Efek Indonesia Periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Hasil pengolahan
profitabilitas (ROA) terhadap Debt Equity Ratio (DER) dengan variabel kontrol
Dividen Payout Ratio (DPR), Size, Non Debt Tax Shild (NDTS), dan Tangible
Asset (TA).
digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik.
data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Untuk
Tabel 4.1
Hasil perhitungan Mean dan Standar Deviasi
dari variabel-variabel penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER t 205 .11 2.33 .8634 .51736
ROA t-1 205 -8.82 41.62 10.5066 9.21130
DPR 205 .00 75400.00 409.6728 5264.43442
SIZE 205 13.2353369 19.1222970 16.294115713 1.1545371403
NDTS 205 .0008241 .1224129 .029068029 .0212872483
TA 205 .0004466 .8626678 .282657639 .1932618639
Valid N (listwise) 205
Sumber : Data Sekunder diolah, 2007
Dari tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa nilai Debt Equity Ratio
(DER), selama periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar 0,11 artinya
0,11% dari total ekuitasnya. Nilai maksimum sebesar 2,33 artinya kemampuan
Nilai ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan rata-rata jauh dibahwa nilai
ekuitasnya.
bahwa selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar -
8,82 artinya bahwa perusahaan ini mengalami kerugian yaitu sebesar 8,82% dari
total aktivanya. Nilai maksimum sebesar 41,62 artinya perusahaan mampu
menghasilkan laba sebesar 41,62% dari total aktivanya. Nilai rata-rata sebesar
dari total aktivanya. Sedangkan standar deviasi sebesar 9,2113 artinya selama
adalah sebesar 75400 dari laba per lembar sahamnya. Nilai rata-rata sebesar
rata membayar dividen sebesar 409,67 dari laba per lembar sahamnya. Sedangkan
penyebaran dari variabel Dividen Payout Ratio (DPR) adalah sebesar 5264,43 dari
perusahaan terkecil dimana ukuran perusahaan ini hanya sebesar 13,235 (log).
Nilai maksimum sebesar 19,12 artinya bahwa dari 41 perusahaan sampel, total
asset sebagai proxy Size tertinggi adalah sebesar 19,12 (log). Nilai rata-rata
sebesar 16,29 artinya bahwa selama periode penelitian, perusahaan ini memiliki
rata-rata total asset sebesar 16,29 (log). Sedangkan standar deviasi sebesar 1,1545
artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel Size (SIZE)
Analisis deskriptive pada variabel rasio Non debt tax shild (NDTS),
terendah yaitu sebesar 0,08% dari total aktivanya. Nilai maksimum sebesar 0,122
artinya perusahaan ini memiliki nilai depresiasi terbesar yaitu sebesar 12,2% dari
total aktivanya. Nilai rata-rata sebesar 0,029 artinya selama periode penelitian,
rata-rata depresaisi adalah sebesar 2,9% dari total aktivanya. Sedangkan standar
dari variabel Non debt tax shild (NDTS), adalah sebesar 0,0212873 dari 205 kasus
yang terjadi.
minimum sebesar 0,00045 artinya bahwa perusahaan ini memiliki aktiva tetap
terendah yaitu sebesar 0,045% dari total aktivanya. Hal ini disebabkan karena
perusahaan tersebut sebagian besar aktiva yang dimiliki perusahaan berupa aktiva
lancar. Nilai maksimum sebesar 0,86 artinya perusahaan ini memiliki nilai aktiva
tetap terbesar yaitu sebesar 86% dari total aktivanya. Nilai rata-rata sebesar 0,283
artinya selama periode penelitian, rata-rata aktiva tetapnya adalah sebesar 28,3%
dari total aktivanya. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,19326 artinya selama
periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel tangible asset (TA), adalah
memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
penyimpangan regresi pada data penelitian (Ghozali, 2009). Adapun uji asumsi
a. Uji Normalitas
mempunyai distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik
adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
menguji apakah data berdistribusi normal akan digunakan uji statistik non-
Tabel 4.2
Uji Normalitas Model Awal
Variabel KS Prob Keterangan
Standardized 3.314 0.000 Tidak Normal
Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
Hasil uji Normalitas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-
Tabel 4.3
b. Uji Multikolinieritas
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Cara
antar variabel independen dengan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (Karena VIF =
1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonearitas adalah nilai tolerance 0,01 atau sama dengan nilai VIF 10.
(Ghozali, 2009). Hasil uji multikolinieritas dapat ditunjukkan pada tabel 4.4
berikut:
Tabel 4.4
Uji Multikolinieritas
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas nilai VIF untuk seluruh variabel bebas
yang terdiri dari ROA, DPR, Size, NDTS dan TA memiliki nilai VIF dibawah
10 dan Toleran diatas 0,1, sehingga model regresi yang diajukan dalam
c. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.5
Uji Heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat
N=205 dan jumlah variabel bebas (k) =5, maka diketahui nilai Tabel Durbin
Uji Autokorelasi
Regresi
sebesar 2,020 yang berada diantara Du=1,820 dan 4-du = 2,180 yaitu berada
maka dalam penelitian ini diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (soft
were) komputer program SPSS 20.0. Hasil pengujian terhadap model regresi
kontrol Firm size, Tangibility, DPR dan NDTS pada perusahaan LQ45 di Bursa
Efek Indonesia. Hasil analisis regresi dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda
N 205
R 0,501
Adjusted R2 0,233
F hitung 13,367
Probabilitas 0,000
berikut:
DER = 1,149 -0,024 ROA t-1+ 0,0000000221 DPR + 0,009 Size + 2,293
Nilai konstanta sebesar 1,149, yang berarti bahwa jika tidak ada
variabel bebas atau nilai profitabilitas, DPR, ukuran perusahaan, Non debt tax
shield dan struktur aktiva atau X=0, maka besarnya Struktur modal akan
sebesar 1,149.
modal sebesar 0,024 persen dengan asumsi variabel lain dalam kondisi
konstan. Hal ini berarti semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin
kondisi konstan.
modal sebesar 0,070 persen dengan asumsi variabel lain dalam kondisi
konstan.
Nilai koefisien regresi Non debt tax shield sebesar 2,293 menunjukkan
bahwa setiap peningkatan Non debt tax shield 1 persen akan meningkatkan
struktur modal sebesar 2,293 persen dengan asumsi variabel lain dalam
kondisi konstan.
Nilai koefisien regresi struktur aktiva sebesar -0,869 menunjukkan
modal sebesar 0,869 persen dengan asumsi variabel lain dalam kondisi
4.3.2. Uji F
Tabel 4.7 di dapat F hitung sebesar 13,367 dengan probabilitas 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa p-value < 0,05, maka model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini telah memiliki tingkat kesesuaian model yang baik
perusahaan, Non debt tax shield dan struktur aktiva berpengaruh positif dan
modal pada perusahaan LQ45 yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel
bebasnya yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R Square. Dari Tabel 4.7
maka dapat diartikan 23,3% struktur modal pada perusahaan LQ45 di Bursa
Efek Indonesia dapat dijelaskan oleh kelima variabel bebas yang diteliti yaitu
profitabilitas, DPR, ukuran perusahaan, Non debt tax shield dan struktur
aktiva. Sisanya sebesar 76,7% struktur modal dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.3.4. Uji T
sebesar 0,000. Dengan demikian probabilitas < 0,05, maka Ho2 ditolak dan
asset yang memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
terhadap struktur modal. Begitu juga dengan ukuran perusahaan dan Non debt
0,233>0,05, sehingga ukuran perusahaan dan Non debt tax shield tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini berarti semakin tinggi
modalnya. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi
dengan pecking order theory, apabila dana internal telah mampu memenuhi
sebagian besar kebutuhan dana maka perusahaan dapat menekan hutang. Ini
perusahaan untuk menggunakan hutang. Hal ini sejalan dengan pendapat Sartono
dilakukan oleh Booth et al. (2001), Sheikh dan Wang (2011), dan Acaravci
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini berarti semakin besar Struktur
Aset maka struktur modal perusahaan akan semakin menurun. Hasil ini
akan merasa lebih aman jika memberikan pinjaman kepada perusahaan yang
memiliki aktiva tetap dengan porsi yang tinggi, sehingga akan mendapatkan
nilai hutang yang lebih besar dan hal ini akan meningkatkan struktur modal
rendah, tentunya jumlah hutang yang diperoleh juga akan kecil. Alasannya
karena rata-rata struktur aktiva pada perusahaan LQ45 masih rnedah yaitu
hutang jangka panjang yang lebih besar, sehingga penggunaan hutang jangka
dalam setiap tahunnya, tetapi bervariatif ada 2 tahun sekali, 3 tahun dan lain
sebagainya. Hal ini tentunya menyebabkan kebijakan dividen tidak dijadikan
daripada membayar dalam bentuk dividen, laba ditahan ini akan terakumulasi.
Pada tahapan mature, ketika kesempatan bisnis tidak lagi banyak dan laba
perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang masuk LQ45
lembaga keuangan dan perbankan dengan jenis industri yang lain, karena sifat
Begitu pula dengan variabel Non debt tax shield yang merupakan
potongan pajak (tax deduction) yang berupa depresiasi dan investment tax
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Chen (2003), sari 2013, dan Murhardi
atau besarnya penyusutan sebesar 2,9% dari total assetnya. Tren menurun dari
nilai rata-rata NDTS ini disebabkan nilai penyusutan setiap tahunnya juga
menurun tiap tahunnya. Selain itu, Biaya depresiasi merupakan biaya non
tunai sebagai arus kas masuk dalam pendanaan internal perusahaan. Semakin
besar depresaiasi, semakin besar sumber dana internal dan semakin kecil
bahwa sumber dana internal yang berasal dari depresiasi tidak berpengaruh
pajak selain hutang. Penjelasan lain dari hasil ini adalah dengan adanya
dibandingkan dengan total aset atau dengan kata lain aset lancar lebih besar
di Indonesia.
BAB V
5.1. Kesimpulan
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini berarti semakin tinggi profitabilitas
2. Hasil penelitian menemukan bahwa Variabel kontrol hanya tangible asset yang
varibael kontrol DPR tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Begitu juga
dengan ukuran perusahaan dan Non debt tax shield, tidak berpengaruh
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
model penelitian ini cukup rendah. Hal ini tentunya dapat menjadi rekomendasi
1. Bagi Perusahaan
sehingga beban perusahaan yang berasal dari hutang dapat dikurangi dengan
laba perusahaan. Begitu pula jika penggunaan struktur aktiva dapat digunakan
variabel lainnya.