ilmiah menunjukkan bahwa untuk dapat hidup sehat dan produktif, manusia
memerlukan sekitar 45 jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi, dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan.
gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat
gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.
yang dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang. Kenyataan sampai saat ini,
pola konsumsi pangan masyarakat masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang.
Konsumsi sayuran dan buah-buahan masih rendah, begitu pula kualitas konsumsi
protein karena sebagian besar berasal dari protein nabati (terutama serealia), serta
masih tingginya konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi.Untuk itu,
upaya tersebut dapat menyediakan pilihan pangan yang lebih beragam dengan
alam dengan bijak. Dari sisi kebutuhan gizi, penganekaragaman pangan akan
dari konsumen pangan yang cukup, aman,bermutu, dan bergizi seimbang, serta
dalam huruf a,huruf b dan huruf c perlu disetujui peraturan Daerah tentang Sistem
lokal, menjadi sangat penting untuk diterapkan dalam pola konsumsi sehari-hari.
Salah satu upaya yang dilakukan berupa Festival Pangan Lokal B2SA. Melalui
potensi bahan pangan lokal menjadi pangan yang sehat dan aman, dengan
komposisi gizi yang seimbang. Disamping pula untuk memberikan nilai ekonomis
dan nilai tambah pengolahan dan pemanfaatan produk pangan lokal yang
berkelanjutan.
Sub bagian bidang Konsumsi pangan mempunyai salah satu tugas yaitu
rencana penyusunan dan pelaksanaan bahan pangan lokal. Hal ini dilakuka
kembali proporsi konsumsi masyarakat pada pangan pokok lokal selain itu agar
nutrisi pada setiap individu. Dengan cara mengganti bahan pangan yang kurang
sehat diganti oleh bahan baku pangan lokal yang lebih sehat. Guna mengurangi
timbulnya berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh zat-zat gizi serta
satu bentuk kegiatan perumusan bahan pangan lokal yaitu melalui kegiatan uji
resep yang hanya dilakukan setiap 1 sampai 2 kali dalam satu bulan. Hal ini
kendala dalam pelaksaan kegiatan uji resep. Hal ini sangat di sayangkan karena
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki lahan yang cukup untuk memproduksi bahan-