Anda di halaman 1dari 3

Pemenuhan pangan sangat penting sebagai komponen dasar untuk

mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Berbagai kajian

ilmiah menunjukkan bahwa untuk dapat hidup sehat dan produktif, manusia

memerlukan sekitar 45 jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang

dikonsumsi, dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan.

Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat

gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat

gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

Oleh karenanya pola konsumsi pangan merupakan perilaku paling penting

yang dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang. Kenyataan sampai saat ini,

pola konsumsi pangan masyarakat masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang.

Konsumsi sayuran dan buah-buahan masih rendah, begitu pula kualitas konsumsi

protein karena sebagian besar berasal dari protein nabati (terutama serealia), serta

masih tingginya konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi.Untuk itu,

upaya penganekaragaman pangan menjadi sangat penting. Dari sisi ketersediaan,

upaya tersebut dapat menyediakan pilihan pangan yang lebih beragam dengan

pengembangan sumber daya lokal, sehingga dapat mengembangkan kekayaan

alam dengan bijak. Dari sisi kebutuhan gizi, penganekaragaman pangan akan

berpotensi untuk memperbaiki status gizi masyarakat dengan lebih baik.

Provinsi Sulawesi Tengah merupakan produsen sekaligus konsumen

pangan sehingga pemerintah daerah berkewajiban untuk melindungi massyarakat

dari konsumen pangan yang cukup, aman,bermutu, dan bergizi seimbang, serta

pengasuran pangan segar produksi daerah;pasal 92 Undang-undang Nomor 18


Tahun 2012 tentang pangan. Pemerintah dan atau pemerintah daerah melakukan

pengawasan dan pemantauan terhadap kadar atau kandungan cemaran pada

pangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, jadi perlu kebijakan

daerah dengan peraturan daerah; bahwa berdasarkan pertimbangan yang disetujui

dalam huruf a,huruf b dan huruf c perlu disetujui peraturan Daerah tentang Sistem

Pengawasan Keamanan Pangan Segar Terpadu.

Dinas Pangan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan di

bidang ketahanan pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pangan

menyelenggarakan fungsi : Perumusan kebijakan daerah di bidang ketersediaan

pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,

penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta Pelaksanaan kebijakan

daerah di bidang ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan,

cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan.

Dalam rangka mendukung upaya tersebut, konsumsi pangan yang

Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dengan memanfaatkan pangan

lokal, menjadi sangat penting untuk diterapkan dalam pola konsumsi sehari-hari.

Salah satu upaya yang dilakukan berupa Festival Pangan Lokal B2SA. Melalui

festival ini diharapkan mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk mengolah

potensi bahan pangan lokal menjadi pangan yang sehat dan aman, dengan

komposisi gizi yang seimbang. Disamping pula untuk memberikan nilai ekonomis

dan nilai tambah pengolahan dan pemanfaatan produk pangan lokal yang

berkelanjutan.
Sub bagian bidang Konsumsi pangan mempunyai salah satu tugas yaitu

rencana penyusunan dan pelaksanaan bahan pangan lokal. Hal ini dilakuka

merubah pola konsumsi masyarakat yang beraneka ragam dengan mendorong

kembali proporsi konsumsi masyarakat pada pangan pokok lokal selain itu agar

dapat mengembangkan industri komoditas pangan lokal untuk mencukupi

ketersediaan pangan lokal yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan

nutrisi pada setiap individu. Dengan cara mengganti bahan pangan yang kurang

sehat diganti oleh bahan baku pangan lokal yang lebih sehat. Guna mengurangi

timbulnya berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh zat-zat gizi serta

untuk membantu peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah

satu bentuk kegiatan perumusan bahan pangan lokal yaitu melalui kegiatan uji

resep yang hanya dilakukan setiap 1 sampai 2 kali dalam satu bulan. Hal ini

dikarenakan kurang tersedianya bahan pangan lokal.

Kurangnya ketersediaan bahan baku pangan lokal menjadi salah satu

kendala dalam pelaksaan kegiatan uji resep. Hal ini sangat di sayangkan karena

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki lahan yang cukup untuk memproduksi bahan-

bahan pangan lokal namun pemanfaatannya masih belum optimal.

Anda mungkin juga menyukai