Anda di halaman 1dari 104

HALUSINASI

Kelompok 3 kelas 3E

Di susun Oleh :

1. Novia Rina Karunia (201401178)


2. Praditya Ery N (201401179)
3. Rizka Ratna D (201401180)
4. Yohan Septiyan E (201401181)
5. Deny Tetes A (201401182)
6. Wulan Khuznul F (201401183)
7. Dian Eko (201401226)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT “PPNI”

MOJOKERTO

2016
BAB I

Laporan Pendahuluan

1. Definisi
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari
suara bisikan itu (Hawari, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Jenis Halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan
yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis,
2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan
yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
c. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau
pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
keyword : pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus), kesan, respon dan
pengalaman sensori yang salah.

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian
yang berikut:

a.Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b.Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-
masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

 Fase-fase Halusinasi

1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan


Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih
mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa bersuara,
pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan
suka menyendiri.
 Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan
Gejala klinis :

a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai


b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Fase Kedua / comdemming


Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari
orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
dengan realitas.
 Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

3. Fase Ketiga / controlling


Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak berdaya
pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.
 Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4. Fase Keempat / conquering/ panik


Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi
yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi
klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang
 Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-
tiba marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya ( apa
yangdilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan
halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999)

3. Pathways
stress

Mekanisme koping
yang kurang baik
halusinasi

Fase comforting Fase comdeming Fase controling Fase conguering

Kecemasan Halusinasi lebih Tidak mampu


Perasaan gelisah
menonjol mengontrol halusinasi
gelisah,
stres,kesepian
Gambaran suara Gangguan Prilaku klien
dan sensasi psikotik,prilaku
halusinasi menadi agresif -maladaptif
melamun
-mengancam

Intensitas persepsi Mudah tersinggung Tremor dan tidak -kekerasan


meningkat mematuhi
perintah, -menolak diri

MK:resiko prilaku
Prilaku klien
kekerasan Berpikir negatif MK:isolasi sosial
biasannya tertawa
sendiri yang tidak
jelas
MK:harga diri
Respon verbal rendah
yang lambat

4. Tanda dan Gejala


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HALUSINASI

1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 ).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang di alami oleh
pasien gangguan jiwa .pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata.
Untuk mengkaji pasien Halusinasi dapat menggunakan wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga.
Pertanyaan berikut dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan data
subjektif :
1. Apa jenis halusinasinya?

2. Apa isi halusinasi?

3. Kapan halusinasi itu terjadi? Berapa kali halusinasi tersebut terjadi dalam sehari

4. Apa situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi?

5. Bagaimana perasaan klien untuk menghadapi saat halusinasi terjadi?

Adapun isi dari pengkajian :

1. Identitas klien.
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa,
nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di
rumah sakit, sering mendengar bisikan-bisikan, bicara sendiri, senyum sendiri,
menarik diri dari orang lain, mudah tersinggung, perilaku agresif.Apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini.
3. Factor Predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur social,
terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan, perceraian, putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan maupun karier,
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negative terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
4. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan klien
dengan keluarga,masalah yang terkait dengan komunikasi,pengambilan
keputusan,pola asuh,pertumbuhan individu dan keluarga.
2) Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
b. Identitas diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya sendiri merasa bahwa klien
tidak berguna.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, dan bagaimana
perasaan klien akibat perubahan tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah
atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,trauma akan masa lalu,
menarik diri dari orang lain,perilaku agresif.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli
dengan diri sendiri maupun sekitarnya.
e. Harga diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri tanpa syarat
meskipun telah melakukan kesalahn, kekalahan dan kegagalan ia tetap merasa
dirinya sangat berharga.
3) Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat di kehidupan klien tempat mengadu,berbicara,
minta bantuan, atau dukungan. Serta tanyakan organisasi yang di ikuti dalam
kelompok/maasyarakat.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
6. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pada klien dengan
halusinasi mengalami defisit perawatan diri (penampilan tidak rapi. penggunaan
pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut
seperti tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah Nampak takut, kebingungan, cemas.
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung suka berbicara sendiri, ketika di ajak bicara
tidak focus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk akal.
3) Aktivitas motoric
Klien dengan halusinasi tampak gelisah,kelesuan, ketegangan, agitasi, tremor.
4) Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif, ketakutan yang
berlebih,eforia.
5) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat menjawab
pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak mata kurang (tidak mau
menatap lawan bicara) mudah tersinggung.
6) Persepsi-sensori
a. Jenis halusinasi
- Halusinasi visual
- Halusinasi suara
- Halusinasi pengecap
- Halusinasi kinestetik
- Halusinasi visceral
- Halusinasi histerik
- Halusinasi hipnogogik
- Halusinasi hipnopompik
- Halusinasi perintah
b. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnnya
halusinasi.perawat juga perlu mengkaji waktu,frekuensi dan situasi
munculnnya halusinasi yang di alami pasien.kapan halusinasi terjadi ? apakah
pagi,siang,sore,malam?jika muncul pukul berapa ?frekuensi terjadinnya
apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinnya apakah
ketika sendiri,atau setelah terjadi kejadian tertentu ? hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadi halusinasi,menghindari
situasi yang menyebabkan munculnnya halusinasi,sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya.dengan mengetahui frekuensi terjadinnya halusinasi
dapat di rencanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinnya
halusinasi. Pada klien halusinasi sering kali mengalami halusinasi pada saat
klien tidak memiliki kegiatan/saat melamun maupun duduk sendiri.
c. Respons terhadap halusinasi.untyuk mengetahui apa yang dilakukan pasien
ketika halusinasi itu muncul.perawat dapat menannyakan kepada pasien hal
yang dirasakan atau atau dilakukan saat halusinasi itu timbul.perawat juga
dapat menannyakan kepada keluargannya atau orang terdekat pasien.selain itu
dapat juga dengan mengobservasi prilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada
klien halusinasi sering kali marah,mudah tersinggung, merasa ceriga pada
orang lain.
7) Proses berfikir
a. Bentuk fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada atau tidak mengikuti logika secara umum(tak ada sangkut
pautnya antara proses individu dan pengalaman yang sedang terjadi). Klien
yang mengalami halusinasi lebih sering was-was terhadap hal-hal yang
dialaminya.
b. Isi fikir
Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersonalisasi yaitu perasaan
yang aneh /asing terhadap diri sendiri,orang lain,lingkungan sekitarnya.
Berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
8) Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi sering kali merasa bingung, apatis(acuh tak acuh).
9) Memori
a. Daya ingat jangka panjang : mengingat kejadian masa lalu lebih dari 1 bulan
b. Daya ingat jangka menengah : dapat mengingat kejadian yang terjadi saat ini 1
minggu terakhir
c. Daya ingat jangka pendek : dapat mengingat kejadian yang terjadi saat ini.
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi dan dapat menjelaskan
kembali pembicaraan yang baru saja di bicarakan dirinya/oaring lain.
11) Kemampuan penilaian mengambil keputusan
a. Gangguan ringan: dapat mengambil keputusan secara sederhana baik
dibantu orang lain/tidak.
b. Gangguan bermakna: tidak dapat mengambil keputusan secara
sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang di perintahkan.
12) Daya tilik diri
Pada klien halusinasi cenderung mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa
tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak
mau bercerita tentang penyakitnya.

7. Kebutuhan perencanaan pulang


1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Tanyakan Apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri.
2) Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari
seperti mandi, kebersihan, ganti pakaian secara mandiri perlu bantuan
minimal.
b. Nutrisi
Klien pada halusinasi cenderung tidak nafsu makan karena adanya kecemasan
dalam diri klien.
c. Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang berkualitas karena
kegelisahan,kecemasan akan hal yang tidak realita.
3) Kemampuan klien lain-lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hisupnya,dan membuat keputusan.
4) Klien memiliki sistem pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga maupun orang sekitarnya
karena kurangnya pengetahuan keluarga bisa menjadi penyebab. Klien dengan
halusinasi tidak mudah untuk percaya terhadap orang lain selalu merasa curigs.
5) Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
klien halusinasi merasa menikmati pekerjaan,kegiatan yang produktif karena
ketika klien melakukan kegiatan berkurangnya pandangan kosong terhadap suatu
hal.
8. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung berprilaku maladaptif,seperti mencederai
diri sendiri dan orang lain di sekitarnnya. Malas beraktifitas, perubahan suatu persepsi
dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai
orang lain dan asyik dengan stimulus intenal.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasannya pada klien halusinasi mempunyai masalah di masalalu dan mengakibatkan
dia menarik diri dari masyarakat dan orang terdekat.
10. Aspek pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena tidak merasa
hal yang dilakukan dalam tekanan.
11. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diagnostik medik dan terapi medis. Pada klien
halusinasi terapi medis seperti Haloperidol(HLP), Clapromazine (CPZ),
Trihexyphenidyl (THP).

Pada proses pengkajian, data fokus dan masalah yang perlu dikaji adalah :
Data yang perlu dikaji Masalah keperawatan
Data objektif: Halusinasi dengar/suara
- bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan
bicara
-Marah-marah tanpa sebab
-Mencondongkan telinga kea rah tertentu
-Menutup telinga

Data subjektif:
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan
-Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap
-Mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Data Objektif: Halusinasi penglihatan
- Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
-Ketakutan pada objek yang tidak jelas
Data subjektif:
-Melihat bayangan,sinar,bentuk
geometris,bentuk kartun,melihat hantu
atau monster
Data Objektif: Halusinasi penghidu
- Menghidu seperti sedang membaui bau-
bauan tertentu
-Menutup hidung
Data Subjektif:
-Membaui bau-bauan seperti bau
darah,urine,feses,kadang-kadang bau itu
menyenangkan

Data Objektif: Halusinasi pengecapan


- Sering meludah
-Muntah
Data Subjektif:
- Merasakan rasa seperti darah urine atau
feses

Data Objektif: Halusianasi perabaan


- Menggaruk permukaan kulit
Data Subjektif:
- Mengatakan ada serangga di permukaan
kulit
-Merasa seperti tersengat listrik
2. Pohon masalah

Effect Resiko tinggi perilaku


kekerasan

Core Problem Perubahan persepsi sensori:


Halusinasi

Cause Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

3. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar
b. Isolasi social.
4. Rencana tindakan keperawatan

Diagnos Perencanaan
Tg a
Intervensi Rasional
l. keperaw Tujuan Kriteria hasil
atan
Perubaha TUM: Setelah 2x
n Klien tidak pertemuan klien
persepsi mencedera dapat menerima
sensori i diri kehadiran
halusinas sendiri,ora perawat
i dengar ng lain,dan
lingkungan
.
TUK 1: a. Ekspresi 1.1. Bina hubungan saling Hubungan
Klien wajah percaya menggunakan saling
dapat bersahabat,m prinsip komunikasi percaya
membina enunjukkan terapiutik merupaka
hubungan rasa a. Sapa klien dengan n langkah
saling senang,ada ramah, baik verbal awal
pecaya kontak maupun nonverbal untuk
mata,mau b. Perkenalkan diri menentuka
berjabat dengan sopan n
tnagan,mau c. Tanyakan nama keberhasil
menyebut lengkap dan nama an rencana
nama, mau panggilan yang selanjutny
menjawab disukai klien a
salam,klien d. Jelaskan tujuan
mau duduk pertemuan
berdampinga e. Tunjukkan sikap
n dengan empati dan
perawat,mau menerima klien
mengutaraka apa adanya
n masalah f. Beri perhatian
yang pada klien dan
dihadapinya. perhatikan
kebutuhan klien
TUK 2: 1. Klien dapat 2.1. Adakan kontak sering Dengan
Klien menyebutkan dan singkat secara mengetahu
dapat waktu,isi, bertahap tanda-
mengenal dan frekuensi 2.2. Observasi tingkah tanda dan
halusinasin timbulnya laku klien terkait gejala
ya halusinasinya dengan halusinasinya menarik
. bicara dan tertawa diri akan
2. Klien dapat tanpa stimulus dan menentuka
mengungkap memandang ke n langkah
kan kiri/kanan/ke depan intervensi
bagaimana seolah-olah ada selanjutny
perasaannya teman bicara a
terhadap 2.3. Bantu klien mengenal
halusinasinya halusinasinya
tersebut. a. Jika menemukan
klien sedang
berhalusinasi
tanyakan apakah
ada suara yang
didengarnya.
b. Jika klien
menjawab
ada,lanjutkan apa
yang dikatakan
suara itu.
c. Katakana bahwa
perawat percaya
klien emndengar
suara itu nsmun
perawat sendiri
tidak
mendengarnya(de
ngan
nadabersahabat
tanpa
menuduh/mengha
kimi).
d. Katakana bahwa
klien lain juga
ada yang seperti
klien.
e. Katakana bahwa
perawat akan
membantu klien.
2.4. Diskusikan dengan
klien tentang apa
yang dirasakannya
jika terjadi
halusinasi(marah,taku
t,sedih dan
senang),beri
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3: 1. Klien 3.1. Identifikasi bersama Reinforce
Klien dapat klien tindakan yang ment
dapat menyebut dilakukan jika terjadi dapat
mengontro kan halusinasi(tidur,mara meningkat
l tindakan h,menyibukkan kan harga
halusinasin biasanya diri,dll). diri
ya. dilakukan 3.2. Diskusikan dengan
untuk klien cara baru
mengend mengontrol
alikan halusinasinya:
halusinasi a. Menghardik/men
nya gusirnya tidak
2. Klien memedulikan
dapat halusinasinya
menyebut b. Bercakap-cakap
kan cara dengan orang lain
baru jika halusinasinya
mengontr muncul
ol c. Melakukan
halusinasi kegiatan sehari-
. hari.
3.3. Beri contoh cara
menghardik
halusinasinya:”pergi!
Saya tidak mau
mendengar
kamu,saya mau
mencuci
piring/bercakap-
cakap dengan suster”
3.4. Beri pujian atas
keberhasilan klien.
3.5. Minta klien
mengikuti contoh
yang diberikan dan
minta klien
mengulanginya.
3.6. Susun jadwal latihan
klien dan minta klien
untuk mngisi jadwal
kegiatan(self-
evaluation)
3.7. Tanyakan kepada
klien:”bagaimana
perasaan anda setelah
menghardik? Apakah
halusinasinya
berkurang?” lalu beri
pujian.
TUK 4: 1. Klien 4.1. Beri contoh Mengetah
Klien dapat percakapan dengan ui sejauh
dapat mendemo orang lain:”suster mana
melaksana strasikan saya dengar suara- pengetahu
kan bercakap- suara,temani saya an klien
hubungan cakap bercakap-cakap”. tentang
social dengan 4.2. Minta klien berhubung
secara orang lain mengikuti contoh an dengan
bertahap percakapan dan orang lain
mengulanginya.
4.3. Beri pujian atas
keberhasilanya.
4.4. Tanyakan kepada
klien:”bagaimana
perasaan anda setelah
latihan bercakap-
cakap? Apakah
halusinasinya
berkurang?” berikan
pujian.
TUK 5: 1. Klien 5.1. Diskusikan dengan Agar klien
Klien dapat klien tentang kegiatan lebih
dapat mende harian yang dapat percaya
mengungk mostra dilakukan di rumah diri untuk
apkan sikan dan di rumah berhubung
perasaanny pelaks sakit(untuk klien an dengan
a setelah anaan halusinasinya dengan orang lain.
melakukan kegiat perilaku kekerasaan Mengetah
kegiatan an sesuai dengan control ui sejauh
sehari-hari sehari- perilaku kekerasaan) mana
hari pengetahu
5.2. Latih klien untuk an klien
melakukan kegiatan tentang
yang disepakati dan kerugian
masukkan kedalam bila tidak
jadwal kegiatan. berhubung
Minta klien mengisi an dengan
jadwal kegiatan (self- orang
evaluation).
5.3. Tanyakan kepada
klien:”bagaimana
perasaan anda setelah
melakukan kegiatan
harian? Apakah
halusinasinya
berkurang?”, berikan
pujian.
TUK 6: 1. Klien 6.1. Anjurkan klien untuk
Klien dapat mengikuti terapi
dapat mengikut aktivitas
mengendal i aktivitas kelompok,orientasi
ikan kelompok realita,stimulasi
halusinasin persepsi.
ya
TUK 7 1. Klien 11.1. Klien dapat
Menguran dapat menyebutkan
gi mendemo jenis,dosis,dan waktu
membantu ntrasikan minum obat serta
halusinasin kepatuha manfaat obat
ya n minum tersebut(prinsip 5
obat benar: benar
untuk orang,benar obat,benar
mencega dosis,penar
h waktu,benar cara
halusinasi pemberian).
11.2. Diskusikan
dengan klien tentang
jenis obat yang di
minum(nama,warna,da
n besarnya):waktu
minum obat(jika 3x
pukul 07.00,13.00,dan
19.00) dosis,cara.
11.3. Diskusikan
dengan klien tentang
manfaat minum obat
dengan teratur:
a. Beda perasaan
sebelum dan
sesudah mimum
obat
b. Jelaskan bahwa
dosis hanya bisa
dirubah oleh
dokter
11.4. klien
mendemostrasikan
kepatuhan minum obat
sesuai jadwal yang
ditentukan.
11.5. Diskusikan proses
minum obat:
a. Klien meminta
obat kepada
perawat(jika di
rumah sakit),
kepada
keluarga(jika
dirumah).
b. Klien memeriksa
obat sesuai
dosisnya.
c. Klien meminum
obat pada waktu
yang tepat.
11.6. Susun jadwal
minum obat bersama
klien.
11.7. Klien
mengevaluasi
kemampuannya dalam
mematuhi minum
obat.
11.8. Klien
mengevaluasi
pelaksanaan minum
obat dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
atau(self-evaluation).
11.9. Validasi
pelaksanaan mimum
obat.
11.10. Beri pujian atas
keberhasilan klien.
11.11. Tanyakan kepada
klien:”bagaimana
perasaan anda dengan
minum obat secara
teratur,apakah
keinginan marahnya
berkurang?”

1. Keluarga 8.1. diskusikan dengan


dapat keluarga(pada saat
menyebut berkunjung/pada saat
kan kunjungan rumah):
pengertia a.gejala halusinasi
n,tanda yang dialami klien
dan b. cara yang dapat
tindakan dilakukan klien
untuk dan keluarga untuk
mengend memutuskan
alikan halusinasi
halusinasi c. cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah: beri
kegiatan,jangan
biarkan
sendiri,makan
bersama,
berpergian
bersama, jika klien
sedang sendiri di
rumah,lakukan
kontak dengan via
telfon.
d. beri informasi
tentang tindak
lanjut(follow up)
atau kapan perlu
mendapatkan
bantuan:halusinasi
tidak terkontrol
dan resiko
mencederai orang
lain.

2. isolasi TUM: Setelah 2x


social. Klien pertemuan klien
dapat dapat menerima
berhubung kehadiran
an dengan perawat
orang lain
dan
lingkungan
sehingga
halusinasi
dapat
dicegah
TUK 1: b. Ekspresi 1.2. Bina hubungan saling Hubungan
Klien wajah percaya menggunakan saling
dapat bersahabat,m prinsip komunikasi percaya
membina enunjukkan terapiutik merupaka
hubungan rasa g. Sapa klien dengan n langkah
saling senang,ada ramah, baik verbal awal
pecaya kontak maupun nonverbal untuk
mata,mau h. Perkenalkan diri menentuka
berjabat dengan sopan n
tnagan,mau i. Tanyakan nama keberhasil
menyebut lengkap dan nama an rencana
nama, mau panggilan yang selanjutny
menjawab disukai klien a
salam,klien j. Jelaskan tujuan
mau duduk pertemuan
berdampinga k. Tunjukkan sikap
n dengan empati dan
perawat,mau menerima klien
mengutaraka apa adanya
n masalah l. Beri perhatian
yang pada klien dan
dihadapinya. perhatikan
kebutuhan klien
TUK 2: 1. klien dapat 2.1.Tanyakan pada klien: dengan
Klien menyebutkan a. Orang tinggal mengetahu
dapat penyebab serumah i tanda dan
mengenal menarik diri: dengan klien. gejala,kita
perasaan -diri sendiri b. Orang yang dapat
yang -orang lain paling dekat menentuka
menyebab -lingkungan dengan klien. n langkah
kan c. Apa yang intervensi
perilaku menbuat klien selanjutny
menarik dekat dnegan a
diri orang tersebut.
d. Orang yang
tida dekat
dengan orang
di rumah atau
dengan
perawat.
e. Upaya yang
sudah
dilakukan agar
dekat dengan
orang tersebut.
2.2.Diskusikan dengan
klien penyebab
penarikan diri/tidak
mau bergaul dengan
orang lain.
2.3.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan.
TUK 3: 1. klien dapat 3.1. Tanyakan pada klien Reinforce
Klien menyebutkan tentang: ment
dapat keuntungan -Manfaat hubungan dapat
mengetahu berhubungan social meningkat
i sosial -kerugian menarik diri kan harga
keuntunga misalnya: 3.2. Diskusikan bersama diri klien
n -banyak klien tentang manfaat
berhubung teman berhubungan social
an dengan -tidak dan kerugian menarik
orang lain. kesepian diri
-saling 3.3. Beri pujian terhadap
menolong kemampuan klien
Dean mengungkapkan
kerugian perasaannya
menarik
diri
misalnya:
-sendiri
-kesepian
-tidak
bisa
diskusi

TUK 4: 1. klien dapat 1. observasi perilaku klien Mengetah


Klien melaksanakan tentang berhubungan ui sejauh
dapat hubungan social sosial mana
melaksana secara bertahap 2. beri motivasi dan bantu pengetahu
kan dengan: klien untuk an klien
hubungan -perawat berkenalan/komunikasi tentang
social -perawat lain dengan perawat lain,klien berhubung
secara kelompokan lain,kelompok. an dengan
bertahap 3. libatkan klien dalam orang lain
terapi aktivitas kelompok
social
4. diskusikan jadwal
harian yang dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi.
5. Beri motivasi klien
untuk melakukan kegiatan
sesuai jadwal yang telah
dibuat.
6. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulannya
melalui aktifitas yang
dilaksanakan
TUK 5: 1. klien dapat 1.Diskusikan dengan Agar klien
Klien menyebutkan klien tentang perasaanya lebih
mampuan perasaannya setelah berhubungan percaya
menjelaska setelah social dengan: diri untuk
n berhubungan -orang lain berhubung
perasaanny social dengan: -kelompok an dengan
a setelah -orang lain 2. beri pujian terhadap orang lain.
berhubung -kelompok kemampuan klien
an sosial mengungkapkan
perasaanya.

TUK 6: 1.keluarga dapat 1.Diskusikan pentingnya Agar klien


Klien menjelaskan: peran serta keluarga lebih
mendapat -pengertian sebagai pendukung untuk percaya
dukungan menarik diri mengatasi perilaku diri dan
keluarga -tanda dan gejala menarik diri tau akibat
dalam menarik diri 2. Diskusikan potensi tidak
memperlua -penyebab dan keluarga untuk membantu berhubung
s akibat menarik klien mengatasi perilaku an dengan
hubungan diri menarik diri. orang lain
sosial -cara merawat 3. Jelaskan pada keluarga
klien menarik tentang:
diri -pengertian menarik diri
-tanda dan gejala menarik
diri
-penyebab dan akibat
menarik diri
-cara merawat klien
menarik diri
4. latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
6. Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
bersosialisasi
7. Beri pujian pada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien dirumah sakit
TUK 7 1.klien dapat 1. Diskusikan dengan Minum
Klien menyebutkan : klien tentang manfaat dan obat dapat
dapat -manfaat minum kerugian tidak minum menyemb
memanfaat obat obat,nama,warna,dosis,car uhkan
kan obat -kerugian tidak a,efek terapi,efek samping penyakit
dengan meminum obat penggunaan obat. klien
baik - 2. pantau klien saat
nama,warna,dosi penggunaan obat.
s,efek terapi,efek 3. Beri pujian jika klien
samping obat menggunakan obat
2. klien dengan benar
mendemostrasika 4. Diskusikan berhenti
n penggunaan minum obat tanpa
obat dengan konsultasi dengan dokter.
benar. 5. Anjurkan klien untuk
3.klien dapat konsultasi kepada dokter
menyebutkan atau perawat jika terjadi
akibat berhenti hal-hal yang tidak
minum obat diinginkan
tanpa konsultasi
dokter

5. Strategi pelaksaan

Halusinasi Pasien Keluarga


Sp1 Sp1 k
1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan
halusinasi pasien masalah yang
2. Mengidentifikasi isi dirasakan keluarga
halusinasi pasien dalam rawat pasien.
3. Mengidentifikasi 2. Menjelaskan
waktu halusinasi pengertian,tanda dan
pasien gejala halusinasi dsn
4. Mengidentifikasi jenis halusinasi yang
frekuensi halusinasi di alami pasien beserta
pasien proses terjadinya.
5. Mengidentifikasi 3. Menjelaskan cara-cara
situasi yang merawat pasien
menimbulkan halusinasi.
halusinasi
6. Mengidentifikasi
respon pasien terhadap
halusinasi
7. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi
dan jadwal kegiatan
harian
Sp II p Sp II k
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara
2. Melatih pasien merawat pasien
mengendalikan dengan halusinasi.
halusinasi dengan cara 2. Melatih keluarga
bercakap-cakap melakukan cara
dengan orang lain merawat langsung
3. Menganjurkan pasien kepada pasien
memasukkan dalam halusinasi
jadwal kegiatan sehari-
hari
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga
kegiatan harian pasien membuat jadwal
2. Melatih pasien kegiatan aktifitas
mengendalikan dirumah termasuk
halusinasi dengan minum obat.
melakukan 2. Menjelaskan follow up
kegiatan(kegiatan pasien setelah pulang
yang biasa dilakukkan
pasien).
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
kegiatan sehari-hari
Sp IV p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
kegiatan sehari-hari

6. Evaluasi
Kemampuan Pasien dan Keluarga
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN
KELUARGA PASIEN DENGAN HALUSINASI

Nama Pasien : .........................


Ruangan : ........................
Nama Perawat : ........................
Petunjuk pengisian :
1. Berilah tanda centang jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No. Kemampuan Tanggal


A. Pasien
1. Mengenal jenis halusinasi
2. Mengenal isi halusinasi
3. Mengenal waktu halusinasi
4. Mengenal frekuensi halusinasi
5. Mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Menjelaskan respons terhadap halusinasi
7. Mampu menghardik halusinasi
8. Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi
9. Membuat jadwal kegiatan harian
10. Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal
11. Menggunakan obat secara teratur
B Keluarga
1. Menyebutkan pengertian halusinasi
2. Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami oleh pasien
3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien
4. Memperagakan latihan cara memutus halusinasi pasien
5. Mengajak pasien bercakap-cakap saat tiba waktu pasien
halusinasi
6. Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai jadwal
7. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
8. Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang
tersedia
9. Memfokuskan sumber-sumber pelayanan kesehatan
terdekat
Kemampuan Perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN
DENGAN HALUSINASI

Nama Pasien : .........................


Ruangan : ........................
Nama Perawat : ........................
Petunjuk pengisian:
1. Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja
(No 04.01.01).
2. Nilai tiap penilaian kinerja dimasukkan ke tabel pada baris nilai SP.

No Kemampuan Tanggal
A. Pasien
SP 1 p
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
pasien
6 Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7 Mengidentifikasi menghardik halusinasi pasien
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP I p
Sp II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-
cakap ke dalam daftar jadwal kegiatan
Nilai SP II p
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan(kegiatan yang biasa dilakukan
pasien di rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan untuk
mengendalikan halusinasi kedalam jadwal kegiatan
harian
Nilai SP III p
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Mengnjurkan pasien memasukkan aktivitas minum obat
kedalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP Ivp
B. Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala halusinasi,dan
jenis halusinasi yang dialami pasien besertaproses
terjadinnya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
Nilai SP I k
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
halusinasi
2. Melatih kelurga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien halusinasi
Nilai SP II k
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk
minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien
Nilai SP III k
Total nilai:SP p + SP k
Rata-rata
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses


keperawatan,karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari dokumentasi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi,dan evaluasi.

FORMAT PENGKAJIAN GANGGAUN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

Persepsi:

Halusinasi

Pendengaran

Pengelihatan

Perabaan

Pengecapan

Penghidu

Jelaskan:

Isi halusinasi:

Waktu terjadinya:

Frekuensi terjadinya halusinasi:

Respons pasien:

Masalah keperawatan:
BAB II

STUDI KASUS

Nn.N 20 tahun masuk RSJ dengan alasan sering berbicara sendiri,


melamun dan sikap klien sangat kasar terhadap dirinya sendiri atau kepada
orang bahkan klien sering mengamuk dan membanting barang-barang. Klien
merasa ada yang membisiki agar membenturkan kepalanya ke dinding dan
menginginkan klien mati. Klien kelihatan ketakutan dan raut wajahnya
kebingungan. Sebelumnya klien mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan karena putus cinta sehingga membuatnya sering menyendiri
dan melamun sambil bicara dan senyum-senyum sendiri. Keluarga klien
merupakan keluarga yang sangat terpandang. Klien memiliki 2 orang kakak
yang sudah sukses dan sudah menikah. Klien sudah akan menikah dengan
pasangannya yang sudah menjalin hubungan selama 7 tahun tetapi kekasihnya
memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya karena lebih memilih
perempuan lain yang ternyata sudah menjalin hubungan selama 2 tahun. Klien
mengatakan bisikan sering muncul ketika klien sedang sendiri. Klien merasa
curiga terhadap orang yang baru di kenalnya,semenjak klien sering berbicara
sendiri klien tidak pernah berinteraksi dengan orang disekitarnnya . ketika
klien di wawancara klien tidak memandang wajah perawat,jawaban pasien
sedikit emosional. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didaptkan hasil
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 82x/mnt
Suhu : 36.5oC
Frekuensi pernafasan: 18x/menit
Keadaan fisik klien tampak tidak baik,rambut acak-acakan,kuku kotor,gigi
kotor

Penyelesaian:

 Model keperawatan
1. model eksitensi
Karena dengan menggunakan model keperawatan tersebut terapis dapat
mengklarifikasikan realita sesungguhnya terhadap klien.
2. Model interpersonal
Dengan model interpersonal perawat melakukan BHSP (bina hubungan
saling percaya) dengan klien agar tercipta rasa trust antara perawat dan klien.
Kemudian klien dapat mengungkapkan perasaan yang dialaminya kepada
perawat dengan akrab. Sehingga beban/kesedihan yang dirasakan klien dapat
berkurang, klien merasa aman, nyaman serta tercipta hubungan interpersonal
yang positif.
3. Model sosial
Model sosial dengan cara memanipulasi lingkungan dan dukungan kelompok
1. Manipulasi lingkungan
Untuk klien dengan isolasi sosial, berikut manipulasi lingkungan yang
dapat dilakukan baik lingkungan secara fisik maupun linkungan secara
psikososial :
Syarat lingkungan secara fisik
1). Ruangan aman dan nyaman.
2). Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri
sendiri atau orang lain.
3). Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis dilemari dalam
keadaan terkunci.
4). Ruangan harus ditempatkan dilantai 1 dan keseluruhan ruangan mudah di
pantau oleh petugas kesehatan.
5). Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan
meningkatkan gairah hidup pasien.
6). Warna dinding cerah.
7). Adanya bacaan ringan, lucu, memotivasi hidup.
8). Hadirkan music ceria, televisi, film komedi.
9). Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien.
Syarat lingkungan psikososial
1). Komunikasi terapiutik dengan cara semua petugas menyapa pasien
sesering mungkin.
2). Memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga pasien setiap akan
melakukan kegiatan keperawatan/kegiatan medis lainnya.
3). Menerima pasien apa adanya, jangan mengejek atau merendahkan.
4). Meningkatkan harga diri pasien.
5). Membantu menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
6). Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
7). Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.

2. Dukungan kelompok
Dukungan kelompok (misal dukungan keluarga atau orang lain yang
berada di sekitar klien) : perawat membantu klien dalam berinteraksi dengan
keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
biarkan klien sendiri terlalu lama, dll. Dengan dukungan kelompok akan
meningkatkan motivasi dan semangat klien untuk melakukan pengobatan,
meningkatkan harapan akan kesembuhannya, meningkatkan harga diri, tidak
merasa sendiri dan klien merasa hidupnya tetap berarti.
4. Model komunikasi
Perawat membantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain sehinggan
klien tidak merasa sendiri dan klien bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di
masyarakat.
5. Model medikal
Model medikal dengan rehabilitasi, terapi dan kolaborasi obat untuk
kesembuhan klien.
6. Model keperawatan
Perawat memenuhi kebutuhan holistik klien yang bersifat terapiutik.

 Terapi modalitas
1. Terapi kelompok
Dengan terapi kelompok perawat dapat berinteraksi dengan sekelompok klien
secara teratur, sehingga dapat meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan
hubungan interpersonal, mengubah perilaku maladaptif. (TUK 1,3,4,5,6).
2. Terapi individual
Dengan terapi individual klien dapat menjalin hubungan terstruktur antara perawat
dengan klien untuk mengubah perilaku klien. Sehingga dapat mengembangkan
kemampuan klien dalam menyelesaikan konflik, meredakan penderitaan
emosional, dan klien dapat memenuhi kebutuhan dirinya. (TUK 1,2,3,4,5)
3. Terapi lingkungan
Dengan terapi lingkungan perawat dapat menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Klien dapat
berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan
pembuatan keputusan belajar keterampilan dan perilaku yang baru.(TUK 2,4)

 Terapi aktifitas kelompok


Terapi aktifitas yang cocok untuk kasus di atas adalah terapi aktifitas kelompok
stimulasi persepsi mengontrol halusinasi dengan terapi tersebut klien yang
mengalami halusinasi dapat mengontrol halusinasinya ada beberapa sesi dalam
terapi ini :
1. Mengenal halusinasi
2. Mengontrol halusinasi: menghardik
3. Menyusun jadwal kegiatan
4. Cara minum obat yang benar
5. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Dengar

Pertemuan : ke I dengan klien

Tanggal :15 Mei 2016

Jam :08.00 WIB

Fase pra interaksi

1. Kondisi : Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin


membunuh dirinya. Suara-suara itu sangat menakutkan sehingga klien kesal dan ingin
memukul-mukul, melempar barang-barang agar suara tersebut hilang.
2. Diagnosa : perubahan persepsi sensori halusinasi dengar

3. TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengenali halusinasinya.

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (pasien)

a. BHSP.
b. Mengenal halusinasi.
c. Melatih mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Fase Orientasi
a. Salam Teraputik
Selamat pagi , perkenalkan nama saya N mahasiswi dari Stikes Bina Sehat Ppni
Mojokerto. Saya praktik di sini selama satu minggu. Kalau boleh tau, nama siapa ?
senang dipanggil apa?.

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan N pagi ini? Bagaimana ceritanya sampai N di bawa kesini?

c. Kontrak
- Topik
Bapak bagaimana kita bicara mengenai apa yangN rasakan selama ini?
- Tempat
Kita berbicara dimana ? bagaimana kalau kita berbicara ditaman?
- Waktu
Mau berapa lama kita bercakap-cakapnya N ? Bagaimana kalau 15 menit?

Fase Kerja

- Apa yang menyebabkan N di bawa kemari?


- Saya menerima keyakinan anda,tapi sulit bagi saya mempercayai hal itu terjadi?
- Apakah N mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?
- Apakah terus – menerus terdengar atau sewaktu – waktu? Kapan yang paling sering
N dengar suara? Berapa kali sehari N alami ? pada keadaan apa suara terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?
- Apa yang N rasakan pada saat mendengar suara itu ?
- Apa yang N lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara –
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara – cara untuk mencegah suara –
suara itu muncul.
- N, ada empat cara untuk mencegah suara – suara itu muncul, pertama dengan cara
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap – cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang keempat minum obat
dengan teratur.
- Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
- Caranya N ya… saat suara – suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, pergi jangan ganggu saya, stop jangan ganggu saya. Begitu
diulang – ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, bagus…! Coba lagi! Ya bagus, N sudah dapat.

Fase Terminasi

a. Terminasi objektif
Bagaimana perasaan N setelah peragaan latihan tadi ? kalau suara – suara itu muncul
lagi, silahkan coba cara tersebut!
b. Terminasi subjektif
Nah, sekarang coba N ulangi sekali lagi?
c. Rencana tindak lanjut
Bagaimana, apakah N ingin berlatih lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara yang
lain?
d. Kontrak

- Topik
Besok kita akan bertemu lagi untuk belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang lain? N tidak keberatan kan?

kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya N?

- Tempat
Dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?

- Waktu
Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00 saja? Baiklah.
Terimakasih N, sampai jumpa besok dengan teman saya.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Dengar

Pertemuan : ke II dengan klien

Tanggal :16 Mei 2016

Jam :09.00 WIB

Fase pra interaksi

1. Kondisi : klien sudah mampu mengenal halusinasinya


2. Diagnosa : perubahan persepsi sensori halusinasi dengar

3. TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1I (pasien)

a. Evaluasi kegiatan yang lalu


b. Melatih berbicara dengan orang lain saat
halusinasi muncul
c. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Fase Orientasi
a. Salam Teraputik
Selamat pagi N, saya W dari Stikes Bina Sehat Ppni Mojokerto.

b. Evaluasi/validasi
- Bagaimana perasaan bapak pagi ini, kemarin malam tidurnya nyenyak? Baiklah
- Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? bagus sekali
c. Kontrak
Selamat pagi N . Bagaimana perasaan N hari ini ? apakah suara-suara itu masih
muncul ? apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? berkurangnya suara-
suaranya ? Bagus ! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau dimana ? di sisni saja ?

Fase Kerja

Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan N. Contohnya begini.. . tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya ! atau kalau ada orang dirumah misalnya, kakak, mbak, katakan, kak, ayo
ngobrol dengan N, N sedang dengar suara-suara. Begitu N. coba bapak lakukan seperti
yang tadi saya lakukan. Ya, begitu bagus ! coba sekali lagi ! bagus ! nah, latih terus ya,
N!

Fase Terminasi

a. Terminasi subjektif
Sudah sampai disini bincang-bincang kita, bagaimana perasaan Nsetelah kita latihan
tadi?
b. Terminasi objektif
Jadi kegiatan yang mana yang sering N lakukan? bagus sekali, coba ulangi kegiatan itu
N. iya benar bagus sekali
c. Rencana tindak lanjut
Selanjutnya bapak bisa mengisi waktu luang bapak dengan hal-hal yang positif ya N !
d. Kontrak
Selanjutnya besok pada jam 09.00. kita akan belajar mengontrol halusinasi dengan cara
yang lain ya N nanti anda bertemu dengan teman saya.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Dengar

Pertemuan : ke III dengan klien

Tanggal :17 Mei 2016

Jam :09.00 WIB

Fase pra interaksi

1. Kondisi : klien sudah mampu mengontrol halusinasinya


2. Diagnosa : perubahan persepsi sensori halusinasi dengar
3. TUK : 4. Klien dapat melaksanakan kegiatan kelompok.
4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1II (pasien)
a. Evaluasi kegiatan yang lalu
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan(kegiatan yang
biasa dilakukkan pasien).
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
kegiatan sehari-hari

Fase Orientasi
a. Salam Teraputik
Selamat pagi N, saya D masih ingat dengan saya pak ?

b. Evaluasi/validasi
- Bagaimana perasaan N pagi ini, kemarin malam tidurnya nyenyak? Baiklah
- Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? bagus sekali
c. Kontrak
- Topik : Nah, sekarang kita akan latihan lagi agar halusinasi tidak
muncul kembali.
- Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di tempat
yang kemarin lagi.
- Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

Fase Kerja

- Nah, kegiatan kemarin sudah dicoba, dan hasilnya bagus sekali.


- Sekarang, mari kita praktikan lagi. Ikuti kita ya N , dan nanti N mencobanya
sendiri.
- Nah, sekarang N mencoba melakukan sendiri ya sambil kita bantu. Bagus
sekali.

Fase Terminasi

a. Terminasi subjektif

Bagaimana perasaan N setelah mencobanya sendiri. Ya bagus sekali

b. Terminasi objektif
Jadi, sewaktu-waktu halusinasi muncul melakukan kegiatan yang sudah kita ajarkan ya
pak. Coba ulangi kegiatan yang sudah kita ajarkan? Iya bagus.

c. Rencana tindak lanjut


Kegiatan yang barusan kita latih, tolong bapak lakukan secara teratur ya N.
Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya N.
d. Kontrak
- Topik : Nah, sudah 3 kegiatan yang kita lakukan. Bagaimana kalau di
pertemuan berikutnya kita melatih bagaimana cara menggunakan obat
dengan benar?
- Tempat :Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok jam 09:00 bertemu lagi dengan teman Saya.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Dengar

Pertemuan : ke IV dengan klien

Tanggal :18 Mei 2016

Jam :09.00 WIB

Fase pra interaksi

1. Kondisi : Klien sudah mampu mengenal halusinasinya dan mengontrol


halusinasinya.
2. Diagnosa : perubahan persepsi sensori halusinasi dengar
3. TUK : 5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk

mengendalikan halusinasinya.

4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1V (pasien)


a. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1,2,3)
b. Menanyakan pengobatan sebelumnya.
c. Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar)
d. Melatih pasien minum obat.
e. Masukan jadwal
Fase Orientasi
a. Salam Teraputik
Selamat pagi N, bapak masih ingat saya ? bagaimana perasaan bapak hari ini ?

b. Evaluasi/validasi
- Bagaimana perasaan anda pagi ini?
- Apakah kegiatan yang kemarin sudah anda lakukan? (bagus sekali)
- Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda di sini (di jadwal) bahwa bapak
telah melakukan. Hebat sekali anda sudah melakukan tiga cara yang telah kita
latih kemarin.
c. Kontrak
- Topik : sekarang kita akan membahas tentang obat yang setiap hari N
minum, apa anda keberatan?
- Tempat : mau berbincang-bincang dimana kita pak? Bagaimana kalau

ditempat ini saja atau ditaman?

- Waktu : mau berapa lama waktu kita berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 15 menit?

Fase Kerja

Sebelumnya N sudah minum obat apa saja? Coba tolong anda sebutkan? Bagus
sekali Pengobatan apa saja yang sudah anda lakukan? Adakah bedanya setelah
anda meminum obat secara teratur? Apakah suara-suara yang anda dengar
sudah berkurang atau bahkan suda hilang? Minum obat sangat penting N agar
suara-suara yang anda dengar selama ini tidak muncul lagi, N saya mau
menjelaskan beberapa macam obat yang harus anda minum, ini yang warna
orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan
pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran anda tenang. Ini yang
warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang sama
dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam
gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah jambu ini
(HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk mengghilangkan
suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti
diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat anda akan
mrngalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula.
Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
Anda juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini, dan pastikan obatnya
benar. Dan harus diperhatikan juga ada nama anda yang tercantum dalam
kemasan obat jangan sampai tertukar dengan obat orang lain, pastikan obatnya
diminum tepat pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah
makan dan tapat waktunya. bapak juga harus perhatikan jumlah obat sekali
minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari.”

Fase Terminasi

a. Terminasi subjektif
Bagaimana perasaannya bapak setelah melakukan sendiri? Ya bagus sekali
b. Terminasi objektif
Jadi anda sudah bisa melakukan minum obat sendiri? Ya bagus sekali .Nanti anda bisa
melakukan minum obat sendiri dirumah. Hebat sekali.
c. Rencana tindak lanjut
Nah, bagaimana kegiatan minum obat apa sudah dilakukan secara teratur? N, N bisa
melakukan sendiri kegiatan yang sudah kita pelajari bersama?, semoga anda bisa
melakukan kegiatan minum obat dengan teratur dan baik! Kita masukkan jadwal
kegiatan harian ya N untuk pertemuan hari ini.
d. Kontrak
- Topik : Nah, sudah 4 kegiatan yang kita lakukan.menggunakan obat dengan
benar? Dan untuk pertemuan selanjutnya teman saya akan menjelaskan pada
keluarga bapak bagaimana cara merawat bapak secara langsung.
- Tempat :Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok jam 09:00 bertemu lagi dengan teman Saya.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Dengar

Pertemuan : ke V dengan klien

Tanggal :19 Mei 2016

Jam :09.00 WIB

Fase pra interaksi

1. Kondisi : Klien sudah mampu menggunakan obat dengan benar


2. Diagnosa : perubahan persepsi sensori halusinasi dengar

3. TUK : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (keluarga)


a. BHSP
b. Menjelaskan tentang halusinasi klien.
c. Menjelaskan cara merawat klien.

Fase Orientasi
a. Salam Teraputik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? saya perawat “...” bu. Saya mahasiswi dari
Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya adalah perawat yang bertugas merawat anak
ibu. Saya yang kemarin membuat janji dengan ibu.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana kondisi N hari ini mbak?
c. Kontrak
- Topik : Baiklah mbak, kita akan membicarakan tentang cara merawat
N Jika tiba – tiba N kambuh dan tidak ada perawat.
- Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
- Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit?

Fase Kerja
Mbak, menurut cerita N, N sering mendengar suara-suara yang menakutkan, inilah
yang menjadi penyebab N merobek – robek bajunya hingga telanjang dan lari pergi
ke luar rumah. Saya sudah mengajarkan cara-cara untuk mengontrol halusinasi.
Jika mbak bercerita tentang halusinasinya, katakan bahwa mbak percaya dengan
apa yang dikatakan N, namun mbak tidak mendengar suara itu. Kemudian, beri N
kegiatan untuk menyibukkan diri, jangan biarkan sendiri, ajaklah makan bersama,
dan bepergian bersama, supaya meminimalisir munculnya halusinasi. Apa mbak
bisa melakukannya? Bagus.

Fase Terminasi

a. Terminasi subjektif
Bagaimana, apa mbak mengerti dengan yang saya jelaskan?
b. Terminasi objektif
Apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini di rumah

d. Kontrak
- Topik : Kapan kita bisa bertemu lagi mbak?
- Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau jam 09:00 besok kita bertemu lagi dengan
teman saya.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Dengar

Pertemuan : ke VI dengan klien

Tanggal :20 Mei 2016

Jam :09.00 WIB

Fase pra interaksi

1. Kondisi : klien mengatakan keluarganya membantu dalam hal mengontrol


halusinasinya.
2. Diagnosa : perubahan persepsi sensori halusinasi dengar

3. TUK : klien dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari


4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 2 (keluarga)

a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)


b. Latih keluarga merawat pasien.
c. RTL keluarga untuk merawat pasien

Fase Orientasi
a. Salam Teraputik
Selamat pagi mbak bagaimana perasaan mbak ? apakah masih ingat dengan saya ?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
- Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
- Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau

ditempat ini saja.?

- Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

Fase Kerja
Nah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat N? Baik.
Selain itu masih ada lagi mbak, jika N tampak bicara sendiri atau melamun ataupun
melakukan kegiatan yang tidak terkontrol, mbak bisa langsung menyapanya,
supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti yang saya
maksud? Bagus.
Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikan emosi dan mampu
mengontrol halusinasinya.
Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya
bapak? Mengapa demikian?
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.

Fase Terminasi

a. Terminasi subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat N sendiri?
b. Terminasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.

d. Kontrak
- Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
- Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 09.00
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Dengar

Pertemuan : ke VII dengan keluarga

Tanggal :21 Mei 2016

Jam :09.00 WIB

Fase pra interaksi

1. Kondisi : klien sudah mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah


terjadwal dan sudah dapat mengontrol halusinasinya.
2. Diagnosa : perubahan persepsi sensori halusinasi dengar
3. TUK : Keluarga dapat memberikan obat secara benar.
4. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 2 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Latih keluarga untuk memberikan pasien obat
c. RTL keluarga untuk merawat pasien

Fase Orientasi
d. Salam Teraputik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin membuat janji dengan
ibu.
e. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin?Sudah dipraktikkan belum?Bagus.
f. Kontrak
- Topik : Mbak, saya akan mengajarkan keluarga untuk memberikan obat
kepada N
- Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau

ditempat ini saja.?

- Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

Fase Kerja
Sebelumnya apakah mbak mengerti N sudah minum obat apa saja ? Coba
tolong anda sebutkan? Bagus sekali. Sekarang saya akan mengajarkan N saya
mau menjelaskan beberapa macam obat yang harus anda minum, obat yang
warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang
dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran N tenang. Obat yang
warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang sama
dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam
gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah jambu ini
(HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk mengghilangkan
suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti
diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat anda akan
mrngalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula.
Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.Anda
juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini, dan pastikan obatnya benar.
Dan harus diperhatikan juga ada nama N yang tercantum dalam kemasan obat
jangan sampai tertukar dengan obat orang lain, pastikan obatnya diminum tepat
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan
tapat waktunya.bapak juga harus perhatikan jumlah obat sekali minum, dan
harus cukup minum 10 gelas per hari.”
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi.Bagus.

Fase Terminasi

e. Terminasi subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa membantu memberi obat N sendiri?
f. Terminasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
g. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.

h. Kontrak
- Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
- Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 09.00
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.

Analisa Proses Keperawatan(API)

Nama Mahasiswa : Novia

Tanggal : 15 Mei 2016

Waktu : 08.30-selesai WIB

Tempat : RSJ lawing

Nama klien : Nn.n

Interaksi ke :I

Lingkungan : Di taman berdampingan dengan klien,suasana tenang atau tidak gaduh.

Deskripsi pasien : penampilan cukup rapi,berpakaian rapi,ekspresi wajah tenang.

Tujuan : klien dapat mengungkapkan apa yang menjadi masalah dalam


hidupnya
Komunikasi Komunikasi Analisa Analisa Rasional
verbal non verbal berpusat pada berpusat pada
perawat klien
- Selamat pagi - Perawat - Merasa - Merasa - Kalimat
N memandang tenang dan gelisah dan pembuka
klien dengan siap untuk tampak dalam
tersenyum berbicara sedikit memulai
dengan klien murung suatu
- Bagaimana - Memandang - Perawat percakapan
perasaan N klien dan merasa merupakan
hari ini tersenyum senang atas salah satu
memandang tanggapan cara
perawat klien membina
hubungan
- Biasa saja - Klien - Merasa ingin saling
memandang mengatakan percaya
perawat sesuatu
tanpa
ekspresi

- Bagaimana - Perawat
kalau kita merasa - Perhatian
berbicara senang merupakan
tentang karena klien salah satu
perasaan N menyetujui sikap untuk
saat ini ? untuk meningkatka
N ingin berbicara n hubungan
berbicara saling
dimana ? percaya
bagaimana antara
kalau kita perawat dan
berbicara k lien
15menit?

- Baiklah

Apa yang P: memandang Perawat mersa Klien tampak Mengkaji


P:
menyebabkan N klien dengan bingung dengan gelisah tindakan klien
kontak mata respom klien terhadap
di bawa kemari?
K: memandang diagnosa
K: karena saya
sekitarnya dan halusinasi
sering
tampak gelisah. dengar
mendengar
suara-suara yang
menyuruh saya
hal-hal yang
berbahaya.
Perawat Perawat merasa Klien tampak awal proses
P: Apakah N
mendengar suara memandang senang atas gelisah kedekatan

ada klien dengan respon klien dengan klien


tanpa
wujudnya? Apa penuh perhatian
yang dikatakan Klien menunduk
suara itu?

K: iya saya
mendengar suara
tanpa ada
wujudnya,suara
saya menyuruh
saya untuk
membenturkan
kepala di dinding

P: Apakah terus Perawat Perawat Klien Mengetahui


memandang mencoba menjelaskan penyebab
–menerus
atau klien dengan menanggapi lebih rinnci halusinasi
terdengar
sewaktu– waktu? penuh perhatian klien dengar

K: hanya Klien melihat


mata perawat
sewaktu-waktu
saja
Perawat merasa Perawat Klien tampak Mengetahui
P: Apa yang N
rasakan pada saat kasihan kepada mencoba sedikit emosi perasaan klien

mendengar suara klien memahami klien untuk penyebab


Klien awal halusinasi
itu ?
memandang
K: saya merasa
perawat
ketakutan maka
dari itu saya
harus menuruti
apa yang di
perintahkan

yang Perawat Perawat Klien tampak Memahami apa


P: Apa
lakukan memandang mencoba untuk gelisah dan yang ingin di
bapak
mendengar klien lebih memahami bingung sampaikan klien
saat
klien klien
suara itu?
memandang
K: saya
sekitarnya
mendengar dan
melakukan apa
yang saya dengar

Bagaimana Perawat Perawat merasa Klien tampak Memberikan


P:
kalau kita belajar memandang senang tenang pendapat

cara – cara untuk klien pencegahan

mencegah suara Klien halusinasi

–suara itu memandang


perawat dan
muncul?
mengangguk
K: baiklah
Perawat Perawat merasa Klien merasa
P: ada beberapa
untuk memandang senang dengan termotivasi
cara N
klien jawaban klien
mencegahnya
Klien
seperti
mengangguk dan
menghardik
suara tersebut tersenyum
saat suara-suara kepada perawat
itu
muncul,langsung
N bilang, pergi
saya tidak mau
dengar,…. Saya
tidak mau
dengar,pergi
jangan ganggu
saya. sampai
suara itu tidak
terdengar lagi.
Coba peragakan
N.

K: baiklah akan
saya coba

bagaimana Perawat Perawat merasa Klien tampak Menegaskan dan


P:
N memandang senang melihat tenang menunjukkan
perasaan
kita klien dengan klien lebih perawat tetap
setelah
bercakap-cakap ? tersenyum tenang perhatian kepada
Klien memanang klien
K: saya merasa
perawat dengan
lega saya akan
tenang dan
mencoba
tersenyum
melakukan saran
telah anda
berikan
Perawat Perawat tampak Klien tampak Menegaskan
P: N masih ingat
cara memandang tenang tenang dan kembali
bagaimana
mengatasi ketika klien dan tersenyum tindakan yang

suara-suara itu mengajungkan dilakukan klien


jempol saat halusinasi
muncul ?
Klien
K: tentu saya
memandang
masih ingat
perawat
dengan cara
menghardiknya
dan mengatakan
pergi saya tidak
mau dengar,….
Saya tidak mau
dengar,pergi
jangan ganggu
saya.

harap Perawat Perawat merasa Klien tampak


P: saya
jika suara-suara memandang senang tenang

itu muncul lagi N pasien dan


tersenyum
dapat
Klien
mempratikkan
cara yang telah mengangguk dan
kita sepakati tadi. tersenyum

K: baiklah, akan
saya coba.
P: baiklah, kita Perawat Perawat merasa Klien tampak
sudah bercakap- memandang senang tenang dan
cakap selama 15 klien dan senang
menit sementara mengulurkan
itu dulu yang kita tangan.
berbicarakan hari Klien
ini. Bagaimana memandang
kalau besok kita perawat dan
berbicara tentang menjabat tangan
cara mengontrol lalu tersenyum
halusinasi. Kalau
besok jm 09.00
seperti hari ini
dan di tempat
yang sama ?
K: tentu baiklah.
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Stimulasi Persepsi Sensori(Halusinasi)

A. Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok(TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan social. Salah satu
gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi. Merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghidu. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien
diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan
fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan terapi aktivitas
kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasinya dan mengontrol
halusinasi yang dialaminya.
B. Landasan teori
Terapi aktivitas kelompok(TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang berkait
dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian
masalah. Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 4
sesi,yaitu:
1. Sesi I : klien mengenal halusinasi.
Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh meminum obat
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.

C. Tujuan
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
d. Klien dapat Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
D. Sesi yang digunakan
1. Sesi I : klien mengenal halusinasi.
Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh meminum obat
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
E. Klien
1. Kriteria klien
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi.
2. Proses seleks
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK. Meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok.
F. Kriteria hasil
1. Evaluasi struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan memmungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh keluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
3. Evaluasi hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusianasi yang dirasakan dengan jelas.
G. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain.
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah di pilih.
b. Katakana pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin di ikuti oleh klien
klien tersebut.
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini.
H. Pengorganisasian
1. Topic
Sesi 1 : Mengenal Halusinasi dan menghardik
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan TAK sesi 1 diharapkan klien dapat mengenal halusinasinya.
b. Tujuan khusus
- Klien dapat mengenal halusinasi
- Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
- Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
- Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
3. Landasan teori
Terapi aktivitas kelompok(TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait
dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian
masalah.
4. Klien
a. Karakteristik/kriteria klien
- Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
- Klien yang mengalami perubahan persepsi.
b. Proses seleksi
- Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
- Mengidentifikasi yang masuk kriteria.
- Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
c. Jumlah klien
5. Pengorganisasian
- Waktu
Tanggal :
Hari :
Jam :
Lama tiap langkah kegiatan :
- Tim terapis
Leader :
a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b. Memimpin jalannya terapi kelompok
c. Memimpin diskusi
Co-leader :
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d. Menggantikan leader jika terhalang tugas
Fasilitator :
a. Memotivasi peserata dalam aktivitas kelompok
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
d. Membimbing kelompok selama permaian diskusi
e. Membantu leader dalam melkasanakan kegiatan
f. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
Observer :
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara.
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
- Setting tempat:
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Tempat tenang dan nyaman.
- Metode dan media
a. Media
- Spidol
- Papan tulis/white board/flipchart
b. Metode
- Diskusi dan Tanya jawab
- Bermain peran atau simulasi
6. Proses pelaksanaan
a. Persiapan
- Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi: halusinasi
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
- Salam dari tetarpis kepada klien
- Perkenalkan nama dan panggilan terapis(pakai papan nama)
2. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak
- Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar.
- Terapis menjelaskan aturan mainberikut.
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok,harus meminta izin pada terapis.
2) Lama kegiatan 45menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
c. Tahap kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal
suaru-saura yang didengar(halusinasi) tentang isisnya,waktu terjadinya,
situasi terjadinya dan perasaan klien pada saat terjadi.
2) Terapis meminta klien mencertikan isi halusinasinya,kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Mulai dari klien dari sebelah kanan, secara berurutan sampai semua
kliean. Hasilnya tulis di whiteboard.
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
4) Simpulkan isi, waktu terjadinya, dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar.
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi,waktu, situasi, dan
perasaannya tidak terjadi halusinasi.
3) Kontrak yang akan datang
- Menyepakati TAK yang akan datang yaitu cara mengontrol
halusinasi
- Menyepakati waktu dan tempat
4) Format evaluasi
N0. Nama klien Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut
halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi,
waktu, situasi, dan perasaan. Beri tanda jika klien mampu dan tanda X jika
klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi
sesi 1. Klien mampu mampu menyebutkan isi halusinasi(menyuruh memukul),
waktu(pukul 9 malam), situasi(jika sedang sendiri), perasaan(kesal dan geram)
anjurkan klien mengeluarkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan
menyampaikan kepada perawat.
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI

SESI 1: MENGENAL HALUSINASI

A. Tujuan
1. Klien mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasi
B. Setting
1. Kelompok berada di ruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Sound system
2. Spidol
3. Papan tulis
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi: Halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri: nama, nama panggilan
b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
pada terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan). terapis meminta klien
memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai dari klien
yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam. Kemudian menulisnya di
papan.
b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing
klien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan
menceritakan :
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuansi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi
c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan dimulai
dari klien yang berada disebelah kiri terapis seterusnya bergiliran searah jarum
jam. Kemudian menulisnya di papan.
d. Saat seorang klien menceritakan pengalaman halusinasi, terapis mempersilahkan
klien yang lain untuk bertanya sebanyak 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
f. setiap kali klien bisa menceritakan halusinasinya, terapis memberikan pujian.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat atau teman lain.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu
belajar mengontrol halusinasi
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK
berikutnya.

F. Evaluasi dan Dokumentasi


Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 1, yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu
terjadinya halusianasi, situasi terjadinya halusinasinya dan perasaan saat terjadi
halusinasi.

No Nama peserta TAK


. Aspek yang dinilai

1. Menyebutkan isi halusinasi

2 Menyebutkan waktu halusinasi

3. Menyebutkan frekuensi halusinasi

4. Menyebutkan perasaan bila


halusinasi timbul

Petunjuk : Dilakukan = 1

Tidak dilakukan = 0
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL

HALUSIANASI

SESI II: MENGONTROL HALUSINASI: MENGHARDIK

A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakuan untuk mengatasi halusinasi.
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Kelompok ditempatyang tenang.
C. Alat
1. Sound system
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat
b. Mempersiapkan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapiutik : terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a. Lama kegiatan 45 menit.
b. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir.
c. Jika akan meninggalkan kelompok, klien harus meminta izin.
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah dengan jarum
jam menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apakah itu
bias mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selesai klien menceritakan pengalamannya, terapis memberikan pujian
dan mengajak peserta yang lain memberikan tepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi
saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi.
e. Terapis meninta masing-masing klien memperagakan menghardik halusinasi
dimulai dari peserta disebelah kiri terapis berurutan jarum jam sampai semua
peserta mendapatkan giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan saat klien
selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis mengajurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari
jika halusinasi muncul.
c. Kontrak yang akan dating
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya, yaitu belajar
mengontrol halusinasi dengan cara lain.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi
dengan menghardik.
No Aspek yang dinilai Nama peserta TAK

1 Menyebutkan cara yang selama


ini digunakan untuk mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan efektivitas cara

3 Menyebutkan cara mengatasi


halusinasi dengan menghardik
4 Meperagakan mengahrdik
halusinasi

Petunjuk : dilakukan = 1 tidak dilakukan : 0


TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL

HALUSINASI

SESI III: MENYUSUN JADWAL KEGIATAN

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja.
2. Lingkungan tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan:
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a. Salam terapiutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi / validasi:
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan permainan:
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis.
c) Waktu TAK adalah 90 menit.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil
untuk masing-masing klien.
c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam mencegah
terjadinya halusinasi.
d. Terapis memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya
dipapan tulis.
e. Terapis meminta masing-masing klien menyusun jadwal aktivitas dari bangun
pagi sampai dengan tidur malam.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menyusun jadwal.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menyusun jadwal.
4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun jadwal.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien melaksanakan jadwal aktivitas
tersebut.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah klien melakukan
kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi.

No Aspek yang di nilai Nama Peserta TAK

1 Menyebutkan pentingnya aktivitas


dalam mencegah halusinasi.
2 Menyebutkan jadwal kegiatan harian.

Petunjuk: Dilakukan = 1 Tidak dilakukan = 0


TAK STIMULASI PERSEPI MENGONTROL HALUSINASI

SESI IV : CARA MINUM OBAT YANG BENAR

A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminumnya.
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur.
3. Klien mengetahui 5 benar dalam minum obat.
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat.
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Contoh obat-obatan.
2. Spidol white board
3. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi /validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK
sebelumnya)
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:
 Klien mengikuti dari awal sampai akhir.
 Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
 Lama waktu TAK 60 menit.
3. Tahap Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing-
masing klien.
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran.
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat,
secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah
kiri terapis.
d. Terapis menjelaskan akibat jika tidakl minum obat secara teratur.
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum
obat secara teratur.
f. Terapis menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar klien,
benar waktu, benar cara, benar dosis.
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang ada pada klien.
h. Terapis meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat, cara
menggunakan, waktu menggunakan dan efek obat ( efek terapi dan efek
samping) sesuai dengan contoh obat yang ada ditangan klien masing-masing.
Secara berurutan searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis.
i. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan setiap kali
klien menyebutkan dengan benar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur.
2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat
menghubungi perawat yang saat itu bertugas.
c. Kontrak yang akan dating
1) Terapis menyepakati kegiatanh TAK berikutnya.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah menyebutkan 5 benar
cara minum obat, keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum obat

No Aspek yang dinilai Nama Peserta TAK

1 Menyebutkan pentingnya
minum obat secara teratur.
2 Menyebutkan akibat jika tidak
minum obat secara teratur.
3 Menyebutkan jenis obat

4 Menyebutkan dosis obat

5 Menyebutkan waktu minum


obat
6 Menyebutkan cara minum obat
yang tepat
7 Menyebutkan efek terapi obat

8 Menyebutkan efek samping


obat.

Petunjuk : Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI

SESI V: MENGONTROL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP

A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami halusinasi
B. Setting
1. Tempat TAK diruangan tenang dan nyaman.
2. Klien duduk melingkar.
C. Alat
1. Spidol
2. White Board
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi
E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menerapkan 3 cara lainnya (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
terarah, dan minum obat secara teratur).
c. Kontrak
1) Terapius menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapios menjelaskan waktu kegiatan adalah 60 menit.
3) Terapis menjelaskan aturan main.
 Klien mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan.
 Bila klien ingin keluar dari kelompok, harus meminta izin pada
terapis.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya berbincang-bincang dengan orang lain untuk
mengatasi halusinasi.
b. Terapis meminta kepada klien situasi yang sering dialami sehingga mengalami
halusinasi. Klien secara bergantian bercerita, dimulai dari sebelah kiri terapis
searah jarum jam sampai semua klien mandapat giliran.
c. Terapis m,emperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-tanda
halusinasi muncul.
d. Klien diminta memperagakan hal yang sama secara bergantian , dimulai dari
klien yang duduk disebelah kiri terapis, searah jarum jam sampai semua
mendapat giliran.
e. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap-cakap dengan
orang lain bila mulai mengalami halusinasi.
2) Mendorong klien untuk memulai bercakap-cakap bila ada klien lain yang
mulai mengalami halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya

F. Evaluasi dan Dokumentasi


Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mencegah halusinasi
dengan bercakap-cakap.
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta TAK

1 Menyebutkan
pentingnya bercakap-
cakap ketika
halusinasi muncul
2 Menyebutkan cara
bercakap-cakap
3 Memperagakan saat
mulai bercakap-cakap

Petunjuk: Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0
 Peran dan fungsi perawat
1. Terapis psikofarmaka
Perawat mengajak klien berpartisipasi dalam pemberian psikoterapi dengan
tujuan memotivasi klien untuk melakukan hal yang benar, mengurangi
tekanan emosional, mengembangkan potensi klien, mengubah kebiasaan,
memodifikasi struktur kognisi, memperoleh pengetahuan tentang diri,
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan, mengubah kondisi fisik,
mengubah kesadaran diri dan mengubah lingkungan sosial.
Memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan
yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang
menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul
dalam terapi tersebut.
2. Terapi lingkungan
perawat memberi dukungan kepada klien untuk menciptakan suasan ayang
aman dari benda-benda atau keadaaan yang menimnulkan terjadinya
kecelakaan/luka. Perawat diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi
dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya.
Misalnya membereskan kamar. Perawat menciptakan suasana yang nyaman
agar klien merasa aman ketika di lingkungan rumah sakit.
3. Rehabilitasi
Program rehabilitasi bertujuan untuk memberdayakan klien sehingga
dapat mandiri sesuai dengan kemampuan pasien dengan cara :
1) Meningkatkan kemampuan koping klien. Perawat menjalin hubungan
saling percaya dengan klien agar tercipta trust antara perawat dan klien
sehingga klien bisa mengungkapkan perasaannya kepada perawat dengan
akrab. Hal tersebut dapat mengurangi beban yang dirasakan oleh klien.
Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya dengan cara menunjukkan empati, menjadi pendengar yang
baik dan membantu klien untuk mengambil keputusan.
2) Perawat membantu meningkatkan kemandirian individu pada area
aktivitas kehidupan sehari-hari, kemampuan perawatan diri (self care),
produktivitas (pendidikan) dan pemanfaatan waktu luang (leisure) dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan klien dengan menggunakan
latihan/aktivitas mengerjakan sasaran yang terseleksi (okupasi) sesuai
yang diinginkan, dibutuhkan, atau diharapkan untuk dikerjakan serta
dengan mengubah aktivitas atau lingkungan yang lebih baik untuk
mendukung keterlibatan dalam aktivitas. Dalam memberikan pelayanan
kepada klien, perawat memerhatikan aset (kemampuan) dan limitasi
(keterbatasan) yang dimiliki klien dengan memberikan aktivitas yang
purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna).
3) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga
dan masyarakat dalam program rehabilitasi.
4. Okupasi terapi
perawat mendorong pasien untuk mengembangkan minat atau
mempertahankan keterampilan lama mempelajari keterampilan baru.
Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
aktivitas dalam akupasi terapi di gunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis, terapi, maupu rehabilitasi. Melalui aktivitas diskusi tersebutlah
pasien belajar menegnal dan mengatasi persoalannya.
5. ECT
perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan
mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan. Perawat menjelaskan prosedur yang akan dilakukan ketika ECT .
Rencana Penyuluhan Untuk Keluarga Klien

Topik :halusinasi

Sub topik : pengertian halusinasi, penyebab halusinasi,tanda dan gejala halusinasi,

Sasaran : keluarga dengan pasien diagnosa halusinasi

Tempat : Rumah Sakit jiwa

Hari/Tanggal : kamis 22 september 2016

Waktu : 45 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan jiwa (halusinasi) selama 45 menit


diharapkan keluarga mampu memahami tentang gangguan persepsi (halusinasi).

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 45 menit diharapkan keluarga


klien mampu :

a. Menjelaskan pengertian ganguan persepsi (halusinasi)


b. Menyebutkan penyebab halusinasi
c. Menyebutkan jenis-jenis halusinasi
d. Menyebutkan tanda-tanda penderita halusinasi

III. MATERI

Materi penyuluhan yang akan diberikan meliputi:

1. Pengertian halusinasi
2. Penyebab halusinasi
3. Jenis-jenis halusinasi
4. Tanda-tanda halusinasi

IV. METODE

Ceramah dan tanya jawab


V.MEDIA

Media yang digunakan untuk penyuluhan antara lain:

1. PPT, berisi:
a. Pengertian halusinasi
b. Penyebab halusinasi
c. Jenis-jenis halusinasi
d. Tanda-tanda halusinasi
2. Leaflet tentang halusinasi, meliputi:
a. Pengertian halusinasi
b. Penyebab halusinasi
c. Jenis-jenis halusinasi
d. Tanda-tanda halusinasi

VI. WAKTU PELAKSANAAN

1. Hari :kamis
2. Tanggal : 22 september 2016
3. Jam : 11.30-12.15
4. Alokasi Waktu :45 menit

NO Pembicara waktu peserta


1. Pembukaan 1. Menjawab salam
1. Salam 5 menit 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan

2. Isi
a. Menjelaskan materi tentang : 1. Mendengarkan dan
1. Pengertian ganguan 25 menit memperhatikan
persepsi (halusinasi)
2. Tingkatan halusinasi
3. Penyebab-penyebab
halusinasi
4. Jenis-jenis halusinasi
5. Tanda-tanda penderita
halusinasi Bertanya
6. ara perawatan penderita
halusinasi
b. Memberi kesempatan
keluarga untuk beranya
c. Menjawaban pertanyaan
1. Mendengarkan dan
3. Penutup memperhatikan
a. Memberikan kesimpulan 2. Mendengarkan
b. Mengevaluasi hasil penuluhan 15 menit Menjawab
c. Salam

VII. RENCANA EVALUASI

Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 5 pertanyaan tentang


materi yang telah disampaikan keluarga.

VIII. LEMBAR EVALUASI

A. ASPEK KOGNITIF
1. Apa pengertian halusinasi?
2. Apa Penyebab halusinasi?
3. Apa Jenis-jenis halusinasi?
4. Apa Tanda-tanda halusinasi?

B. ASPEK AFEKTIF
Berupa pertanyaan sebagai berikut:
1. Jadi, dari penjelasan tentang halusinasi bagaimana kesimpulan anda ?
Materi

A. Definisi
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
B. Proses terjadinya halusinasi
Fase-fase Halusinasi melalui 4 fase :
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk
sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
 Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Fase Kedua / comdemming


Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien
membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
dengan realitas.
 Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.
 Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4. Fase Keempat / conquering/ panik


Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah
dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk
dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat,
beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang
 Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara
tiba-tiba marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (
apa yangdilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan
halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999)

C. Macam-macam halusinasi
1) Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2) Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3) Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,
kejang, atau dimensia.
4) Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6) Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine.
7) Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
D. Tanda dan gejala halusinasi
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
E. Cara mengontrol halusinasi
1. Meningkatkan kontak dengan realitas
a. Bicara tentang topik yang nyata,tidak mengikuti isi halusinasi.
b. Bicara dengan klien secara sering dan singkat.
c. Buat jadwal kegiatan seharian untuk menghindari kesendirian.
d. Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi
e. Diskusi hasil observasi anda.
2. Bantu menurunkan kecemasan
a. Temani, cegah isolasi dan menarik diri
b. Terima halusinasi klien tanpa mendukung menyalahkan.
c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
d. Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut.
3. Mencegah klien melukai diri sendiri dan orang lain.
a. Lakukan perlindungan.
b. Kontak yang sering secara personal.
c. Berikan obat secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta. Ghara ilmu.
Keliat, budi anna. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas CMHN(basic course).
Jakarta:EGC
Isaacs, Ann. 2005. Keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatri edisi 3. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai