PENDAHULUAN
Salah satu lokasi yang menjadi tujuan pelaksanaan KKN adalah Desa Duku Ilir,
Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong. Kelompok 175 mendapatkan lokasi di
Desa Duku Ilir. Program kerja perorangan memperhatikan faktor demografi dari masyarakat
sesuai dengan jurusan masing - masing individu.
Dari hasil observasi pada hari Minggu, tanggal 1 Juli 2018, anak-anak Desa Duku
Ilir sangat sulit menggunakan bahasa Indonesia ketika sedang bercerita kepada peserta KKN.
Walaupun terkadang peserta KKN sudah menggunakan bahasa Indonesia, akan tetapi mereka
tetap saja menggunakan bahasa Bengkulu bahkan ada pula yang menggunakan bahasa asli
mereka yaitu bahasa Rejang. Bukan hanya itu saja, anak-anak disana masih belum memahami
bagaimana tata cara berbicara yang baik dan benar, baik itu di dengan orang yang lebih tua,
lebih muda dan sebaya.
Dari hal inilah diperlukan pembelajaran retorika, yang mana retorika adalah
adalah cara menggunakan seni berbahasa yang berpusat pada pemikiran mengenai retorika
(gaya berbahasa/seni berbahasa), yang disebut oleh Aristoteles sebagai alat persuasi yang
tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang tertarik untuk membujuk khalayaknya harus
mempertimbangkan tiga bukti retoris yaitu logika (logos), emosi (pathos) dan
etika/kredibilitas (ethos). Khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan
silogisme retoris, yang memandang khalayak untuk menemukan sendiri informasi yang
kurang lengkap dari suatu pidato, yang tidak seluruhnya didengar. Sehingga, dapat diambil
kesimpulan bahwa teori retorika adalah teori yang yang memberikan petunjuk untuk
menyusun sebuah presentasi atau pidato persuasive yang efektif dengan menggunakan alat-
alat persuasi yang tersedia.
Sasaran dari kegiatan ini lebih di fokuskan kepada anak-anak Desa Duku Ilir
karena dengan usia mereka yang mulai beranjak remaja inilah yang membuat mereka harus
lebih memahami dan mengerti tentang berkomunikasi yang baik. Sasaran ini dipilih
berdasarkan inisiatif saya sendiri karena menurut saya mereka benar-benar tidak biasa
menggunakan bahasa Indonesia.
1.3. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
Dengan adanya kegiatan belajar Retorika ini, bertujuan untuk membuat anak-
anak Desa Duku Ilir memahami bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling penting
untuk berkomunikasi dan dengan belajar Retorika, mereka juga memahami bagaimana tata
cara berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih muda, dan sebaya.
Tentu saja hasil yang diharapkan adalah anak-anak Desa Duku Ilir mengetahui
kapan waktunya memakai bahasa asli mereka yaitu bahasa Rejang, kapan mereka harus
memakai bahasa Bengkulu, dan kapan mereka memakai bahasa Indonesia. Selain itu,
diharapkan juga mereka akhirnya merubah tata cara bicara mereka yang selama ini salah.
Mereka harus mengetahui bagaimana cara berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih
muda, dan juga teman sebayanya.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Tahapan pelaksanaan : Diadakannya praktek tata cara berbicara yang baik dan benar
dengan cara menceritakan kembali masa-masa liburan mereka.
BAB III
3. Tahapan kegiatan : Praktek Tata Cara Bicara yang Baik di Depan Khalayak
Hasil yang diperoleh : Anak-anak SD di Desa Duku Ilir telah dapat mempraktekkan
bagaimana cara berbicara yang baik dan benar di hadapan
teman-temannya
Pembahasan : Tampil berbicara di depan teman-temannya, untuk usia anak-
anak biasanya cenderung takut apabila perkataan yang
diucapkan nanti ada yang salah. Agar anak-anak ini berani
tampil berbicara di depan maka saya menyuruh anak-anak
tersebut membuat cerita mengenai liburan mereka dan
dibacakan di depan teman-teman mereka.
Selama saya mengajarkan mereka Retorika dan diselingi dengan belajar Bahasa
Inggris, kendala yang saya hadapi adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak Desa Duku Ilir masih banyak yang belum mengetahui tentang retorika,
baik itu definisi, jenis-jenisnya dan fungsinya.
2. Anak-anak Desa Duku Ilir masih sering berkomunikasi menggunakan bahasa asli
mereka yaitu bahasa Rejang daripada bahasa Indonesia dan masih belum mengetahui
bagaimana cara berbicara yang baik.
3. Anak-anak Desa Duku Ilir masih banyak yang belum mengetahui Bahasa Inggris
dasar.
4. Anak-anak Desa Duku Ilir masih belum berani tampil berbicara di hadapan khalayak
ramai (teman-temannya).
3.3. Langkah Pemecahannya
Meskipun memiliki kendala, namun saya pun punya langkah pemecahannya agar
kendala tersebut bisa teratasi. Berikut ini adalah langkah pemecahannya :
1. Mengajak anak-anak Desa Duku Ilir untuk berdiskusi mengenai retorika dan
menjelaskannya ke dalam kalimat-kalimat sederhana.
2. Memberikan materi mengenai bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia sehingga
anak-anak Desa Duku Ilir mengetahui bahwa dalam berbicara atau berkomunikasi
dapat pula menggunakan bahasa Indonesia disesuaikan dengan situasi dan keadaan.
Bukan hanya itu saja, tetapi juga berdiskusi tentang tata cara berbicara mereka sehari-
hari sehingga mereka tahu bagaimana tata cara bicara yang baik.
3. Memberikan mereka materi mengenai Bahasa Inggris dasar seperti Bahasa Inggris
dari anggota tubuh yang mereka miliki.
4. Memberikan motivasi dan semangat kepada anak-anak Desa Duku Ilir agar berani
tampil di depan dan membuat mereka percaya diri bahwa mereka bisa membacakan
cerita yang sudah mereka buat.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan program kerja individu ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Dengan adanya kegiatan pembelajaran retorika ini, anak-anak SD Desa Duku
Ilir dapat menerapkan mengenai tata cara berbicara yang baik serta etika
berbicara di hadapan orang yang lebih tua, lebih muda, dan teman sebaya.
Anak-anak SD Desa Duku Ilir dapat membuat cerita singkat sesuai dengan
tema liburan mereka masing-masing.
Anak-anak SD Desa Duku Ilir dapat menyesuaikan kapan harus berbahasa
Indonesia dan Rejang dilihat dari situasi dan kondisinya.
Anak-anak SD Desa Duku Ilir dapat mengerti Bahasa Inggris dasar mengenai
anggota tubuhnya.
4.2. Saran
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Pusat Pengelola dan Pengembangan
Kuliah Kerja Nyata. 2018. Buku Panduan Kuliah Kerja Nyata Universitas Bengkulu.
LAMPIRAN