5 TH 1997
JUDUL PSIKOTROPIKA
LATAR BELAKANG 1.Convention On Psychotropic Substances 1971 (Konvensi
Psikotropika 1971)
2. Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and
Psychotropic Substances 1988 (Konvensi Pemberantasan
Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988).
DASAR HUKUM - Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UndangUndang Dasar
1945;
- UUNo 23 Th 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Th
1992 No 100, Tambahan Lembaran Negara No 3495);
- UUNo 8 Th 1996 tentang Pengesahan Convention on
Psychotropic Substances 1971 (Konvensi Psikotropika 1971)
(Lembaran Negara Th 1996 No 100, Tambahan Lembaran
Negara No 3657);
KETENTUAN UMUM Definisi: psikotropika, pabrik, produksi, kemasan psikotropika,
peredaran, perdagangan, pedagang besar farmasi, pengangkutan,
dokumen pengangkutan, transito, penyerahan, lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan, korporasi, menteri
TUJUAN a. menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. memberantas peredaran gelap psikotropika.
MATERI a. produksi
MUATAN/ASPEK b. peredaran
YANG DIATUR c. ekspor dan impor
d. label dan iklan
e. kebutuhan dan pelaporan
f. pengguna psikotropika dan rehabilitasi
g. pemantauan prekusor
h. pembinaan dan pengawasan
i. pemusnahan
j. peran serta masyarakat
k. ketentuan pidana
l. ketentuan peralihan
m. ketentuan penutup
MATERI FARMASI Psikotropika, produksi, peredaran, penyaluran, penyerahan,
ekspor dan impor, kebutuhan dan pelaporan, pemusnahan
SANKSI Denda dan pidana
ATURAN 1. Ketentuan peralihan :
PERALIHAN/PENUTUP - Pasal 73 : Semua peraturan perundang-undangan yang
mengatur psikotropika masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan
peraturan yang baru berdasarkan UU ini
2. Ketentuan penutup :
1
- Pasal 74 :UU ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan UU ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
ASPEK UU NO8 TH 1999
JUDUL PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil &
makmur
2. Aneka ragam barang –jasa menigkatkan kesejahteraan masyarakat
tanpa mengakibatkan kerugian konsumen
LATAR 3. Pasar nasional harus menjamin kesejahteraan masyarakat, dan
BELAKANG / kepastian mutu, jumlah, keamanan barang-jasa
ALASAN 4. Perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian,
DITERBITKAN kemampuan, kemandirian konsumen untuk melindungi diri, & sikap
bertanggung jawab
5. Ketentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen belum
memadai
6. Perlu perangkat peratuan perundang-undangan
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, Pasal 33
Definisi : Perlindungan konsumen, konsumen pelaku usaha, barang,
KETENTUAN jasa, promosi, imporbarang, impor jasa, Lembaga Perlindungan
UMUM Konsumen Swadaya Masyarakat, Klausula baku, Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen, Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Menteri
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan & kemandirian konsumen
untuk melindungi diri
2. Mengangkat harkat & martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negative pemakaian barang – jasa
3. Meningkatkan permberdayaan konsumen akan hak –haknya sebagai
konsumen
TUJUAN 4. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hokum & keterbukaan informasi & akses untuk
mendapatkan informasi
5. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan
konsumen
6. Meningkatkan kualitas barang – jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang – jasa
Hak & kewajiban, perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha,
MATERI MUATAN ketentuan pencantuman klausula baku, tanggungjawab pelaku usaha,
/ ASPEK YANG pembinaan & pengawasan, badan perlindugan konsumen nasional,
DIATUR Lembaga Perlindungan konsumen swadaya masyarakat, penyelesaian
sengketa, badan peyelesaian sengketa konsumen, penyidikan, sanksi
Larangan memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
MATERI FARMASI
rusak,cacat atau bekas dan tercemar
2
SANKSI Pidana denda & penjara
ATURAN 1. Berlaku setelah 1 th diundangkan
PERALIHAN / 2. Peraturan perundang-undangan yang sudah ada yang bertujuan
PENUTUP melindungi konsumen, tetap berlaku
ASPEK UU No 13 Th 2003
JUDUL KETENAGAKERJAAN
LATAR a. Pembangunannasionaldilaksanakandalamrangka
BELAKANG / pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan
ALASAN masyarakat indonesia seluruhnya untuk mewujudkan
DITERBITKAN masyarakat yang sejahtera,adil,makmur,dan merata,baik
materil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
b. Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat
penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan
c. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan
pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas
tenaga kerja dan peransertanya dalam pembangunan serta
peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan
d. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin
kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan
kemajuan dunia usaha;
e. Beberapa UU di bidang ketenagakerjaan dipandang sudah tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan
ketenagakerjaan, oleh karena itu perlu dicabut dan/atau ditarik
kembali.
DASAR HUKUM UUD 1945 , Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 27 ayat (2),
Pasal 28, dan Pasal 33 ayat (1)
KETENTUAN Definisi : Ketenagakerjaan, Tenaga Kerja, Pekerja/Buruh, Pemberi
UMUM Kerja, Pengusaha, Perusahaan, Perencanaan Tenaga Kerja,Informasi
Ketenagakerjaan, Pelatihan Kerja, Kompetensi Kerja, Pemagangan,
Pelayanan penempatan tenaga kerja, Tenaga kerja asing, Hubungan
industrial,Perjanjian kerja,Hubungan kerja, Serikat pekerja/serikat
buruh, Lembaga kerja sama bipartit, Lembaga kerja sama tripartit ,
Peraturan perusahaan, Perjanjian kerja bersama, Perselisihan
hubungan industrial, Mogo Penutupan perusahaan (lock out) ,
Pemutusan hubungan kerja,
TUJUAN 1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara
optimal dan manusiawi;
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan daerah;
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan; dan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
MATERI MUATAN Kesempatan dan perlakuan yang sama, Perencanaan tenaga kerja
3
/ASPEK YANG dan informasi ketenagakerjaan, Pelatihan kerja, Penempatan tenaga
DIATUR kerja, Perluasan kesempatan kerja, Penggunaan tenaga kerja asing,
Hubungan kerja, Perlindungan, pengupahan, dan kesejahteraan
(perlin disabilitas, anak, perempuan), Hubungan industrial (delapan
bagian), Pemutusan hubungan kerja, Pembinaan, Pengawasan,
Penyidikan, Ketentuan pidana dan sanksi administratif
MATERI FARMASI Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SANKSI Pidana denda dan penjara; Sanksi administratif
ASPEK UU No 35 Th 2009
JUDUL NARKOTIK
LATAR BELAKANG 1. untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
perlu dilakukan upaya peningkat di bidang pengobatan dan
pelayanan kesehatan, antara lain dengan mengusahakan
ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan
sebagai obat serta melakukan pencegahan dan pemberantasan
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
prekursor Narkotika.
2. Bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan
yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan sisi lain
dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat
merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa
pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 UUD RI 1945.
2. UU nomer 8 Th 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tunggal
Narkotika 1961 beserta Protokol Th 1972 yang
mengubahnya (Lembaran Negara Rebublik Indonesia Th
1976 No 36, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No 3085).
3. UUNo 7 Th 1997 tentang Pengesahan United Nations
Convention Againts Illcit Traffic in Narcotic Drugs and
Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Pembenrantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika, 1988) (Lembaran Lembaga
Republik Indonesia Th 1997 No 17, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No 3673).
TUJUAN 1. Menjamin Ketersediaan Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika.
3. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan prekursor
Narkotika
4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial
bagi penyalahgunaa dan pecandu Narkotika.
MATERI MUATAN Ketentuan umum (definisi), dasar, asas dan tujuan (Pasal 2-4),
ruang lingkup (Pasal 5-7), Pengadaan (Pasal 9-14), impor dan
ekspor (Pasal 15-34), Peredaran (pasal 35-44), label dan
5
publikasi (pasal 45-47), prokursor narkotik (pasal 48-52),
pengobatan dan rehabilitasi (pasal 64-72), penyelidikan,
penentuan, dan pemeriksaan disidang pengadilan( pasal 73-
103), peran serta masyarakat (pasal 104-108), penghargaan
(pasal 109-110), Ketentuan pidana (pasal 111-148), ketentuan
peralihan (pasal 149-151), ketentuan penutup (pasal 152-155).
MATERI FARMASI Definisi Narkotika, Prekursor Narkotika, produksi, ekspor,
impor, peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, surat
persetujuan impor dan ekspor, pengangkutan PBF, industri
farmasi, transito narkotika, pecandu narkotika, ketergantungan
Narkotika, penyalahguna, rehabilitasi medis, rehabilitasi
sosial,pemukafakatan jahat, penyadapan, kejahatan
terorganisasi, dan koperasi.
SANKSI Tindak Pidana Narkotika berupa denda dan penjara
ATURAN Bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional yang
PERALIHAN/PENUTUP dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi,
teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas,
dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama dikalangan
generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara sehingga UUNo 22 Th 1997
tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
situasi dan kondisi yang berkembang untuk menanggulangi dan
memberantas tindak pidana tersebut.
ASPEK UU 36 th 2014
JUDUL TENAGA KESEHATAN
1. Kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.
2. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam
LATAR
bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh
BELAKANG /
masyarakat.
ALASAN
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga
DITERBITKAN
kesehatan bertanggung jawab.
4. Diperlukan UU tersendiri yang mengatur tenaga kesehatan secara
komprehensif.
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)
DASAR HUKUM UU Dasar Negara Republik Indonesia Th 1945.
2. UU No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan.
Definisi : Tenaga kesehatan; Asisten tenaga kesehatan; Fasilitas
pelayanan kesehatan; Upaya kesehatan; Kompetensi; Uji kompetensi;
KETENTUAN Sertifikat kompetensi; Sertifikat profesi; Registrasi; Surat tanda
UMUM registrasi; SIP; Standar Profesi; Standar pelayanan profesi; Standar
prosedur operasional; Konsil tenaga kesehatan; Organisasi profesi;
Kolegium; Penerima pelayanan kesehatan; Pemerintah; Mentri.
a. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kesehatan.
b. Mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
c. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam menerima
TUJUAN
penyelenggaraan upaya kesehata.
d. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan.
e. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga
kesehatan.
Tanggung jawab dan wewenang pemerintah; Tenaga kesehatan;
Asisten tenaga kesehatan; Jenis-jenis tenaga kesehatan; Perencanaan,
Pengadaan, dan Pendayagunaan tenaga kesehatan; Konsil tenaga
kesehatan RI; Registrasi dan Perizinan tenaga kesehatan; Pembinaan
MATERI
praktik; Penegakan disiplin tenaga kesehatan; Organisasi profesi;
MUATAN /
Tenaga kesehatan WNI lulusan luar negri; Tenaga kesehatan WNA;
ASPEK YANG
Hak dan kewajiban tenaga kesehatan; Kewenangan tenaga kesehatan;
DIATUR
Pelimpahan tindakan; Standar profesi; Standar pelayanan profesi;
Standar prosedur operasional; Persetujuan tindakan; Rekam medis;
Rahasia kesehatan; Perlindungan hukum; Perselisihan; Pembinaan dan
pengawasan;
MATERI Definisi : Tenaga kefarmasian
FARMASI
7
Teguran lisan; Peringatan tertulis; denda administratif; pencabutan
SANKSI
izin; Pidana denda; Pidana penjara
1. Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
tenaga kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku, jika tidak
bertentangan.
ATURAN 2. PP No. 32 Th 1996 dicabut.
PERALIHAN / 3. Sekretariat Konsil kedokteran Indonesia menjadi Sekretariat konsil
PENUTUP tenaga kesehatan Indonesia setelah terbentuknya konsil tenaga
kesehatan Indonesia.
4. Pasal 4 ayat (2), Pasal 17, Pasal 20 ayat (4), dan Pasal 21 UU No.
29 Th 2004 dicabut.
ASPEK UU NO 44 TH 2009
JUDUL RUMAH SAKIT
LATAR BELAKANG 1. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
dalam UU dasar.
2. Rumah sakit harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
3. Perlu mengatur rumah sakit dengan UU
4. Pengaturan mengenai rumah sakit belum cukup.
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (1), pasal 20, pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3)
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Th 1945.
KETENTUAN Rumah Sakit, Gawat Darurat, Pelayanan Kesehatan Paripurna,
UMUM Pasien, Pemerintah Pusat, Pemerindah Daerah, Menteri
TUJUAN 1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
2. Memberi perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia dirumah sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit.
ISI Tugas dan fungsi, tanggungjawab pemerintah, dan pemerintah
daerah, persyaratan, jenis dan klasifikasi, perizinan, kewajiban dan
hak, penyelenggaraan, pembiayaan, pencatatan dan pelaporan,
pembinaan dan pengawasan, ketentuan pidana.
SANKSI Pidana penjara dan pidana denda
KETENTUAN 1. Pada saat UU ini berlaku, semua rumah sakit yang sudah ada
PENUTUP harus menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam UU
ini, paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) th setelah UU ini
2. Diundangkan pada saat diundangkannya UU ini berlaku semua
peraturan perUUan yang mengatur rumah sakit tetapberlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan
UU ini.
3. UU ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
8
ASPEK PP NO.20 TH 1962
JUDUL LAFAL SUMPAH /JANJI APOTEKER
LATAR Perlu menetapkan lafal sumpah/janji apoteker
BELAKANG
DASAR HUKUM pasal 5 ayat2 UU Dasar, pasal 10 ayat (3) UU No. 9 th 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan
KETENTUAN PP tentang lafal sumpah/janji apoteker.
HUKUM
TUJUAN menetapkan lafal sumpah/janji apoteker
ISI 1. .Saya akan membaktikanhidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan:
2. Saya akan merahasiakansegala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai apoteker;
3. .Sekalipundiancam,saya tidakakan mempergunakan
pengetahuankefarmasian saya untuksesuatu yangbertentangan
dengan hukum perikemanusiaan;
4. Saya akan menjalankan tugassaya dengan sebaik-baiknyasesuai
dengan martabatdan tradisi luhur jabatan kefar masian
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berihtiar dengan
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan
Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik,Kepartaian atau
Kedudukan Sosial:
6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengansungguh-sungguh dan
dengan penuh keinsyafan.
Sanksi -
Ketentuan -
peraluhan/ penutup
ASPEK PP NO 23 TH 2004
JUDUL BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
LATAR BELAKANG dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5) UUNo
13Th 2003 tentang Ketenagakerjaan, dipandang perlu menetapkan
PP tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi;
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (1) UU Dasar 1945, ndang-undang No 5 Th 1984
tentang Perindustrian, UUNo 1 Th 1987 tentang Kamar Dagang
dan Industri, Undang, -undang No 18 Th 1999 tentang Jasa
Konstruksi, ndang-undang No 22 Th 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi, UUNo 20 Th 2002 tentang Ketenagalistrikan, UUNo
13 Th 2003 tentang Ketenagakerjaan, UUNo 20 Th 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
KETENTUAN Sertifikasi kompetensi kerja, Standar Kompetensi Kerja Nasional
HUKUM Indonesia, Menteri
TUJUAN Menetapkan: PP Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
ISI Pembentukan dan tugas, Organisasi, Pengangkatan Dan
Pemberhentian, Tata Kerja, Pembiayaan,
SANKSI
KETENTUAN 1. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja yang telah dilakukan
PERALUHAN/ oleh Lembaga Sertifikasi Profesi berdasarkan peraturan
PENUTUP perundang-undangan yang berlaku dan/atau telah diakui oleh
lembaga internasional tetap dilaksanakan oleh Lembaga
9
Sertifikasi Profesi yang bersangkutan.
2. PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
10
mengetahuinya memerintahkan pengundangan PP ini
ASPEK PP NO 32 TH 1996
JUDUL TENAGA KESEHATAN
LATAR BELAKANG Pelaksanaan ketentuan UU no.23 th 1992 ttg Kesehatan,
dipandang perlu menetapkan PP
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (2) UUD 45, UU no.23 th 1992 ttg Kesehatan
KETENTUAN UMUM Tenaga Kesehatan, Sarana Kesehatan, Upaya Kesehatan, Menteri.
TUJUAN Menetapkan PP tentang Tenaga Kesehatan
ISI Jenis Tenaga Kesehatan, Persyaratan, Perencanaan, Pengadaan
dan Penempatan, Standar Profesi dan Perlindungan Hukum,
Ikatan Profesi, Tenaga Kesehatan WNA, Pembinaan dan
Pengawasan, Ketentuan Pidana
SANKSI Pidana denda
KETENTUAN 1. Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
PENUTUP berhubungan dengan tenaga kesehatan yg telah ada dinyatakan
masih tetap berlaku, jika tidak bertentangan dan/atau belum
diganti
2. PP ini berlaku sejak tanggal diundangkan.
ASPEK PP NO 40 TH 2013
JUDUL PELAKSANAAN UUNO 35 TH 2009 TENTANG
NARKOTIKA
LATAR BELAKANG Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32, Pasal 62, Pasal 89 ayat
(2), Pasal 90 ayat (2), Pasal 94, Pasal 100 ayat (2), dan Pasal 101
ayat (4) UU No 35 Th 2009 tentang Narkotika, perlu menetapkan
PP tentang Pelaksanaan UU No 35 Th 2009 tentang Narkotika.
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (2) UU Dasar Negara Republik Indonesia Th 1945;
UUNo 35 Th 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik
Indonesia Th2009 No 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No 5062).
KETENTUAN UMUM Narkotika, tanaman narkotika, prekursor arkotika, surat persetujuan
import, surat persetujuan eksport, pengangkutan, penanggungjawab
11
pengangkutan, pengangkut, transito narkotika, sarana pengangkut,
produksi, duksi, import, eksport, peredaran, pelabelan, izin edar,
barang sitaan, pengambilan sampel, pengujian sampel,
penyimpanan, pengamanan, penyerahan, pemusnahan, harta
kekayaan, keluarga, perlindungan, saksi, pelapor, menteri, bandan
narkotika nasional.
TUJUAN Melaksanakan UU no 35 th 2009.
MATERI MUATAN Transito Narkotika, pengelolaan barang sitaan, narkotika temuan,
hasil tindak pidana narkotika, pembinaan dan pengawasan
narkotika, ketentuan penutup.
SANKSI Sanksi administratif
ATURAN Pada saat PP ini mulai berlaku, ketentuan mengenai rencana
PERALIHAN/PENUTUP nasional, sudah ditetapkan dalam waktu paling lama 1 (satu) th
sejak berlakunya PP ini.
Semua ketentuan yang berkaitan dengan syarat dan tata cara
penyimpanan, pengamanan, pengawasan, pengambilan dan
pengujian sampel, penyerahan dan pemusnahan barang sitaan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam PPan ini.
PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
ASPEK PP 44 / 2010
JUDUL PREKURSOR
LATAR 1. Pasal 44 UU No. 7 Tahun 1997 tentang psikotropika
BELAKANG / 2. Pasal 52 UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika
ALASAN
DITERTIBKAN
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) Undang – Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
KETENTUAN Definisi : Prekursor, Narkotika, Psikotropika, Produksi, Peredaran,
UMUM Pengangkutan, Transito, Mentri.
TUJUAN 1. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor
2. Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor
3. Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpanan prekursor
4. Menjamin ketersediaan prekursor
MATERI Penggolongan dan jenis prekursor, Rencana kebutuhan tahunan,
MUATAN / Pengadaan prekursor, Produksi prekursor, Penyimpanan prekursor,
ASPEK YANG Impor dan ekspor prekursor, Pengangkutan prekursor, Transito
DIATUR prekursor, Penyaluran prekursor, Penyerahan prekursor, Pencatatan
dan pelaporan prekursor, Pengawasan prekursor.
12
MATERI Definisi : Prekursor, Narkotika, Psikotropika, Golongan dan jenis
FARMASI prekursor.
SANKSI Teguran lisan, Peringatan tertulis, Penghentian sementara kegiatan,
Pencabutan izin.
ATURAN Industri farmasi, Industri non farmasi, Pedagang besar bahan baku
PERALIHAN / farmasi, Distributor atau impotir terdaftar, dan Lembaga
PENUTUP pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Meyesuaikan
dengan ketentuan PP ini dalam jangka waktu paling lama 1 tahun
sejak tanggal diundangkan PP ini.
ASPEK PP 51 TH 2009
JUDUL PEKERJAAN KEFARMASIAN
LATAR BELAKANG Pasal 63, UU no. 23 Th 1992 tentang Kesehatan, perlu
menetapkan PP ttg Pekerjaan Kefarmasian.
DASAR HUKUM - Pasal 5 ayat (2) UUD RI 1945
- UU no 23 Th 1992 tentang Kesehatan
KETENTUAN UMUM Definisi: Pekerjaan Kefarmasian, Sed. Farmasi, Tenaga
Kefarmasian, Pelayanan Kefarmasian, Apoteker, TTK,
Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Kefarmasian, Fasilitas Prod. Sed.
Farmasi, Fasilitas Distribusi/Penyaluran Sed. Farmasi, Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Pedagang Besar Farmasi, Apotek,
Toko Obat, Standar Profesi, Standar Prosedur Operasional,
Standar Kefarmasian, Asosiasi, Organisasi Profesi, STRA,
STRTTK, SIP Apoteker, SIK, Rahasia Kedokteran, Rahasia
Kefarmasian, Menteri.
✓
TUJUAN memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat
dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi
dan jasa kefarmasian; mempertahankan dan meningkatkan
mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
✓
teknologi serta peraturan perundangan-undangan; dan
✓
memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan
Tenaga Kefarmasian.
MATERI Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Kefarmasian,
MUATAN/ASPEK Disiplin Tenaga Kefarmasian, Pembinaan dan Pengawasan,
YANG DIATUR Ketentuan Peralihan
MATERI FARMASI Pekerjaan Kefarmasian, Sed. Farmasi, Tenaga Kefarmasian,
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker, TTK, Fasilitas Kesehatan,
Fasilitas Kefarmasian, Fasilitas Prod. Sed. Farmasi, Fasilitas
Distribusi/Penyaluran Sed. Farmasi, Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Pedagang Besar Farmasi, Apotek, Toko Obat,
Standar Profesi, Standar Prosedur Operasional, Standar
Kefarmasian, Asosiasi, Organisasi Profesi, STRA, STRTTK,
SIP Apoteker, SIK, Rahasia Kefarmasian.
SANKSI Surat Izin Kerja batal
ATURAN 1. Apoteker, Asisten Apoteker dan Analis Farmasi yang telah
PERALIHAN/PENUTUP memiliki SIK dsb, tetap dapat menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian dan dalam jangka waktu 2 (dua) th wajib
menyesuaikan.
13
2. Tenaga Teknis Kefarmasian yang di PBF harus menyesuaikan
paling lambat 3 (tiga) th sejak PP diundangkan.
3. PP No 26 Th 1965, sebagaimana diubah dgn PP No 25 Th
1980 ttg Perubahan PP No 26 Th 1965 dan PP No 41 Th 1990,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
14
KETENTUAN 1. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar dokumen
PERALIHAN/PENUTUP pengadaan, teknis operasional tentang daftar hitam,
pengadaan secara elektronik, dan sertifikasi keahlian
pengadaan barang/jasa diatur oleh kepala LKPP paling
lambat 3 bulan sejak peraturan presiden ini ditetapkan.
2. Peraturan presiden ini mulai berlaku sejak tanggal yang
ditetapkan.
ASPEK PP 72 TH 98
JUDUL Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
LATAR BELAKANG -pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagai
salah satu upaya dalam pembangunan kesehatan dilakukan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan
oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan
-sebagai pelaksanaan dari UU No 23 Th 1992 tentang
Kesehatan, dipandang perlu menetapkan PP tentang
Pengamanan Sed. Farmasi & Al. Kes.
DASAR HUKUM - Pasal 5 ayat (2) UUD RI 1945
- UU no 5 th 1984 ttg Perindustrian
- UU no 23 Th 1992 tentang Kesehatan
KETENTUAN UMUM Definisi: Sed. Farmasi, Al. Kes, Produksi, Peredaran,
Pengangkutan, Kemasan Sed. Farmasi, Menteri.
✓
TUJUAN untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan
oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan
MATERI Persyaratan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan, Produksi,
MUATAN/ASPEK Peredaran, Pemasukan dan Pengeluaran Sediaan Farmasi dan
YANG DIATUR Alat Kesehatan Ke Dalam dan dari Wilayah Indonesia,
Kemasan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Penandaan dan
Iklan, Pemeliharaan Mutu, Pengujian dan Penarikan Kembali
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan dari Peredaran,
Pemusnahan, Peran Serta Masyarakat, Pembinaan,
Pengawasan, Ketentuan Pidana, Ketentuan Lain, Ketentuan
Penutup.
MATERI FARMASI Persyaratan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan, Produksi,
Peredaran, Pemasukan dan Pengeluaran Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan Ke Dalam dan dari Wilayah Indonesia,
Kemasan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Penandaan dan
Iklan, Pemeliharaan Mutu, Pengujian dan Penarikan Kembali
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan dari Peredaran,
15
Pemusnahan.
SANKSI Pidana Denda dan Penjara
ATURAN 1. Pharmaceutissche Stoffen Keurings Verordening (Staatsblad
PERALIHAN/PENUTUP Th 1938 No 172);
2. Verpakkings Verordening Pharmaceutissche Stoffen No 1
(Staatsblad Th 1938 No 173);
3. Verpakkings Verordening Kinine (Staatsblad Th 1939 No
210); dinyatakan tidak berlaku lagi.
20
TUJUAN Melindungi masyarakat dari peredaran obat tradisional yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu.
MATERI Registrasi Obat Tradisional, izin edar, persyaratan dan registrasi, tata
MUATAN / cara registrasi, evaluasi kembali,kewajiban pemegang nomor izin edar,
ASPEK YANG sanksi.
DIATUR
MATERI Registrasi Obat Tradisional, izin edar, persyaratan dan registrasi, tata
FARMASI cara registrasi, evaluasi kembali,kewajiban pemegang nomor izin
edar, sanksi.
SANKSI Sanksi Administratif
-pembatalan izin edar.
-penarikan dari peredaran dan/atau pemusnahan obat tradisonal yang
tidak memenuhi standard dan/atau persyaratan.
ATURAN 1. PMK No.246/Menkes/Per/1990 tentang izin usaha Industri Obat
PERALIHAN / Tradisional dan pendaftaran Obat Tradisional.
PENUTUP 2. Izin diperbaharui paling lama 2 tahun sejak PMK diundangkan.
22
Bahwa terdapat peningkatan penyalahgunaan beberapa zat baru
yang memiliki potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan yang belum termasuk dalam Golongan
Narkotika sebagaimana diatur dalam Lampiran I UUNo 35 Th
LATAR BELAKANG 2009 tentang Narkotika.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat
(3) UUNo 35 Th 2009 tentang Narkotika, perlu menetapkan
PMK tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
UUNo 35 Th 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Th 2009 No 143, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No 5062).
UUNo 36 Th 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Th 2009 No 144, Tambahan Lembaran
DASAR HUKUM
Negara Republik Indonesia No 5063).
PPNo 40 Th 2013 tentang Pelaksanaan UUNo 35 Th 2009
tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Th
2013 No 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
No 5419).
23
LATAR 1. Registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian perlu
BELAKANG disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum.
2. Perlu menetapkan peraturan mentri kesehatan tentang perubahan atas
PMK tentang perubahan atas PMKNo 889/Menkes/Per/V/2011 tentang
registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian.
DASAR UU No.36 th 2009, UU No.44 th 2009, UU No.23 th 2014, UU No.9 th
HUKUM 2015, UU No.23 th 2014, UU No.36 th 2014, PP No.72 th 1998, PP No.
51 th 2009, PP No.35 th 2015, PERMENKES No.889 th 2011,
PERMENKES No.64 th 2015.
KETENTUAN Definisi : kesehatan,rumah sakit, pemerintah daerah, tenaga kesehatan,
UMUM pengamanan sed.farmasi dan alkes, pekerjaan kefarmasian, Kementrian
Kesehatan, registrasi, Izin praktik, dan izin kerja Tenaga Kefarmasian,
Organisasi dan Tata kerja kementrian kesehatan.
TUJUAN 1. Nomenklatur yang berbunyi surat izin kerja harus dibaca dan dimaknai
sebagai SIP.
2. Setiap tenaga kefarmasin yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian
bekerja.
MATERI Registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian.
MUATAN/
ASPEK YG
DIATUR
MATERI surat izin kefarmasian, SIPA apoteker, SIPTTK tenaga teknis
FARMASI kefarmasian.
SANKSI Pidana dan sanksi
ATURAN 1. Tetap di proses sesuai PERMENKES No.31 th 2016
PERALIHAN/ 2. Registrasi, izin praktik, dan izin kerja kefarmasian
PENUTUP 3. Dengan berlakunya peraturan ini, maka PERMENKES No. 889 th
2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja kefarmasian diubah.
4. Peraturan berlaku pada tanggal ditetapkan.
MATERI MUATAN Ketentuan umum (definisi), dasar, asas dan tujuan (Pasal 1-2),
Standar Pelayanan Kefarmasian (pasal 3), Penyelenggaraan
(pasal 4,6-8), Penjaminan mutu (pasal 5), Pengawasan (pasal
9), penutup (Bab 22).
MATERI FARMASI Definisi Apotek, Standar Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan
Kefarmasian, Resep, Sediaan Farmasi, Obat, Alat Kesehatan,
Bahan Medis Habis Pakai, apoteker, Tenaga Teknis
Kefarmasian, Direktur Jenderal.
PENUTUP Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ditetapkan sebagai
acuan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Untuk
keberhasilan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek diperlukan komitmen dan kerjasama semua pemangku
kepentingan. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan
Kefarmasian di Apotek semakin optimal dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
26
ASPEK PMK No 63 Th 2014
JUDUL PENGADAAN OBAT BERDASARKAN KATALOG
ELEKTRONIK (E-CATALOGUE)
LATAR BELAKANG a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas, efisiensi dan
transparansi dalam proses pengadaan obat program Jaminan
Kesehatan Nasional dan obat program lainnya pada satuan
kerja di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah, dan
Fasilitas Kesehatan baik pemerintah maupun swasta, telah
tersedia katalog obat yang dapat diakses di Portal Pengadaan
Nasional melalui Website
b. bahwa PMK No 48 Th 2013 ttg Petunjuk Pelaksanaan
Pengadaan Obat Dengan Prosedur E-Purchasing Berdasarkan
E-Catalogue perlu disesuaikan dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan PMK ttg
PengadaanObatBerdasarkanKatalogElektronik
(ECatalogue);
DASAR HUKUM 1. UU No 40 Th 2004 ttg Sistem Jaminan Sosial Nasional;
2. UU No 36 Th 2009 ttg Kesehatan;
3. PMK No 1144/Menkes/Per/lll/2010 ttg Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan sebagaimana telah diubah
dengan PMK No 35 Th 2013;
4. PMK No 71 Th 2013 ttg Pelayanan Kesehatan pada Jaminan
Kesehatan Nasional;
5. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah No 17 Th 2012 ttg E-Purchasing;
TUJUAN Pengaturan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik (E-
Catalogue) bertujuan untuk menjamintransparansi/keterbukaan,
efektifitas dan efisiensi proses pengadaan obat dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
1. meningkatkan transparansi/keterbukaan dalam proses
pengadaan barang/jasa;
2. meningkatkan persaingan yang sehat dalam rangka
penyediaan
pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik;
3. meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pengelolaan
proses pengadaan barang/jasa.
29
ASPEK PMK 472 tahun 1996
JUDUL Pengamanan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan
LATAR BELAKANG / 1. Dampak perkembangan iptek membuat produksi, distribusi,
ALASAN dan penggunaan bahan berbahaya semakin meningkat
DITERBITKAN 2. Penggunaan bahan berbahaya yang tidak sesuai menimbulkan
bahaya terhadap kesehatan
3. Perlu informasi yang benar tentang penggunaan bahan
berbahaya
4. Permenkes 453/menkes/per/XI/1993 tidak sesuai lagi
DASAR HUKUM Ordonasi bahan berbahaya Stbl. 1949 no 37,UU no 10/1961, UU
4/1982, UU 5/1984, UU 14/1992, UU 21/1992, UU 23/1992, UU
7/1994, PP 7/1973, Keppres 44/1974, Keppres 15/1984
KETENTUAN UMUM Definisi : bahan bebahaya, lembaran data pengaman
(LDP),direktur jendral
TUJUAN Untuk menghindarkan atau mengurangi resiko bahan berbahaya
terhadap kesehatan
MATERI MUATAN / Pendaftaran bahan berbahaya, ke,asan bahan berbahaya, laporan
ASPEK YANG berkala pihak yang mengelola bahan berbahaya, inporti/distributor
DIATUR bahan berbahaya, pemberian informasi
MATERI FARMASI Nama bahan berbahaya dan sifat bahaya nya, form pendaftaran
bahan berbahaya, lembaran data pengaman
SANKSI Tindak administratif atau sanksi pidana
ATURAN 4. Pihak yang mengelola bahan berbahaya harus memenuhi
PERALIHAN ketentuan paling lambat setahun sejak peraturan ini berlaku
5. Berlaku sejak tanggal ditetapkan (9 mei 1996)
6. Permenkes 453/menkes/per/IX/1983
35
ASPEK PMK no. 1190 th 2010
JUDUL Tentang Izin Edar Alkes dan PKRT
LATAR BELAKANG a. Memberi pengamanan dan melindungi masyarakat
b. Ketentuan izin edar alkes & PKRT perlu disesuaikan dgn
perkembangan dan kebutuhan hukum
DASAR HUKUM 1. UU no.8-1999 ttg Perlindungan Konsumen
2. UU no.32-2004 ttg Pemda, dgn perubahannya yg ke-2 yaitu
UU no.12-2008
3. UU no.36-2009 ttg Kesehatan
4. PP no.72-1998 ttg Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alkes
5. PP no.38-2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemprov dan Pemda
6. PP no.13-2009 ttg Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Bukan Pajak yg berlaku pada Depkes
7. PP no.24-2010 ttg Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian
Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon 1
Kementerian Negara
8. PMK no.1575-2015 ttg Organisasi dan Tata Kerja Depkes, dgn
perubahannnya yg kedua no.439-2009
KETENTUAN UMUM Definisi :
Alkes, PKRT, Produk Rekondisi/Produk Remanufakturing,
Perusahaan, PAK, Perusahaan RT, Izin Edar, Surat Ket.Impor,
Surat Ket.Izin Ekspor, Mutu, Penandaan, Etiket/label, Pemerintah
Pusat, Pemda, Menteri, Dirjen
TUJUAN 1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety).
MATERI Izin Edar, Penandaan, Iklan, Pemeliharaan Mutu, Ekspor dan
MUATAN/ASPEK YG Impor, Perselisihan Keagenan, Peran Serta Masyarakat, Binwas,
DIATUR Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup.
MATERI FARMASI Alkes, PKRT, PAK, Izin Edar, Surat Ket.Impor dan Ekspor,
Penandaan, Etiket/label
SANKSI • Sanksi Administratif terdiri berupa, Peringatan lisan;
Peringatan tertulis; Pencabutan izin.
• Sanksi pidana, bila pelanggaran mengakibatkan seseorang
mengalami gangguan kesehatan yg serius.
ATURAN • PMK no.1184-2004 ttg Pengamanan Alkes dan PKRT masih
PERALIHAN berlaku s.d habis masa berlakunya
• Permohonan izin edar yg sdng dlm proses, diselesaikan
berdasarkan ketentuan PMK no.1184-2004.
• Penyesuaian paling lambat 1 tahun sejak peraturan ditetapkan
KETENTUAN Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, PMK no.1184-2004 ttg
PENUTUP Pengamanan Alkes dan PKRT sepanjang mengatur mengenai
izin edar alkes dan PKRT dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
36
ASPEK PMK No 1191/2010
JUDUL PENYALURAN ALAT KESEHATAN (PAK)
a. menjamin mutu, keamanan, dan kemanfaatan alat kesehatan yang
didistribusikan kepada konsumen, perlu mengatur penyaluran alat
LATAR kesehatan
BELAKANG / b. ketentuan mengenai penyaluran alat kesehatan yang telah diatur dalam
ALASAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1184/MenKes/Per/X/2004 tentang
DITERBITKAN Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum
c. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyaluran Alat Kesehatan
DASAR UU No 8/1999, UU No 32/2004, UU No 36/2009, PP No 72/1998, PP No
HUKUM 38/2007, PP No 13/2009, PerPres No 24/2010, PMK No 1575/2005
KETENTUAN Definisi : Alat Kesehatan, Penyaluran Alat Kesehatan, Cabang Penyaluran
UMUM Alat Kesehatan, Toko Alat Kesehatan, Cara Distribusi Alat Kesehatan,
Pedagang Eceran Obat, Sertifikat Pemberitahuan Ekspor, Sertifikat Bebas
Jual, Menteri Dan Direktur Jenderal.
TUJUAN 1. Menjamin mutu dan keamanan alat kesehatan
2. Mengatur penyaluran alat kesehatan
MATERI Ruang lingkup, penyaluran ( meliputi : perizinan, syarat dan tata cara, izin
MUATAN / cabang PAK, toko alat kesehatan, penyerahan alat kesehatan, sarana dan
ASPEK YANG prasarana, pemeriksaan dan pelaporan, ekspor dan impor), pembinaan dan
DIATUR pengawasan (penarikan kembali, pemusnahan, tindak administratif),
ATURAN 1. izin PAK, izin Cabang PAK, izin sub PAK dan izin toko alat
PERALIHAN / kesehatan yang telah diterbitkan berdasarkan ketentuan Peraturan
PENUTUP Menteri Kesehatan Nomor 1184/MenKes/Per/X/2004 dinyatakan masih
tetap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya.
2. PMK No 1184/2004 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
37
DASAR HUKUM Ordonasi Obat Keras (Staatsblad Nomor 419 Tahun 1949)
Undang-Undang nomor 5 tahun 1984 tentang perindustrian,
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen.
KETENTUAN HUKUM Definisi: Obat, bahan obat, industri farmasi,pembuatan obat,
cara pembuatan obat yang baik, farmakovigilans, kepala badan
pengawas obat dan makanan, direktur jendral, menteri.
TUJUAN 1. Memberikan ketentuan dan tata cara pelaksanaan
pemberian izin usaha industri farmasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
2. Memberikan aturan tentang industri farmasi yang
komprehensif dalam mengantisipasipenerapan
perdagangan internasional di bidang farmasi.
MATERI MUATAN Proses pembuatan obat, produk hasil penelitian dan
pengembangan, permohonan izin industri farmasi, persyaratan
CPOB.
MATERI FARMASI Pekerjaan kefarmasian, sediaan farmasi, tenaga kefarmasian,
fasilitas distribusi/penyaluran sediaan farmasi,standar prosedur
operasional, STRA, STRTTK, SIP Apoteker, SIK, Perizinan
industri farmasi, CPOB, Persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatan, produksi, peredaran, pemasukan dan pengeluaran
sediaan farmasi dan alat kesehatan kedalam dan dari wilayah
indonesia, kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pemeliharaan mutu, pengujian, dan penarikan kembali sediaan
farmasi dan alat kesehatan dari peredaran, pemusnahan, peran
serta masyarakat, pembinaan, pengawasan, ketentuan pidana,
ketentuan lain, ketentuan penutup.
SANKSI Sanksi administratif
1. Pembekuan izin industri farmasi
2. Penghentian sementara kegiatan
3. Pencabutan izin industri farmasi
40
HK.03.1.123.12.10.12459 Tahun 2010, Per KA BPOM
14/2014.
Ketentuan Umum Def. Kosmetik, Bahan Kosmetik, Bahan Pewarna, Bahan Pengawet,
Bahan Tabir Surya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Aspek Yang Diatur 1. Bahan yang diperbolehkan digunakan dalam kosmetik dengan
pembatasan dan persyaratan penggunaan
2. Bahan pewarna yang diperbolehkan dalam kosmetik
3. Bahan pengawet yang diperbolehkan dalam kosmetik
4. Bahan tabir surya yang diperbolehkan dalam kosmetik
5. Bahan yang dilarang dalam kosmetik
Materi Farmasi Definisi Kosmetik, bahan kosmetik, bahan pewarna, bahan pengawet,
bahan tabir surya
Sanksi Peringatan tertulis; larangan mengedarkan kosmetik untuk sementara,
penarikan kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan keamanan,
kemanfaatan,mutu dan penandaan dari peredaran; pemusnahan
kosmetik; pembatalan notifikasi; penghentian sementara kegiatan
produksi dan atau peredaran kosmetik.
Aturan Peralihan Kosmetik yang telah dinotifikasi wajib menyesuaikan dengan ketentuan
dalam peraturan ini paling lambat 31 desember 2016.
Penutup 1. Per KA BPOM Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011
2. Per KA BPOM Nomor HK.03.1.23.06.12.3697 Tahun 2012
3. Per KA BPOM Nomor 2 Tahun 2014
44