Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Adapun yang terkaji pada anak dengan leptopirosis adalah data dasar, meliputi :

 Data biografi

 Riwayat kesehatan dahulu

 Riwayat kesehatan keluarga

 Riwayat kesehatan sekarang, meliputi keluhan utama yaitu sakit kepala, nyeri otot berat,
mual, muntah, dehidrasi, mialgia, kausalgia demam.

Data dasar pengkajian pasien :

1. Aktifitas istirahat

Kelemahan, malaise, kelelahan

2. Makanan dan cairan

Mual, muntah, dehisrasi, anoreksia, penurunan BB

3. Nyeri dan Kenyamanan

Sakit kepala, nyeri otot berat, mialgia, kausalgia.

4. Eliminasi

Diare

5. Sirkulasi

Bradikardi, TD normal, ikterik pada sklera

6. Pemriksaan fisik

 Inspeksi

- Faring merah bercak-bercak

- Ruang macular, makulopapulor, urtikaria

 Palpasi

- Splenomegali

- hepatomegali
 Perkusi

Pada hepar area batas bawah berbunyi pekak.

 Auskultasi

Peningkatan bising usu

7. Tes Diagnostik

 Periksaan Laboratorium

- Pemeriksaan darah

Didapatkan hasil leukositosis dengan jumlah 70.000 /ul, dijumpai neutrofilla


(neutrofil > 70%) selama tahap awal. Trombositopenia yang cukup
menyebabkan perdarahan dari separuh normal dan anemia.

- Pemeriksaan umum

Albuminuria, bun , ureum , kreatinin 

- Komplikasi dimulai dengan peninggian triminase dab bilirubim.

. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d hipertensi / output berlebih

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat (mual,
muntah dan anoreksia)

3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d nyeri otot berat, sakit kepala dibagian frontal,
bitemporal atau oksipital.

4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan

5. Resti penyebaran infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat.

6. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

C. Rencana Keperawatan

1. Dx. 1 kekurangan volume cairan b.d demam tinggi, diare

Tujuan : kebutuhan cairan anak kembali adekuat

KH : - Demam berkurang / hilang

- Mukosa bibir lembab


- Suhu badan 36 – 37 oC

- Turgor kulit elastis

- IO seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh

- Mata tidak cekung

Intervensi :

1) Monitor TTV tiap 4 jam

R/ perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehila-

ngan darah hipotensi postural menunjukkan pernurunan volume sirkulasi.

2) Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun-


ubun cekung, produksi urine menurun

R/ indilkator ketidakadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.

3) Monitor intake dan output

R/ perubahan pada karakteristik gaster / morilitas usus dan mual sangat

mempengaruhi masukan dan kebutuhan cairan, peningkatan resiko dehidrasi

4) Berikan minuman / cairan yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.

R/ menurunkan iritasi gaster / muntah untuk meminimalkan kehilangan

cairan.

5) Monitor nilai laboratorium, elektrolit darah, BJ urine, serum albumin

R/ memberikan informasi tentang hidrasi fungsi organ, berbagai gangguan

dengan konsekuensi tertentu pada fungsi sistemik, mungkin sebagai akibat dari
perpindahan cairan hipovolemia, hipoksemia, toksin dalam sirkulasi dengan
produk jaringan nekrotik.

6) Monitor pemberian cairan melalui intrevena setiap jam

R/ menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cair-

an dalam fase segera pasca operasi dan /atau pasien mampu untuk memenuhi
cairan per oral

2. Dx. 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat.

KH : - BB normal / bertambah

- Nafsu makan kembali normal / meningkat

- Mual (-), muntah (-)

- Konjungtiva emis

Intervensi :

1) Ijinkan anak untuk makan makanan yang dapar ditoleransi anak, rencana untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

R/ selera makan biasanya buruk dan masukan n utrisi penting mungkin

menurun, tawarkan makanan kesukaan dapat meningkatkan pemasukan oral

2) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkat-kan


kualitas intake nutrisi.

R/ meningkatkan masukan nutrisi yang adekuat

3) Anjrkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering

R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan nutrisi meskipun nafsu

makan mungkin lambat untuk kembali.

4) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan selagi hangat

R/ meningkarkan nafsu makan klien

5) Pertahankan kebersihan mulut klien

R/ meningkatkan nafsu makan klien/anak

6) Timbang BB klien

R/ berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan dan

evaluasi ketidakadekuatan rencana nutrisi.

7) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit


kepada anak ataupun orang tua.

R/ intake nutrisi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan.


3. Dx. 3 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d nyeri otot berat, sakit kepala dibagian frontal,
bitemporal atau oksipital.

Tujuan : Anak dapat menunjukkan dalam pengontrolan nyeri sesuai

tingkat kesanggupan.

KH : - Nyeri hilang / terkontrol, skala nyeri : 0-3

- TTV dalam batas normal

N : 80 – 140 x/mnt

S : 36,1 – 37,5 oC

- Klien tampak rileks

Intervensi :

1) Kaji skala nyeri anak (0-10)

R/ berguna dalam pengawasan keefektifan obat dan kemajuan penyembu-

han.

2) Dorong anak untuk menemukan posisi yang nyaman : semi fowler

R/ tindakan alternatif mengontrol nyeri dan mengurangi sakit kepala di

bagian frontal, bitemporal atau oksipital, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut

3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam

R/ memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat

meningkatkan koping.

4) Gunkanan pelembab yang agak hangat pada nyeri otot paha dan daerah lumbal
jika tidak ada demam.

R/ meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit kepala / rasa

tidak nyaman.

5) Ukur TTV (suhu dan nadi)

R/ peningkatan suhu dan nadi mengidentifikasi adanya nyeri yang ber-

tambah.

6) Lakukan massage / pijatan lembut pada daerah nyeri


R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping anak

dengan memfokuskankembali perhatian anak.

7) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

R/ mengurangi / menghilangkan nyeri yang berat.

4. Dx. 4 intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan


tubuh.

Tujuan : kebutuhan aktivitas klien kembali normal dan klien dapat

istirahat dengan optimal.

KH : - Anak bermain dan istirahat dengan cepat dan mengguna-

kan aktivitasnya sesuai perkembangan dan kesanggupan.

- Anak dapat bertoleransi terhadap aktivitas

- Anak dapat istirahat cukup

- Anak tetap tenang, aman dan santai / rileks

- TD anak dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji tingkat aktivitas anak

R/ menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahlan pilihan

intervensi.

2) Kaji anak terhadap aktivitasnya sehari-hari

R/ menetapkan kemampuan / kebutuhan sehari - hari dan memudahkan

pilihan intervensi.

3) Tingkatkan tirah baring / duduk

R/ menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan aktivitas dan

posisi duduk yang tegak diyakini menurunkan aliran darah ke kaki, yang
mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
4) Monitor TTV (TD, N, RR) selama dan sesudah aktivitas

R/ manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk mem-

bawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

5) Berikan bantuan dalam aktivitas / ambulasi dan dekatkan barang-barang / alat-alat


yang dipergunakan

R/ membantu meringankan beban anak dan menghemat energi guna ber-

aktivitas.

6) Ubah posisi anak dengan perlahan dan pantau terhadap sakit kepala.

R/ hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing /

sakit kepala, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.

5. Dx. 5 Reti Penyebaran infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat.

Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi

KH : - Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor,

kalor dan fungsiolaesa)

- TTV dalam batas normal (S: 36 37 oC)

Intervensi :

1) Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan

R/ isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya diketahui/dosis anti-

biotik yang cocok yang diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada
orang lain

2) Pertahankan tehnik aseptik dan tehnik cuci tangan yang tepat baik pasien,
pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan.

R/ menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder, mengontrol penye-

baran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi.

3) Pantau suhu secara teratur, catat munculnya tanda-tandaklinis dan proses infeksi
R/ timbulnya tanda klinis yang terus-menerus merupakan indikasi per-

kembangan patogen secara hematogen / sepsis.

4) Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau

R/ urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko ter-

hadap infeksi kandung kemih / ginjal.

5) Hindari pemakaian barang / alat-alat yang telah digunakan oleh anak

R/ mencegah resiko penularan infeksi pada anggota keluarga lainnya

6) Kolaborasi pemberian therapi antibiotik IV sesuai indikasi.

R/ obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu

dan mengurangi penyebaran infeksi.

6. Dx. 6 Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

Tujuan : pengetahuan keluarga /orangtua bertambah (tentang penyakit)

setelah dilakukan intervensi

KH : - Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala dan pencegahan dari penyakit


leptopirosis.

Intervensi :

1) Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan pencegahan dari penyakit
leptopirosis.

R/ dengan adanya informasi yang diberikan maka akan menambah penge-

tahuan keluarga dan mau mengikuti program medik.

2) Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu

R/ antisipasi kenaikan suhu anak selama dalam pengawasan orang tua.

3) Berikan informasi pentingnya peningkatan kesehatan umum dan keejahteraan


istirahat dan aktivitas seimbang, nutrisi adekuat dan intake cairan sesuai dengan
toleransi.
R/ meningkatkan pertahanan alamiah atau imunitas

4) Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan pengawasan pada anak dalam


beraktivitas misal bermain.

R/ pencegahan dini terjangkitnya penyakit leptospirosis

D. Implementasi

Lakukan tindakan sesuai rencana dan prioritas yang ditetapkan

E. Evaluasi

1. Volume cairan anak kembali adekuat

2. Nutrisi anak kembali adekuat

3. Nyeri hilang / terkontrol

4. Aktivitas anak kembali adekuat

5. Resti penyebaran infeksi tidak terjadi

6. Pengetahuan keluarga bertambah

Anda mungkin juga menyukai