Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN
Varisela berasal dari bahasa latin, varicella. Di Indonesia peyakit ini

dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama

chicken-pox. Varisela merupakan infeksi virus umum yang disebabkan virus

varicella-zoster (VVZ) yang dapat muncul kembali kelak sebgai ruam saraf

setelah sekian lama sembuh. Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas

diseluruh dunia menyerang terutama anak-anak, namun dapat pula menyerang

orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan musim semi,

tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap

tahunnya.1

Insidensi varisela di Indonesia cukup tinggi dan terjadi secara sproradis

sepanjang tahun. Varisela merupakan penyakit serius dengan persentasi

komplikasi dan angka kematian tinggi pada dewasa, serta orang imun yang

terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar

65%-86%. VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya

dari oral, udara atau sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer langsung dari

lesi kulit melalui transmisi fetomaternal.1

Sebelum vaksinasi rutin mulai tahun 2006 di Indonesia, varisela

merupakan penyakit yang sangat umum. Vaksin dianjurkan untuk semua bayi

dan orang dewasa yang tidak mempunyai imunisasi. Kejadian varisela mungkin

sekali menurun dengan makin banyak orang yang menerima vaksin. Jika

seseorang pernah menderita varisela, maka dia akan memilki kekebalan dan

1
tidak akan menderita varisela lagi. Tetapi virusnya bias menetap di dalam sel

dan tidak aktif, dan suatu saat menjadi aktif kembali (reactivation of latent

infection) dan menyebabkan herpes zoster atau shingles.1

2
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : By. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 15 Maret 2018

Umur : 1 tahun 4 bulan 21 hari

Alamat : Gampong Meunasah Rayeuk, Lhoksukon, Aceh

Utara

Suku : Aceh

Agama : Islam

Waktu Pemeriksaan : 8 Agustus 2019

2.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama : muncul ruam kemerahan diseluruh tubuh

KeluhanTambahan : demam, gatal- gatal, batuk, nafsu makan

berkurang.

Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang ke puskesmas Lhoksukon tanggal

7 Agustus 2019 dengan keluhan muncul ruam kecil di seluruh tubuh sudah 3

hari yang lalu. Awalnya timbul bentol-bentol kemerahan pada daerah ketiak

yang kemudian menyebar ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Ruam

merah kemudian berubah menjadi lepuh dan beirisi cairan. Ibu pasien juga

mengantakan ada rasa gatal pada daerah yang terdapat lepuh. Pasien mengalami

demam naik turun menggigil sejak 2 hari sebelum muncul nya bentol

3
kemerahan pada tubuh. Nafsu makan pasien juga menurun sejak sakit. Ibu

pasien mengatakan sebelum keluhan ini dialami oleh pasien terlebih dahulu di

derita oleh abang pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga : Abang pasien pernah mengalami keluhan yang

2 minggu yang lalu sama.

Riwayat Pemakaian Obat : pasien belum pernah mengkonsumsi jenis obat

apapun.

Riwayat imunisasi : Ibu pasien mengaku pasien hanya sekali

melakukan imunisasi

Riwayat alergi : Alergi makanan tidak ada, alergi obat-obatan

tidak ada.

2.3 PROFIL KELUARGA

Pasien A, 17 bulan, merupakan anak dari Tn.R dan Ny. R. Pasien

merupakan anak kelima dari 5 bersaudara. Pasien tinggal bersama kedua orang

tuanya dan keempat anggota keluarga yang lain.

2.3 Profil Keluarga

Pasien A merupakan anak Tn.R dan Ny.R yang sekarang berusia 1 tahun, 4 bulan.

Pasien merupakan anak kelima dari 5 bersaudara. Pasien tinggal bersama kedua

orang tua dan keempat saudaranya.

4
Tabel 1.1 Anggota keluarga yang tinggal serumah
No Nama Kedudukan Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
dalam keluarga
1. Tn. R Kepala keluarga L 30 th SMA Bertani
2. Tn. R Istri P 28 th SMP Bertani
3. An. S Anak P 18 th Tamat SMA Siswa
4. An. F Anak P 17 th SMA Siswa
5. An. Z Anak P 11 th SD Siswa
6. An. Z Anak L 9 th SD Siswa

7. By. A Anak L 17 bln

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

Tabel Lingkungan Tempat Tinggal

Tabel 1.2 Lingkungan tempat tinggal


Status kepemilikan rumah : Milik sendiri
Daerah perumahan : Jarang
Karakteristik Rumah dan lingkungan Kesimpulan
Rumah panggung dengan luas : 17 x 10 hasta Keluarga pasien tinggal di
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 7 orang rumah dengan kepemilikan
Luas halaman rumah : 30 x 20 hasta milik sendiri yang dihuni oleh 7
Atap rumah dari : Seng orang. Pasien tinggal di
Lantai rumah : kayu (ruang tamu, ruang perumahan yang jarang. Atap
keluarga dan kamar), dapur (semen) terbuat dari seng dan rumah
Dinding rumah dari : kayu tidak memiliki ventilasi.
Jumlah kamar : 2
Jumlah kamar mandi : 1
Jendela dan ventilasi : tidak ada ventilasi

5
Jamban keluarga : ada
Penerangan listik : 2 Ampere
Sumber air bersih : Sumur pribadi
Tempat pembuangan sampah : Ada

Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

- Jenis tempat berobat : Puskesmas

- Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Faktor Keterangan Kesimpulan


Cara mencapai Keluarga Letak Puskesmas tidak jauh dari tempat
pusat pelayanan menggunakan tinggal pasien.
kesehatan kendaraan Untuk biaya pengobatan diakui oleh
pribadi berupa keluarga pasien yaitu setiap kali datang
motor untuk berobat tidak dipungut biaya dan
menuju ke pelayanan Puskesmas pun dirasakan
puskesmas. keluarga pasien memuaskan pasien.
Tarif pelayanan Menurut
kesehatan keluarga tidak
ada biaya
pelayanan
kesehatan yang
dilakukan di
puskesmas

Kualitas Menurut
pelayanan keluarga
kesehatan kualitas
pelayanan
kesehatan yang
didapat
memuaskan.

Tabel Pelayanan Kesehatan

6
Status sosial dan kesejahteraan hidup

Pendapatan keluarga pasien sebulan sekitar Rp. 600.000,-. Orangtuanya mengaku

pendapatannya setiap bulannya tidak cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-

hari keluarganya. Pasien ini tinggal di rumah pribadi yang terdiri dari 2 kamar dan

1 kamar mandi yang berada diluar rumah, dan memiliki jamban. Rumah berada di

lingkungan perumahan yang jarang.

Pola komsumsi makanan keluarga

Keluarga pasien memiliki kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dengan

lauk pauk seadanya.

2.4 Pemeriksaan Fisik

a. Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah :-

Frekuensi nadi : 90x/menit, reguler

Frekuensi nafas : 22 x/menit

Temperatur : 37°C

BB : 11 kg

TB : 79 cm

o Kepala

Bentuk : Normal

7
Rambut : Hitam dan sukar dicabut

Wajah : Ditemukan lepuh-lepuh kemerahan

Mata : Konjungtiva palpebral inferior pucat (-/-), sclera ikterik (-

/-)

Telinga : Simetris, Sekret (-/-)

Hidung : Normal, Sekret (-/-), hiperemis (-/-)

Mulut : Simetris, mukosa bibir basah, pembengkakan tidak ada,

berdarah tidak ada

Lidah : Bentuk normal, tidak pucat, warna kemerahan

Faring : Hiperemis, tidak edema

Tonsil : Warna kemerahan, tidak ada pembesaran (T1/T1)

o Leher

Inspeksi : Simetris, tidak terlihat benjolan

Palpasi : Pembesaran KGB (-), massa (-)

o Thorax

 Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi (-),

bentuk dada normal

Perkusi : tidak dilakukan

Aukultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

o Abdomen

Inspeksi : Simetris, perut datar, disertai lepuh-lepuh kemerahan

8
Palpasi : tidak dilakukakan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : Peristaltik usus normal

o Ekstremitas

Superior : udem (-), sianosis (-), ditemukan lepuh-lepuh yang kemerahan

Inferior : udem (-), sianosis (-),ditemukan lepuh-lepuh yang kemerahan

2.6 DIAGNOSIS BANDING DAN DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis banding: varisela, variola

Diagnosis kerja: Varisela

2.7 PENATALAKSANAAN

2.7.1 Upaya promotif

Penyuluhan kesehatan berupa:

1. Edukasi keluarga tentang pentingnya imunisasi,daftar imunisasi wajib

dan efek samping dari imunisasi.

2. Edukasi keluarga meliputi varisela, cara penularan, gejala, dan

pencegahannya

3. Edukasi pentingnya upaya meningkatkan kebersihan perorangan dan

lingkungan

2.7.2 Upaya preventif


1. Meningkatkan kebersihan perseorangan dan lingkungan

2. Menghindari orang yang terkena

3. Penggunaan air yang bersih

2.7.3 Upaya kuratif

9
Terapi yang didapat di puskesmas:

1. Paracetamol sirup 3X1 0.6 CC

2. Ctm, vitamin C, vitamin B.kompleks (pulvis, 3x1)

3. Salicyl 2x1 .

2.7.4 Upaya rehabilitatif

1. Kontrol ulang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat dalam hal ini

Pukesmas Lhoksukon

2. Monitoring yang dilakukan meliputi:

a. Memperhatikan adanya relaps atau kekambuhan

b. Interaksi obat dan efek samping

3. Memperbaiki kebersihan perseorangan dan lingkungan serta mencegah

terjadinya penularan

2.7.5 Upaya psikososial

1. Tidak serumah dengan penderita varisela

2.8 PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

2.9 ANJURAN

- Menganjurkan ibu pasien untuk melakukan imunisasi kepada anaknya

- Menganjurkan ibu pasien untuk mengikuti penyuluhan kesehatan

10
- Menganjurkan ibu pasien untuk tidak membiarkan anaknya bermain di

lantai yang beralas tanah .

- Menganjurkan ibu pasien untuk selalu mencuci tangan dengan sabun anti

septik.

- Memperbaiki status gizi dengan makan makanan yang bergizi dan

seimbang, guna meningkatkan imunitas tubuh

- Memperbaiki hygine dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan

sekitar.

2.10 FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN FISIK DARI PENYAKIT

Pasien tinggal di sebuah rumah dengan anggota keluarga 7

orang, dengan 2 kamar tidur, sehingga dapat memudahkan terjadinya

penularan atau infeksi pada setiap anggota keluarga.

2.11 FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN BIOLOGIS DARI PENYAKIT

Mikroorganisme yang mendukung terjadinya varicella adalah

adalah Virus Varicella Zoster (VVZ).

2.12 FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN SOSIAL DARI PENYAKIT

Pendidikan dan Pengetahuan

Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga mengenai imunisasi,

dan efek samping dari imunisasi.

11
Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga mengenai perilaku

hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga dan pencegahan penyakit

varisela menyebabkan pasien mengalami penyakit varisela.

Riwayat Kontak

Pasien mendapatkan riwayat kontak dengan orang penyakit

varisela sebelumnya.

12
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal

dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama

chickenpox. Cacar (varisela) adalah infeksi yang sangat menular oleh virus

varicella zoster yang menghasilkan ruam gatal yang khas, timbul dan melepuh.

Varisela menyerang kulit serta mukosa, ditandai oleh adanya vesikel-vesikel

(Robert, 2007).

2. Epidemiologi

Data prevalensi nasional untuk 1988-1994 menunjukkan bahwa 95,5% orang

dewasa berusia 20-29 tahun, 98,9% orang dewasa berusia 30-39 tahun, dan lebih

dari 99,6% orang dewasa yang lebih tua dari 40 tahun yang kebal terhadap

varicella. Penyakit ini mencatat kasus 11.000 rawat inap setiap tahun dan sekitar

50-100 kematian. Varicella mempengaruhi hampir semua anak di seluruh dunia

yang tidak memiliki kekebalan. Kejadian tahunan diperkirakan pada 80-90 juta

kasus. Sebagian besar negara berkembang memiliki tingkat imunisasi rendah

karena biaya yang dibutuhkan, dan penyakit varicella adalah risiko bagi wisatawan

ke negara-negara tersebut.

Insiden maksimum varicella pada populasi yang tidak divaksinasi adalah

pada anak usia 1-6 tahun. Anak berusia lebih 14 tahun berjumlah 10% dari kasus

varicella. Di Amerika Serikat, usia puncak sekarang 9-11 tahun. Dalam iklim

tropis, varicella lebih sering terjadi pada anak-anak. Sebagian besar kasus di

13
Jepang adalah pada anak muda dari 6 tahun. Sekitar 9,6% dari kasus melibatkan

anak-anak muda dari 1 tahun, dan hampir sepertiga dari mereka bayi kurang dari

5 bulan (Soedomo, 2010).

3. Etiologi

Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk

kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut

capsid, terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S)

dan rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta

yang disusun dari 162 kapsomir dan sangat infeksius.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan

dalam darah penderita varisela sehingga mudah dibiakkan dalam media yang

terdiri dari fibroblas paru embrio manusia. VZV adalah virus herpes manusia

neurotropik dengan kemiripan dengan virus herpes simpleks, yang juga α-virus

herpes. Virus ini terbungkus dengan genom DNA beruntai ganda yang

menyandikan lebih dari 70 protein, termasuk protein yang merupakan target

imunitas seluler dan humoral.

Varisela Zoster Virus (VZV) menyebabkan infeksi primer dan serangan

kembali. Infeksi primer dimanifestasikan sebagai varicella (cacar air) dan berakibat

pada pembentukan infeksi laten seumur hidup pada neuron ganglion sensorik.

Reaktivasi infeksi laten menyebabkan herpes zoster (shingles). Meskipun sering

sakit ringan pada masa kanak-kanak, cacar air dapat menyebabkan morbiditas dan

mortalitas pada anak-anak yang sehat. (Suhaemi, 2010).

14
4. Patofisiologi

Virus Varicella Zoster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian

replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama)

kemudian berkembang biak di sel retikuloendotelial setelah itu menyebar melalui

pembuluh darah (viremia kedua) maka timbul demam dan malaise.

Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin adalah infeksi dari kapiler

endotelial pada lapisan papila dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis,

folikel kulit dan glandula sebasea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai

dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel dan

akhirnya menjadi krusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan

papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan

membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah

lapisan yang lebih dalam. Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel

raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion

body intranuclear Virus dapat menetap dan laten pada sel saraf. Lalu dapat terjadi

reaktivitas maka dapat terjadi herpes zoster (Rustam, 2010).

5. Gejala klinis

Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10 hinga 21 hari, rata-rata 10

hingga 14 hari. Penyebaran varicella terutama secara langsung melalui udara

dengan perantaraan percikan liur. Pada umumnya tertular dalam keluarga atau

sekolah.

Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:

15
1.Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala

panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala,

anoreksia, rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk

keringdiikuti eritema pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau

morbiliform. Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh

menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau gangguan imunitas.

2. Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa

jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu

menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated

dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk krusta,

bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”/”air mata”.

Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar

secara sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam

perjalanan penyakit ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya

bentuk papula, vesikel, krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini

disebut polimorf. Jumlah lesi pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang

dapat hanya 10 bahkan lebih sampai 1500. Lesi baru tetap timbul selama 3-5

hari, lesi sering menjadi bentuk krusta pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12)

dan sembuh lengkap pada hari ke-16 (hari ke-7 sampai ke-34)

Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan

penyembuhan, biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas

seluler. Bila terjadi infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan

bengkak serta cairan vesikel yang jernih berubah menjadi pus disertai

16
limfadenopati umum. Vesikel tidak hanya terdapat pada kulit, melainkan juga

terdapat pada mukosa mulut, mata, dan faring.

Pada penderita varisela yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun

defisiensi) sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan,

bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada

penderita yang sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh

terjadinya limfopenia.

Pada ibu hamil yang menderita varisela dapat menimbulkan beberapa

masalah pada bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan

ibu, antara lain:

 Sindrom varisela kongenital

Varisela kongenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang menderita

varisela pada umur kehamilan trimester I atau II dengan insidens 2%. Manisfestasi

klinik dapat berupa retardasi pertumbuhan intrauterina, mikrosefali, atrofi

kortikalis, hipoplasia ekstremitas, mikroftalmin, katarak, korioretinitis dan jaringan

parut pada kulit. Beratnya gejala pada bayi tidak berhubungan dengan beratnya

penyakit pada ibu. Ibu hamil dengan zoster tidak berhubungan dengan kelainan

pada bayi.

 Zoster infantil

Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun pertama, hal ini

disebabkan karena infeksi varisela maternal setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit ini

sering menyerangg pada saraf dermatom thorakalis.

17
6. Penegakan Diagnosis
Diagnosis penyakit vesikubulosa biasanya berdasarkan pada riwayat

keluhan, pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain yang diperhitungkan

dalam menentukan diagnosis antara lain adalah onset lesi (akut atau kronis),

lamanya waktu kemunculan lesi, kejadian berdasarkan siklus, daerah lain yang

terkena lesi seperti kulit, mata dan organ genital, daerah asal pasien serta riwayat

pemakaian obat-obatan. Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk

menegakkan diagnosis. Beberapa kasus mungkin membutuhkan biopsi untuk

mendapatkan diagnosis definitif.

a) Gambaran Histologis

 Prosedur laboratorium dengan pemeriksaan sitologis cairan vesikuler dengan

menggunakan metode Tzank (mengerok dasar lesi) yang diwarnai giemsa akan

menunjukkan sel raksasa multinuklear.

 Tampak sel epithelial yang mengandung inklusi jasad asidofilik intranuklei.

b) Laboratorium

 Isolasi virus melalui tes kultur yang diambil dari darah, cairan vesikel, atau cairan

serebrospinal.

 Polymerase Chain Reaction : Deteksi DNA virus varicella zoster.

 Latex agglutination test : Deteksi antibodi pada membrane antigen virus.

 ELISA: Enzyme linked immunosorbent assay : Deteksi immunoglobulin.

c) Gambaran Klinis

 Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yaitu adanya lesi

vesikuler dengan adanya area eritematous yang muncul setelah adanya gejala

18
demam dan malaise. Gambaran klinis ditandai dengan terjadinya erupsi kulit

berupa perubahan yang cepat dari bentuk makula ke bentuk papula, vesikel (bentuk

khas berupa tetes embun/tear drops), pustula dan krusta yang waktu peralihannya

membutuhkan waktu 8-12 jam.Sementara proses ini berlangsung timbul lagi

vesikel-vesikel baru.

7. Tatalaksana

Terapi Varisela bersifat terapi simptomatik, namun pada kondisi tertentu

misalnya pada penderita yang mengalami imunosupresi atau pada komplikasi

berat sebaiknya digunakan obat antivirus. Obat antivirus yang bisa digunakan

adalah :

1.Asiklovir 800 mg 3 kali sehari untuk 5-7 hari. Asiklovir oral yang digunakan

dengan dosis tinggi untuk 800 mg, 5 kali sehari untuk 7-10 hari dapat

memperpendek waktu penyakit dan mengurangi sedikit nyeri bagi orang dewasa.

Bagi anak, dosis yang sering digunakan adalah 20 mg/kgBB 4 kali sehari untuk

5 hari. Asiklovir termasuk kedalam golongan antivirus yang disebut synthetic

nucleoside analogues yang bekerja dengan cara menghentikan penyebaran virus

di dalam tubuh dan acsiklovir diberikan sedini mungkin setelah gejala-gejala

mulai muncul.

2.Terapi topikal bagi penderita varisela anak-anak dianjurkan adalah

simptomatik, yaitu menggunakan antipiretik non aspirin, kompres dingin, mandi

dengan air panas yang diberi baking soda, lotion kalamin secara topikal dan

diphenhydramine sistemik/topikal untuk mendapatkan efek penurunan demam

dan rasa gatal, mencegah pembentukan vesikel dan mempercepat penyembuhan

19
lesi digunakan Acyclovir sistemik dalam 24 jam pertama. Perawatan penderita

varisela meliputi:

1) pasien diisolasi

2) pemberian antihistamin secara oral seperti diphenhydramin sistemik

3) pemberian acetaminophen

4) pemberian asiklovir secara intravena pada pasien immunocompromised

5) pemberian Varicella Zoster Imunoglobin pada pasien dengan resiko tinggi.

6)Pasien disarankan untuk makan makanan yang bergizi dan banyak minum.

8. Pencegahan

1. Vaksin varicella

Vaksin varicella (Varivax, Merck) merupakan vaksin virus hidup

yang dilemahkan, yang berasal dari strain Oka VZV. Virus vaksin diisolasi

oleh Takahashi pada awal tahun 1970 dari cairan vesikular yang berasal dari

anak sehat dengan penyakit varicella. Vaksin varicella ini dilisensikan untuk

penggunaan umum di Jepang dan Korea pada tahun 1988. Vaksin ini diijinkan

di Amerika Serikat pada tahun 1995 untuk orang-orang usia 12 bulan dan yang

lebih tua.

2. Keefektifan vaksin

Setelah pemberian satu dosis tunggal vaksin varicella antigen, 97% dari

anak yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun mengembangkan titer antibodi yang

20
dapat terdeteksi. Sedangkan lebih dari 90% dari responden vaksin

mempertahankan antibodi untuk setidaknya 6 tahun. Dalam studi di Jepang, 97%

dari anak-anak memiliki antibodi 7 sampai 10 tahun setelah vaksinasi. Efikasi

vaksin diperkirakan memiliki ketahanan 70% sampai 90% terhadap infeksi, dan

90% sampai 100% terhadap penyakit sedang atau berat.

4. Jadwal vaksinasi dan penggunaan

Vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi yang

berusia 12 sampai 15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada

usia ini terlepas dari riwayat varicella. Dosis kedua vaksin varicella harus

diberikan pada 4 sampai 6 tahun kemudian . Dosis kedua dapat diberikan lebih

awal dari 4 sampai 6 tahun jika setidaknya 3 bulan telah berlalu setelah dosis

pertama (yaitu, interval minimum antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak

berusia di bawah 13 tahun adalah 3 bulan). Namun, jika dosis kedua diberikan

setidaknya 28 hari setelah dosis pertama, dosis kedua tidak perlu diulang. Dosis

kedua vaksin varicella ini juga dianjurkan bagi orang yang lebih tua, dimana

vaksin varicella diberikan kepada orang-orang 13 tahun atau lebih pada 4 sampai 8

minggu kemudian.

Semua vaksin varicella harus diberikan melalui secara subkutan. Vaksin

varicella telah terbukti aman dan efektif pada anak-anak yang sehat bila diberikan

pada saat yang sama sebagai vaksin MMR di lokasi terpisah dan dengan jarum

suntik yang terpisah. Jika vaksin varicella dan MMR tidak diberikan pada

kunjungan yang sama, maka pemberian harus dipisahkansetidaknya 28 hari.

21
Vaksin varicella juga dapat diberikan simultan (tapi di lokasi terpisah dengan

jarum suntik yang terpisah) dengan semua vaksin anak lainnya (Anonim,2014)

22
BAB 4

PEMBAHASAN

Diagnosis campak pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Berdasarkan teori pasien tersebut memiliki gejala demam,

timbul bintik-bintik merah, bercak kemerahanan pada badan dan batuk. Pasien ini

tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama sebelumnya. Pasien memiliki

riwayat imunisasi yang tidak lengkap.

Terdapat beberapa masalah pada kasus ini yang masih perlu dikaji untuk

penyelesaian masalahnya. Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam

mencari akar penyebab masalah, pada kasus ini metode yang digunakan adalah

diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram fish bone / tulang ikan).

Keturunan Perilaku

Tidak mau dilakukan imunisasi

Cacar air

Kepadatan penduduk Kurangnya penyuluhan tentang


imunisasi dan efek samping imunisasi

Kurangnya penyuluhan tentang


Lingkungan Pelayanan
varisela
kesehatan

23
MATRIKS URUTAN PRIORITAS MASALAH

No Masalah U S G Total

1 Tidak mau dilakukan 5 5 5 15


imunisasi

2 Adanya anggota 4 5 5 14
keluarga yang
menderita penyakit
yang sama

3 Pasien tidur di kamar 4 4 5 13


dan tempat tidur yang
sama dengan anggota
keluarga
4 Kurangnya 4 4 4 12
penyuluhan tentang
imunisasi dan efek
sampingnya

5 Kurangnya 3 4 4 11
penyuluhan mengenai
varisela,
pencegahannya dan
penularannya

MATRIKS CARA PEMECAHAN MASALAH

No. Masalah Pemecahan masalah


1. Imunisasi Tidak lengkap a.Memberikan informasi kepada
keluarga pasien tentang manfaat
imunisasi, imunsasi wajib, jadwal
imunisasi serta efek samping dari
imunisasi
b. Melakukan pendekatan personal
terhadap orangtua yang menolak

24
imunisasi;
c. pemberian brosur tentang imunisasi
agar informasi kelengkapan pemberian
imunisasi dasar pada bayi dapat
dilakukan dengan maksimal dalam
meningkatkan pengetahuan dan
wawasan ibu tentang imunisasi dasar
lengkap pada bayinya.
d. pemberian konseling
imunisasi pada ibu yang
mengimunisasikan bayinya tidak dapat
maksimal.
e. Melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat;
f. Masyarakat yang menolak
diminta membuat surat pernyataan
penolakan beserta alasannya.

Upaya preventif

Upaya preventif diperlukan agar orang sehat tidak terinfeksi penyakit

varisela:

1. Tindakan dari orang yang sehat dengan menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Orang sehat di sekitar pasien menjaga daya tahan tubuh dengan

pola hidup sehat serta diberi penyuluhan oleh tenaga kesehatan.

2. Tidak kontak langsung dengan penderita varisela.

3. Tindakan dari orang yang sehat dengan menghindari kontak lansung

dengan pasien atau menjauh ketika pasien batuk

25
4. Pasien diusahakan tidak batuk di dekat orang yang sehat atau menutup

mulut ketika batuk

5. Memasak air sampai mendidih.

6. Promosi kesehatan mengenai varisela kepada pasien dan keluarganya

tentang penyebab varisela dan cara penularan serta pencegahanya.

Upaya Kuratif

1. Terapi farmakologis :

Terapi sesuai dengan terapi varisela

2. Terapi non-farmakologis :

Penderita varisela diharapkan untuk menerapkan PHBS dalam kehidupan

sehari-hari.

Upaya kuratif : Dengan pemberian obat-obatan yang sesuai dengan terapi

penyakit campak

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Kirsten A Bechtel, Pediatric Chickenpox; dalam Medscape Drugs,


Diseases & Procedures Reference. 2012
(http://emedicine.medscape.com/article/969773-overview)
2. Djuanda A. Varisela; dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Kedua.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1993. P.48-49
3. Doug Campos-outcalt. Varicella Vaccination : Two doses now the standard.
The journal of family practice. 2008; 57.
4. Saavedra A,Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Chapter 179 Soft
Tissue Infections : Erysipelas, Cellulitis, Gangrenous Cellulitis, and
Myonecrosis. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI. Varicella and Herpes
Zoster; dalam Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Ed.
McGraw Hill Medical. United State of America. 2008. P.1885-1994
5. James WD, Berger TG, Elston DM. Chapter 19. Viral Disease; dalam
Andrew’s disease of Skin Clinical Dermatology. 10th Ed. Elsevier. Canada.
2000. P.376-378
6. www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf
7. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi, Edisi Enam
Cetakan Kedua Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2010,
hal 115
8. Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Sypnosis of Clinical Dermatology sixth edition, 2009, page 831-835
9. Anonim, Varicella ( chickenpox ), 2014.
(http://www.ncirs.edu.au/immunisation/fact-sheets/varicella-factsheet.pdf )
10. Anonym, 2014. ( http://www.scribd.com/doc/148484235/127923480-
Referat-Varicella )

27
Lampiran

Kondisi depan rumah Kondisi depan rumah

Kondisi sisi kanan rumah Kondisi sisi kiri rumah

28
Kondisi kamar mandi
Kondisi jamban

Kondisi kamar tidur 1 Kondisi pasien By. A

29
Kondisi ruang keluarga Kondisi kamar 2

30

Anda mungkin juga menyukai