ada konflik.
 Smoothing : Teknik ini menekankan kepentingan bersama (common interest)
dan tujuan bersama (common goal).
 Compromisem : Metode ini merupakan pendekatan tradisional, di mana
dalam menyelesaikan konflik menggunakan pendekatan tidak ada yang
menang atau yang kalah, sebab masing-masing kelompok memberikan
konsesi dan pengorbanan untuk saling memuaskan.
 Authoritative Command : Dasar pendekatanya adalah eksekutif mempunyai
wewenang untuk memaksa bawahannya menghentikan konflik.
 Intergroup Training : Kelompok yang bertikai diminta mengikuti
seminar/lokakarya di luar tempat kerja dengan fasilitator (tanpa diketahui)
yang mengatur interaksi kedua kelompok itu.
C. Contoh Kasus
“ Antara dua orang calon ketua IBI berkonflik karena masalah pribadi diluar
kantor sehingga organisasi IBI terbelah menjadi dua kubu dan saling
menjatuhkan satu sama lain.”
Konflik disfungsional menghalangi pencapaian tujuan maka ada beberapa teknik
atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik, salah satunya
adalah menggunakan teori kompromi.
Langkah-langkah penyelesaian
1. Kedua pihak yaitu calon ketua IBI A dan B serta pendukungnya di
pertemukan
2. Dihadirkan pihak ketiga untuk menengahi masalah
3. Kedua pihak saling mengungkapkan pandangannya secara terbuka
4. Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari
orang-orang yang terlibat di dalamnya.
5. Merumuskan tujuan akhir yang ingin dicapai bersama.

Daftar Literatur
Davis, Newstrom. 1990. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Robbin, Stephen P. (1996).Organizational Behavior.Conceps, controversies abd
application, Englewood Cliff, Prebtice Hall.

Anda mungkin juga menyukai