MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Imam Fu’adi, M. Ag
Disusun Oleh
PGMI 1C
Riska Latifatul Husna (12505174041)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................16
Daftar Pustaka.......................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, umat Islam telah mencapai
puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan
kekuasaannya. Menurut asal usul penguasanya selama masa 508 tahun
Daulah Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani
Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk. Posisi Daulah Abbasiyah ketika di
bawah kekuasaan Bani Buwaihi, keadaan Kekhalifahanya lebih buruk
ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut
aliran Syiah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai
yang diperintah dan diberi gaji. Sementara itu Bani Buwaihi telah membagi
kekuasaannya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian selatan
negeri Persia, Hasan menguasai wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai
wilayah Al-Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Selama abad kekuasaan mereka
(masa-masa kejayaan mereka) yaitu tahun 945-1055, Dinasti buwaihi
menaikkan dan menurunkan kholifah sekehendak hatinya. Irak sebagai
sebuah provinsi di perintah dari ibukota Buwaihi, syiraz di Faris.1
Bani Buwaihi mulai dikenal dalam sejarah adalah pada awal abad ke-4
Hijriah. Bani Buwaihi yang kemudian memegang kekuasaan di dalam Daulah
Abbasiyah pada mulanya berasal dari tiga orang bersaudara, yaitu Ali,
Al Hasan dan Ahmad. Ketiganya adalah putra dari seorang yang bernama
Buwaihi.2
Buwaihi ini berasal dari keluarga miskin yang tinggal di suatu negeri
bernama Dailam. Ia adalah seorang rakyat biasa yang kehidupan sehari-
harinya sebagai pencari ikan. Ketiga orang anaknya pada mulanya juga
mengikuti kehidupan dan pekerjaan sehari-hari ayahnya. Walaupun mereka
berasal dari keluarga miskin, namun mereka terkenal dengan keberaniannya.
1
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995) hal 210
2
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher, 2009), hal. 155
1
2
Watak keberanian ini memang sudah keturunan dari kakek mereka yang
bergelar Abu Suja’, yang berarti bapak pemberani. Di dalam diri ketiga
putranya ini tentu telah mengalir darah pemberani itu. Hal ini terbukti setelah
ketiga bersaudara ini jadi tentara.
Kakak tertua, yakni Ali Ibn Buwaihi karena keberanian dan
kecakapannya diangkat menjadi komandan tentara. Ia membawa kedua
adiknya pindah dari negeri mereka ke ibu kota Daulah Abbasiyah Baghdad.
Sebagai tentara yang punya keberanian tinggi ketiga bersaudara ini
mengabdikan diri kepada orang-orang penting dalam Daulah Abbasiyah
untuk melindungi mereka dari bahaya yang mengancam. Berkat langkah maju
yang ditempuh oleh Ali Ibnu Buwaihi akhirnya dapat masuk ke dalam pusat
kekuasaan khalifah. Berawal dari perjuangan inilah ia berhasil mengangkat
nama negeri Dailam ke kawasan Timur dan Barat. Pada gilirannya mereka
menjadi penguasa di ibu kota Baghdad, dimana kekuasaan mereka di kenal di
dunia Islam Timur dan Barat.
Itulah asal usul keluarga Buwaihi yang pada mulanya berasal dari
keluarga miskin di negeri Dailam kemudian menjadi penguasa di dalam
Daulah Abbasiyah selama hampir satu seperempat abad.3
Kekuasaan Buwaihi mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan
‘Adud Al Dawlah (949-983), putra Rukn Al Dawlah. ‘Adud Al Dawlah bukan
hanya seorang penguasa Buwaihi yang paling unggul., tetapi ia juga yang
paling masyhur pada zamanya. Di bawah kendalinya, pada 977 dia berhasil
mempersatukan beberapa kerajaan kecil yang sudah muncul sejak periode
kekuasaan Buwaihi di Persia dan Irak, sehingga membentuk satu Negara yang
besarnya hampir menyerupai Imperium.
Teladan yang di perlihatkan ‘Adud Al Dawlah dalam dukunganya
terhadap pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan sastra antara lain
memperindah Baghdad, memperbaiki kanal-kanal yangs sudah using dan di
beberapa kota-kota lain, mendirikan sejumlah masjid, rumah sakit dan gedung
3
Taufik Abdullah dkk , Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Khilafah, (Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2002), hal 69
3
4
Philip K. Hitti, Dinasti-Dinasti di Timur, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal 600
BAB II
PEMBAHASAN
5
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hal. 119
6
Nur Ahmad Fadhil Lubis, Dinasti Abbasiyah dalam Ensiklopedi Tematis, (Jakarta : PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hal. 81
4
5
selalu mencari peluang yang baik untuk menduduki Baghdad yang menjadi
tempat kedudukan khalifah. Kota ini dikawal ketat oleh sejumlah pengawal
yang dipimpin oleh Tauzon, seorang diktator militer yang bergelar Amir al-
Umara’. Pada masa khalifah al-Muttaqiy, Ahmad ibn Buwaihi pernah diminta
oleh khalifah datang ke Baghdad guna melindungi dirinya, karena pada waktu
itu terjadi keretakan hubungan antara khalifah dengan Tauzon. Pada tahun
332 H ia berangkat menuju Baghdad, namun sebelum masuk kota itu ia
dicegat oleh Tauzon, sehingga ia gagal masuk ke sana.
Pada tahun 334 H Tauzon meninggal dunia, sedangkan wakilnya yang
bernama Ibn Syairazad sedang berada di luar kota Baghdad. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh Ahmad ibn Buwaihi untuk memasuki Baghdad,
kehadirannya diterima baik oleh Khalifah al-Mustakfiy yang ketika itu
menghadapi bahaya besar dari orang-orang Turki. Dalam kondisi ini yang
terbaik baginya adalah meminta perlindungan kepada Ahmad ibn Buwaihi
yang terkenal gagah dan berani dengan cara mengangkatnya sebagai
penguasa atas nama khalifah. Sehingga orang-orang Turki yang dianggap
berbahaya tidak berpeluang merebut kedudukan khalifah.7
Sebagai penghargaan terhadap keluarga Buwaihi, khalifah memberikan
gelar kepada Ahmad Ibn Buwaihi dengan Mu’iz al-Daulah (Penegak Negara),
kepada Ali ibn Buwaihi dengan Imad al-Daulah (Tiang Negara) dan
kepada Hasan ibn Buwaihi dengan Rukn al-Daulah (Penopang Negara).
Mulai saat itu resmilah keluarga Buwaihi sebagai pemegang kekuasaan dalam
Daulah Abbasiyah. Selanjutnya kekuasaan dipegang secara turun temurun
oleh keluarga ini hingga mereka dijatuhkan oleh Bani Saljuk pada tahun 447
H/ 1055 M.8
Selama kekuasaan Dinasti Buwaihi ini tercatat penguasa yang
memerintah sebanyak 11 orang yaitu:
1. Ahmad Ibn Buwaihi (Mu’iz al-Daulah) tahun 334-356 H
2. Bakhtiar (’Izz al-Daulah) tahun 356-367 H
3. Abu Suja’ Khusru (‘Adhd al-Daulah) tahun 367-372 H
4. Abu Kalyajar al-Marzuban (’Sham-sham al-Daulah) tahun 372-376 H
5. Abu al-Fawaris (Syaraf al-Daulah) tahun 376-379 H
7
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di ... hal. 134
8
Taufik Abdullah dkk , Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Khilafah..., hal 75
6
9
Su'ud, Abu. Islamologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hal 72
10
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran ... hal. 166
7
13
Misbah, Ma'ruf. dkk, Sejarah ..., hal 61
14
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2013), hal. 266
9
sakit, kanal-kanal dan bangunan umum lainnya, salah satunya adalah Dar
al-Mamlakah yang terdapat di kota Baghdad.15
Kemajuan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat pada masa ini
terjadi karena banyak faktor, menurut analisa penulis ada beberapa hal
yang menyebabkan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa dinasti
Buwaihi, di antaranya adalah:
a. Warisan tradisi dari Dinasti Abbasiyah awal yang mendorong para
pemikir abad berikutnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
seperti banyaknya penterjemahan, penulisan karya ilmiah serta pen-
tahqiq-an kitab-kitab sebelumnya pada masa Harun al-Rasyid dan al-
Makmun.
b. Perhatian khalifah dan amir yang begitu besar terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan. Ini dapat kita lihat pada masa
Adhdu al-Daulah yang memberikan honorarium yang besar terhadap
para Fuqaha’, Muhadditsin, mutakallimin dan ahli Nahwu, pujangga,
sastrawan, dokter, ahli hisab, arsitek dan lain-lain. Pada masa beliau,
istana digunakan sebagai tempat pertemuan ilmuan, sastrawan,
cendikiawan dan ulama. Di sini menjadi kesempatan untuk para
penulis untuk menulis buku dalam berbagai cabang ilmu. Di antara
buku yang ditulis pada masa itu adalah: “Al-Idhah wa al-Takmilah fi
al-Nahw” karangan Syekh Abu ‘Ali al-Farisiy, dan Taji fi Akhbariy
Baniy Buwaihi” yang ditulis oleh Ishaq al-Shabihy.16
4. Pemikiran Filsafat dan Pemahaman Keagamaan
Masalah keagamaan pada masa Bani Buwaihi diwarnai oleh
perseteruan antara paham Syi’ah yang di bawa oleh dinasti Buwaihi
dengan paham Sunni yang dianut oleh masyarakat Abbasiyah secara
umum. Bahkan pada masa Mu’iz al-Daulah, beliau berusaha merubah
paham kekhalifahan dari Sunniy menjadi Syi’ah. Namun usaha itu gagal
karena mendapat reaksi dari masyarakat.
Tetapi pada masa Adhdu al-Daulah toleransi/tasamuh antara kedua
paham dapat terwujud. Sehingga baik Bani Abbas maupun Bani Buwaihi
15
Nur Ahmad Fadhil Lubis, Dinasti Abbasiyah dalam ... hal. 92
16
Su'ud, Abu. Islamologi.., hal 85
10
17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta Rajawali Pers,2010), hal. 67
18
E. Abdul Aziz Tibrizi, Diktat II Sejarah Kebudayaan Islam, (Tangerang, :Pon-pest
DaaEl- Qolam), hal 46
11
19
E. Abdul Aziz Tibrizi, Diktat II Sejarah... hal 51
20
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, (Malang : UIN-Malang Press, 2008),
hal. 56
12
21
Ibid., hal. 62
22
Taufik Abdullah dkk , Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Khilafah..., hal 82
13
1. Terjadinya insiden Baghdad antara kaum Syi’ah dan kaum Sunni, yang
dipicu oleh sikap fanatik Bani Buwaihi terhadap ajaran Syi’ah. Insiden ini
hampir merenggut nyawa seorang ulama terkenal yaitu abu Hamid al-
Asfahaniy.
2. Penunjukan putra mahkota yang bermuara kepada perebutan kekuasaan
anak-anaknya pada periode berikutnya, bahkan sampai akhir kekuasaan
Bani Buwaihi.23
Dari uraian ini dapat disimpulkan Bahwa di antara faktor-faktor
penyebab kemunduran Dinasti adalah:
1. Terjadinya perebutan kekuasaan sesama keluarga Buwaihi.
2. Rusaknya Hubungan Khalifah dengan penguasa.
3. Pemberian jabatan penting kepada orang Turki (Saljuk) dan mulai
mengabaikan orang-orang Dailam sendiri (khususnya di bidang politik).
4. Terjadinya pertikaian antara Syi’ah dan Sunni.
5. Ketidakmampuan penguasa mengendalikan stabilitas politik.24
23
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di ... hal. 136
24
E. Abdul Aziz Tibrizi, Diktat II Sejarah... hal 57
25
Philip K. Hitti, Dinasti-Dinasti di Timur..., hal 599
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dalam pembahasan tentang Dinasti Buwaihi di atas dapat di
simpulkan bahwa, menurut asal usul penguasanya selama masa 508 tahun
Daulah Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani
Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk.
Ketika berada di bawah kekuasaan Dinasti Buwaihi kedudukan
Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.
Sementara itu Bani Buwaihi telah membagi kekuasaannya kepada tiga
bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian selatan negeri Persia, Hasan
menguasai wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai wilayah Al-Ahwaz,
Wasit dan Baghdad.
Banyak kemajuan-kemajaun yang terjadi di zaman Dianasti Buwaihi,
terutama ketika kepemimpinan ‘Adhd Al Daulah. Dalam dukunganya
terhadap pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan sastra beliau
melakukan pengembangan antara lain memperindah Baghdad, memperbaiki
kanal-kanal yang sudah usang dan di beberapa kota-kota lain, mendirikan
sejumlah masjid, rumah sakit dan gedung-gedung publik, observatorium
terkenal dan lain-lain.
Dalam perjalanan berikutnya, karena adanya peperangan antara
pembesar-pembesar dinasti Buwaihi antara lain Baha’, Syaraf dan saudara
ketiga mereka, Shamsham Al Dawlah, dan juga pertikaian antar anggota-
anggota kerajaan untuk menentukan penerus mereka, serta fakta bahwa
Buwaihi berkecenderungan Syi’ah sehingga sangat di benci oleh orang-
orang Baghdad yang Sunni, menjadi sebab-sebab penting bagi keruntuhan
dinasti Buwaihi. Selain itu dengan berkuasanya Bani Saljuk dalam Daulah
Abbasiyah menggeser kekuasaan Dinasti Buwaihi. Kehadiran Bani Saljuk ini
adalah atas ''undangan'' Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi
di baghdad. Dan inilah akhir dari kekuasaan Dinasti Buwaihi.
14
15
B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadikan
kita semua golongan orang-orang yang terus belajar. Karena semakin kita
banyak belajar, maka kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kita
juga orang lain. Dengan mempelajari dan mengetahui sejarah peradaban
Islam tentang Dinasti Buwaihi yang ada dalam makalah ini, kita semakin bisa
untuk berfikir lebih maju dalam menyikapinya, karena pengetahuan yang kita
dapat dari makalah ini dapat dijadikan sebagai pegangan dan bahan referensi
dalam kehidupan kita selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dkk. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Khilafah. Jakarta:
PT Ichtiar Baru Van Hoeve
Lubis, Nur Ahmad Fadhil. 2002. Dinasti Abbasiyah dalam Ensiklopedi Tematis.
Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
Misbah, Ma'ruf dkk. 2002. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas III.
Semarang: CV. Wicaksana
Munir, Samsul. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah
16