Asasassahh
Asasassahh
PENDAHULUAN
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak (droplet) dari
penderita TB kepada individu yang rentan (daya tahan tubuh rendah). Pada
(TB) masih merupakan salah satu penyakit pada anak dengan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang masih tinggi. Diperkirakan, TB masih merupakan salah satu
dari tiga penyakit infeksi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas terbanyak
(391 per 100.000 penduduk) dengan 110.000 kematian (42 per 100.000
pengendalian TB karena jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50%
populasi dan terdapat 1 juta kasus TB baru pada anak di dunia pada tahun 2016
(Prasetyo, 2019).
1
teknologi telah memberi dukungan sebagai penunjang diagnosis. Namun, pada
penunjang diagnosis TB pada anak tidak mungkin dilakukan. Karena itu, sistem
2019).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberculosis. Bakteri ini dikenal sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penamaan ini
dengan fuschin yang disebabkan oleh tingginya kandungan lipid pada dinding sel.
Pewarnaan dengan carbol fushin ini dikembangkan oleh Ziehl dan Neelsen untuk
2.2 Etiologi
merah fuchsin saat dilakukan dekolorisasi dengan asam dan alkohol pada
penting untuk interaksi dengan sel-sel imun pejamu. Substansi antigenik yang
terdapat pada dinding sel tersebut antara lain lipoarabinomanan (LAM), sulfolipid,
asam mikolat yang mengandung glikolipid dan lipoprotein. Protein yang terdapat
reaksi tuberkulin. Sebagian besar antigen pada dinding sel tersebut menimbulkan
2.3 Epidemiologi
organ tubuh lainnya. TB pada anak terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Di negara –
3
negara berkembang jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40 – 50 %
dari jumlah seluruh populasi umum dan terdapat sekitar 500.000 anak di dunia
tahun 2010 adalah 9,4 %, kemudian menjadi 8,5 % pada tahun 2011, 8,2 % pada
tahun 2012, 7,9 % pada tahun 2013, 7, 16 % pada tahun 2014, dan 9 % pada tahun
2015. Proporsi tersebut bervariasi antar provinsi dari 1,2 % sampai 17,3 %
resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit (resiko
1. Resiko infeksi TB
Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi yang tidak
perawatan lain) yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif (Safitri, 2011).
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih
tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas
atau kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif
dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi
4
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa
imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut sudah mampu
menyebabkan sakit.
biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak
c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor
anak.
2. Resiko sakit TB
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB. Berikut ini
a. Usia
sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara
bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak berusia < 5 tahun memiliki
meningitis TB). Pada bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan
5
timbulnya sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala
yang akut.
a. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari negatif
2.5 Patogenesis
Paru merupakan port de entre lebih dari 98 % kasus infeksi TB. Kuman
TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil ( < 5 mm)
akan terhirup dan dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat
terjadi respons imunologi spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak
besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat
melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
6
(limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus bawah atau tengah,
kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
jumlah 103 − 104 , yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas
tuberkuloprotein, yaitu uji tuberculin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberculin
negative. Pada sebagian individu dengan system imun yang berfungsi baik, pada
saat system imun seluler berkembang, profilerasi kuman TB terhenti. Akan tetapi,
sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas
seluler terlah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera
7
setelah terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga
sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun – tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan
atau di kelenjar limfe regional. Focus primer di paru dapat membesar dan
yang ebrat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar mellaui bronkus sehingga
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada
bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
fistula. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga
8
langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh
sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.
limpa,dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ
lain seperti otak, hati, tulang, ginjal dan lain – lain. Pada umumnya, kuman di
sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif( tenang), demikian pula dengan
proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan focus simon, yang
kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dna terjadi TB apeks paru saat dewasa.
generalisa akur. Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan bererdar
didalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
diseminata ini timbul dalam waktu 2 – 6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya
penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta
system imun pejamu dalam mengatasi infeksi Tb, misalnya pada anak bawah 5
9
Bentuk penyebaran yang jarang terjadi adalah protacted hematogenic
spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu focus perkijuan di dinding
vaskuler pecah dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sejumlah besar kuman
TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat
penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalize hematogenic
10
vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami reaktivasi di kemudian
hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), lirntangitis (2), dan
positif
hari )
• Terdapat gejala umum TBC seperti batuk persisten, berat badan turun atau
Gejala Tb yang khas, yaitu menetap (lebih dari 2 minggu) walaupun sudah
diberikan terapi yang adekuat (misalnya antibiotika atau anti malaria untuk
demam, antibiotika atau obat asma untuk batuk lama, dan pemberian nutrisi yang
11
Gejala umum TBC pada anak :
• Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi
• Demam lama dan/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid,
infeksi saluran kemih, malaria, dan lain - lain). Demam umumnya tidak
• Batuk lama ≥ 2 minggu, batuk bersifat non – remitting (tidak pernah reda
atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah
Gejala spesifik
Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang
misalnya :
Ditandai dengan adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi
12
- Tulang kaki dan tangan
• TBC Otak dan Saraf : Meningitis dengan gejala iritabel kaku kuduk
• Tuberkulosis kelenjar
TB paling tepat adalah dengan ditemukan kuman TBC dari bahan yang diambil
dari penderita misalnya dahak bilasan lambung biopsi dll, tetapi pada anak hal ini
13
sulit dan jarang didapat sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan
1. Konfirmasi bakteriologis TB
3. Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberculin positif atau kontak erat dengan
pasien TB)
14
Gambar 2.3 Alur diagnosis TB Paru Anak
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak).
15
Gambar 2.4 Sistem Skoring TB Anak
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak).
16
2.8 Pemeriksaan penunjang
dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm ( pada
gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan
adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun uji
tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan anergi ( malnutrisi , penyakit
17
Gambar 2.5 Hasil Mantoux
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak).
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat ( dalam 3-7 hari ) berupa
kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi
Gambar rontgen TBC paru pada anak tidakkhas dan interpretasi foto
kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala lain dari foto rontgen yang
• Milier
18
• Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
• Konsolidasi ( lobus )
• Kalsifikasi
• Bronkiektasis
• Kavitas
• Destroyed lung
Bila ada diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus
dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan BTA secara biakan ( kultur ) memerlukan waktu yang lama cara
19
baru untuk mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR ( Polymery chain Reaction )
atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis (Kemenkes RI, 2016).
rifampicin.
Pemeriksaan biakan
lain-lain masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis
20
Pemeriksaan histopatologi (PA/Patalogi Anatomi)
nekrosis perkijuan di tengahnya dan dapat pula ditemukan gambaran sel datia
2.9 Tatalaksana
monoterapi
2016).
Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam
waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase
intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan (4 bulan kecuali pada
Sedangkan pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga
21
hari dengan paduan obat yaitu rifampisin, isoniazid dan pirazinamid. Pada fase
milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan
dengan dosis penuh dilanjutkan taffering off dalam jangka waktu yang sama.
Pengobatan saat ini yang cukup baik hasilnya adalah penggunaan obat anti
tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari INH, Rifampisin, dan pirazinamid. INH
pasien menelan obat, maka dibuat bentuk fixed dose combination (FDC) yaitu
FDC yang baik adalah bioavailabilitas dan bioekuivalennya harus baik yaitu tidak
ada perbedaan yang bermakna apabila dibandingkan dengan sediaan lepas obat
22
Gambar 2.7 Dosis OAT untuk Anak
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak).
Gambar 2.9 Kombinasi dosis tetap (KDT) atau Fixed drug combination (FDC)
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak).
aktivitas, nafsu makan, kenaikan berat badan. Bila ada tuberkulosis ekstra
23
pulmonal diamati perbaikan yang terjadi. Respon klinis yang baik terhadap
terapi mempunyai nilai diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari
meningkat dengan cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak
merasa sakit. Respon yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase
intensif).
c. Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi pada anak.
hepatotoksik.
24
Gambar 2.10 Hasil akhir pengobatan pasien TB Anak
(Sumber : Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak).
2.10 TB Milier
merupakan 3−7% dari seluruh kasus TB, dengan angka kematian yang tinggi
kompleks primer, yang biasanya terjadi dalam waktu 6 bulan pertama, sering
dalam 3 bulan pertama, setelah infeksi awal. Tuberkulosis milier lebih sering
terjadi pada bayi dan anak kecil, terutama usia <2 tahun, karena imunitas selular
menyebar ke seluruh tubuh. Akan tetapi, TB milier juga dapat terjadi pada anak
besar dan remaja akibat pengobatan penyakit paru primer sebelumnya yang tidak
adekuat, atau pada usia dewasa akibat reaktivasi kuman yang dorman.
25
Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kuman M.
tuberculosis (jumlah dan virulensi) dan status imunologis pasien (nonspesifik dan
matahari, perumahan yang padat, polusi udara, asap rokok, penggunaan alkohol,
banyaknya kuman dan jenis organ yang terkena. Gejala yang sering dijumpai
adalah keluhan kronik yang tidak khas, seperti TB pada umumnya, misalnya
anoreksia dan BB turun atau gagal tumbuh (dengan demam ringan atau tanpa
demam), demam lama dengan penyebab yang tidak jelas, serta batuk dan sesak
napas.
demam tinggi yang sering hilang timbul (remittent), pasien tampak sakit berat
dalam beberapa hari, tetapi gejala dan tanda respiratorik belum ada. Pada lebih
akan terjadi dalam beberapa minggu. Demam kemudian bertambah tinggi dan
gejala minimal, dan foto toraks biasanya masih normal. Beberapa minggu
paru, limpa, hati, dan sumsum tulang. Gejala klinis biasanya timbul akibat
26
gangguan pada paru, yaitu gejala respiratorik seperti batuk dan sesak napas
disertai ronki atau mengi. Pada kelainan paru yang berlanjut, timbul sindrom
pada 13−87% pasien, dan jika ditemukan dini dapat menjadi tanda yang sangat
spesifik dan sangat membantu diagnosis TB milier. Maka, pada TB milier perlu
yang berat. Sakit kepala kronik atau berulang biasanya merupakan gejala telah
Lesi milier dapat terlihat pada foto toraks dalam waktu 2−3 minggu
berupa tuberkel halus (millii) yang tersebar merata di seluruh lapangan paru,
dengan bentuk yang khas dan ukuran yang hampir seragam (1−3 mm). Lesi-lesi
membentuk infiltrat yang luas. Sekitar 1−2 minggu setelah timbulnya penyakit,
pada foto toraks dapat dilihat lesi yang tidak teratur seperti kepingan salju.
gambaran radiologis yang khas, serta uji tuberkulin yang positif. Uji tuberkulin
27
tetap merupakan alat bantu diagnosis TB yang penting pada anak. Uji tuberkulin
yang negatif belum tentu menunjukkan tidak adanya infeksi atau penyakit TB,
atau sebaliknya. Uji tuberkulin negatif terjadi pada lebih dari 40% TB diseminata.
dilaporkan sejak bulan Januari 1981 hingga bulan Desember 1984, sebanyak 43
pasien (53,70%) memiliki hasil uji tuberkulin (-), 23 kasus diantara 43 kasus
tersebut memiliki hasil biakan M. tuberculosis (+). Pada ulangan uji tuberkulin,
pada 30−50% pasien. Akan tetapi, untuk diagnosis dini, pemeriksaan sputum atau
lumbal pada setiap pasien TB milier walaupun belum timbul kejang atau
penurunan kesadaran.
selama 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan isoniazid dan rifampisin selama 6−10
pada TB milier, meningitis TB, perikarditis TB, efusi pleura, dan peritonitis TB.
Prednison biasanya diberikan dengan dosis 1−2 mg/kg BB/hari selama 2−4
28
setelah 2−3 minggu pengobatan, peningkatan nafsu makan, perbaikan kualitas
hidup sehari-hari, dan peningkatan BB. Gambaran milier pada foto toraks
menghilang dalam 5−10 minggu, tetapi mungkin saja belum ada perbaikan hingga
beberapa bulan.
paling sering terjadi, dan terbanyak pada kelenjar limfe leher. Skrofuloderma
biasanya ditemukan di leher dan wajah, dan di tempat yang mempunyai kelompok
daerah lateral leher. Pada penyakit ini didapatkan berbagai bentuk lesi, yaitu plak
dengan fibrosis padat, sinus yang mengeluarkan cairan, serta massa yang
fluktuatif. Pembesaran kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras, diskret, dan
tidak nyeri. Pada perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada jaringan di bawah atau
di atasnya. Gejala sistemik biasanya demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi.
Uji tuberkulin biasanya menunjukkan hasil yang positif, sedangkan gambaran foto
berlangsung lebih akut, dengan demam tinggi dan pembesaran kelenjar limfe yang
cepat, disertai nyeri tekan dan terdapat fluktuasi. Diagnosis definitif memerlukan
limfe dengan cara aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy: FNAB,)
ataupun secara biopsi terbuka (open biopsy), dan harus didiagnosis banding
29
INH, PZA). INH, rifampisin, dan PZA diberikan selama 2 bulan pertama,
sedangkan rifampisin dan INH dilanjutkan sampai 6 bulan. Selain itu perlu
tidak ada yang khusus, cukup dengan kompres atau higiene yang baik.
disertai batuk nonproduktif (94%) dan nyeri dada (78%) tanpa peningkatan
leukosit darah tepi. Penurunan BB dan malaise dapat dijumpai, demikian juga
menggigil. Sebagian besar efusi pleura TB bersifat unilateral (95%), agak lebih
sering di sisi kanan. Jumlah cairan efusi bervariasi dari sedikit hingga banyak dan
Efusi pleura hampir selalu terjadi di sisi yang sama dengan kelainan parenkim
parunya. Spesimen diagnostik utama efusi pleura TB adalah cairan pleura dan
jaringan pleura.
Terapi sama dengan terapi TB paru. Bila respons terhadap terapi baik,
maka suhu akan turun dalam 2 minggu terapi, dan cairan pleura akan diserap
dalam 6 minggu. Pada beberapa pasien, demam dapat berlangsung hingga 2 bulan
pasti. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2−6 minggu dengan dosis penuh
dilanjutkan tappering off selama 2−6 minggu, sesuai dengan lamanya pemberian
dosis penuh.
30
2.13 Tuberkulosis Perikardium
Yang umum terjadi adalah perikarditis TB. Tuberkulosis ini jarang terjadi,
hanya 0,5−4% dari TB anak. Gejalanya tidak khas, yaitu demam subfebris, lesu,
dan BB turun, sedangkan nyeri dada jarang timbul pada anak. Dari pemeriksaan
fisis dapat ditemukan friction rub dan suara jantung melemah dengan pulsus
paradoksus. Terdapat pula cairan perikardium yang khas, yaitu serofibrinosa atau
hemoragik.
penyempitan perikardium.
Manifestasi klinis bersifat lambat dan tidak khas. Gejala atau tanda pada
TB tulang atau sendi bergantung pada lokasi kelainan. Gejala spesifik berupa
bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri pada pergerakan. Tuberkulosis ini juga
anak secara umum dan pemeriksaan radiologis pada lokasi yang dicurigai.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah aspirasi cairan sendi dengan bantuan
ultrasonografi (USG).
INH diberikan selama 12 bulan, sedangkan PZA dan ETB selama 2 bulan
pertama. Selain itu dapat juga diberikan terapi suportif. Indikasi tindakan bedah
umumnya adalah adanya kelainan neurologis, instabilitas spinal, dan tidak respons
31
terhadap OAT. Prognosis penyakit ini sangat bergantung pada derajat kerusakan
- Fase meningitik ditandai dengan tanda neurologis yang lebih nyata seperti
dibagi menjadi tiga tahapan klinis berdasarkan temuan klinis dan radiologis.
- Tahap 1, pasien relatif tenang, tidak ada tanda kelainan neurologis fokal
penurunan kadar glukosa, serta pleositosis mononuklear dengan hitung sel antara
apusan langsung untuk menemukan BTA dan biakan dari cairan serebrospinal.
32
Untuk mendapatkan hasil positif dianjurkan melakukan pungsi lumbal selama 3
hari berturut-turut.
lumbal ke-2 dan ke-3. Untuk menentukan adanya dan luasnya kelainan di daerah
basal, serta adanya dan luasnya hidrosefalus, dapat dilakukan pemeriksaan CT-
berupa OAT, 2 bulan fase intensif dengan 4 OAT (INH, rifampisin, PZA, dan
ETB), dilanjutkan dengan 2 OAT (INH dan rifampisin) hingga 12 bulan. Steroid
dapat sebagai terapi ajuvantivus, yaitu prednison dengan dosis 1−2 mg/kgBB/hari,
2−6 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off selama 2−6 minggu,
Penyakit ini jarang dijumpai, yaitu sekitar 1−5% dari kasus TB anak.
Selain gejala khusus peritonitis TB, dapat timbul gejala klinis umum TB pada
anak. Manifestasi klinis TB abdomen terbagi dua, yaitu terdapatnya asites dan
TB secara umum, bila perlu dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen, analisis
ekstrapulmonal lain seperti spondilitis TB, yaitu rifampisin, INH, dan PZA.
33
Rifampisin dan INH diberikan selama 12 bulan, sedangkan PZA selama 2 bulan
operasi.
Manifestasi klinis TB hati adalah gejala klinis umum TB anak dan gejala
Pemeriksaan tambahan adalah uji fungsi hati, USG hati, dan biopsi hati.
obat, yaitu rifampisin, INH, PZA, dan ETB, dengan dosis OAT sama seperti TB
lainnya. Rifampisin dan INH diberikan selama 12 bulan, sedangkan PZA dan
pengobatan.
Pasien dengan TB ginjal, seringkali secara klinis tenang pada fase awal,
hanya ditandai piuria yang steril dan hematuria mikroskopis. Namun demikian,
disuria, nyeri pinggang atau nyeri abdomen, dan hematuria makroskopis dapat
yang sering kali menyebabkan gejala yang lebih akut, dapat memperlambat
adalah biakan TB dari urin, pielografi intravena (PIV), USG, dan CT- scan.
34
Pengobatan TB ginjal bersifat holistik, yaitu selain pemberian OAT juga
terdiri dari sedikitnya empat macam obat pada 2 bulan pertama, dan dilanjutkan
dengan dua macam obat sampai 12 bulan. Bila diperlukan, tindakan bedah dapat
selama proses kelahiran (natal), maupun transmisi pascanatal oleh ibu pengidap
TB aktif. Oleh karena itu, transmisi pada neonatus ini disebut sebagai TB
melalui vena umbilikalis atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Pada TB
sehat, sehingga kuman akan menempel pada plasenta dan membentuk tuberkel.
infeksi pada cairan amnion melalui vena umbilikalis. Pada saat penyebaran
Selain cara di atas, penularan ke paru dapat terjadi melalui aspirasi cairan amnion
pascanatal adalah secara droplet dengan patogenesis yang sama seperti TB anak
umumnya.
35
Manifestasi klinis TB kongenital dapat timbul segera setelah lahir atau
Gejala lain yang dapat ditemukan antara lain prematuritas, berat lahir
rendah, sulit minum, letargi, dan kejang. Selain itu dapat juga terjadi
abortus/kematian bayi.
adanya granuloma kaseosa dan BTA, bila perlu dilakukan kuretase endometrium
tuberculosis pada vena umbilikus dan plasenta. Beitzke memberikan kriteria untuk
kriteria sebagai berikut: (1) lesi pada minggu pertama, (2) kompleks primer hati
atau granuloma hati kaseosa, (3) infeksi TB pada plasenta atau traktus genitalia,
beberapa aspek seperti aspek ibu, bayi, dan lingkungan. Ibu harus ditatalaksana
dengan baik untuk menghindari penularan selanjutnya. Selain itu harus dicari
pada bayi adalah dengan memberikan OAT berupa rifampisin dan isoniazid
36
selama 9−12 bulan, sedangkan pirazinamid diberikan selama 2 bulan. Air susu ibu
tetap diberikan, dan tidak perlu cemas akan kelebihan dosis OAT karena
yaitu pemberian OAT profilaksis isoniazid 5−10 mg/kgBB/hari, dan bayi tetap
diberikan ASI. Alur penanganan bayi dari ibu dengan TB aktif dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
37
2.20 Pencegahan tuberkulosis anak
penularan.
2. Vaksinasi BCG.
terhadap TBC. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya
Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak-anak yang hasil
uji tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa
dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima
terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampin. Selain itu, vaksin BCG
dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum dilakukan pemberian vaksin BCG
(selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap pasien harus terlebih dahulu
menjalani skin test. Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil
38
uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena
pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi
sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 – 8ᵒC serta
atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin
berikut:
pada kulit seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain
39
Vaksin BCG juga tidak diberikan untuk :
2. Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang menunjukkan
efek bahaya dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita hamil dan
menyusui.
Beberapa adverse reaction yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG
antara lain:
Nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada saat
injeksi.
Kelebihan dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin positif.
Beberapa contoh vaksin BCG yang tersedia di Indonesia adalah : Vaksin BCG
kering (Bio Farma) dan BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark).
tuberculin negative), tetapi kontak dengan penderita TBC aktif. Obat yang
positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor
risiko menjadi TBC aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat
keganasan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik,
40
atau infeksi baru TNC, konversi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat
41
BAB III
KESIMPULAN
diagnosis TBC anak karena gejala klinik dan radiologik tidak khas, sedang
langsung dikerjakan dan memberi reaksi yang cepat dalam 7 hari pertama (terjadi
indurasi) harus dicurigai adanya infeksi tuberkulosis yang aktif. Jadi vaksinasi
Pemberantasan TBC akan berhasil baik bila secara simultan disertai perbaikan
42
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, F., 2011, Diagnosis tb dewasa dan anak berdasarkan Istc (international
standard for tb care,UMM journal, Vol. 7. pp.15.
Bakhtiar, 2016, Pendekatan diagnosis tuberkulosis pada anak Di sarana pelayanan
kesehatan dengan Fasilitas terbatas jurnal kedokteran syiah kuala, Vol.16,
pp.2.
Sharif,2013, National guidelines on management of tuberculosis in children
ministry of health division of leprosy, tuberculosis and lung disease
second edition.
WHO, 2014,Guidance for national tuberculosis programmes on the management
of tuberculosis in children.
Kemenkes RI, 2016, Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak.
Kim, Susan,2014, Pediatric TB Radiology for clinicians.
43