Oleh:
Dewiyani Mulyaning Tyas (2101409045)
Rombel 1
Jenis-jenis makna dapat dibedakan apabila dilihat dari sudut pandang yang
berbeda. Berdasarkan ada dan tidaknya nilai rasa, makna dapat dibedakan menjadi
makna denotatif dan makna konotatif. Berdasarkan jenis semantiknya, makna
dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada
dan tidaknya referen pada sebuah kata, makna dapat dibedakan menjadi makna
referensial dan makna nonreferensial. Berdasarkan pada ada dan tidaknya
hubungan (asosiasi, refleksi), makna dapat dibedakan menjadi makna konseptual
dan makna asosiatif. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dibedakan menjadi
makna kata dan makna istilah. Selain itu, terdapat pula makna kiasan yang
terdapat di dalam idiom dan peribahasa (Pateda, 2001: 108). Yang akan menjadi
fokus dalam makalah ini adalah makna denotatif dan makna konotatif.
….
Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:
a. Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna
konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1) Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2) Untuk menakahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar
3) Penjual menawarkan barang kepada pembeli
4) Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain
dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan.
Contoh :
1) Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan (kursi artinya jabatan/
kekuasaan)
2) Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
(berbunga-bunga artinya gembira)
3) Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.( basah artinya selalu
menghasilkan uang)
Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus
dan cakupan makna kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1) Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu
2) Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3) Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4) Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima
oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1) Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2) Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3) Bininya seorang dokter.
4) Pahlawan telah mati di medan laga.
Sumber:
Irman, Mokhamad, Tri Wahyu Prastowo, dan Nurdin. 2008. Bahasa Indonesia 2 :
untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdiknas.
Analisis:
Di dalam uraian di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Dasar pembedaan/penggolongan makna konotatif dan makna denotatif.
Pada uraian di atas, dituliskan bahwa dasar pembedaan/penggolongan makna
denotatif dan makna konotatif adalah beradasarkan hubungan referensial. Hal
ini jelas tidak tepat karena dasar penggolongan/pembedaan makna denotatif
dan makna konotatif adalah ada dan tidaknya nilai rasa, bukan berdasarkan
hubungan referensial. Jika didasarkan pada makna referensial, makna yang
diperoleh adalah makna referensial dan makna nonreferensial. Definisi kedua
makna tersebut berbeda dengan definisi makna denotatif dan makna konotatif.
b. Definisi makna denotatif dan makna konotatif
Definisi makna denotatif sudah benar/tepat. Akan tetapi, definisi dari makna
konotatif masih rancu. Pada uraian di atas, dituliskan bahwa makna konotatif
ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda
nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan. Dengan kata lain,
definisi makna konotatif terdiri atas dua definisi. Di dalam definisi tersebut,
ditemukan adanya kerancuan antara definisi makna kiasan dengan makna
konotatif. Definisi yang pertama (makna yang cenderung lain dengan benda
nyata (makna kontekstual)) sebenarnya merupakan definisi dari makna kiasan,
dan makna kiasan berbeda dengan makna konotatif. Definisi yang lebih tepat
untuk makna konotatif adalah definisi yang kedua (makna tambahan).
Kekeliruan ini memang sering terjadi di dalam pembelajaran tentang makna
konotatif, makna konotatif dan makna kias cenderung disamakan
c. Contoh kata-kata yang memiliki makna denotatif dan makna konotatif
Contoh untuk makna denotatif sudah tepat. Akan tetapi, contoh makna
konotatif masih belum tepat. Ketidaktepatan ini terkait dengan definisi yang
sudah disajikan sebelumnya. Karena sebelumnya dijelaskan bahwa makna
konotatif adalah makna kias, maka terdapat contoh kalimat yang di dalamnya
terkandung makna kias ( kursi, berbunga-bunga, basah). Contoh yang tepat
ditunjukkan oleh contoh yang didasarkan pada definisi kedua (meninggal-
mampus, hamil-bunting, istri-bini, mati-gugur)
….
Praktikkan teks percakapan berikut bersama dengan teman sebangku Anda
dengan lafal dan intonasi yang jelas!
Suatu sore Anton dan Dido sedang duduk-duduk di teras depan rumah
Dido.
Dido : “Ton, penampilan grup band sekolah kita kemarin malam sangat bagus.”
Anton : “Benar sekali katamu, aku suka sekali dengan suara emas vokalisnya.”
Dido : “Melihat mereka, aku... jadi teringat dengan pecahnya grup kita.”
Anton : “Ya... aku juga sedikit memikirkan hal itu. Tapi... Kita jangan lagi
menoleh ke belakang.“
Analisis:
Di dalam uraian di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Ketepatan contoh yang disajikan di bagian awal uraian.
Contoh yang disajikan di bagian awal kurang tepat. Contoh tersebut (suara
emas vokalisnya, pecahnya grup kita, kita jangan lagi menoleh ke belakang)
bukan merupakan contoh dari makna konotatif melainkan contoh dari makna
kiasan. Kasus yang sama dengan BSE karangan Irman dkk.
b. Kesesuaian definisi makna konotatif di awal uraian dengan contoh di awal
uraian
“…. Kata-kata tersebut memiliki makna lain yang ditimbulkan karena
mempunyai nilai rasa. Makna kata itu digolongkan sebagai makna
konotatif…..”
Definisi tersebut sebenarnya sudah tepat. Akan tetapi, tidak ada kesesuaian
antara contoh di awal bacaan dengan definisi yang disajikan di bawahnya.
Contoh yang disajikan adalah contoh kata-kata atau frase yang di dalamnya
terkandung makna kiasan sedangkan definisi yang disajikan adalah definisi
makna konotatif.
c. Pernyataan: “Kita tahu bahwa suatu kata tidak selalu mengacu pada
pengertian dasarnya, tetapi juga dapat merujuk pada tautan atau asosiasi….”
Pernyataan di atas kurang tepat untuk dihadirkan dalam pembahasan makna
konotatif dan makna denotatif. makna konotatif bukan merujuk pada asosiasi
karena makna yang merujuk pada asosiasi itu artinya sudah memiliki makna
yang berbeda dengan makna asal meskipun masih ada kaitan di dalamnya.
Makna yang sedemikian bukan makna konotatif melainkan makna asosiatif.
Adapun makna konotatif adalah makna yang “ditambahkan” pada sebuah kata.
Jadi, makna asli kata tersebut masih tetap terpakai, hanya “dibumbui” dengan
nilai rasa. Misalnya, kata amplop di dalam kalimat “Berikan dia amplop agar
urusan kita lancar”. Kata “amplop” pada kalimat tersebut diasosiasikan dengan
“uang sogok”. Makna asal amplop sebagai “tempat surat” tentunya berubah
total karena “uang sogok” berbeda dengan “tempat surat”. Akan tetapi,
keduanya memiliki hubungan asosiasi terkait dengan wadah. Berbeda dengan
contoh makna konotatif hamil dan bunting. Makna asal keduanya secara
harfiah sama (mengandung janin di rahim). Hanya saja, dalam kata “bunting”
terdapat nilai rasa yang rendah sedangkan dalam kata “hamil” terdapat nilai
rasa yang tinggi.
d. Penyajian contoh makna konotatif di akhir uraian
Penyajian contoh di bagian akhir uraian hanya ada satu yang sudah tepat,yang
lainnya belum tepat. Contoh yang sudah tepat yaitu :
pembantu rumah tangga (denotatif) - budak (konotatif)
Adapun contoh lain seperti:
1) Dia sedang makan pisang (denotatif) - Honor anak buahnya, dia makan
juga (konotatif)
2) Dia adalah wanita cantik.(denotatif) - Dia adalah wanita manis (konotatif)
Catatan:
Contoh di atas belum tepat karena keduanya merupakan contoh dari makna
asosiatif, bukan contoh dari makna konotatif
3) Ia harus membanting tulang untuk dapat melanjutkan hidupnya.
(konotatif/idiom)
Catatan:
Contoh di atas bukan contoh makna konotatif melainkan contoh dari makna
kiasan.
SIMPULAN
1. Penyajian materi tentang makna denotatif dan makna konotatif di dalam BSE
Bahasa Indonesia untuk Kelas XI SMK yang dijadikan sampel masih kurang
tepat. Di kedua buku tersebut, terdapat kekeliruan yang secara garis besar
sama, yakni kerancuan antara definisi makna konotatif dengan makna kiasan
dan ketidaktepatan contoh yang disajikan. Adapun definisi dan contoh makna
denotatif sudah benar.
2. Materi di dalam buku tersebut perlu ditinjau ulang agar tidak memberikan
pemahaman yang salah kepada siswa tentang konsep dari makna denotatif dan
makna konotatif.
DAFTAR PUSTAKA