Anda di halaman 1dari 9

HIPOKSIA

1.1 Definisi hipoksia

Hipoksia adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam jaringan. Konsentrasi


oksigen dalam jaringan mencerminkan konsentrasi oksigen dalam darah. Yang
bergantung pada jumlah oksigenyang masuk paru dan jumlah yang dibawa darah ,
baik terlarut atau terikat dengan hemoglobin. ( Corwin : 2009 )

Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi difensiasi oksigen, yang


mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob sel.
Hipoksia merupakan penyebab penting dan umum dari cidera kematian
sel.tergantung pada beratnya hipoksia, sel dapat mengakami adaptasi, cedera atau
kematian.

Hipoksia adalah keadaan tubuh kekurangan oksigen untuk menjamin keperluan


hidupnya. Dengan menipisnya udara pada ketinggian, maka tekanan parsial oksigen
dalam udara menurun atau mengecil. Mengecilnya tekanan parsial oksigen dalam
udara pernapasan akan berakibat terjadinya hipoksia (Sukotjo Danusastro : 2008).

Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai dibawah tingkat


fisiologis meskipun difusi jaringan oleh darah memadai ( kamus Dorland ).Hipoksia
adalah kekurangan oksigen ditingkat jaringan ( W.F Ganong : 2012).

1.2 Jenis – jenis hipoksia

1. Hipoksia hipoksik
Hipoksia hipoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena
kurangnya oksigen yang masuk ke paru paru. Sehingga oksigen tidak dapat
mencapai darah, dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Beberapa
penyebabnya antara lain :

1) Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti pada ketinggian


tertentu dari permukaan laut;
2) Kondisi yang memblokade pertukaran oksigen pada tingkat alveolus
dengan pembuluh darah kapiler, seperti: pneumonia (radang paru), asma,
tenggelam;
3) Lain-lain, seperti penjeratan leher, terhirupnya asap (pada kebakaran),
penyakit jantung bawaan sepertiTetralogy of Fallot.
2. Hipoksia anemik
Hipoksia anemik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah
( hemoglobin ) tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup
untuk metabolisme selular. Penyebab hal ini antara lain :
1) Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun kronis.
2) Keracunan karbon monoksida (CO);
3) Obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit;
4) Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya methemoglobin, suatu
pigmen darah hemoglobin yang tidak normal, pada darah);

3. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam
darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal ( oksigen darah
vena meningkat ). Penyebab hal ini antara lain:
1) Gagal jantung;
2) Menurunnya volume darah yang bersirkulasi;
3) Melebarnya pembuluh darah vena;
4) Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces (seperti yang
dialami oleh para pengemudi pesawat-pesawat tempur atau aerobatik).

4. Hipoksia hipokinetik (stagnant hipoksia)


Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendungan atau sumbatan.
Hipoksia hipokinetik dibagi dua, yaitu :
1) Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada
jaringan disebabkan karena kurangnya suplai darah ke jaringan tersebut
akibat penyempitan arteri.
2) Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara
berlebihan atau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan
suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jaringan kekurangan
oksigen.

5. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.

6. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua
jenis, yaitu :
1) Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah
karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi.
2) Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah
oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada
kondisi anemia, keracunan karbondioksida.
7. Hipoksia sirkulasi

Terjadi jika darah beroksigen yang dialirkan ke jaringan terlalu sedikit.


Hipoksia sirkulasi mungkin terbatas di daerah tertentu karena spasme atau
sumbatan pembuluh darah. Tubuh dapat mengalami hipoksia sirkulasi secara
umum akibat gagal jantung atau kongestif atau syok sirkulasi. PO2 dan
kandungan O2 arteri biasanya normal tetapi darah beroksigen yang mencapai
sel terlalu sedikit.

1.3 Penyebab hipoksia

Hipoksia dapat terjadi karena :

1. Oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstriknsik, bias karena kekurangan
oksigen dalam atmosfer ata7 hipoventilasi (gangguan saraf otot).
2. Penyakit paru sehingga terjadi hipoventilasi karenapeningkatan tahanan saluran nafas.
3. Shunt vena kearteri padajaringan
4. Transport dan pelepasan oksigen yang tidak memadai (inadekuat) seperti pada penderita
anemia, penurunan sirkulasi umum dan edem jaringan.
5. Pemakaian oksigen kejaringan yang tidak memadai seperti keracunan enzim atau defisiensi
vitamin B.

Efek hipoksia terhadap kinerja tubuh adalah perubahan pada sistem saraf pusat,
khususnya di pusat-pusat otak yang lebih tinggi hipoksia akut akan mengakibatkan
judgement, inkoordinasi motorik dan gangguan klinis yang menyerupai alkoholisme
akut. Jika keadaan hipoksia berlangsung lama terjadi gejala keletihan, pusing, apatis,
gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja.
Jika telah mengenai batang otak maka akan menyebabkan kematian otak.

1.4 Mekanisme

Ketika kita berpergian kedaerah yang tinggi, tubuh kita membentuk respon fisiologi
yang inefsien. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat karena jantung memompa lebih
kuat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen.
Kemudian sel tubuh membentuk respon efisien secara normal, yaitu aklimatisasi. Sel
darah merah dan kapiler lebih banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-
paru akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan karbondioksida
lebih banyak. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot atau kontraksi otot pernafasan untuk
memperkuat transfer gas.
1.6 Penanggulangan hipoksia
Penilaian dari pengelolaan jalan napas harus dilakukan dengan cepat, tepat dan cermat.
Tindakan ditujukan untuk membuka jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap bebas
dan waspada terhadap keadaan klinis yang menghambat jalan napas. Penyebab sumbatan
jalan napas yang tersering adalah lidah dan epiglotis, muntahan, darah, sekret, benda asing,
trauma daerah maksilofasial. Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran maka
lidah akan jatuh ke belakang menyumbat hipofarings atau epiglotis jatuh kebelakang
menutup rima glotidis.

Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Chin lift yaitu dengan empat jari salah satu tangan diletakkan dibawah rahang ibu
jari diatas dagu, kemudian secara hati-hati dagu diangkat ke depan. Bila perlu ibu jari
dipergunakan untuk membuka mulut/bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah untuk
mengangkat rahang bawah. Manuver Chin lift ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala
hiperekstensi.

2. Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan
dengan jari jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas,
kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi
penderita untuk melakukan immobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust buka mulut dan head
tilt disebut airway manuver.

3.Terapi Oksigen (O2)


Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah untuk mengatasi
keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, dan untuk menurunkan kerja nafas
dan menurunkan kerja miokard. Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : Konsentrasi O2 udara
inspirasi dapat terkontrol, tidak terjadi penumpukan CO2 , mempunyai tahanan jalan nafas yang
rendah, efisien dan ekonomis, dan nyaman untuk pasien.

4.Terapi Oksigen Hiperbarik


Suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% O2 kepada pasien dalam suatu hyperbaric
chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal.

5. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat kerbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi HCO3- di urin
merangsang pernapasan meningkatkan PCO2 dan mengurangi pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memahami dan menjelaskan peran oksigen dalam kehidupan sel
Definisi oksigen
Menurut kamus kedokteran Dorland, Oksigen adalah unsur yang menyusun
sekitar 20% udara atmosfer, merupakan unsur penting dalam pernapasan
tumbuhan dan hewan, dan diperlukan untuk mendukung pembakaran.

Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang mengisi
20% dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh
kerak bumi yang padat). Oksigen bergabung dengan sebagian besar unsur-unsur
lain untuk membentuk oksida. Oksigen merupakan gas dengan rumus 𝑂2 dan
unsur dengan nomor atom 8 berlambang O dan bobot atom 15,9994.
Fungsi oksigen
Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan
kelangsungan metabolisme sel dan menyelamatkan nyawa. Oksigen merupakan
suatu komponen yang sangat penting di dalam memproduksi molekul Adenosin
Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar
dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel
untuk melakukan keperluan berbagai aktivitas untuk memelihara efektivitas
segala fungsi tubuh.

Bila oksigen tersedia di dalam tubuh secara adekuat, maka mitokondria akan
memproduksi ATP. 3. Tanpa oksigen, mitokondria tidak dapat membuat ATP.
Walaupun dalam kondisi kekurangan oksigen akan diproduksi ATP melalui
proses glikolisis di dalam sitosol, akan tetapi ATP yang dihasilkan tidak sebanyak
di dalam mitokondria.
Oksigen memiliki peran vital dalam proses bernafas dan dalam kehidupan
metabolisme organisme. Mungkin, sel hidup yang tidak membutuhkan oksigen
adalah beberapa bakteria anaerob.

Berikut beberapa fungsi dari oksigen bagi tubuh, yaitu:


1. Fungsi otak
Untuk menjalankan fungsi otak dibutuhkan oksigen 20% dari kebutuhan
tubuh akan oksigen. Otak tidak mempunyai rongga untuk menampung
kelebihan oksigen. Jika terjadi kekurangan oksigen 8-10 detik dapat
menimbulkan stroke sehingga timbul gangguan fungsi otak. Jika terjadi 6-8
menit dapat terjadi koma. Jika tidak bisa dipulihkan, penderitanya dapat
meninggal.

2. Fungsi jantung
Fungsi ini membutuhkan oksigen 5%. Ini untuk menjaga kestabilannya
dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

3. Fungsi otot
Otot memerlukan 15% oksigen. Otot merupakan penunjang kekuatan
aktivitas tubuh. Jika seseorang berlari kencang, kemudian terengah-engah, ini
menandakan otot kekurangan oksigen. Akibatnya, jantung harus kerja keras
memenuhi energi kebutuhan otot. Kerja jantung bisa sangat berat saat tubuh
juga sudah kekurangan oksigen.

4. Fungsi ginjal
Ginjal memerlukan pasokan oksigen 20% agar kerjanya untuk
membersihkan darah berjalan normal. Ginjal dalam waktu 24 jam bekerja
terus-menerus dengan menyaring darah 200 liter. Kemiskinan oksigen dalam
jangka panjang, lambat-laun akan mengganggu kesehatan ginjal.

5. Fungsi usus
Usus memerlukan oksigen 35% agar mampu mencerna makanan dalam
perut. Kebutuhan ini meningkat setelah makan.

6. Fungsi tulang, kulit, dan lain-lain. Bagian ini memerlukan oksigen 10% untuk
menunjang semua fungsinya.

PERAN OKSIGEN

Peran oksigen pada oksidasi


Secarakimiawi, oksidasi didefinisikan sebagai pengeluaran elektron diikuti dengan reaksi
reduksi yang merupakan reaksi penangkapan elektron. Reaksi oksidasi disebut juga reaksi
dehidrogenasi karena pada reaksi ini terjadi pelepasan molekul hidrogen. Enzim yang bekerja
pada reaksi ini disebut enzim dehidrogenase. Pada system biologis makhluk hidup, reaksi
oksidasi-reduksi berperan sebagai reaksi yang menghasilkan energi. Dapat dikatakan bahwa
reaksi oksidasi merupakanreaksi lengkap karena CO2 hasil reaksi tidak dapat di oksidasi
kembali.

Peran oksigen pada respirasi


Oksigen pada proses respirasi diangkut dalam bentuk terikat dengan hemoglobin ke kapiler
jaringan. Pengiriman oksigen kejaringan membutuhkan kerjasama sistem pernapasan dan
system kardiovaskular. Jumlah oksigen yang diangkut kejaringan bergantung pada :
1. Banyaknya oksigen yang memasuki paru-paru
2. Pertukaran gas yang terjadi di alveolus
3. Aliran darah ke dalam jaringan
4. Kemampuan darah membawa oksigen
Sementara banyaknya oksigen dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen terlarut dan afinitas
hemoglobin terhardap oksigen.

Peran Oksigen sebagai metabolism


organisme hidup aerob untuk mendapat ATP dari perombakan glukosa melalui proses
glikolisis dengan peran oksigen sebagai Akseptor electron di Mitokondria. Akseptor electron
yaitu serah terima electron atau penerimaan electron.
3. Memahami dan menjelaskan Hemoglobin dalam transport Oksigen

Definisi hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen pada eritrosit, dibentuk oleh
eritrosit yang sedang berkembang didalam sum – sum tulang ( Dorland ).
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah
suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru
ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambilkarbondioksida dari jaringan tersebut
dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas ( Evelyn, 2000 )

Hemoglobin adalah suatu pigmen yang berwarna secara alami. Karena


kandungan besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan
𝑂2 dan keunguuan jika mengalamai deoksigenasi. Karena itu, darah arteri yang
teroksigenasi penuh akan berwarna merah dan darah vena yang telah kehilangan
sebagian dari kandungan 𝑂2 nya di tingkat jaringan, memiliki rona kebiruan.
Selain mengangkut 𝑂2 , hemoglobin juga dapat berikatan dengan yang berikut :
 Karbon dioksida. Hemoglobin membantu mengangkut gas ini dari sel jaringan
kembali ke paru.

 Bagian ion hidrogen asam (𝐻 + ) dari asam karbonat terionisasi, yang


dihasilkan di tingkat jaringan 𝐶𝑂2. Hemoglobin menyangga asam ini
sehingga asam ini tidak banyak menyebabkan perubahan ph darah.

 Karbon monoksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat di
dalam darah, tetapi jika terhirup maka gas ini cenderung menempati bagian
hemoglobin yang berikatan dengan 𝑂2 sehingga terjadi keracunan CO.

 Nitrat oksida (NO). Di paru, nitrat oksida yang bersifat vasodilator berikatan
dengan hemoglobin. NO ini dibebaskan di jaringan, tempat zat ini
melemaskan dan melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi ini membantu
menjamin bahwa darah kaya 𝑂2 dapat mengalir dengan lancar dan juga
membantu menstabiilkan tekanan darah.

Jenis paling umum Hemoglobin Normal :


1. Hemoglobin F : biasanya ditemukan pada janin.
2. Hemoglobin A merupakan jenis yang paling umum dari Hb normal,
ditemukan pada orang dewasa. Beberapa penyakit seperti thalassemia dapat
menyebabkan level A menjadi rendah dan kadar Hb F akan tinggi.
3. Hemoglobin A2 merupakan jenis normal hemoglobin yang ditemukan
dalam jumlah kecil pada orang dewasa.
Hemoglobin abnormal paling umum :
1. Hemoglobin S, hadir pada penyakit sel sabit
2. Hemoglobin C, Hb yang tidak membawa oksigen dengan baik
3. Hemoglobin E, ditemukan pada orang keturunan Asia Tenggara
4. Hemoglobin D, hadir pada penyakit sel sabit
5. Hemoglobin H ( hemoglobin berat ), hadir pada beberapa jenis thalassemia.
6. Kadar hemoglobin tergantung pada jenis kelamin dan usia, yaitu :
 Bayi baru lahir : 17 – 22 gr/dL
 Bayi 1 minggu : 15 – 20 gr/dL
 Bayi 1 bulan : 11 – 15 gr/dL
 Anak – anak : 11 – 13 gr/dL
 Laki – laki dewasa : 14 – 18 gr/dL
 Perempuan dewasa : 12 – 16 gr/dL
 Laki – laki diatas 50 tahun : 12,4 – 14,9 gr/dL
 Perempuan diatas 50 tahun : 11,7 – 12,8 gr/dL

Fungsi hemoglobin
Menurut Depkes RI adapun fungsi hemoglobin antara lain:
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh,
b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar,
c. Membawa karbon dioksida dari jaringan - jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru – paru untuk di buang,
d. Mengikat oksigen (fungsi utama),
e. Mempertahankan bentuk eritrosit,
f. Mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jaringan-jaringan
tubuh,
g. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan- jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

Kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin


Pada ketinggian 3 km ( 3000 m ), tekanan parsial oksigen sekitar 0,14 atm,
sedangkan pada permukaan laut adalah 0,2 atm. Menurut hukum Le Chatelier,
penurunan konsentrasi oksigen akan menggeser kesetimbangan reaksi ke kiri,
perubahan inilah yang menyebabkan oksihemoglobin menjadi lebih sedikit
sehingga menyebabkan hipoksia.

Pada waktu yang cukup lama, tubuh dapat mengatasi masalah ini dengan
memproduksi lebih banyak molekul hemoglobin. Banyaknya molekul
hemoglobin yang dihasilkan akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan (
pembentukan oksihemoglobin). Hal ini membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 minggu
bahkan bertahun-tahun.

Penelitian membuktikkan bahwa penduduk yang tinggal di dataran tinggi


memiliki jumlah hemoglobin sekitar 50% lebih banyak dibandingkan orang yang
yang hidup pada ketinggian permukaan laut.

Asas le chatelier menyatakan bahwa jika suatu tekanan eksternal diberikan


kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri
sedemikian rupa untuk mengimbanggi sebagian tekanan ini pada saat sistem
mencoba setimbang kembali. Kata tekanan “stress” disini berarti perubahan
konsentrasi,tekanan,volume atau suhu yang menggeser sistem dari keadaan
setimbangnya. (Sutresna,Nana:2008)

Apabila jumlah oksigen yang terikat ke protein digambarkan dalam sebuah


grafik terhadap tekanan parsial oksigen (pO2), untuk mioglobin akan diperoleh
kurva hiperbolik sedangkan untuk hemoglobin akan diperoleh kurva sigmoidalis
.

Kurva – kurva tersebut memperlihatkan bahwa bila pO2 tinggi,


mioglobin mengandung lebih banyak oksigen dibandingkan hemoglobin. Oleh
karena itu, hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen yang efektif.
Hemoglobin akat mengikat oksigen di paru tempat pO2 tinggi dan melepaskan
oksigen di jaringan tempat pO2 rendah. Dipihak lain, mioglobin tetap jenuh oleh
oksigen pada pO2 jaringan, Dengan demikian, pada sel otot yang beristirahat,
mioglobin mengikat oksigen yang dilepaskan dalam darah oleh hemoglobin.
Sewaktu otot beraktivitas dan tekanan oksigen turun, mioglobin melepaskan
oksigen.

Anda mungkin juga menyukai