Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya. Dukungan data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan cepat
dalam pengelolaan pembangunan kesehatan menjadi penting.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh meningkatnya derajat kesehatan masyarakat pada setiap tahunnya.

Pembangunan kesehatan merupakan integrasi dari pembangunan nasional.


Pembangunan kesehatan sangat kompleks karena kesehatan terkait dan menyentuh segala
aspek kehidupan manusia seperti demografi, social ekonomi, pendidikan serta perkembangan
fisik dan biologi.

Angka kematian bayi yang telah dapat ditekan, usia harapan hidup yang cendrung
meningkat serta angka kematian semakin berkurang. Status gizi yang diharapkan ternyata
tidak terpenuhi sebagai akibat dampak krisis moneter yang berkepanjangan melanda bangsa
Indonesia, angka gizi buruk yang dilaporkan beberapa tempat dengan kategori rawan gizi
menjadi tantangan sendiri dari pemerintah Tanah datar walaupun program perbaikan gizi
sudah berjalan dalam beberapa tahun terakhir, namun masalah gizi masih ditemukan
disebagian kecil kabupaten.

Status gizi balita dipengaruhi banyak faktor, baik penyebab langsung maupun tidak
langsung. Penyebab Langsung yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan dan
penyakit infeksi yang diderita balita, penyebab tidak langsungnya meliputi ketersediaan
pangan dalam hal ini dengan mengetahui pekerjaan dan pendapatan orang tua, pola asuh
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor penyebab tidak
langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan
keluarga (Adisasmito, 2007 dalam Karlina, 2011).
Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan fisik maupun mental, yang selanjutnya akan menghambat prestasi belajar.
Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan, sehingga kejadian infeksi dapat meningkat.
Kekurangan gizi akan menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita. Dampak yang lebih
serius adalah timbulnya kecacatan, tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian
beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,
menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak (Fitri Kurnia Rahim /
KEMAS 9 (2) (2014) 115-121)

Anak balita merupakan anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang. Proses
perkembangan terjadi sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh potensi genetik dan
pengaruh lingkungan (Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 –
18). Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan dimasa balita dapat berpengaruh pada
kehidupannya dimasa dewasa. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah status gizi. Status gizi dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Kebiasaan
makan yang sehat pada anak penting dalam mencegah keterlambatan pertumbuhan dan
masalah gizi akut pada anak (Al-Shookri et al.2011).
Anak balita merupakan kelompok anggota rumahtangga yang paling rentan terhadap
kemungkinan kurang gizi. Kondisi balita sangat peka terhadap jumlah asupan dan jenis
pangan yang dikonsumsi. Anak yang paling kecil biasanya yang paling terpengaruh oleh
kekurangan pangan, karena anak-anak yang paling kecil umumnya makan lebih lambat dan
dalam jumlah yang kecil dibandingkan anggota rumah tangga yang lain, sehingga
memperoleh bagian yang terkecil dan tidak mencukupi kebutuhan gizi anak yang sedang
tumbuh.
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya (Suhardjo 1989a), selain itu
juga akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga
kecukupan konsumsi pangan perlu mendapat perhatian. Selanjutnya Khomsan (2003)
menambahkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengkonsumsi pangan(energi dan
protein) lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga berada.
Infeksi merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak batita, dimana
salah satu penyebab infeksi adalah keadaan status gizi batita yang kurang, yang secara
langsung di pengaruhi oleh kurangnya pengetahuan Ibu khususnya tentang makanan yang
bergizi.
Kecukupan gizi yang baik pada anak akan meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit, anak yang mengalami kurang gizi akan mudah terkena penyakit terutama penyakit
infeksi. Seperti kita ketahui, bahwa hubungan infeksi dengan status gizi sangat erat, demikian
juga sebaliknya.
Air susu ibu (ASI) paling cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal,
baik itu karbohidrat dalam ASI berupa laktosa, kandungan vitamin dan mineralnya yang
banyak, perbandingan antara kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi
penyerapan kalsium. ASI juga mengandung zat anti infeksi yang terdapat dalam kolostrum.
Kolostrum adalah susu yang keluar pertama kali pada ASI, berwarna kental kekuningan dan
kaya akan zat antibodi.
Penyakit infeksi dan hal penting yang harus di dapatkan setiap anak pada awal
kehidupan adalah imunitas terhadap berbagai organisme penyebab penyakit. Mekanisme
imunologi pada anak – anak pada dasarnya sama dengan pada orang dewasa namun belum
berkembang sempurna saat lahir. Imunitas selular sudah efektif sejak lahir: selama 2 atau 3
tahun pertama, jumlah sel darah putih relatif tinggi, limfosit lebih banyak dari pada
polimorfik dalam sirkulasi darah.
Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan anak di Indonesia. Terbukti, angka
kesakitan dan angka kematian anak akibat penyakit tersebut masih cukup tinggi. Daya tahan
tubuh balita yang masih rendah mengakibatkan anak mudah sekali terserang berbagai
penyakit infeksi.

Dilihat dari data Riskesdas tahun 2018, proporsi gizi buruk dan gizi kurang pada
balita di Indonesia tahun 2013 sampai 2018 terjadi penurunan sebesar 1,9%. Presentase kasus
gizi buruk tahun 2013 5,7% dan pada tahun 2018 sebesar 3,9%. Persentase untuk gizi kurang
pada tahun 2013 sebesar 13,9% dan pada tahun 2018 sebesar 13,8%.

Berdasarkan data PSG tahun 2017 terdapat 5 daerah dengan masalah gizi Stunting
tertinggi berada di: Pasaman 40,6%, Solok 39,9% , Sawahlunto/Sijunjung 38,7%. Adapun
daerah Sumatera Barat yang termasuk persentase stunting tinggi yaitu Tanah Datar 33,0%
diatas rata-rata stunting SumBar 30,6%

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Barat tahun 2017, lima urutan
kabupaten/kota tertinggi prevalensi balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah tanah datar 2 %
(BGM/Jumlah yang ditimbang), Pesisir Selatan 1,3 %, dan Damasraya 1,17%, Padang 1,14%,
dan Sijunjung 1,12%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Barat tahun 2017, lima
urutan kabupaten/kota tertinggi prevalensi gizi buruk adalah Padang 17,5 %, Sijunjung 11,1
%, Mentawai 10,5 %, Lima puluh Kota 10,3 %, dan Tanah Datar 10,05%. Berdasarkan hasil
semua data yang didapatkan, disumpulkan bahwa ada 5 daerah di Sumatera Barat yang
masuk dalam kategori daerah masalah gizi tertinggi, yaitu : Pasaman, Pasaman Barat,
Sijunjung, Solok, Tanah Datar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa prevalensi status gizi di Kabupaten
Tanah datar. Merupakan lima daerah tertinggi yang memiliki status gizi rendah. Maka dari itu
peneliti tertarik untuk mengetahui “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten
Tanah Datar tahun 2019”

1.2 Rumusan masalah

Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi di Jorong Lasuang Batu
Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar tahun 2019?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi di Jorong


Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar
tahun 2019

1.3.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi pada balita (12-59 bulan), di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi asupan balita (12-59 bulan),di Jorong Lasuang Batu
Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar tahun
2019.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi penyakit infeksi balita (12-59) bulan di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
4. Diketahuinya distribusi frekuensi pola asuh balita (12-59 bulan) di Jorong Lasuang
Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar
tahun 2019.
5. Diketahuinya distribusi frekuensi pola konsumsi balita (12-59 bulan) di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
6. Diketahuinya distribusi frekuensi pelayanan kesehatan balita (12-59 bulan) di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
7. Diketahuinya distribusi frekuensi ketersedian pangan rumah tangga di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
8. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di Jorong Lasuang Batu
Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar tahun
2019.
9. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendapatan keluarga di Jorong Lasuang
Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar
tahun 2019.
10. Diketahuinya hubungan asupan dengan status gizi balita (12-59 bulan) di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
11. Diketahuinya hubungan penyakit infeksi dengan status gizi balita (12-59 bulan) di
Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten
Tanah Datar tahun 2019.
12. Diketahuinya hubungan pola asuh dengan status gizi balita (umur 12-59 bulan) di
Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten
Tanah Datar tahun 2019.
13. Diketahuinya hubungan pola makan dengan status gizi balita (12-59 bulan) di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
14. Diketahuinya hubungan pelayanan kesehatan dengan status gizi balita (12-59 bulan)
di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.
15. Diketahuinya ketersediaan pangan rumah tangga dengan status gizi balita (12-59
bulan) di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.
16. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita (12-59 bulan)
di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.
17. Diketahuinya hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi balita (12-59
bulan) di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti
Dapat dijadikan sebagai masukan dan menambah pengetahuan tentang status gizi
anak balita dan faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak balita di
Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.
2. Bagi Akademik/ Institusi
Memberikan informasi dan masukan tentang status gizi pada anak balita di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten
Tanah Datar tahun 2019.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang status gizi pada anak balita
dan faktor- faktor apa yang berhubungan dengan status gizi pada anak balita di
Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.
4. Bagi Masyarakat
Meningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya status gizi pada balita
sehingga dapat mengetahui dan mencegah terjadinya masalah gizi di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten
Tanah Datar tahun 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.2 Kerangka Konsep

pelayanan
kesehatan

ekonomi
infeksi
lingkungan

prilaku
status gizi
zat gizi

PMT
konsumsi
kebiasaan

budaya
makan
2.3 Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur

Status gizi Status gizi adalah ekspresi dari Antropometri - BB/U Kategori Z-Score Indeks BB/U
pada balita keadaan keseimbangan dalam bentuk  Dacin
 Gizi Buruk : < -3 SD
variabel tertentu, atau perwujudan  Timbangan
- BB/U  Gizi Kurang : > -3 Sd s/d < -2 SD
dari nutriture dalam bentuk variabel digital
 Gizi Baik : > -2 SD s/d < +2 SD
- TB/U tertentu pada balita (Supariasa, 2001).  Form tanggal
 Gizi Lebih : > +2 SD Ordinal
lahir
- BB/TB

- IMT (SK Menkes ,2010)

 TB/U Kategori Z-Score Indeks TB/U Ordinal


 Mikrotoise
 < -3 SD Sangat Pendek
 AUPB
 - 3 s/d <-2 SD Pendek
 Form tanggal
 - 2 s/d +2 SD Normal
lahir
 > +2 SD Tinggi

(SK Menkes ,2010)


 BB/TB Kategori Z-Score Indeks BB/TB Ordinal
 Dacin
 < -3 SD Sangat Kurus
 Timbangan
 - 3 s/d <-2 SD Kurus
Digital
 - 2 s/d +2 SD Normal
 Mikrotoa
 > +2 SD Gemuk
 AUPB

(SK Menkes ,2010)


 IMT/ U Kategori Z-Score indeks IMT/U Ordinal
 Timbangan
1. Sangat kurus < - 3 SD
digital
 Mikrotoa 2. Kurus -3 SD s/d < -2 SD

 Form tanggal
3. Normal -2 SD s/d 2 SD
lahir
4. Gemuk >2 SD

(SK Menkes ,2010)


Status gizi Status gizi adalah ekspresi dari Antropometri  IMT 5. Sangat kurus < - 3 SD Ordinal
pada remaja keadaan keseimbangan dalam bentuk  Timbangan
6. Kurus -3 SD s/d < -2 SD
variabel tertentu, atau perwujudan digital
dari nutriture dalam bentuk variabel  Mikrotoa 7. Normal -2 SD s/d 2 SD
tertentu pada remaja usia 13-17 tahun  Form
8. Gemuk >2 SD
(Supariasa, 2001). penimbangan
(SK Menkes ,2010)

Status gizi Status gizi adalah ekspresi dari Antropometri  IMT 1. Kurus -3 SD s/d < -2 SD Ordinal
pada anak keadaan keseimbangan dalam bentuk  Timbangan
2. Normal -2 SD s/d 1 SD
sekolah dasar variabel tertentu, atau perwujudan digital
dari nutriture dalam bentuk variabel  Mikrotoa 3. Gemuk >1 SD s/d 2 SD
tertentu pada anak sekolah dasar usia  Form
4. >2 SD
6-12 tahun (Supariasa, 2001). penimbangan
(SK Menkes ,2010)

Status gizi ibu Status gizi adalah ekspresi dari Antropometri  LILA 1. KEK < 23,5 cm Ordinal
hamil keadaan keseimbangan dalam bentuk
2. Normal ≥23,5 cm
variabel tertentu, atau perwujudan
dari nutriture dalam bentuk variabel (Supariasa, 2002)
tertentu pada ibu hamil (Supariasa,
2001)
Pola konsumsi Pola konsumsi merupakan informasi Wawancara  Form SQ-FFQ Baik : Ordinal
tentang jenis dan frekuensi pangan (Semi
 Makanan pokok : ≥ 3 x hari
yang di konsumsi oleh seseorang atau Quantitative-
 Protein Nabati : ≥ 1 x hari
kelompok orang pada waktu tertentu. Food Frequency
 Protein Hewani :> 1 x hari
(Baliwati,dkk.2004:69-70). Questioners)
 Sayuran : ≥ 1 x hari
 Buah : ≥ 1 x hari

Cukup : Jika asupan yang dikonsumsi


≥80% AKG

Kurang : Jika asupan yang dikonsumsi


<80% AKG

Penyakit Penyakit infeksi merupakan satu Wawancara  Kuesioner Dikategorikan menjadi : Nominal
infeksi kumpulan jenis-jenis penyakit yang  Pernah Terinfeksi
mudah menyerang khususnya anak- Jika mengalami salah satu dari
anak di indonesia yang disebabkan penyakit infeksi dalam 3 bulan
oleh infeksi virus, infeksi bakteri, terakhir
infeksi parasit. Penyakit infeksi yang
 Tidak pernah Terinfeksi
mempengaruhi status gizi balita sejak
3 bulan terakhir. (Rampengan, Jika tidak pernah mengalami
1997). keluhan dari semua penyakit infeksi
dalam 3 bulan terakhir
Contoh dari penyakit infeksi,
yaitu : ISPA, diare, pneumonia,
difteri, campak, TBC, cacar air,
tetanus, demam tifoid).

Pola asuh Pola asuh merupakan cara pengasuh Wawancara Kuesioner Dikelompokkan dalam 2 kategori : Nominal
anak anak yang merupakan kegiatan dalam
1. Baik,bila > 75% jawaban benar
(kebiasaan) usaha memelihara, membimbing,
2. Rendah, bila <75% jawaban benar
membina, dan melindungi anak
dalam memberi makanan anaknya
untuk kelangsungan hidup,
berkembang dan mencapai
pertumbuhan yang serasi, selaras, dan
seimbang baik fisik maupun mental.
.( Shochib, 2010.)
Pola asuh ini terbagi :
a. Pola Asuh Makan
Adalah cara makan seseorang
atau sekelompok orang dalam
memilih makanan dan
memakanannya sebagai
tanggapan terhadap pengaruh
fisiologi, psikologi, budaya, dan
sosial ( Waryana, 2010 ). Untuk
kebutuhan pangan atau gizi
balita, ibu menyiapkan diri sejak
prenatal dalam mengatur dietnya
selama kehamilan, masa
neonatal berupa pemberian ASI,
menyiapkan makanan tambahan
berupa maknan padat yang lebih
bervariasi bahannya atau
makanan yang diperkaya, dan
dukungana emosional untuk
anak ( Kartini, 2006 )

b. Pola asuh hygiene dan sanitasi


Cara seseorang atau sekelompok
orang dalam mengambil
tindakan atau upaya untuk
meningkatkan kebersihan dan
keehatan melalui pemeliharaan
dini setiap individu
Pelayanan Upaya yang dalam suatu organisasi
Kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
Balita kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Notoatmodjo, 2008).

 Penimbangan /posyandu Wawancara Kuesioner Posyandu: Ordinal

 Baik jika ≥ 4 kali selama 6 bulan


 Kurang jika < 4 kali selama 6 bulan

 Imunisasi Wawancara Kuesioner Imunisasi : Ordinal


- Baik jika lengkap melakukan
imunisasi sesuai umur
- Tidak baik jika imunisasi tidak
lengkap sesuai umur
 PMT Wawancara Kuesioner  Baik :Jika diberikan PMT pada Ordinal
balita

 Tidak baik : Jika tidak diberikan


PMT pada balita

 Penyuluhan atau konsultasi Wawancara Kuesioner  Baik : Jika pernah mendapatkan Ordinal
gizi penyuluhan/konsultasi gizi

 Tidak baik : Jika tidak pernah


mendapatkan
penyuluhan/konsultasi gizi

 Pemberian vitamin A Wawancara Kuesioner  Baik : Jika diberikan sesuai umur Ordinal
dan jadwal pemberian vit A setiap
bulan Februari dan Agustus.

 Tidak baik : Jika tidak diberikan


sesuai umur dan jadwal pemberian
vit A setiap bulan Februari dan
Agustus.
Asupan balita  Asupan adalah semua jenis Wawancara Form food recall 24 - > 100 % : asupan berlebih
makanan dan minuman yang jam, SQ-FFQ - 80% - 100% : asupan baik
dikonsumsi tubuh setiap hari. - <80 % : asupan kurang
(sumarno, dkk dalam Gizi
Indonesia 1990)

PMT  PMT adalah pemberian Wawancara Kuesioner  Baik :Jika diberikan PMT pada Ordinal
makanan tambahan untuk balita
menambah asupan gizi untuk  Tidak baik : Jika tidak diberikan
mencukupi kebutuhan gizi PMT pada balita
agar tercapainya status gizi
dengan baik (Minarto, 2016)
 Pendapatan keluarga adalah Wawancara Kuesioner Dinyatakan dalam satuan rupiah : Interval
Rata-rata jumlah penghasilan 1. Golongan Atas : Rp 2.600.000/
Ekonomi
keluarga dalam 1 bulan bulan
Pendapatan
(Badan Pusat Statistik, 2012) 2. Golongan Menengah : Rp
Keluarga
1.800.000 - Rp 2.500.000 / bulan
Golongan Bawah :  Rp 1.800.000
Kebiasaan Kebiasaan makan adalah ekspresi Wawancara Kuisioner - Baik : Memprioritaskan anak
makan setiap individu dalam memilih - Tidak baik : tidak
(budaya makanan yang akan membentuk pola memprioritaskan anak
makan) prilaku makan (khomsan, 2004)
2.4 Hipotesis

1. Ada hubungan asupan dengan status gizi balita (6-59 bulan) di Jorong Lasuang Batu
Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar tahun
2019.
2. Ada hubungan penyakit infeksi dengan status gizi balita (6-59 bulan) di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
3. Ada hubungan pola asuh (kebiasaan) dengan status gizi balita (umur 6-59 bulan) di
Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten
Tanah Datar tahun 2019.
4. Ada hubungan pola konsumsi dengan status gizi balita (6-59 bulan) di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
5. Ada hubungan pelayanan kesehatan dengan status gizi balita (6-59) bulan di Jorong
Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2019.
6. Ada hubungan PMT dengan status gizi balita (6-59 bulan) di Jorong Lasuang Batu
Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar tahun
2019.
7. Ada hubungan tingkat ekonomi pendapatan keluarga dengan status gizi balita (6-59
bulan Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

PKL PPG (Program Perencanaan Gizi) ini bersifat analitik dengan desain cross
sectional study yaitu jenis penelitian yang mengamati data-data populasi atau sampel satu kali
saja pada saat yang sama dengan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi pada keluarga yang memiliki balita (6 -59 bulan) di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu
Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar tahun 2019.

3.2 Lokasi dan Waktu

PKL PPG (Program Perencanaan Gizi) ini dilaksanakan di Kabupaten Tanah datar
Kecamatan Lintau Buo Utara, di kecamatan ini ada 2 Puskesmas dan secara purprosive
terpilih Puskesmas Lintau Buo Utara II khususnya di Jorong Lasuang Batu.
Waktu pelaksanaan PKL PPG (Program Perencanaan Gizi) ini dilakukan pada
tanggal 20 – 24 Febuari 2019.
Tahap-tahap Penyusunan PKL PPG (Program Perencanaan Gizi) ini yaitu, pada
minggu I pembekalan, minggu II-III pembuatan proposal, minggu IV-V pembuatan kuisoner,
uji coba di lapangan dan pembuatan template, minggu VI pengumpulan data di lapangan,
minggu VII- XII pengolahan data, minggu XVI persentasi hasil PKL PPG (Program
Perencanaan Gizi).

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi pada pengumpulan data dasar ini adalah seluruh keluarga yang memiliki balita
(6-59 bulan) di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah datar tahun 2019

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel pada penelitian ini adalah balita (6-59
bulan) yang berjumlah 46 orang dengan respondennya adalah ibu balita.
Rumus pengambilan sampel yang digunakan adalah :

𝑧 2 𝑥 𝑃 (1−𝑃)
n=
𝑑2

Keterangan :

n = jumlah sampel
d = presisi / derajat akurasi yang diinginkan (15%)
Z1-α/2 = nilai kurva normal pada CI (Confidence interval ) 95% = 1,96
P = Prevalensi balita kecamatan lintau buo utara

Dari hasil perhitungan besar sampel adalah 42,7. Jadi besar sampel minimal adalah 43
orang. Bagi jorong yang mencukupi jumlah sampel, setiap mahasiswa diharuskan
mendapatkan sampel 10 KK Balita.

Sampel dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi yang memenuhi kriteria sampel
yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel adalah KK yang mempunyai anak balita, di dalam KK
yang mempunyai anak SD, remaja (SMP dan SMA). Sedangkan ibu hamil diambil secara
keseluruhan.

Kriteria inklusi yaitu :


a. Bersedia menjadi responden.
b. Berada ditempat saat penelitian berlangsung
c. Tinggal di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara
di Kabupaten Tanah Datar
d. Balita umur 6 – 59 bulan
e. Jika balita yang berada di satu keluarga tersebut lebih dari satu, maka yang
diambil hanya anak tertua.

Kriteria eksklusi yaitu


a. Balita sehat yang berumur <6 bulan (6 bulan 30 atau 29 hari)
b. Balita (umur 6-59 bulan) yang ibunya telah meninggal dunia.
c. Anak remaja di dalam KK tidak berada di rumah
3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Pengumpulan
data dilakukan oleh peneliti mahasiswi tingkat III S1 Terapan Jurusan Gizi sebanyak 6 orang.
Adapun pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Teknik pengumpulan data primer
No. Variabel Cara Pengumpulan
Pengukuran antropometri dengan menggunakan alat microtoise,
1. Data status gizi
AUPB, dacin, timbangan digital berat badan, form tanggal lahir
2. Data asupan Wawancara dengan Recall 24 jam
Data penyakit
3. Wawancara dengan menggunakan kuesioner
infeksi
4. Data pola asuh anak Wawancara dengan menggunakan kuesioner
5. Data pola konsumsi Wawancara dengan menggunakan format SQ-FFQ
Data pelayanan
6. Wawancara dengan menggunakan kuesioner
kesehatan
Data tingkat
7. pendapatan Wawancara dengan menggunakan kuesioner
keluarga
Data kebiasaan
8. makan (budaya Wawancara dengan menggunakan kuesioner
makan)

Dalam mengumpulkan data antropometri kita menggunakan timbangan digital untuk


mengukur berat badan sedangkan untuk mengukur tinggi badan kita menggunakan mikrotoa
dan AUPB.
Saat melakukan pengukuran berat badan dipastikan terlebih dahulu timbangan digital
yang dipakai sudah di kalibrasi dan penimbangan dilakukan dengan benar. Sebelum
responden ditimbang dilihat terlebih dahulu apakah terdapat aksesoris yang memberatkan
seperti dompet, jam tangan dsb diletakkan terlebih dahulu serta alas kaki dilepaskan, angka
pada timbangan digital sudah menunjukan angka nol, barulah responden ditimbang dan di
dapatkan pengukuran berat badan. Sedangkan untuk melakukan pengukuran tinggi badan
anak dibawah 2 tahun menggunakan alat AUPB, dipastikan sebelum menggunakan alat, alat
tidak macet agar bisa digunakan dengan baik.
Anak yang akan di ukur tinggi badannya dipastikan tidak memakai aksesoris kepala
dan alas kaki. AUPB diletakkan di tempat yang datar lalu anak di letakkan, dipastikan kepala
anak menyentuh ujung AUPB, kaki dalam keadaan lurus dan ujung telapak kaki menyentuh
ujung bawah AUPB. Untuk pengukuran tinggi badan anak diatas 2 tahun dan orang dewasa
dapat menggunakan mikrotoa. Sebelum menggunakan alat dipastikan alat tersebut sudah
dikalibrasi. Mikrotoa tidak macet dan skala nya berada di angka nol. Mikrotoa di pasang pada
dinding yang datar serta lantai nya juga datar. Responden yang akan di ukur melepas alas
kaki dan sanggul, responden berdiri lurus. Saat pengukuran kepala bagian belakang, bahu,
panggul dan tumit menyentuh pada dinding. Ujung mikrotoa membentuk sudut 90 derajat
pada saat menyentuh kepala.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan
penelitian. Data sekunder mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
keluarga di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di
Kabupaten Tanah Datar. Data yang di dapat meliputi jumlah balita pada tahun 2019, status
gizi, serta kenaikan prevalensi status gizi setiap tahun di Jorong Lasuang Batu Nagari Batu
Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara di Kabupaten Tanah Datar tahun 2019. Data gambaran
umum lokasi yang dijadikan tempat penelitian dan data mengenai jumlah balita diperoleh dari
data Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data hasil penelitian dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan
menggunakan program yang sesuai. Pengolahan data dapat dilakukan setelah terkumpulnya
data primer yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Editing (Pemeriksaan Data)
Setelah kuesioner diisi, maka setiap jawaban pada kuesioner diperiksa kelengkapan isi
jawaban dari setiap pertanyaannya. Hal ini bertujuan untuk melengkapi data yang kurang
sebelum pengolahan data.

2. Coding (Pemberian Kode)


Setelah editing selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah pemberian kode dan skor
pada item-item jawaban dilembaran kuesioner dan kemudian dimasukkan kedalam master
tabel.

3. Entry
Setelah dilakukan pengskoran sesuai pertanyaan kuesioner maka data diolah dengan
program komputer SQ-FFQ dan SPSS, dan dicari distribusi frekuensi

4. Cleaning (Pembersihan data)


Setelah itu, data yang sudah dimasukkan diteliti kembali untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kesalahan yang bisa saja terjadi saat memasukkan data ke komputer
dengan mempertimbangkan kesesuaian jawaban dengan maksud kuesioner.

3.6 Analisa Data


Untuk menganalisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu analisis univarat dan
analisis bivariat
1. Analisis Univariat
Bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel
penelitian. Data tersebut meliputi karakteristik status gizi yang diteliti diantaranya pola
konsumsi, penyakit infeksi, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan ketersediaan pangan dan
tingkat pengetahuan ibu, tingkat ekonomi keluarga melalui hasil pengukuran antropometri,
pengisian kuesioner dan format SQ-FFQ makanan balita selama 6 bulan terakhir. Data-data
tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil
yang diperoleh.

2. Analisis Bivariat
Dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan, yaitu variable independen
dan variable dependen dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Untuk keputusan uji probabilistik, dimana probabilistik yaitu suatu ukuran tentang
kemungkinan (event) akan terjadi dimasa mendatang. Probabilitas dinyatakan antara 0
sampai 1 atau dalam presentase. Jika semakin dekat nilai probabilitas ke nilai 0, maka
semakin kecil juga kemungkinan suatu kejadian akan terjadi, jika semakin dekat nilai
probabilitas ke nilai 1, maka semakin besar peluang suatu kejadian akan terjadi.
Data yang telah didapatkan dan dikumpulkan disajikan dengan menggunakan tabel
silang, dimana tabel silang tersebut merupakan tabel yang terdiri dari satu variabel tetapi
dapat juga terdiri dari dua variabel tergantung dari data yang diperoleh, tabel silang satu
variabel digunakan untuk menggambarkan data dengan menampilkan satu karakteristik saja,
sedangkan tabel silang dua variabel menggambarkan data dengan menampilkan dua
karakteristik. Karakteristik tersebut meliputi status gizi yang diteliti diantaranya pola
konsumsi, penyakit infeksi, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan ketersediaan pangan dan
tingkat pengetahuan ibu, tingkat ekonomi keluarga melalui hasil pengukuran antropometri,
pengisian kuesioner dan format SQ-FFQ makanan balita selama 6 bulan terakhir.
Lampiran

Perhitungan sampel

Keterangan :

n = jumlah sampel
d = presisi / derajat akurasi yang diinginkan (15%)
Z1-α/2 = nilai kurva normal pada CI (Confidence interval ) 95% = 1,96
P = Prevalensi balita kecamatan lintau buo utara

Anda mungkin juga menyukai